Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

TATA CARA SHOLAT GERHANA

TATA CARA SHOLAT GERHANA / كيفية صلاة الخسوف 


Di sampaikan oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

Bismillah, walhamdulillah.

Perintah dan anjuran sholat gerhana:

Diriwayatkan Bukhori, (1041) dan Muslim, (911) dan redaksi darinya dari Abu Mas’ud Al-Anshori RA berkata, Rasulullah SAW bersabda:


( إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِمَا عِبَادَهُ ، وَإِنَّهُمَا لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنْ النَّاسِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُم

“Sesungguhnya matahari dan bulan diantara tanda-tanda (kekuasaan) Allah, dimana Allah menakut-nakuti dengan keduanya kepada hamba-Nya. Keduanya tidak gerhana karena kematian salah seorang manusia. Kalau kamu semua melihat sesuatu (gerhana) maka shalatlah dan berdoalah kepada Allah sampai tersingkap (gerhananya) dari kamu.

Diriwayatkan Bukhori, (1059) dan Muslim, (912) dari Abu Musa RA berkata:

خَسَفَتْ الشَّمْسُ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ ، فَأَتَى الْمَسْجِدَ فَصَلَّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ رَأَيْتُهُ قَطُّ يَفْعَلُهُ ، وَقَالَ: ( هَذِهِ الْآيَاتُ الَّتِي يُرْسِلُ اللَّهُ لَا تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنْ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ ؛ فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِه

“Terjadi gerhana matahari, maka Nabi SAW berdiri dengan segera khawatir (terjadi) hari kiamat. Kemudian beliau mendatangi masjid dan shalat. Dan menunaikan shalat berdiri, rukuk dan sujud sangat lama belum pernah sama sekali saya melihat (sebelumnya). Dan beliau bersabda, “Tanda-tanda ini, dimana Allah mengirimkan bukan karena kematian seseorang juga bukan karena kelahirannya. Akan tetapi Allah menakut-nakuti hamba-Nya. Kalau kamu semua melihat sesuatu darinya, maka bersegeralah untuk berzikir, berdoa dan beristigfar kepada-Nya.

TATA CARA SHOLAT GERHANA:

Tata cara menunaikan shalat gerhana:

(1) - Takbiratul ihram, membaca doa istiftah (pembuka) kemudian berlindung (dengan nama Allah), membaca Al-Fatihah, kemudian membaca dengan bacaan yang panjang.

(2) Kemudian ruku’ dengan ruku’ yang panjang.

(3) Berdiri dari ruku’ seraya mengucapkan: 
سمع الله لمن حمده ، ربنا ولك الحمد

“Allah mendengarkan orang yang memuji kepada-Nya. Tuhan kami dan hanya kepada-Nya segala pujian.

(4) Kemudian membaca Al-Fatihah dan membaca bacaan yang panjang. Cuma lebih singkat dari yang pertama.

(5) Kemudian rukuk kedua kali, dan memperpanjang rukuknya. Dan lebih singkat dari rukuk pertama.

(6) Kemudian berdiri dari rukuk seraya mengucapkan:

سمع الله لمن حمده ، ربنا ولك الحمد

“Allah mengdengarkan orang yang memuji kepada-Nya. Tuhan kami dan hanya kepada-Nya segala pujian.

(7) Dan berdiri lama sekali.

(8) Kemudian sujud dua kali yang lama sekali. Dan memperpanjang duduk diantara dua sujud.

(9) Kemudian berdiri ke rakaat kedua. Dan menunaikan seperti pada rakaat pertama dengan adanya dua kali rukuk dan yang lainnya. Akan tetapi lamanya tidak seperti yang pertama pada semua (gerakan) yang dilakukan.

(10 ) Kemudian tasyahud dan salam.

Silahkan melihat kitab ‘Al-Mugni karangan Ibnu Qudama, (3/323). Al-Majmu’ karangan Nawawi, (5/48).

Yang menjadi dalil hal itu adalah hadits Aisyah RA yang diriwayatkan Bukhori, (1046) dan Muslim, (2129) dari Aisyah istri Nabi SAW berkata:

خَسَفَتْ الشَّمْسُ فِي حَيَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَصَفَّ النَّاسُ وَرَاءَهُ ، فَكَبَّرَ ، فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً ، ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ، ثُمَّ قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ.

فَقَامَ وَلَمْ يَسْجُدْ ، وَقَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً ، هِيَ أَدْنَى مِنْ الْقِرَاءَةِ الْأُولَى.

ثُمَّ كَبَّرَ وَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ، وَهُوَ أَدْنَى مِنْ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ.

ثُمَّ قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ.

ثُمَّ سَجَدَ ، ثُمَّ قَالَ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِثْلَ ذَلِكَ.

فَاسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ ، فِي أَرْبَعِ سَجَدَاتٍ ".

“(Terjadi) gerhana matahari pada zaman Nabi SAW, maka beliau keluar ke Masjid dan membuat shaf orang dibelakangnya.

Maka beliau takbir dan Rasulullah SAW membaca dengan bacaan yang panjang.

Kemudian takbir dan rukuk panjang.

Kemudian membaca ‘سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ’ berdiri dan tidak sujud. Dan membaca dengan bacaan panjang. Ia lebih ringan dari yang pertama.

Kemudian takbir dan rukuk yang panjang. Dan ia lebih ringan dari rukuk pertama.

Kemudian mengucapkan:

سمع الله لمن حمده ، ربنا ولك الحمد

“Allah mengdengarkan orang yang memuji kepada-Nya. Tuhan kami dan hanya kepada-Nya segala pujian.

Kemudian sujud.

