Apakah Allah Mengampuni Para Hambanya yang Mukmin pada Malam Nishfu Sya’ban “ليلة نصف شعبان”?
Dan Apakah Allah SWT Turun ke Langit Dunia pada Malam Tersebut?
<< DOWNLOAD PDF >>
بسم الله الرحمن الرحيم
Apakah Allah Mengampuni Para Hambanya yang Mukmin pada Malam Nishfu Sya’ban?
Dalam Masalah ini terdapat beberapa hadits, akan tetapi para ulama banyak berbeda pendapat terkait dengan keshahihannya.Pertama: Riwayat Abu Musa al-‘Asy’ary
Dari Abu Musa Al-Asy’ari, dari Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:إنَّ اللهَ تعالى لَيطَّلِعُ في ليلةِ النصفِ من شعبانَ فيغفرُ لجميعِ خلْقِه ، إلا لمشركٍ أو مشاحنٍ
“Sesungguhnya Allah SWT melihat pada waktu malam pertengahan Sya’ban, maka (Allah) mengampuni semua makhlukNya kecuali orang musyrik atau orang yang bersengketa." (HR. Ibnu Majah, 1390)
Kata “مشاحن = Musyaahin “, maksudnya adalah adanya permusuhan antara dia dengan saudaranya.
Dalam kitab “ مجمع الزوائد” karya Ibnu Hajar al-Haitsami :
" إسناده ضعيف ؛ لضعف عبد الله بن لهيعة ، وتدليس الوليد بن مسلم"
“Riwayat ini sanadnya lemah karena lemahnya Abdullah bin Lahi’ah dan tadlis-nya Al-Walid bin Muslim.
Dan dalam hadits terdapa اضطراب (simpang siur) yang dijelaskan oleh Ad-Daruquthni dalam kitab “العلل” 6/50, 51. Dia berkomentar tentang hadits ini, "Hadits ini tidak tetap (tsabit)."
Sementara Ibnul Jauzy dlm kitabnya “العلل المتناهية” 2/561 mengatakan : “ Tidak Shahih “.
Begitu juga Al-Imam adz-Dzahabi berkata dlm “تلخيص العلل المتناهية” hal. 184 : “ di dalamnya terdapat Ibnu lahii’ah . dia dhoif “.
Namun hadits Abu Musa Asyari ini di hasankan oleh Syeikh al-Albaani dlm Shahih Ibnu Majah no. 1148 dan al- Shahih al-Jaami’ no. 1819.
Kedua: Riwayat Muadz bin Jabal
Rosulullah SAW bersabda :يطَّلِعُ اللهُ إلى خَلقِه في ليلةِ النِّصفِ مِن شعبانَ فيغفِرُ لجميعِ خَلْقِه إلَّا لِمُشركٍ أو مُشاحِنٍ
“Allah SWT melihat makhluknya pada waktu malam pertengahan dari bulan Sya’ban, maka (Allah) mengampuni semua makhlukNya kecuali orang musyrik atau orang yang bersengketa."
Diriwayatkan dari hadits Muaz bin Jabal, Aisyah, Abu Hurairah, Abu Tsa’labah dan lainnya. (akan tetapi) jalur periwayatan hadits ini tidak lepas dari adanya perselisihan para ulama akan kehahihannya.
Adapun Hadits Mu’adz Bin Jabal , maka al-Haafidz Ibnu Hajar al-Asqalaani dlm “الكافي الشافي” hal. 252 berkata :
"روي من حديث أبي بكر بسند ضعيف وعن عوف بن مالك وفي سنده ابن لهيعة وعن أبي هريرة وفي سنده من لا يعرف"
Diriwayatkan dari hadits Abu Bakar dengan sanad perawi yang lemah . Dan juga dari Auf bin Malik, dan dalam sanadnya terdapat Ibnu Luhui’ah . Dan juga dari Abu Hurairah, dan dalam sanadnya terdapat orang yang tidak dikenal“.
Al-Imam ath-Thabraani dlm “المعجم الأوسط” 7/36 berkata :
لم يرو هذا الحديث عن الأوزاعي وبن ثوبان إلا أبو خليد عتبة بن حماد تفرد به عن الأوزاعي هشام بن خالد
Hadits ini tidak ada yang meriwayatkannya dari Al-Awza'i dan Ibnu Tsawban kecuali oleh Abu Khoolid Utbah bin Hammad. Dia sendirian meriwayatkannya dari Al-Awza'i Hisham bin Khoolid “.
