Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

AMALAN BID'AH PADA NISHFU SYA'BAN

 

BIDAH NISHFU SYABAN


Imam Nawawi asy-Syafii berkata: 

Shalat Rajab dan Sya’ban merupakan dua bid’ah dan kemunkaran… dst.”

=====

Di susun oleh Abu Haitsam Fakhry 

KAJIAN NIDA AL-ISLAM 

 << DOWNLOAD PDF >>

 ====

====

 بسم الله الرحمن الرحيم

MALAM PERTENGAHAN SYA’BAN TIDAK ADA PENGKHUSUSAN DALAM BERIBADAH

Tidak ada riwayat shahih dan marfu dari Nabi  tentang keutamaan nishfu (pertengahan) Sya'ban yang dapat diamalkan dan layak dijadikan pedoman, bahkan untuk masalah keutamaan sekalipun.

Yang ada hanyalah atsar (riwayat) dari sebagian tabiin yang maqtu (terputus riwayatnya), atau hadits-hadits yang derajat paling kuatnya adalah palsu atau sangat lemah.

Riwayat-riwayat semacam ini memang sudah terlanjur dikenal di banyak negara yang kaum muslimnya masih diliputi kebodohan, yaitu (atsar yang menunjukkan) bahwa pada waktu ajal dan umur ditetapkan, dan lain-lain.

Dengan demikian, maka tidak diperintahkan menghidupkan malam dan siang dengan berpuasa (secara khusus di malam ini), tidak juga mengkhususkannya dengan ibadah tertentu. Banyaknya orang yang belum tahu melakukan hal itu, tidak dapat dijadikan pedoman.Wallallahu’alam

Namun ada sebagian Umat Islam merayakan malam nisfhu Sya’ban, mereka berpuasa di siang harinya dan melaksanakan qiyamullail / shalat malam di malam harinya.

Dalam masalah ini terdapat hadits yang tidak shahih, bahkan ada yang mengatakan Palsu. Karena itu banyak para ulama yang menganggap amalan menghidupkan malam ini dengan perayaan sebagai amalan yang tidak ada contohnya dari Nabi 
 alias bid’ah.

Al-Imam Asy-Syathibi rahimahullah berkata :

فَالْبِدْعَةُ إذًا عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيقَةٍ فِي الدِّينِ مُخْتَرَعَةٍ، تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ، يُقْصَدُ بِالسُّلُوكِ عَلَيْهَا الْمُبَالَغَةَ فِي التَّعَبُّدِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ... وَمِنْهَا التَّزَامُ الْكَيْفِيَّاتِ وَالْهَيْآتِ الْمُعَيَّنَةِ، كَالذِّكْرِ بِهَيْئَةِ الِاجْتِمَاعِ عَلَى صَوْتٍ وَاحِدٍ، وَاتِّخَاذِ يَوْمِ وِلَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِيدًا، وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.

وَمِنْهَا التَّزَامُ الْعِبَادَاتِ الْمُعَيَّنَةِ، فِي أَوْقَاتٍ مُعَيَّنَةٍ، لَمْ يُوجَدْ لَهَا ذَلِكَ التَّعْيِينُ فِي الشَّرِيعَةِ، كَالتِزَامِ صِيَامِ يَوْمِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، وَقِيَامِ لَيْلَتِهِ" انتَهَى مِنْ "الاعْتِصَامِ" (1/37-39)

“Jika demikian, bid’ah adalah inovasi dalam cara beragama yang menandingi ketentuan syariat, tujuannya melakukan satu cara yang berlebihan dalam rangka beribadah kepada Allah Ta’ala. Di antaranya adalah rutin melakukan salah satu cara atau bentuk tertentu, seperti berzikir dengan cara berkumpul dalam satu suara, atau menjadikan hari kelahiran Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagai hari raya, dan yang semacamnya.

Di antaranya rutin dalam pengamalan ibadah tertentu di waktu tertentu padahal ketetapannya tidak ada dalam syariat. Seperti rutin berpuasa pada hari Nishfu Sya’ban dan shalat malam pada malam harinya.” (Al-I’tisham, 1/37-39)

Muhammad Abdussalam As-Suqairy berkata :

قَالَ الْإِمَامُ الْفَتَنِيُّ فِي تَذْكِرَةِ الْمَوَضُوعَاتِ: وَمِمَّا أَحْدَثَ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ الصَّلَاةَ الأَلْفِيَّةَ، مِائَةَ رَكْعَةٍ بِالإِخْلاَصِ عَشْرًا عَشْرًا بِالْجَمَاعَةِ، وَاهْتَمُّوا بِهَا أَكْثَرَ مِنَ الْجَمْعِ وَالأَعْيَادِ، وَلَمْ يَأْتِ بِهَا خَبَرٌ وَلاَ أَثَرٌ، إِلاَّ ضَعِيفٌ أَوْ مَوْضُوعٌ، وَلاَ يَغْتَرُّ بِذِكْرِهَا لَهُ صَاحِبُ الْقُوَّتِ وَالأَحْيَاءِ وَغَيْرُهُمَا، وَلاَ بِذِكْرِ تَفْسِيرِ الثَّعْلَبِيِّ أَنَّهَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ أَهـ

