Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Penyembahan Kepada Kuburan Adalah Awal Kemusyrikan Yang Menimpa Anak Cucu Adam

 
Pada awalnya umat manusia semenjak Nabi Adam AS hingga menjelang Nabi Nuh AS diutus adalah satu umat, satu agama, mereka hanya menyembah Allah yang maha tunggal. Kemudian pada akhirnya mereka menyembah sesembahan-sesembahan selain Allah. 
 

 
 
Sesembahan-sesembahan itu pada awalnya adalah kuburan-kuburan orang shaleh yang mereka bikinkan gambar-gambar, lalu mereka mengi'tikafinya atau nyepi di sana, yang kemudian menyembahnya. Allah SWT berfirman:

( كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنزلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ )

"Telah ada manusia itu adalah umat yang satu, (setelah timbul perselisihan) maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah di datangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena rasa dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendaknya. Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus". (QS. Albaqorah: 213).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya 1/569 berkata mengenai tafsir ayat ini:

عن ابن عباس أصح سندًا ومعنى؛ لأن الناس كانوا على ملة آدم، عليه السلام، حتى عبدوا الأصنام، فبعث الله إليهم نوحًا، عليه السلام، فكان أول رسول بعثه الله إلى أهل الأرض. ولهذا قال:) وَأَنزلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas – yang sanad dan maknanya lebih sahih -: Sesungguhnya para manusia dulunya dalam satu millah / agama Adam u, sehingga ketika mereka menyembah berhala-berhala, maka Allah SWT mengutus kepada mereka Nabi Nuh u, maka dia adalah Rasul pertama yang Allah utus kepada penduduk bumi. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: "Dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan kebenaran.....". (QS. Al-Baqoroh: 213).

Berhala-berhala yang di sembah oleh kaum Nabi Nuh u adalah orang-orang saleh yang sudah meninggal dunia. Allah SWT berfirman tentang mereka:

(وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا. وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا ضَلَالًا).

"Dan mereka berkata: Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian, dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia) dan janganlah engkau tambahkan bagi orang-orang yang dzalim itu selain kesesatan ". (QS. Nuh: 23).

Telah ada ketetapan riwayat dalam sahih Bukhori no. 4920, serta dalam kitab-kitab tafsir, kisah-kisah para nabi dan lainnya dari Ibnu Abbas dan lainnya dari ulama salaf, mereka berkata tentang tafsir ayat di atas:

هَذِهِ أَسْمَاءُ قَوْمٍ صَالِحِينَ كَانُوا فِي قَوْمِ نُوحٍ فَلَمَّا مَاتُوا عَكَفُوا عَلَى قُبُورِهِمْ ثُمَّ صَوَّرُوا تَمَاثِيلَهُم ، ثُمَّ طَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَعَبَدُوهُمْ، وَأَنَّ هَذِهِ الْأَصْنَامَ بِعَيْنِهَا صَارَتْ إِلَى قَبَائِلِ الْعَرَبِ، ذَكَرَهَا ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَبِيلَةً قَبِيلَةً.

"Nama-nama tsb adalah orang-orang shaleh dari kaum Nuh AS, ketika orang-orang tsb mati, mereka melakukan i'tikaf (nyepi) terhadap kuburan-kuburannya, kemudian lama kelamaan mereka menyembahnya. Dan berhala-berhala tsb kemudian tersebar ke kabilah-kabilah arab ". Ibnu Abbas dengan terperinci menyebutkan kabilah-kabilah tsb satu persatu". (Lihat: Majmu Fatawa karya Syeikh Ibnu Taymiyah 14/363, Syarah Aqidah Thohawiyah 1/14 dan Juhud Ulama hanafiyah fi Ibtholil 'aqooidil Quburiyah 1/408).

Imam As-Sayuthi Asy-Syafii berkata: "Dan juga sesungguhnya sebab peribadatan terhadap Laata adalah pengagungan terhadap orang sholeh….dahulu Laatta membuat adonan makanan di yaman untuk diberikan kepada para jama'ah haji. Tatkala ia meninggal maka mereka I'tikaf di kuburannya. Para ulama juga menyebutkan bahwasanya Wad, Suwaa', Yaghuuts, Ya'uuq, dan Nasr adalah nama-nama orang-orang sholeh yang ada antara zaman Nabi Adam dan zaman Nabi Nuh 'alaihimas salam. Mereka memiliki para pengikut yang meneladani mereka. Tatkala mereka meninggal maka para pengikut mereka berkata, "Seandainya kita membuat patung-patung mereka". Tatkala para pengikut tersebut meninggal dan datang kaum yang lain setelah mereka maka datanglah Iblis kepada mereka dan berkata, "Mereka dahulu menyembah patung-patung tersebut, dan dengan sebab mereka turunlah hujan". Maka merekapun menyembah patung-patung tersebut. Hal ini telah disebutkan oleh Muhammad bin Jarir dengan sanadnya"

