Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

PERKATAAN SEBAGIAN PARA ULAMA TENTANG PERBEDAAN PENDAPAT

Oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

BISMILLAH,

Al-Imam Al-Dzahabi rahimahullah berkata:


"ولو أن كل من أخطأ في اجتهاده مع صحة إيمانه، وتوخيه لاتباع الحق أهدرناه، وبدعناه؛ لقل من يسلم من الأئمة معنا، رحم الله الجميع بمنه وكرمه".

"Dan jika setiap orang yang salah dalam ijtihadnya dengan kebenaran imannya, dan keinginannya yang kuat untuk mengikuti kebenaran, lalu kami menyia-nyiakannya, dan kami menganggapnya ahli bid’ah; maka jika demikian, sangat sedikit orang yang selamat dari kalangan para imam yang bersama kami. Semoga Allah merahmati semua orang dengan rahmat dan kemurahan-Nya" [Baca: "سير أعلام النبلاء" 14/376].

Dan di halaman lain Al-Dzahabi rahimahullah juga berkata:


"ولو أن كل ما أخطأ إمام في اجتهاده في آحاد المسائل خطأ مغفورًا له قمنا عليه وبدعناه وهجرناه؛ لما سلم معنا لا ابن نصر، ولا ابن منده" -هؤلاء من الكبار- "ولا من هو أكبر منهما، والله هو هادي الخلق إلى الحق، وهو أرحم الراحمين، فنعوذ بالله من الهوى والفضاضة".

Dan jika semua kesalahan yang dilakukan seorang imam dalam ijtihadnya pada masalah-masalah tertentu, kesalahan yang dimaafkan, lalu kami bangkit menyalahkannya, membid’ahkannya, dan mengucilkannya (meng hajernya); maka tidak akan ada yang selamat orang – orang yang bersama kami, tidak pula ulama sekelas Ibnu Nasher dan tidak pula sekelas Ibnu Mandah – mereka berdua adalah para ulama besar – bahkan tidak akan selamat pula para ulama yang lebih besar dari keduanya.

Dan Allah adalah Pemberi petunjuk makhluk kepada kebenaran, dan Dia adalah Maha Penyayang dari semua penyayang, maka Kami berlindung kepada Allah dari hawa nafsu dan bercerai berai / pecah belah".  [Baca: "سير أعلام النبلاء" 14/40].

Syekh Islam Ibnu Taimiyah berkata:


"وكثير من مجتهدي السلف والخلف قد قالوا وفعلوا ما هو بدعة، ولم يعلموا أنه بدعة، إما لأحاديث ضعيفة ظنوها صحيحة، وإما لآيات فهموا منها ما لم يرد منها، وإما لرأي رأوه وفي المسألة نصوص لم تبلغهم، وإذا اتقى الرجل ربه ما استطاع" – يعني: من هؤلاء العلماء الذين أخطؤوا - "دخل في قوله: [رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا] [البقرة: 286] وفي الصحيح أن الله قد قال: " قد فعلت ".

"Banyak mujtahid Salaf dan Kholaf telah berpendapat dan melakukan apa yang merupakan bid'ah, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah bid'ah, Entah karena dha’ifnya hadits yang mereka anggap shahih, atau karena ayat-ayat yang mereka pahami yang tidak ada keterangan yang sampai kepadanya tentang makna ayat-ayat tsb, atau karena pendapat yang mereka lihat, padahal dalam hal itu ada nash yang belum sampai kepada mereka.

Dan jika ada seseorang yang berusaha semampunya agar bisa bertakwa kepada Rabbnya; maka dia masuk dalam katagori firman Allah SWT: "

[رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا]

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah"

Dan dalam hadits Shahih, Allah telah berfirman: Aku telah melakukan. [Majmu’ al-Fataawaa: 19/191].