“Imam Al-Fatany berkata dalam kitab “تذكرة الموضوعات”:

‘Di antara perbuatan bid’ah pada malam Nisfhu Sya’ban adalah Shalat Alfiyah, yaitu shalat seratus rakaat, yaitu dengan membaca surat Al-Ikhlas sepuluh sepuluh secara berjamaah. Mereka memperhatikannya lebih dibanding shalat Jumat atau hari raya. Tidak ada riwayat shahih atau atsar shahih dalam masalah ini, kecuali riwayat yang lemah dan maudhu (palsu). Janganlah seseorang terpedaya hanya karena masalah ini disebutkan oleh pengarang kitab “
قوت القلوب” atau “إحياء علوم الدين”atau selain keduanya, juga tidak terpedaya oleh tafsir Ats-Tsa’laby yang menganggapnya bahwa malam ini (Nisfhu Sya’ban) adalah Lailatul Qadar”. (Selesai)

Zainuddin Al-Iraqi asy-Syafi’i guru al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

حَدِيثُ صَلَاةِ لَيْلَةِ النِّصْفِ بَاطِلٌ.

وَأَخْرَجَهُ ابْنُ الْجَوْزِيُّ فِي الْمَوَضُوعاتِ: فَصْلٌ فِي حَدِيثِ وَصْلَاةٍ وَدُعَاءٍ لَيْلَةَ النِّصْفِ: حَدِيثٌ: (إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا) الْحَدِيثُ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ عَنْ عَلِيٍّ.

قَالَ مُحَشِّيَّةٌ: وَفِي الزَّوَائِدِ إِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ لِضَعْفِ ابْنِ أَبِي بَسْرَةَ، وَقَالَ فِيهِ أَحْمَدُ وَابْنُ مُعِينٍ : يَضَعُ الْحَدِيثُ أهـ.


“Hadits tentang shalat pada malam Nisfhu Sya’ban adalah batil.”

Ibnu Al-Jauzi meriwayatkan dalam kitab “
الموضوعات”, bab tentang hadits shalat dan doa pada malam Nisfhu Sya’ban,

"إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا" الحَدِيثُ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهٍ عَنْ عَلِيٍّ.

“Jika datang malam Nisfhu Sya’ban, dirikan shalat di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya.” (Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ali)

Mahsyiah berkata, “Dalam kitab Az-Zawaid dikatakan bahwa sanadnya dha’if, karena Ibnu Abi Busrah dianggap lemah.

Ahmad dan Ibnu Ma’in berkata bahwa dia memalsukan hadits. (Selesai perkataan al-Iraaqi. Lihat “
تخريج الإحياء ” 1/273)

Penulis katakan: hadits tsb lengkapnya sbb:

“Ibnu Majah berkata:

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَنْبَأَنَا ابْنُ أَبِي سَبْرَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا، فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا، حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

Telah menceritakan kepada kami (Al Hasan bin Ali Al Khallal) berkata, telah menceritakan kepada kami (Abdurrazaq) berkata, telah memberitakan kepada kami (Ibnu Abu Sabrah) dari (Ibrahim bin Muhammad) dari (Mu'awiyah bin Abdullah bin Ja'far) dari (Bapaknya) dari (Ali bin Abu Thalib) ia berkata,

Rasulullah 
 bersabda, “Apabila malam nisfu Sya'ban (pertengahan bulan Sya'ban), maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman: "Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya? Adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan memberinya rizki? Adakah orang yang mendapat cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah yang begini, dan adakah yang begini…hingga terbit fajar”

(HR. Ibnu Majah no. 1378 dan al-Faakihi di “
أخبار مكة” no. 1837).

Syeikh al-Albaani dalam kitab “
ضعيف ابن ماجة” mengatakan: “Dhoif Sekali atau Palsu”.

Adapun Tentang “Shalat enam rakaat pada malam Nisfhu Sya’ban dengan niat menolak bencana, panjang usia dan agar merasa cukup dari manusia, lalu membaca surat Yasin dan berdoa di sela-selanya”:

Maka ini Tidak diragukan lagi bahwa itu adalah perkara yang diada-adakan dalam agama dan tidak diketemukan dalam sunah Nabi 
.