Kemudian mengucapkan pada rakaat lainnya seperti (rakaat) pertama itu. Sehingga menjadi sempurna empat rakaat pada empat sujud.” ( HR. BUKHORI)

BERAPA KALI BACA AL-FATIHAH ?

Sheikh Ibnu Utsaimin pernah di tanya:

Apakah disyariatkan untuk membaca Al - Fatihah setelah rukuk pertama?

Jawabannya:

أن قراءة الفاتحة مشروعة؛ كما جاءت بذلك السنة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، فإن الواصفين لصلاته لم يقولوا: إنه كان لا يقرأ سورة الفاتحة بعد الرفع من الركوع الأول، والعلماء يقولون: إن الركن هو الركوع الأول والقراءة التي قبله، وإن الإنسان لو ترك القراءة التي بعد الركوع الأول وقبل الركوع الثاني فلا بأس

Bahwa membaca al-Fatihah ( yakni: setelah Ruku’ pertama ) itu disyariatkan ; Sesuai dengan sunnah yang datang dari Rasulullah SAW, karena semua orang yang menceritakan dan menggambarkan sholat gerhana beliau SAW tidak ada yang mengatakan: “ Dia tidak membaca Surat Al-Fatihah setelah bangun dari rukuk pertama “.

Dan para ulama mengatakan: Sesungguhnya yang menjadi Rukun adalah rukuk pertama dan baca al-Fatihan yang sebelumnya. Dan sesungguhnya jika seseorang meninggalkan bacaan al-Fatihah yang setelah Ruku’ pertama dan sebelum Ruku’yang kedua, maka tidak lah mengapa “. ( Kutipan selesai )

Baca: “مجموع فتاوى و رسائل الشيخ محمد صالح العثيمين” Jilid 16/312-313 Bab. Sholat Gerhana

Dalam fatwa Islamweb.net juga dinyatakan bahwa bacaan al-Fatihah tsb hukumnya Sunnah. Dan ketika di tanya tentang seorang imam yang tidak baca al-Fatihah setelah bangun dari Ruku’ pertama, maka jawabannya adalah sbb:

فالصلاة صحيحة، ويسن للإمام أن يسجد للسهو، لأن القراءة بعد الركوع الأول من كل ركعة سنة، والقراءة بعد الركوع تشمل: الفاتحة والسورة بعده

Maka shalat nya sah, dan disunnahkan bagi imam untuk sujud sahwi ; karena bacaan setelah rukuk pertama dari setiap rakaat adalah sunnah, dan bacaan setelah riku’ tsb meliputi: Al-Fatihah dan surat setelahnya

(Fatwa islamweb.net Nomor: 6959 Tanggal Penerbitan: Kamis 29 Dzu al-Qi'dah 1421 H - 22/2/2001 M)

Berbeda dengan fatwa Syeikh Masyhur bin Hasan Aali Salmaan, beliau mengatakan Wajib bukan sunnah. Beliau pernah ditanya:

Apakah wajib baca surat al-Fatihah pada setiap rokaat dalam sholat Gerhana?

Beliau menjawab:

نعم ، يجب أن تُقرأ الفاتحة قبل كل ركوع ، يعني صلاة الكسوف ركعتان، في كل ركعة ركوعان، فالإنسان يركع أربع مرات ، ويسجد أربع مرات ، ولٙمّا يقوم من الركوع الأول في كل ركعة ، (لما يقوم المُصٙلِّي -إماماً أو مأموماً أو منفرداً-، لٙمّٙا يقوم من الركوع الأول)؛ يرجع فيقرأ الفاتحة مرة أخرى، هذا هو الراجح عند أهل العلم.

Ya, Al-Fatihah wajib dibaca sebelum masing-masing rukuk, artinya shalat gerhana dua raka'at, di setiap raka'at ada dua raka'at, jadi seseorang ber ruku’ empat kali, dan bersujud empat kali.

Dan ketika berdiri dari rukuk pertama di setiap rakaat, ( ketika seseorang berdiri sholat – sebagai imam atau makmum atau sendirian - maka ketika dia bangun dari rukuk pertama); Dia kembali membaca Al-Fatihah lagi. Ini yang paling Rajih menurut para ulama”.

Dan Syeikh Bin Baaz pernah di tanya:

Apakah baca al-Fatihah setelah bangkit dari Ruku’ dalam sholat Gerhana itu ada dalilnya ?

Jawaban Beliau:

لأنها ركعة، الركعة الثانية بمثابة ركعة مستقلة يقرأ فيها الفاتحة؛ لأنه إذا قرأ وركع ثم رفع صارت بمنزلة ركعة ثانية؛ فيقرأ الفاتحة ويقرأ بعدها، وهذا الذي عليه عمل أهل العلم.

Dalilnya ; karena itu adalah raka'at, maka raka'at kedua adalah raka'at yang terpisah / rakaat yang berdiri sendiri di mana dia membaca al-Fatihah di dalamnya ; Karena jika dia membacanya lalu ruku’ lalu bangkit lagi, itu menjadi seperti raka'at kedua ; maka dia membaca Al-Fatihah dan membacanya setelahnya. Dan inilah yang diamalkan oleh para ulama

RINGKASNYA SBB:

Jelasnya, tata cara shalat gerhana -sama seperti shalat biasa dan bacaannya pun sama-, urutannya sebagai berikut:

[1] Berniat Sholat Gerhana

[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.

[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:

جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)

[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.

[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan:

" سمع الله لمن حمده ، ربنا ولك الحمد ".

[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.

[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.

[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).

[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.

[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.

[11] Tasyahud.

[12] Salam.

[13] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak.

( Baca: “زاد المعاد ” karya Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1: 438)

Semoga bermanfaat.
Wallahu’alam.

Posting Komentar

0 Komentar