Penulis katakan: Beliau mengisyaratkan pada hadits Ibnu Abbas RA, dia berkata,

"لَمَّا نَزَلَتْ هذِه الآيَةُ: {وَإنْ تُبْدُوا ما في أنْفُسِكُمْ أوْ تُخْفُوهُ يُحاسِبْكُمْ به اللَّهُ} [البقرة: 284]، قالَ: دَخَلَ قُلُوبَهُمْ مِنْها شيءٌ لَمْ يَدْخُلْ قُلُوبَهُمْ مِن شيءٍ، فقالَ النبيُّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ:
قُولوا: سَمِعْنا وأَطَعْنا وسَلَّمْنا
قالَ: فألْقَى اللَّهُ الإيمانَ في قُلُوبِهِمْ، فأنْزَلَ اللَّهُ تَعالَى: {لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إلَّا وُسْعَها لها ما كَسَبَتْ وعليها ما اكْتَسَبَتْ رَبَّنا لا تُؤاخِذْنا إنْ نَسِينا، أوْ أخْطَأْنا}. قالَ: قدْ فَعَلْتُ
{رَبَّنا ولا تَحْمِلْ عليْنا إصْرًا كما حَمَلْتَهُ علَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنا}. قالَ: قدْ فَعَلْتُ.
{واغْفِرْ لنا وارْحَمْنا أنْتَ مَوْلانا} قالَ: قدْ فَعَلْتُ ".

"Ketika turun ayat:

{وَإنْ تُبْدُوا ما في أنْفُسِكُمْ أوْ تُخْفُوهُ يُحاسِبْكُمْ به اللَّهُ}

'(Dan jika kamu melahirkan sesuatu yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu) ' (Qs. Al Baqarah: 284).

Ibnu Abbas berkata, "Maka masuklah suatu kesedihan darinya ke dalam hati mereka yang mana belum pernah masuk ke dalam hati mereka sedikit pun sebelumnya."

Maka Nabi SAW bersabda: "Katakanlah, 'Saya mendengar dan saya menaati serta saya menyerahkan diri'."

Ibnu Abbas berkata, "Lalu Allah meletakkan iman pada hati mereka, yang kemudian menurunkan ayat:

{لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إلَّا وُسْعَها لها ما كَسَبَتْ وعليها ما اكْتَسَبَتْ رَبَّنا لا تُؤاخِذْنا إنْ نَسِينا، أوْ أخْطَأْنا}

'(Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), 'Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah) ' (Qs. Al Baqarah: 286),

Allah berfirman: "Sungguh aku telah melakukannya."

{رَبَّنا ولا تَحْمِلْ عليْنا إصْرًا كما حَمَلْتَهُ علَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنا}

'(Wahai Rabb kami, dan janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami) ' (Qs. Al baqarah: 286),
Allah berfirman: "Aku telah melakukanya."

{واغْفِرْ لنا وارْحَمْنا أنْتَ مَوْلانا}

'(Wahai Rabb kami, Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami) '

Allah berfiraman: "Aku telah lakukan."

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata pula:


ومَن جالسني يعلم ذلك مني: أني مِن أعظم الناس نهيًا عن أن يُنسَبَ معيَّنٌ إلى تكفيرٍ وتفسيقٍ ومعصيةٍ، إلا إذا عُلم أنه قد قامت عليه الحجة الرسالية، التي من خالفها كان كافرًا تارةً، وفاسقًا أخرى، وعاصيًا أخرى، وإني أقرر أن الله قد غفر لهذه الأمة خطأها، وذلك يعمُّ الخطأ في المسائل الخبرية القولية والمسائل العملية

Dan siapa pun yang duduk dengan saya pasti tahu tentang saya: bahwa saya adalah salah satu dari orang-orang keras yang melarang pentakfiran, pentafsikan dan mengecap ahli maksiat yang ditujukan pada orang tertentu, kecuali setelah diketahui bahwa "al-hujjah ar-rosaaliyah" telah disampaikan padanya.

Siapapun yang menentangnya, maka terkadang dia kafir, terkadang fasiq, dan terkadang maksiat.