Penulis Syarah Kitab Ihya Ulumuddin berkata,

وَهَذِه الصَّلَاة مَشْهُورَة فِي كتب الْمُتَأَخِّرين من السَّادة الصُّوفِيَّة، وَلم أر لَهَا وَلَا لدعائها مُسْتَندا صَحِيحا فِي السّنة، إِلَّا أَنه من عمل الْمَشَايِخ، وَقد قَالَ أَصْحَابنَا: إِنَّه يكره الِاجْتِمَاع على إحْيَاء لَيْلَة من هَذِه اللَّيَالِي الْمَذْكُورَة فِي الْمَسَاجِد وَغَيرهَا. وَقَالَ النَّجْم الغيطي فِي صفة إحْيَاء لَيْلَة النّصْف من شعْبَان بِجَمَاعَة: إِنَّه قد أنكر ذَلِك أَكثر الْعلمَاء من أهل الْحجاز مِنْهُم عَطاء وَابْن أبي مليكَة، وفقهاء الْمَدِينَة وَأَصْحَاب مَالك، وَقَالُوا: ذَلِك كُله بِدعَة وَلم يثبت فِي قِيَامهَا جمَاعَة شَيْء عَن النَّبِي (صلى الله عَلَيْهِ وَسلم) وَلَا عَن أَصْحَابه؛ وَقَالَ النَّوَوِيّ: صَلَاة رَجَب وَشَعْبَان بدعتان منكرتان قبيحتان الخ مَا تقدم

‘Shalat ini telah masyhur dalam kitab-kitab al-muta’akhkhiriin / belakangan dari para tokoh kalangan tasawuf, saya tidak melihat adanya landasan pada perbuatan tersebut beserta doanya dalam hadits yang shahih, kecuali bahwa hal tersebut dikenal sebagai amalan para tokoh spiritual.

Para ulama dari kalangan sahabat-sahabat kami berkata:

‘Dimakruhkan berkumpul untuk menghidupkan malam-malam yang telah disebutkan ini di masjid-masjid atau selainnya.’

An-Najm Al-Ghoithi berkata tentang tata cara menghidupkan malam Nisfhu Sya’ban secara berjamaah:

‘Mayoritas para ulama Hijaz telah mengingkari perbuatan ini, di antara mereka adalah; Atha bin Abi Mulaikah, para ahli fiqih Madinah dan murid-murid Imam Malik.

Mereka berkata: ‘Semua itu adalah bid’ah, melaksanakannya secara berjamaah tidak ada dalilnya yang shahih sedikitpun dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, juga tidak dari para shahabatnya.’

Imam Nawawi berkata, ‘Shalat Rajab dan Sya’ban merupakan dua bid’ah dan kemunkaran… dst.”

(Baca: 
كتاب السنن والمبتدعات المتعلقة بالأذكار والصلوات - فصل في حديث وصلاة ودعاء ليلة النصف hal. 145)

Al-Fatani rahimahullah berkata setelah ucapannya yang telah dikutip di atas:

وَكَانَ لِلْعَوَامِ بِهَذِهِ الصَّلَاةِ افْتِتَانٌ عَظِيمٌ حَتَّى اَلْتَزَمَ بِسَبَبِهَا كَثْرَةُ الْوَقُودِ وَتَرَتُّبُ عَلَيْهِ مِنَ الْفُسُوقِ وَانْتِهَاكُ الْمَحَارِمِ مَا يُغْنِي عَنْ وَصْفِهَا، حَتَّى خَشِيَ الْأَوْلِيَاءُ مِنَ الْخَسَفِ وَهَرَبُوا فِيهَا إِلَى الْبَرَارِيِّ، وَأَوَّلَ حُدُوثِ هَذِهِ الصَّلَاةِ بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ سَنَةَ ثَمَانِي وَأَرْبَعِينَ وَأَرْبَعِمِائَةٍ،

وَقَالَ زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ: مَا أَدْرَكْنَا أَحَدًا مِنْ مَشَايِخِنَا وَفُقَهَائِنَا يَلْتَفِتُونَ إِلَى لَيْلَةِ الْبَرَاءَةِ وَفَضْلِهَا عَلَى غَيْرِهَا، وَقَالَ ابْنُ دِحْيَةَ: أَحَادِيثُ صَلَاةِ الْبَرَاءَةِ مَوْضُوعَةٌ، وَوَاحِدٌ مَقْطُوعٌ، وَمَنْ عَمِلَ بِخَبَرٍ صَحَّ أَنَّهُ كَذَّبَ فَهُوَ مِنْ خَدَمِ الشَّيْطَانِ".

“Dikalangan awam shalat ini telah menimbulkan fitnah yang besar sehingga karena sebab ini banyak terjadi penyimpangan, kefasikan dan dilanggarnya perkara-perkara haram yang tak dapat dipungkiri. Sehingga para ulama takut diturunkannya bencana karena sebab ini, sehingga mereka menyingkir ke tengah padang pasir.

Amalan sholat malam nishfu Sya’ban ini pertama kali muncul, yaitu di Baitul Maqdis pada tahun 448 H.

Zaid bin Aslam berkata:

“Tidak kami dapatkan seorang pun dari para guru kami yang menghiraukan malam bara’ah (kebebasan) dan keutamaannya dibanding malam lainnya. Siapa yang mengamalkan sebuah amalan berdasarkan riwayat yang jelas-jelas dusta, maka sesungguhnya dia itu termasuk pembantu setan.” (Baca: “
تذكرة الموضوعات” Al-Fatani, hal. 45)

Silakan rujuk kitab “
الموضوعات” Ibnu Jauzi, 2/127, “المنار المنير في الصحيح والضعيف” karya Ibnu Qayim, hal. 98, dan “الفوائد المجموعة” Asy-Syaukani, hal. 51.

