Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hukum Mengurangi Kewajiban Bayar Hutang Dari Penerima Hutang Dengan Meminta Di Majukan Waktu Pelunasannya

Oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM
 

Bismillah


Mengurangi kewajiban bayar hutang dari penerima hutang, itu termasuk amal kebajikan. Apalagi jika menghapus hutangnya.

Allah SWT berfirman:

وَاِنْ كَانَ ذُوْ عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ اِلٰى مَيْسَرَةٍ ۗ وَاَنْ تَصَدَّقُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ


"Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kalian menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui". (QS. Al-Baqarah: 280)

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
 

إِنَّ رَجُلًا لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ وَكَانَ يُدَايِنُ النَّاسَ، فَيَقُولُ لِرَسُولِهِ: خُذْ مَا تَيَسَّرَ، وَاتْرُكْ مَا عَسُرَ، وَتَجَاوَزْ لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَتَجَاوَزَ عَنَّا فَلَمَّا هَلَكَ. قَالَ لَهُ اللَّه - عز وجل -: هَلْ عَمِلْتَ خَيْرًا قَطُّ؟، قَالَ: لَا، إِلَّا أَنَّهُ كَانَ لِي غُلَامٌ وَكُنْتُ أُدَايِنُ النَّاسَ، فَإِذَا بَعَثْتُهُ لِيَتَقَاضَى، قُلْتُ لَهُ: خُذْ مَا تَيَسَّرَ وَاتْرُكْ مَا عَسُرَ وَتَجَاوَزْ لَعَلَّ اللَّهَ يَتَجَاوَزُ عَنَّا. قَالَ اللَّه تَعَالَى: قَدْ تَجَاوَزْتُ عَنْكَ


"Sesungguhnya terdapat seorang laki-laki yang belum pernah berbuat kebaikan sama sekali, dan dia biasa memberikan hutang kepada orang-orang. Kemudian dia berkata kepada utusannya (penagih hutang):
 
"Ambillah apa yang mudah (orang yang mudah membayarnya) dan tinggalkan apa yang sulit dan maafkan semoga Allah ta'ala mengampuni kita!."

Kemudian tatkala dia meninggal, Allah 'azza wajalla berfirman kepadanya: "Apakah engkau pernah mengerjakan kebaikan?"

Dia berkata; "Tidak, hanya saja saya memiliki seorang pembantu dan saya biasa memberikan hutang kepada orang-orang kemudian apabila saya mengutusnya untuk menagih hutang, saya katakan kepadanya; 'Ambillah apa yang mudah dan tinggalkan apa yang sulit dan maafkan, semoga Allah memaafkan kita."

Allah ta'ala berfirman: "Sungguh Aku telah memaafkanmu."

(HR. Bukhori No. 2078, Muslim No. 1562 dan Nasaa’i No. 4694

BAGAIMANA JIKA PENGURANGANNYA DENGAN SYARAT DI MAJUKAN PELUNASANYA ???

 
Jika si pemberi hutang bersedia mengurangi kewajiban bayar hutang dari si penerima hutang dengan syarat di majukan waktu pelunasannya; maka hukumnya tetap diperbolehkan.

Ini di kenal oleh para fuqaha dengan Istilah:

(ضَعْ وتَعَجَّلْ: kurangi dan segera dibayar)

Yakni: ketika orang yang berhutang lebih cepat membayar hutangnya, maka si pemberi hutang boleh mengurangi pelunasan hutangnya dari jumlah yang ditangguhkan atas orang yang berhutang dan mendiscont darinya sebagai imbalan atas lebih cepatnya pembayaran kepada pemberi hutang.

Dalil Asal disyariatkannya qaidah ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih mereka dari hadits Al-Zuhri dari Abdullah bin Ka’ab bin Malik dari Ka’ab RA:

أَنَّهُ تَقَاضَى ابْنَ أَبِي حَدْرَدٍ دَيْنًا كَانَ لَهُ عَلَيْهِ فِي المَسْجِدِ، فَارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُهُمَا حَتَّى سَمِعَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي بَيْتِهِ، فَخَرَجَ إِلَيْهِمَا حَتَّى كَشَفَ سِجْفَ حُجْرَتِهِ، فَنَادَى: «يَا كَعْبُ» قَالَ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «ضَعْ مِنْ دَيْنِكَ هَذَا» وَأَوْمَأَ إِلَيْهِ: أَيِ الشَّطْرَ، قَالَ: لَقَدْ فَعَلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «قُمْ فَاقْضِهِ».


Bahwa ia pernah menagih hutang kepada Ibnu Abu Hadrad di dalam masjid hingga suara keduanya meninggi yang akhirnya didengar oleh Rasulullah SAW yang berada di rumah. Beliau kemudian keluar menemui keduanya sambil menyingkap kain gorden kamarnya,

Beliau bersabda: "Wahai Ka’ab!"

Ka’ab bin Malik menjawab: "Wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu."

Beliau bersabda: "Bebaskanlah hutangmu ini."

Beliau lalu memberi isyarat untuk membebaskan setengahnya.

Ka’b bin Malik menjawab, "Sudah aku lakukan wahai Rasulullah."

Beliau lalu bersabda (kepada Ibnu Abu Hadrad): "Sekarang bayarlah". (HR. Bukhori no. 2710 dan Muslim no. 4067).

Dan Al-Bayhaqi berkata:

وَرُوِّينَا عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ كَانَ: «لَا يَرَى بَأْسًا أَنْ يَقُولَ أُعَجِّلُ لَكَ وَتَضَعُ عَنِّي».