Dan saya menyatakan bahwa Allah telah mengampuni umat ini atas kesalahannya.
Ini meliputi semua kesalahan, dalam masalah kabar ucapan dan masalah-masalah amalan. (Majmu’ Fataawaa Ibn Taymiyyah, 3/229).

Makna ""al-hujjah ar-rosaaliyah" adalah: dalil syar’i yang di bawa oleh Nabi SAW.

FATWA SYEIKH SHOLEH AL-FAUZAAN:


Syeikh Sholeh al-Fauzaan di tanya:

لقد ظهر بين طلاب العلم اختلاف في تعريف المبتدع، فقال بعضهم: هو من قال أو فعل البدعة ولم تقع عليه الحجة، ومنهم من قال: لا بدّ من إقامة الحجة عليه، ومنهم من فرق بين العالم المجتهد وغيره من الذين أصلوا أصولهم المخالفة لمنهج أهل السنة والجماعة، وظهر من بعض هذه الأقوال تبديع ابن حجر والنووي، وعدم الترحم عليهم.

Di kalangan para penuntut Ilmu (طلاب العلم) telah muncul perbedaan pendapat dalam definisi ahli bid’ah.

Sebagian dari mereka berkata: Dialah yang mengatakan atau melakukan bid'ah meskipun belum sampai kepadanya hujjah.

Dan sebagian dari mereka berkata: Hujjahnya harus ditegakkan dulu terhadapnya.

Dan di antara mereka ada yang membedakan antara ulama yang mujtahid dengan orang lain yang membangun pondasi pemahaman agamanya bertentangan dengan Manhaj Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah.

Dan telah nampak dari sebagian perkataan mereka membid'ahkan Ibnu Hajar dan an-Nawawi, dan melarang untuk mendoakan rahmat untuk mereka ".

Maka Syeikh Shaleh menjawab:

هذه ملاحظة مهمة:
"أولاً: لا ينبغي للطلبة المبتدئين، وغيرهم من العامة أن يشتغلوا بالتبديع والتفسيق"، صغار الشباب هؤلاء الذين يظنون أنفسهم محامين عن منهج السلف، وعندهم جهل وغلو وإفراط، ويريد أن يتكلم في ابن حجر والنووي، ما هو مستواك؟ من الذي نصبك في علماء أكبر منك، وأغير منك على الدين، وأحرص منك على القيام بأمر الله؟
سبحان الله!
مجموعة غوغاء لا يصلح أن تقول: نصف طالب علم، ومن أسوأ صفاتهم قلة الأدب، إذا كان طلاب الإمام أحمد -رحمهم الله- يجلسون عنده ليتعلموا منه الأدب قبل العلم، هؤلاء لا علم ولا أدب، ولذلك التطاول عندهم سهل، يأتي لشيخ في الحرم يضربه بالنعال، يقول: سود الله وجهك يوم تسود الوجوه، لا يوجد أدب ولا تربية.
مثل هؤلاء الغلاة في التكفير، من الذي يتولى التكفير؟
صغار، وينصب نفسه قاض، ويحكم بالردة، ويستبيح الدم، ويستحل المال، المسائل خطيرة كبيرة ينتصب لها أغرار سفهاء، لا أدب ولا علم، ولا فقه، ولا حكمة، ولا يعرف موازنة المصالح والمفاسد أساسًا ويريد يشتغل بالتكفير والتبديع، والحكم باستحلال الدم والمال، وهذه مصيبتنا، هذه الآن من مصائب الأمة، الأمة الآن متخلفة، وتسلط عليها الأعداء، التشبه بالكفار، والاشتغال بالدنيا، وأشياء كثيرة من أسباب تخلف الأمة، وهذا واحد منها، يعني: هذا واحد من الابتلاءات.

Ini adalah catatan-catatan penting:

"Pertama: Tidak pantas bagi para siswa pemula, dan lainnya dari masyarakat umum, untuk terlibat/menyibukkan diri dalam membid’ahkan seseorang dan memfasiq kan nya."