Sebagian masyarakat menamakannya Sya’banan (
الشعبانية) untuk hari-hari terakhir di bulan Sya’ban.

Mereka berkata:

‘Ini merupakan hari-hari perpisahan dengan makan dan minum, maka gunakanlah kesempatan ini untuk makan-makan dan minum sebelum Bulan Ramadhan datang.

Sebagian pakar Bahasa mengatakan bahwa sumber ritual tersebut diambil dari ritual orang-orang KRISTEN, mereka dahulu melakukannya sebelum mereka mulai berpuasa.

Kesimpulannya, dalam Islam tidak ada perayaan di bulan Sya’ban, tidak juga ada ibadah khusus di tengahnya maupun di akhirnya. Amalan tersebut merupakan bid’hah dan perkara-perkara baru yang diada-adakan dalam agama Islam".

Syekh Ibnu Jibrin mengatakan :

حُكْمُ قِيَامِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ:

فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ كَمَا يَقُومُ فِي غَيْرِهَا مِنْ لَيَالِي الْعَامِ - دُونَ زِيَادَةِ عَمَلٍ وَلاَ اجْتِهَادٍ إِضَافِيٍّ، وَلاَ تَخْصِيصَ لَهَا بِشَيْءٍ - فَلاَ بَأْسَ بِذَلِكَ، وَكَذَلِكَ إِذَا صَامَ يَوْمَ الْخَامِسِ عَشَرَ مِنْ شَعْبَانَ عَلَى أَنَّهُ مِنَ الْأَيَّامِ الْبَيْضِ مَعَ الرَّابِعَ عَشَرَ وَالثَّالِثَ عَشَرَ، أَوْ لِأَنَّهُ يَوْمُ اثْنَيْنِ أَوْ خَمِيسٍ إِذَا وَافَقَ الْيَوْمُ الْخَامِسُ عَشَرَ يَوْمَ اثْنَيْنِ أَوْ خَمِيسٍ فَلاَ بَأْسَ بِذَلِكَ إِذَا لَمْ يُعْتَقَدْ مَزِيدَ فَضْلٍ أَوْ أَجْرٍ آخَرَ لَمْ يُثْبَتْ.

”Jika seseorang ingin menunaikan pada malam nishfu Sya’ban suatu amalan yang biasa dia lakukan pada hari-hari lainnya – tanpa ada tambahan amalan tertentu dan ijtihad tambhan, juga tidak mengkhususkan sesuatu untuknya - maka hal itu tidak lah mengapa.

Begitu juga kalau berpuasa pada hari kelima belas bulan Sya’ban bahwa, dengan anggapan bahwa waktu itu termasuk ayyamul biidh disertai dengan (puasa) hari keempat belas dan ketiga belas.

Atau karena hari Senin atau Kamis bertepatan dengan hari kelima belas (lalu dia berpuasa pada hari itu), maka hal itu tidak mengapa, jika tidak berkeyakinan ada tambahan keutamaan atau pahala lain yang tidak ada ketetapannya.

Wallallahu ta’ala a’lam

*****

SHALAT MALAM DAN ZIARAH KUBUR DI MALAM NISHFU SYABAN

AWAS JANGAN TERTUKAR ANTARA HADITS SHAHIH DAN  DHAIF TENTANG SHALAT MALAM NISHFU SYA’BAN !

Penulis di sini akan mencoba menanggapi pernyataan sebagian para ulama yang menshahihkan hadits Aisyah -radhiyallaahu ‘anhaa- yang menyebutkan bahwa Nabi  melakukan sholat tahajjud do malam nishfu sya’ban dan setelah itu beliau pergi ziarah kubur di malam itu juga .

Di sini penulis akan menyebutkan 4 hadits Aisyah RA.

Hadits yang ke 1 hadits shahih , tapi lafadznya umum tidak ada kata “Malam Nishfu Sya’ban“.

Sementara hadits yang ke 2 , ke 3 dan ke 4 yang di dalam-nya terdapat tambahan “ Malam Nisfu Sya’ban “ adalah hadits-hadits dhaif .

HADITS KE SATU : Hadits Aisyah yang shahih Riwayat Imam Muslim dan an-Nasaa’i :

Dalam riwayat Muslim ini : isinya umum TIDAK ADA kata “ malam Nisfu sya’ban “.

Dari Aisyah -radhiyallaahu ‘anhaa- , beliau bercerita :

لَمَّا كَانَتْ لَيْلَتِي الَّتِي كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا عِنْدِي انْقَلَبَ فَوَضَعَ رِدَاءَهُ وَخَلَعَ نَعْلَيْهِ فَوَضَعَهُمَا عِنْدَ رِجْلَيْهِ وَبَسَطَ طَرَفَ إِزَارِهِ عَلَى فِرَاشِهِ فَاضْطَجَعَ فَلَمْ يَلْبَثْ إِلَّا رَيْثَمَا ظَنَّ أَنْ قَدْ رَقَدْتُ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ رُوَيْدًا وَانْتَعَلَ رُوَيْدًا وَفَتَحَ الْبَابَ فَخَرَجَ ثُمَّ أَجَافَهُ رُوَيْدًا فَجَعَلْتُ دِرْعِي فِي رَأْسِي وَاخْتَمَرْتُ وَتَقَنَّعْتُ إِزَارِي ثُمَّ انْطَلَقْتُ عَلَى إِثْرِهِ حَتَّى جَاءَ الْبَقِيعَ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ انْحَرَفَ .....