Namun hadits riwayat Muadz bin Jabal ini di shahihkan oleh Ibnu Hibban dlm “صحيح ابن حبان” no. 5665 , al-Haitsami dlm “مجمع الزوائد ” 8/68 , al-Mundziri dlm “الترغيب والترهيب” 2/132.
Dan juga di shahihkan oleh syeikh al-Albaani dlm kitabnya “إصلاح المساجد” no. 99 dan Syu’aib al-Arna’uth dlm “تخريج صحيح ابن حبان ” no. 5665 . Syeikh al-Albaani dlm kitabnya “صحيح الترغيب” no. 2767 berkata : “ Hasan shahih “.
Ke tiga: Riwayat Katsir bin Murrah al-Hadhrami
Rosulullah SAW bersabda : في ليلةِ النصفِ من شعبانَ يغفرُ اللهُ لأهْلِ الأرْضِ ، إلَّا لمشرِكٍ أوْ مُشَاحِنٍ
“Pada waktu malam pertengahan Sya’ban, (Allah) mengampuni bagi para penduduk bumi kecuali orang musyrik atau orang yang bersengketa." ( HR. Al-Baihaqi dlm “شعب الإيمان” no. 3831). Dishahihkan oleh syeikh al-Baani dlm Shahih al-Jaami’ no. 4268.
Ke-empat: Hadits Abu Tsa’labah al-Khuzyani
Rosulullah SAW bersabda :إذا كان ليلةُ النصفِ من شعبانَ اطَّلَعَ اللهُ إلى خلْقِه ، فيغفرُ للمؤمنينَ ، و يُملي للكافرينَ ، ويدعُ أهلَ الحِقْدِ بحقدِهم حتى يدَعوه
“Jika datang malam pertengahan Sya’ban, maka Allah SWT melihat para makhluknya maka (Allah) mengampuni orang-orang mukmin , dan mengulur-ulurkan orang-orang kafir ( dlm perbuatan dosa-dosanya ) , dan meninggalkan para pendengki dalam kedengkiannya sehingga mereka meninggalkannya “.
( HR. Ath-Thabraani 22/223 no. 590 dan Baihaqi dlm “شعب الإيمان” no. 3832 . Hadits Ini di Hasankan oleh Syeikh al-Albaani dlm “Shahih al-Jaami” no. 771 .
DAN APAKAH ALLAH SWT TURUN KE LANGIT DUNIA PADA MALAM NISFU SYA’BAN?
Turunnya Allah Ta’ala ke langit dunia tidak dikhususkan pada malam pertengahan Sya’ban, bahkan dinyatakan dalam dua kitab Shahih (Bukhari dan Muslim) dan lainnya, bahwa Allah Ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam di sepertiga akhir malam. Dan malam pertengahan Sya’ban termasuk dalam keumuman ini.Ketika Abdullah bin Mubarok ditanya tentang turunnya Allah Ta’ala di malam pertengahan Sya’ban, beliau berkata kepada penanya,
" يا ضعيف ! ليلة النصف !؟ ينـزل في كل ليلة
"Wahai orang lemah! Malam pertengahan (Sya'ban)?! (Yang benar adalah bahwa Allah) turun pada setiap malam." (Diriwayatkan oleh Utsman As-Shabuni dalam kitab ‘I’tiqad Ahlis Sunnah, no.92)
Al-Uqaili rahimahullah berkata,
وفي النزول في ليلة النصف من شعبان أحاديث فيها لين ، والرواية في النزول كل ليلة أحاديث ثابتة صحيحة ، فليلة النصف من شعبان داخلة فيها إن شاء الله
"Terkait masalah turunnya Allah pada malam pertengahan Sya’ban ada hadits-hadits yang lemah hal tersebut. Adapun riwayat tentang turunnya Allah setiap malam terdapat dalam hadits yang shaheh. Dan malam pertengahan Sya’ban termasuk di dalamnya insya Allah." (Ad-Dhu’afa’, 3/29)
Ibnu Rajab Al-Hanbali berkomentar:
" وفي فضل ليلة نصف شعبان أحاديث متعددة ، وقد اختُلف فيها ، فضعّفها الأكثرون ، وصحّح ابن حبان بعضها " .