Anak-anak muda yang masih ingusan, mereka mengira bahwa diri mereka adalah sebagai para pembela manhaj salaf, padahal mereka ini hanya memiliki kedunguan, ghuluw dan kebablasan, lalu tiba-tiba dia ingin berbicara tentang kesesatan Ibn Hajar dan Al-Nawawi?? Level mu Apa?

Siapakah yang mengangkat kamu di antara para ulama yang lebih besar darimu, lebih cemburu dari kamu dalam agama, dan lebih bersemangat dari kamu untuk menjalankan perintah Allah?

Subhanallah!

Sekelompok gerombolan gembel yang tidak pantas untuk dikatakan: Setengah penuntut ilmu, dan salah satu ciri terburuk mereka adalah sedikitnya adab.

Jika murid-murid Imam Ahmad saja - semoga Allah merahmati mereka - duduk bersamanya untuk belajar darinya adab sebelum ilmu, namun mereka kelompok para gembel ini tidak berilmu dan tidak punya adab, oleh karena itu mulut mereka sangat mudah menjelek-jelek orang.

Salah seorang dari mereka ada yang datang kepada seorang Syeikh di mesjid al-Haram, lalu dia memukulnya dengan sandal, sambil mengatakan:

سود الله وجهك يوم تسود الوجوه

"Semoga Allah menghitamkan wajahmu, di hari ketika wajah-wajah menjadi hitam "

(NOTE: Penulis katakan: (karena orang yang memukul syeikh itu telah menganggap syeikh tsb menyelisihi pendapat syeikh yang dikultuskannya, dan menurut nya pendapat yang hak itu cuma satu, tidak boleh lebih, jika lebih, maka selebihnya adalah batil dan bid’ah. Dan yang hak dan benar adalah pendapat syeikhnya. Adapun ucapan nya "سود الله وجهك" mengisyaratkan pada Firman Allah SWT:

يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَٰنِكُمْ فَذُوقُوا۟ ٱلْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ

Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan):

"Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". (QS: Ali-Imran:106)

Ada kemiripan dengan Ibnu Muljam ketika menebas leher Ali bin Abi Thalib RA, ia berkata:

"Tidak ada hukum kecuali milik Allah, bukan milikmu dan bukan milik teman-temanmu, hai Ali!" lalu Ia membaca firman Allah SAW:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ وَاللّهُ رَؤُوفٌ بِالْعِبَادِ

"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya." (Al-Baqarah: 207).

(Silahkan lihat Tarikh ath-Thabari, 5/143-146, ath-Thabaqat karangan Ibnu Sa’ad, 3/36-37, al-Muntazham, 5/172-173, al- Kamil, 3/388-389 dan Tarikh Islam juz Khulafaur Rasyidin halaman 607-608. PEN.))

LANJUTAN FATWA SYEIKH SHALEH AL-FAUZAAN:

"Dia tidak punya adab dan tidak berpendidikan.

Mirip seperti itu para ekstremis (Ghulaat) dalam mengkafirkan orang lain, siapa sebenarnya yang berhak menentukan pengkafiran seseorang?

Mereka anak-anak kecil, tapi mengangkat dirinya seolah-seolah sebagai hakim, dia menghukumi murtadnya seseorang, lalu menghalalkan darahnya, dan menghalalkan hartanya.

Masalah-masalahnya sangat berbahaya, tertipu dan terpdaya orang-orang dungu yang diangkat untuk membimbing mereka, tidak beradab, tidak faham ilmu fiqih, tidak tahu hikmah dan tidak mengerti tentang keseimbangan antara maslahat dan mafsadat.

Dan dia itu berkeinginan menyibukkan dirinya dengan mentakfirkan (mengecap kafir seseorang) dan mentabdi’kan (mengecap seseorang sebagai ahli bid’ah), juga menghukumi halalnya darahnya dan hartanya.