قَالَ ﷺ : فَإِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي حِينَ رَأَيْتِ فَنَادَانِي فَأَخْفَاهُ مِنْكِ فَأَجَبْتُهُ فَأَخْفَيْتُهُ مِنْكِ وَلَمْ يَكُنْ يَدْخُلُ عَلَيْكِ وَقَدْ وَضَعْتِ ثِيَابَكِ وَظَنَنْتُ أَنْ قَدْ رَقَدْتِ فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَكِ وَخَشِيتُ أَنْ تَسْتَوْحِشِي، فَقَالَ : إِنَّ رَبَّكَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَأْتِيَ أَهْلَ الْبَقِيعِ فَتَسْتَغْفِرَ لَهُمْ".

قَالَتْ : قُلْتُ : كَيْفَ أَقُولُ لَهُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ ﷺ : قُولِي : " السَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ ".

Artinya : “ Pada suatu malam ketika Rasulullah  gilir di rumahku, setelah beliau menanggalkan pakaiannya, meletakkan terompahnya dekat kaki dan membentangkan pinggir jubahnya di atas kasur, beliau lantas berbaring. Setelah beberapa lama kemudian dan barangkali beliau menyangkaku telah tidur, beliau mengambil baju dan terompahnya, dibukanya pintu perlahan-lahan dan kemudian ditutupnya kembali perlahan-lahan. Menyaksikan beliau seperti itu, kukenakan pula bajuku dan kututup kepalaku dengan kain, kemudian aku mengikuti beliau dari belakang hingga sampai di Baqi'. Ketika sampai di sana beliau berdiri agak lama, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya tiga kali, sesudah itu beliau berbalik pulang. Aku pun berbalik pula mendahului beliau. ......... ( karena hadits ini cukup panjang , maka kutipan penulis loncat ke berikut ini )

Beliau  bercerita:

"Tadi Jibril datang, tapi karena ia melihat ada kamu, dia memanggilku perlahan-lahan sehingga tidak terdengar olehmu. Aku menjawab panggilannya tanpa terdengar pula olehmu. Dia tidak masuk ke rumah, karena kamu menanggalkan pakaianmu. Dan aku pun mengira bahwa kamu telah tidur, karena itu aku segan membangunkanmu khawatir engkau akan merasa kesepian.

Jibril berkata padaku : 'Allah memerintahkan agar Engkau datang ke Baqi' dan memohonkan ampunan bagi para penghuninya.'

Aku (‘Aisyah) berkata : 'Lalu apa yang kubaca sesampai di sana wahai rasulullah?

Beliau  menjawab : “ Katakanlah ! :

"السَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ".

(Semoga keselamatan tercurah bagi penduduk kampung orang-orang mukmin dan muslim ini. Dan semoga Allah memberi rahmat kepada orang-orang yang telah mendahului kami dan orang-orang kemudian, dan kami insya Allah akan menyusul kalian semua).” ( HR. Muslim no. 1619 dan an-Nasaa’i no. 2037)

Setelah ada perintah tsb , maka Rosulullah  setiap kali gilir ke Aisyah -radhiyallu ‘anha-senantiasa berziarah kubur ke maqam Baqii’ di akhir malam .

Aisyah radhiallahu 'anha berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّمَا كَانَ لَيْلَتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ إِلَى الْبَقِيعِ فَيَقُولُ  : « السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَأَتَاكُمْ مَا تُوعَدُونَ غَدًا مُؤَجَّلُونَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأَهْلِ بَقِيعِ الْغَرْقَدِ « .

"Rasulullah  itu setiap malam gilirannya di tempat Aisyah, beliau  keluar pada akhir malam ke makam Baqi', kemudian mengucapkan -yang artinya-:

"Semoga keselamatan atas kalian wahai para penghuni (kuburan) dari kaum mukminin. Apa yang dijanjikan Allah kepada kalian niscaya akan kalian dapati esok (pada hari kiamat), dan kami Insya Allah akan menyusul kalian. Ya Allah ampunilah penduduk Baqi' al-Ghorqod." (HR. Muslim N0. 2299 )


HADITS KE DUA  : Hadits Aisyah yang Dhaif (Riwayat Ahmad dan Turmudzi dan Ibnu Majah)

حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ عبداللَّهِ الْخُزَاعِيُّ، وَمُحَمَّدُ بْنُ عبدالْمَلِكِ أَبُو بَكْرٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ قَالَ: أَنْبَأَنَا حَجَّاجٌ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ ، قَالَتْ :