Dan karena sebab inilah Nabi SAW melarang, dan sebab inilah yang menjerumuskan banyak umat-umat kepada syirik akbar atau yang dibawahnya. Karenanya engkau dapati banyak kaum dari kalangan orang-orang sesat yang mereka merendahkan diri di kuburan orang-orang sholeh, mereka khusyu' dan merendah. Mereka menyembah orang-orang sholeh tersebut dengan hati-hati mereka dengan suatu ibadah yang tidak mereka lakukan tatkala mereka di rumah-rumah Allah, yaitu masjid-masjid. Bahkan tidak mereka lakukan tatkala di waktu sahur di hadapan Allah ta'aala. Dan mereka berharap dengan sholat dan doa di sisi kuburan apa-apa yang mereka tidak harapkan tatkala mereka di masjid-masjid yang boleh bersafar ke mesjid-mesjid tersebut (yaitu masjidil haram, masjid nabawi, dan masjid aqso-pen). Ini adalah kerusakan yang Nabi SAW ingin menghilangkannya secara total, bahkan sampai-sampai Nabi melarang untuk sholat di kuburan secara mutlak, meskipun orang yang sholat tidak bermaksud untuk mencari keberkahan kuburan atau keberkahan tempat, dalam rangka menutup perkara yang bisa mengantarkan kepada kerusakan/mafsadah tersebut, yang menyebabkan disembahnya berhala-berhala"(Al-Amru bil ittibaa' 138-139)

Dan inilah salah satu faktor yang melatar belakangi da'wah Rosulullah r melarang penghiasan kuburan, bahkan diawal da'wahnya beliau sempat mengharamkan ziarah kubur, namun kemudian setelah melihat umat Islam saat itu nampak sudah kokoh akidahnya dan ketauhidannya kepada Allah SWT, maka Rosulullah r menghapus larangan ziarah kubur tadi dan menggantinya dengan menganjurkan mereka agar berziarah kubur dengan tujuan-tujuan seperti dalam sabda-sabdanya berikut ini:

« كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا ، فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الآخِرَةَ »

"Sebelumnya aku telah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang) berziarah kuburlah kalian, karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan akhirat". (HR. Muslim, Turmudzi no. 1054 dan Ahmad no. 23005).

Tambahan kata-kata dalam riwayat Imam Ahmad no. 13487 dan Al-Busyeiry dalam al-Ittihaf no. 3747:

« ثُمَّ بَدَا أَنَّهُ يُرِقُّ الْقَلْبَ وَيُدْمِعُ الْعَيْنَ ، وَيُذَكِّرُ الآخِرَةَ ، فَزُورُوهَا ، وَلاَ تَقُولُوا هَجْرًا ».

"Kemudian nampak bahwa ziarah kubur itu melembutkan hati, melelehkan airmata dan mengingatkan akhirat, maka berziarah kuburlah kalian, dan janganlah kalian mengucapkan kata-kata yang buruk".

Tambahan lafadz dalam riwayat Imam Muslim:

« فقَدْ أَذِنَ لِمحمَّدٍ r في زيارةِ قبْرِ أمِّهِ فزُوْرُوْها فإِنَّها تُذكِّرُ الآخرةَ »

"(Allah SWT) telah mengidzinkan Muhammad r untuk menziarahi kuburan ibunya ; karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan akhirat".

Tambahan riwayat Ibnu Hibban no. 981:

« فإنَّها تُزهِدُ في الدنيا وتُرَغِّبُ في الآخرة ».

"Karena sesungguhnya ziarah kubur itu membuatmu zuhud terhadap dunia, dan menginginkan akhirat".

Tambahan riwayat Tabroni no. 1419:

« واجْعَلُوا زيارَتَكم لها صلاةً علَيهِم واسْتِغْفَاراً لَهُم ».

"Dan jadikanlah ziarah kalian padanya itu dalam rangka memanjatkan doa untuk mereka dan permintaan ampunan baginya".

Dari keterangan hadits-hadits diatas nampak jelas tujuan dari pensyariatan ziarah kubur, ada dua:

Pertama: untuk mengingatkankan pada kematian agar hati yang keras menjadi lembut, agar jiwa yang lalai menjadi ingat akhirat. Yang demikian itu ditegaskan pula dalam sabda Rosulullah r lainnya yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah t:

« أَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ ».

"Perbanyaklah kalian dengan mengingat pemakan habis segala kelezatan (maksudnya: kematian)". (HR. Ibnu Hibban no. 2995, di hasankan oleh Syueib Al-Arnauth. Di riwayatkan pula oleh Al-Bazzaar no. 6987 dari Anas t).

Kedua: untuk mendoakan orang mati, bukan untuk minta didoakan, apalagi ngalap barokah. Meskipun yang di ziarahinya itu kuburan orang shaleh yang sudah di jamin sebagai penghuni syurga berdasarkan nash / keterangan dari Allah dan Rosul-Nya. Berikut ini firman Allah SWT yang isinya anjuran untuk mendoakan saudara-saudara yang seiman yang telah wafat mendahului kita, terutama untuk para sahabat Nabi SAW dan orang-orang yang telah berjasa dalam mengemban agama Islam ini.

( وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَااغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ )

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Hasyer: 10).

Subhanallah !!!, ayat ini begitu gamblang dan jelas sekali mencontohkan agar hendaknya umat Islam mendoakan saudara-saudaranya yang seiman yang telah wafat mendahului mereka, terutama mendoakan para sahabat Nabi SAW dari Muhajirin dan Ansahar, bukan minta di doakan, padahal para sahabat tsb adalah orang-orang yang telah mendapat ridlo Allah SWT dan di pastikan masuk syurga. Allah SWT berfirman:

(وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ)

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama (masuk Islam) dari orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridla kepada mereka dan mereka pun ridla kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah: 10).

Jika saja kepada orang-orang shaleh yang sudah dipastikan masuk syurga, Allah SAW tidak menganjurkannya untuk minta didoakan, apalagi yang belum jelas masuk syurga dan tidaknya. 

Bersambung ke: >> APAKAH BOLEH KITA MEMASTIKAN BAHWA SI FULAN MASUK SYURGA TANPA HISAB ATAU MASUK SYURGA TANPA MASUK NERAKA TERLELIBH DAHULU ?

Posting Komentar

0 Komentar