“Tentang keutamaan malam pertengahan Sya’ban terdapat banyak hadits, akan tetapi banyak perselisihan. Kebanyakan (ulama) melemahkannya, sebagiannya dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban” ( Baca : “لطائف المعارف” hal. 261)
Semoga bermanfaat . amiiin
MALAM PERTENGAHAN SYA’BAN TIDAK ADA PENGKHUSUSAN DALAM BERIBADAH
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah.
Tidak ada riwayat shahih dan marfu dari Nabi SAW tentang keutamaan nishfu (pertengahan) Sya'ban yang dapat diamalkan dan layak dijadikan pedoman, bahkan untuk masalah keutamaan sekalipun.
Yang ada hanyalah atsar (riwayat) dari sebagian tabiin yang maqtu (terputus riwayatnya), atau hadits-hadits yang derajat paling kuatnya adalah palsu atau sangat lemah.
Riwayat-riwayat semacam ini memang sudah terlanjur dikenal di banyak negara yang kaum muslimnya masih diliputi kebodohan, yaitu (atsar yang menunjukkan) bahwa pada waktu ajal dan umur ditetapkan, dan lain-lain.
Dengan demikian, maka tidak diperintahkan menghidupkan malam dan siang dengan berpuasa (secara khusus di malam ini), tidak juga mengkhususkannya dengan ibadah tertentu. Banyaknya orang yang belum tahu melakukan hal itu, tidak dapat dijadikan pedoman.
Wallallahu’alam
Syekh Ibnu Jibrin mengatakan.
Tidak ada riwayat shahih dan marfu dari Nabi SAW tentang keutamaan nishfu (pertengahan) Sya'ban yang dapat diamalkan dan layak dijadikan pedoman, bahkan untuk masalah keutamaan sekalipun.
Yang ada hanyalah atsar (riwayat) dari sebagian tabiin yang maqtu (terputus riwayatnya), atau hadits-hadits yang derajat paling kuatnya adalah palsu atau sangat lemah.
Riwayat-riwayat semacam ini memang sudah terlanjur dikenal di banyak negara yang kaum muslimnya masih diliputi kebodohan, yaitu (atsar yang menunjukkan) bahwa pada waktu ajal dan umur ditetapkan, dan lain-lain.
Dengan demikian, maka tidak diperintahkan menghidupkan malam dan siang dengan berpuasa (secara khusus di malam ini), tidak juga mengkhususkannya dengan ibadah tertentu. Banyaknya orang yang belum tahu melakukan hal itu, tidak dapat dijadikan pedoman.
Wallallahu’alam
Syekh Ibnu Jibrin mengatakan.
حكم قيام ليلة النصف من شعبان
فإذا أراد أن يقوم في ليلة النصف من شعبان كما يقوم في غيرها من ليالي العام - دون زيادة عمل ولا اجتهاد إضافي، ولا تخصيص لها بشيء - فلا بأس بذلك، وكذلك إذا صام يوم الخامس عشر من شعبان على أنه من الأيام البيض مع الرابع عشر والثالث عشر، أو لأنه يوم اثنين أو خميس إذا وافق اليوم الخامس عشر يوم اثنين أو خميس فلا بأس بذلك إذا لم يعتقد مزيد فضل أو أجر آخر لم يثبت.
”Kalau ingin menunaikan (suatu amalan) pada malam nishfu Sya’ban seperti menunaikan pada hari-hari lainnya – tanpa ada tambahan amalan tertentu dan ijtihad tambhan, juga tidak mengkhususkan sesuatu untuknya - maka hal itu tidak lah mengapa.
Begitu juga kalau berpuasa pada hari kelima belas bulan Sya’ban bahwa, dengan anggapan bahwa waktu itu termasuk ayyamul biidh disertai dengan (puasa) hari keempat belas dan ketiga belas.
Atau karena hari Senin atau Kamis bertepatan dengan hari kelima belas (lalu dia berpuasa pada hari itu), maka hal itu tidak mengapa, jika tidak berkeyakinan ada tambahan keutamaan atau pahala lain yang tidak ada ketetapannya.
Wallallahu ta’ala a’lam
0 Komentar