Ini adalah mushibah atas kami yang sekarang ini telah menimpa umat ini. Umat ini sekarang saling berselisih, dan musuh-musuh umat ini ikut terlibat dalam mengendalikannya, ber tasyabbuh dengan orang-orang kafir, sibuk dengan dunia, banyak sekali sebab-sebab yang membuat umat ini menjadi tertinggal, dan ini adalah salah satu dari ibtila’aat (الابتلاءات).

Syekh Al-Albani berkata:


"مثل النووي وابن حجر العسقلاني وأمثالهم من الظلم أن يقال عنهم أنهم من أهل البدع".

"Misalnya Al-Nawawi, Ibnu Hajar Al-Asqalani dan semisalnya, termasuk kedzaliman jika ada yang mengatakan bahwa mereka itu Ahli Bid’ah."

Al-Imam asy-Syafi’i, Muhammad bin Idris berkata kepada Abu Musa:

يَا أَبَا مُوْسَى، أَلاَ يَسْتَقِيْمُ أَنْ نَكُوْنَ إِخْوَانًا وَإِنْ لَمْ نَتَّفِقْ فِيْ مَسْأَلَةٍ

"Wahai Abu Musa, bukankah kita tetap bersaudara (bersahabat) meskipun kita tidak bersepakat dalam suatu masalah?". [Baca: "سير أعلام النبلاء" 10/16].

Dalam "تتمة البيان في ضابط الحكم على الأعيان" oleh Syeikh Muhammad Hassuunah di katakan:

كانوا – رحمهم الله تعالى- دعاة صدق وبرّ ، طاهروا الجنان مع البنان، أعفة اللسان والسنان ، الأمر الذي حجبهم عن إطلاق الأحكام – كل الأحكام- على الأنام - كل الأنام- إلا بعد بيان تلو بيان.
بل وعند تيقن المخالفة كانوا صُبرا ، فستروا وتضرعوا ونصحوا ، كرروا النصح تكريرا ، صبروا على المخالف وصابروا بل رابطوا بغية التجميلا.

Mereka ini (para Ulama Salaf dulu) adalah para dai yang jujur dan baik, hati-hati mereka bersama ujung jarinya suci bersih, selalu menjaga kehormatan gigi dan lisan, mereka selalu menjaga memvonis hukum terhadap manusia, bahkan seluruh umat manusia.

Bahkan ketika mereka tahu persis bahwa orang yang menyelisihinya itu yakin salah, akan tetapi mereka bersabar menghadapinya, maka mereka merahasiakan kesalannya, dengan cara merendahkan diri sambil menasihatinya, terus mengulang-ulang dalam menasihatinya.

Mereka begitu sangat sabar dalam menghadapi orang yang menyelisihinya, padahal dia sangat jelas salahnya, mereka akan terus men sabar diri, bahkan mereka mengikat orang yang menyelisihinya dengan ikatan yang sangat indah, puncaknya keindahan.
(Baca: تتمة البيان في ضابط الحكم على الأعيان)

لم يعجلوا - في الحكم بالابتداع تعيينا والسبّ - عجلة النسنا
لم يتسابقوا فيه تسابق الفراش إلى نار إيناس
بل كانوا سادة الناس،
وبمقتضى تلك السيادة سادوا:

Mereka para ulama salaf dahulu tidak terburu-buru - dalam menghukimi bid’ah tertentu dan tidak tergesa-gesa mencelanya – cepat kilat.

Mereka para ulama salaf tidak berlomba-lomba di dalamnya, seperti berpacunya kupu-kupu malam menuju api Inas, tetapi mereka adalah manusia-manusia terhormat, dan dengan standar kehormatan, mereka benar-benar terhormat

(Baca: تتمة البيان في ضابط الحكم على الأعيان)

Al-Imam Yahya bin Ma’iin (wafat 158 H) berkata:


"ما رأيت على رجل خطأ إلا سترته، وأحببت أن أزين أمره، وما استقبلت رجلا في وجهه بأمر يكرهه، ولكن أبيّن له خطأه فيما بيني وبينه، فإن قبل ذلك، وإلا تركته". "سير أعلام النبلاء" للحافظ شمس الدين الذهبي (11/83)

"Tidaklah aku lihat kesalahan seseorang (saudara se-Islam), kecuali aku menutupinya, aku senang untuk memperindah urusan dirinya.