فَقَدْتُ النَّبِيَّ ﷺ ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَخَرَجْتُ أَطْلُبُهُ، فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ. فَقَالَ: يَا عَائِشَةُ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ؟ قَالَتْ، قَدْ قُلْتُ: وَمَا بِي ذَلِكَ، وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ، فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ

" Abdullah bin Abdullah al-Khuza'i meriwayatkan kepada kami, dan Muhammad ibn Abd al-Malik Abu Bakar berkata kepada kami: Yazid bin Harun berkata kepada kami:Dari Urwah, dari Aisyah, beliau berkata

“Pada suatu malam, saya kehilangan Rasulullah . Maka saya pun keluar mencarinya, ternyata beliau ada di Baqi’,

Beliau bersabda: “Apakah kamu takut Allah dan Rasulnya mengabaikanmu?”.

Aku menjawab: “Wahai Rasulullah, saya mengira engkau mengunjungi sebagian di antara istri-istri engkau”.

Nabi bersabda: “Sesungguhnya (rahmat) Allah turun ke langit yang paling bawah pada MALAM NISFU SYA’BAN dan Ia mengampuni dosa-dosa yang melebihi dari jumlah bulu kambing milik suku Kalb”.

( HR. Ahmad no.26018 , Turmudzy no. 736 dan Ibnu Majah no, 1389 ).

Derajat Hadits :

Abu Iisa Turmudzy mengatakan :

حَدِيثُ عَائِشَةَ لَا نَعْرِفُهُ إلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ الْحُجَّاجِ، وَسَمِعْتُ مُحَمَّدًا يُضَعِّفُ هَذَا الْحَدِيثَ، وَقَالَ يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ عُرْوَةَ . وَالْحُجَّاجُ بْنُ أُرْطَاةَ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ.

“Hadits Aisyah -radhiyallaahu ‘anhaa- ini , kita tidak mengetahuinya kecuali dari arah ini , yaitu dari hadits Al-Hajjaj. Dan Saya mendengar Muhammad ( Imam Bukhori ) mendhaifkan hadits ini . Dan beliau berkata : Yahya ibn Abi Katseer ini tidak pernah mendengar hadist dari Urwah . Dan al-Hajjaj ibn Artha’ah tidak pernah mendengar hadits dari Yahya ibn Abi Katsiir”.

Hadits ini di dhoifkan oleh Imam Bukhori , Turmudzi , syeikh al-Albaani dan para pentahqiq kitab “al-Musnad Imam Ahmad”. 

Para pentahqiq al-Musnad diantaranya Syu’aib al-Arnauth berkata :

" إِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ لِضَعْفِ حُجَّاجَ بْنِ أُرْطَاةَ وَلَانِقْطَاعِهِ.

“Sanad nya dhaif karena lemahnya Hajjaj bin Artha’ah , dan juga terputusnya sanad “.

Syeikh Bin Baaz berkata ;

وَهَذَا ضَعِيفٌ أَيْضًا؛ لِأَنَّ حُجَّاجَ مُدَلَّسٌ، وَيَحْيَى مُدَلَّسٌ، وَكِلَاهُمَا عَنْعَنٌ.

Ini adalah hadits Dhoif juga , karena Hajjaaj itu mudallis . dan begitu juga Yahya dia mudallis, dua dua nya meriwayatkannya dgn shigah “عَنْعَنٌ”.


HADITS KE TIGA : Hadits ‘Aisyah yang dhoif Riwayat Baihaqi :

Dari Aisyah radhiyallahu anha berkata :

قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ اللَّيْلِ يُصَلِّي فَأَطَالَ السُّجُودَ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ قَدْ قُبِضَ، فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ قُمْتُ حَتَّى حَرَّكْتُ إِبْهَامَهُ فَتَحَرَّكَ، فَرَجَعْتُ، فَلَمَّا رَفَعَ إِلَيَّ رَأْسَهُ مِنَ السُّجُودِ ، وَفَرَغَ مِنْ صَلاتِهِ ، قَالَ : « يَا عَائِشَةُ أَوْ يَا حُمَيْرَاءُ ! أَظَنَنْتِ أَنَّ النَّبِيَّ قَدْ خَاسَ بِكِ ؟» ، قُلْتُ : لا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَكِنَّنِي ظَنَنْتُ أَنَّكَ قُبِضْتَ لِطُولِ سُجُودِكَ، فَقَالَ: « أَتَدْرِينَ أَيَّ لَيْلَةٍ هَذِهِ ؟»، قُلْتُ : اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ ، قَالَ: «هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَطْلُعُ عَلَى عِبَادِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْتَغْفِرِينَ، وَيَرْحَمُ الْمُسْتَرْحِمِينَ، وَيُؤَخِّرُ أَهْلَ الْحِقْدِ كَمَا هُم».

bahwa Rasulullah  bangun pada malam dan melakukan shalat serta memperlama sujud, sehingga aku menyangka beliau telah diambil. karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak.