Dan diriwayatkan kepada kami dari Amr bin Dinar bahwa dulu Ibnu Abbas berpendangan tidak mengapa jika seseorang berkata: Aku siap mempercepat bayar hutang padamu, tapi kau kurangi kewajiban bayar hutang ku itu." (Lihat "السنن الصغير" karya al-Baihaqi (2/285) (2015)

Dan dalam bab ini ada kisah pengusiran Bani al-Nadir dan Sabda Nabi SAW kepada mereka: "ضعوا وتعجّلوا" (Kalian kurangilah dan mereka segera membayar))

Yaitu Apa yang diriwayatkan oleh al-Hakim dan al-Tabarani dari Ibnu Abbas:

أن النبي صلى الله عليه وسلم: لما أمر بإخراج بني النضير جاءه ناس منهم فقالوا: يا نبي الله ، إنك أمرت بإخراجنا ولنا على الناس ديون لم تَحِلَّ ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ضعوا وتعجلوا


"Bahwa Nabi SAW: Ketika beliau memerintahkan pengusiran Bani al-Nadlir, ada beberapa orang dari mereka datang kepadanya. Mereka berkata: Wahai Nabi Allah, Anda telah memerintahkan kami untuk diusir, sementara banyak orang punya hutang pada kami yang belum terselesaikan. Rasulullah SAW berkata: Letakkan dan cepatlah.

"ضعوا وتعجّلوا" (Kalian kurangilah dan mereka segera membayar)

Ibnu Hajar al-Haitsami berkata dalam "مجمع الزوائد":

فيه مسلم بن خالد الزنجي وهو ضعيف وقد وُثِّق اهـ.


Di dalam sanadnya terdapat Muslim ibn Khalid al-Zanji, dia itu dhoif, tapi ada pula yang mentsiqohkannya ".

Dan Ibnul Qoyyim dlm "أحكام أهل الذمة" 1/396 berkata:

وإسناده حسن ليس فيه إلا مسلم بن خالد الزنجي وحديثه لا ينحط عن رتبة الحسن اهـ.


Sanadnya hasan, dan tidak ada seorang pun di dalamnya kecuali Muslim bin Khalid al-Zanji, dan haditsnya tidak jatuh di bawah peringkat al-Hasan",

Dalil yang bisa diambil dari hadits-hadits ini adalah jika boleh membeli waktu dengan mengurangi harga dan kewajiban utang ketika dibayar, maka diperbolehkan juga menjual waktu dengan menaikkan harga sebelum akad.

Karena Waktu itu memiliki harga dan bukan sesuatu yang dibuang-buang, apalagi dengan kebutuhan mendesak pedagang akan uang tunai dan likuiditas keuangan dalam transaksinya saat itu juga.

Gambaran ini sama sekali berbeda dengan gambaran kenaikan harga ribawi pada saat jatuh tempo, karena kenaikan ini merupakan beban yang menghimpit bagi yang berhutang. Adapun kenaikan harga dalam penjualan kredit maka itu merupakan keluasan dan pilihan bagi pembeli.

Al-Lajnah ad-Daaimah pernah di tanya masalah (ضَعْ وتَعَجَّلْ: dikurangi dan dibayar segera):

JAWABANNYA:

هذه المسألة فيها خلاف بين أهل العلم ، والصحيح من قوليهم جواز الوضع والتعجيل وهو رواية عن الإمام أحمد واختيار الشيخين ابن تيمية وابن القيم ومنسوب إلى ابن عباس رضي الله عنهما... اهـ. [فتاوى اللجنة (13/168)]


Masalah ini menjadi perselisihan di antara para ahli ilmu, dan yang benar dari perkataan mereka adalah boleh hukum (ضَعْ وتَعَجَّلْ: dikurangi dan dipercepat) dan itu adalah riwayat dari Imam Ahmad dan pilihan dari dua syeikh Ibnu Taimiyah dan Ibnu al-Qayyim, dan itu dinisbatkan kepada Ibn Abbas - semoga Allah meridhoi mereka berdua. (فتاوى اللجنة 13/168).


Dan itu termasuk keputusan "قرارات المجمع الفقهي":

الحطيطة من الدين المؤجل ، لأجل تعجيله ، سواء أكانت بطلب الدائن أو المدين ، (ضع وتعجل) جائزة شرعاً ، لا تدخل في الربا المحرم اهـ


Pengurangan hutang yang ditangguhkan, demi mempercepatnya, baik atas permintaan kreditur atau debitur, (ضَعْ وتَعَجَّلْ: dikurangi dan dibayar segera) diperbolehkan menurut hukum Syariah, tidak masuk ke dalam riba yang diharamkan.

راجع: مجموعة فتاوى الهيئة الشرعية - شركة الراجحي المصرفية للاستثمار قرار رقم (1)



Pertama: Boleh hukumnya memindahkan pembayaran hutang kepada orang lain.

"Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

» مَطْلُ الْغَنِىِّ ظُلْمٌ ، فَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِىٍّ فَلْيَتْبَعْ«


"Penundaan (pembayaran hutang dari) seorang yang kaya adalah sebuah kelaliman, maka jika salah seorang dari kalian di pindahkan kepada seorang yang kaya maka ikutilah." HR. Bukhari

Kedua: Boleh hukumnya pemberi hutang mengurangi kewajiban bayar hutang dari penerima hutang.

Ketiga: Si C (yang menerima peralihan hutang piutang) hanya berhak menerima pembayaran di si A hanya Rp. 90 juta, tidak boleh lebih. Jika ada lebihnya maka hukum lebihnya adalah Riba.


NOTE:
Adapun yang Kedua:



Posting Komentar

0 Komentar