Tidaklah aku menjumpai seseorang dengan hal yang dia benci di hadapannya, kecuali aku jelaskan kesalahannya (secara sembunyi-sembunyi), hanya antara aku dan dia

Jika dia menerima penjelasanku (maka itu lebih baik), dan jika dia tidak menerima ucapanku, maka aku membiarkannya

(Lihat: Siyar A’lamin Nubala’, 10: 16)

Dalam kitab "الحلية" 9/122 karya Abu Nu’aim (wafat 430 H) di sebutkan:


عن يونس بن عبد الأعلى- رحمه الله تعالى-تلميذ الإمام الشافعي، قال: قال الشافعي- رحمه الله تعالى-ذات يوم: يا يونس، إذا بلّغت عن صديق لك ما تكرهه، فإياك أن تبادر بالعداوة، وقطع الولاية، فتكون ممن أزال يقينه بشك، ولكن القه، وقل له، بلغني عنك كذا وكذا، وأجدر أن تسمي المبلغ، فإن أنكر ذلك، فقل له: أنت أصدق وأبر، ولا تزيدن على ذلك شيئاً، وإن اعترف بذلك فرأيت له وجهاً، بعذر فاقبل منه" "الحلية"(9/122)

Dari Yunus bin Abdul A’la, murid al-Imam asy-Syafi’i, bahwa pada suatu hari Imam Syafii - رحمه الله- berkata:

"Wahai Yunus, ketika sampai kepada kamu sebuah informasi tentang seorang teman mu, yang isinya informasi yang kamu benci, maka waspadalah, kamu jangan tergesa-gesa terhadap permusuhan dan pemutusan persahabatan, sehingga kamu akan menjadi salah satu dari mereka yang suka menghilangkan sesuatu yang yakin dengan keraguan.

Langkah yang benar, temui lah dia, dan ceritkan kepadanya: telah sampai kepadaku informasi tentang dirimu bahwa kamu begitu dan begitu??? dan sebaiknya kau sebutkan nama orang orang yang menyampaikannya. Maka ketika dia mengingkarinya, maka kamu katakan: Kamu lebih jujur dan lebih baik, dan jangan menambahkan apapun padanya. Dan jika dia mengakuinya, lalu kamu lihat di wajahnya nampak menyesal maka kamu terimalah ".

Dan al-Imam al-Ajurri ketika menyebutkan "ذكر الأغلوطات وتعقيد المسائل / kekacau balauan dan rumitnya hukum masalah-masalah", beliau berkata tentang adab perbedaan pendapat yang benar:

"وليس هذا طريق ما تقدم من السلف الصالح، ما كان يطلب بعضهم غلط بعض، ولا مرادهم أن يخطيء بعضهم بعضاً، بل كانوا علماء عقلاء يتكلمون في العلم مناصحة وقد نفعهم الله بالعلم

Ini bukanlah cara yang dilakukan oleh para salafus saaleh, tidak ada sebagian dari mereka yang suka mencari-cari kesalahan satu sama lain, dan tujuan mereka bukanlah untuk saling menyalahkan satu sama lain.

Sebaliknya, mereka adalah para ulama yang berakal sehat, mereka jika berbicara berdasarkan ilmu dengan tujuan untuk saling bernasihat dan dinasihati. Dan Allah swt telah menjadikan ilmu mereka bermanfaat".

Baca: kitab "أخلاق العلماء" hal. 87 dalam perbedaan pendapat.

BERSAMBUNG....




Posting Komentar

0 Komentar