Ketika beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan selesai dari shalatnya, beliau berkata, “Wahai Asiyah, (atau Wahai Humaira’), apakah kamu menyangka bahwa Rasulullah tidak memberikan hakmu kepadamu?”

Aku menjawab, “Tidak ya Rasulallah, namun Aku menyangka bahwa Anda telah dipanggil Allah karena sujud Anda lama sekali.”

Rasulullah  bersabda, “Tahukah kamu malam apa ini?”

Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.”

Beliau bersabda, “Ini adalah malam nisfu sya’ban (pertengahan bulan sya’ban). Dan Allah muncul kepada hamba-hamba-Nya di malam nisfu sya’ban dan mengampuni orang yang minta ampun, mengasihi orang yang minta dikasihi, namun menunda orang yang hasud sebagaimana perilaku mereka.” ( HR. Baihaqi dlm kitabnya (شعب الإيمان) 3/382 no. 3834 ).

Imam Baihaqi berkata :

هَذَا مُرْسَلٌ جَيِّدٌ وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ الْعَلَاءُ بْنُ الْحَارِثِ أَخَذَهُ مِنْ مَكْحُولٍ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ. وَقَدْ رُوِيَ فِي هَذَا الْبَابِ أَحَادِيثُ مُنَاكِرٍ رَوَاتُهَا قَوْمٌ مَجْهُولُونَ.

Artinya : Hadits ini Mursal jayyid . Dan mungkin saja Al-Alaa’ bin Al-Harith mengambilnya dari Makhuul, Wallaahu a’lam . Dalam bab ini, terdapat hadits-hadits munkar diriwayatkan oleh orang-orang yang tidak dikenal ( مجهولون )”.

Perkataan Imam Baihaqi ini di komentari oleh syeikh al-Albaani dlm kitabnya “ (ضعيف الترغيب والترهيب) 1/351 no. 622 dengan perkataan :

وقوله: (جَيِّدٌ) لَيْسَ بِجَيِّدٍ فِي نَقْدِي؛ فَإِنَّ الْعَلَاءَ بْنَ الْحَارِثِ كَانَ قَدِ اخْتَلَطَ كَمَا فِي التَّقْرِيبِ. "

Perkataan beliau “ Jayyid” , itu tidak lah jayyid dalam penelitianku , karena al-‘Alaa; bin al-Haarits ini telah semrawut hafalannya , seperti yang di sebutkan dalm “at-Taqriib”.

Dan hadits ini di dhaifkan oleh syeikh al-Albaani .


HADITS KE EMPAT : Riwayat lain dari Aisyah - radhiyallahu 'anha - , dia berkata:

دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَوَضَعَ عَنْهُ ثَوْبَيْهِ، ثُمَّ لَمْ يَسْتَتِمَّ أَنْ قَامَ، فَلَبِسَهُمَا، فَأَخَذَتْنِي غَيْرَةٌ شَدِيدَةٌ، ظَنَنْتُ أَنَّهُ يَأْتِي بَعْضَ صُوَيْحِبَاتِي، فَخَرَجْتُ فَأَدْرَكْتُهُ بِالْبَقِيعِ الْغَرْقَدِ يَسْتَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالشُّهَدَاءِ.

فَقُلْتُ (أي في نفسي) بِأَبِي وَأُمِّي أَنْتَ فِي حَاجَةِ رَبِّكَ وَأَنَا فِي حَاجَةِ الدُّنْيَا، فَانْصَرَفَتُ فَدَخَلْتُ حُجْرَتِي وَلِي نَفَسٌ عَالٍ وَلَحِقَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،

فَقَالَ: ((مَا هَذَا النَّفَسُ يَا عَائِشَةُ؟))،

فَقُلْتُ: بِأَبِي وَأُمِّي أَتَيْتَنِي فَوَضَعْتَ عَنْكَ ثَوْبَيْكَ ثُمَّ لَمْ تَسْتَتِمَّ أَنْ قُمْتَ فَلَبِسْتَهُمَا فَأَخَذَتْنِي غَيْرَةٌ شَدِيدَةٌ، ظَنَنْتُ أَنَّكَ تَأْتِي بَعْضَ صُوَيْحِبَاتِي، حَتَّى رَأَيْتُكَ بِالْبَقِيعِ تَصْنَعُ مَا تَصْنَعُ،

فَقَالَ: ((يَا عَائِشَةُ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ؟ أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلامُ، فَقَالَ: هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَللهِ فِيهَا عُتَقَاءُ مِنِ النَّارِ بِعَدَدِ شُعُورِ غَنَمِ كَلْبٍ لاَ يَنْظُرُ اللهُ فِيهَا إِلَى مُشْرِكٍ وَلاَ إلَى مُشَاحِنٍ وَلاَ إِلَى مُسْبِلٍ وَلاَ إلَى عَاقٍّ لِوَالِدَيْهِ وَلاَ إلَى مُدْمِنِ خَمْرٍ))،

قَالَتْ: ثُمَّ وَضَعَ عَنْهُ ثَوْبَيْهِ، فَقَالَ لِي: ((يَا عَائِشَةُ، تَأْذَنِينَ لِي فِي قِيَامِ هَذِهِ اللَّيْلَةِ؟)،

قُلْتُ: نَعَمْ بِأَبِي وَأُمِّي فَقَامَ فَسَجَدَ لَيْلاً طَوِيلاً حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ قَدْ قُبِضَ، فَقُمْتُ أَلْتَمِسُهُ وَوَضَعْتُ يَدِي عَلَى بَاطِنِ قَدَمَيْهِ، فَتَحَرَّكَ، فَفَرِحْتُ وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ فِي سُجُودِهِ: ((أَعُوذُ بِعَفْوِكَ مِنْ عِقَابِكَ، وَأَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ جَلَّ وَجْهُك، لاَ أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ)).

فَلَمَّا أَصْبَحَ ذَكَرْتُهُنَّ لَهُ قَالَ: ((يَا عَائِشَةُ تَعَلَّمِيهُنَّ؟))، قُلْتُ: نَعَمْ، فَقَالَ: ((تَعَلَّمِيهُنَّ وَعَلِّمِيهِنَّ، فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلامُ عَلَّمَنِيهِنَّ وَأَمَرَنِي أَنْ أُرَدِّدَهُنَّ فِي السُّجُودِ)).

“Rasulullah  masuk menemuiku dan menanggalkan kedua pakaiannya. Kemudian sebelum beliau sempurna berdiri, beliau memakainya lagi. Maka aku sangat cemburu, aku kira beliau pergi mendatangi sebagian dari para maduku. Kemudian aku keluar mengikutinya dan aku temukan beliau berada di (kuburan) al Baqi' al-Gharqad memohonkan ampunan bagi mukminin, mukminat dan para syuhada`”.

Lalu aku berkata (dalam hati): “Demi ayah dan ibuku, engkau sedang berhajat pada Tuhan engkau, sedangkan saya dalam hajat dunia. Aku masuk ke kamarku dan nafasku meninggi, kemudian Rasulullah  menyusulku”.

Beliau bertanya: “Mengapa nafasmu begini wahai 'Aisyah?”

Aku menjawab: “Demi ayah dan ibuku, engkau mendatangiku kemudian menanggalkan kedua pakaian dan sebelum sempurna berdiri engkau memakainya kembali sehingga aku sangat cemburu. Aku kira engkau pergi mendatangi sebagian para maduku. Sampai aku melihat engkau berada di (kuburan) al-Baqi' melakukan yang engkau telah lakukan”.

Beliau kemudian bersabda: “Wahai Aisyah! Apakah kamu menyangka Allah dan Rasul-Nya menzalimimu (dengan menjadikan malam giliranmu untuk istri yang lain)?. Jibril –‘alaihis salaam- telah mendatangiku dan berkata:

“Ini adalah malam Nishfu Sya'ban. Sungguh di dalamnya Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka sejumlah bulu domba milik bani Kalb. Pada saat itu Allah tidak melihat (merahmati) orang musyrik, provokator, pemutus silaturrahim, orang lelaki yang Isbal ( memanjangkan pakainnya sampai lewat bawah mata kaki) , orang yang mendurhakai kedua orang engkauya, dan orang yang selalu minum khamr”.

Aisyah lalu berkata: “Kemudian Nabi  menanggalkan kedua pakaiannya dan bersabda kepadaku: “Wahai Aisyah! Apakah kamu mengizinkanku untuk qiyam (beribadah) pada malam ini?”.

Aku menjawab: “Ya, demi ayah dan ibuku”.

Lantas Nabi  beranjak dan melakukan sujud lama sekali, sehingga ku sangka beliau meninggal dunia. Aku beranjak menyentuhnya dan aku letakkan tanganku di bagian dalam kedua telapak kaki beliau, kemudian beliau bergerak-gerak. Maka bahagialah diriku dan aku mendengar dalam sujudnya beliau berdoa:

“Dengan ampunan-Mu aku berlindung dari siksa-Mu, dengan ridha-Mu aku berlindung dari kemarahan-Mu, aku berlindung dari-Mu Dzat Yang Maha Agung. Tidak aku batasi puji bagi-Mu seperti halnya Engkau memuji diri-Mu”.

Lalu setelah subuh aku ingatkan doa itu kepada beliau dan beliau bersabda: “Wahai Aisyah! Pelajarilah dan ajarkanlah doa tadi. Sebab, sungguh Jibril As telah mengajarkannya kepadaku dan memerintahkan aku untuk mengulang-ulanginya dalam sujud”.

( HR. Baihaqi dlm kitabnya (“شعب الإيمان) 3/384-385 no. 3835 ) .

Dan Imam Baihaqi sendiri berkata :

وَهَذَا إِسْنَادٌ ضَعِيفٌ، وَرَوَى مِنْ وَجْهٍ آخَرَ.

Dan Ini Sanadnya Dhoif , dan diriwayatkan pula dari arah lain “.

 

Posting Komentar

0 Komentar