Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

MENSYUKURI NIKMAT ALLAH DENGAN BERJUANG AGAR MANDIRI EKONOMINYA

Oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

*****

بسم الله الرحمن الرحيم

KEMANDIRIAN EKONOMI NABI DAUD ALAIHIS SALAM TANPA MEMBEBANI RAKYATNYA

=====
PADAHAL BELIAU SEORANG RAJA:

Dari al-Miqdam radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

((مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ))

“Tidaklah seorang (hamba) memakan makanan yang lebih baik dari apa yang ia makan, yang berasal dari hasil usaha tangannya (sendiri). Dan sungguh Nabi Dawud ‘alaihissalam makan dari hasil usaha tangannya (sendiri).” [HR.. al-Bukhari (no. 1966)]

Padahal Nabi Daud alaihis salam adalah seorang raja.

Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ مِنَّا فَضْلًا ۖ يَا جِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ. أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ۖ إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya,

(yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Saba: 10-11).

Imam Ibnu Katsir berkata dalam Tafsirnya ketika menafsiri Firman Allah Swt di atas:

"Al-Hafiz Ibnu Asakir mengatakan dalam biografi Daud a.s. melalui jalur Ishaq ibnu Bisyr yang di dalamnya terdapat kisah dari Abul Yas, dari Wahb ibnu Munabbih, yang kesimpulannya seperti berikut:

أن داود ، عليه السلام ، كان يخرج متنكرا ، فيسأل الركبان عنه وعن سيرته ، فلا يسأل أحدا إلا أثنى عليه خيرا في عبادته وسيرته ومعدلته ، صلوات الله وسلامه عليه.

"Bahwa Daud a.s. keluar dengan menyamar, lalu ia menanyakan tentang dirinya kepada kafilah-kafilah yang datang. Maka tidaklah ia menanyai seseorang, melainkah orang tersebut memujinya dalam hal ibadah dan sepak terjangnya ".

Wahb ibnu Munabbih melanjutkan:

حتى بعث الله ملكا في صورة رجل ، فلقيه داود فسأله كما كان يسأل غيره ، فقال: هو خير الناس لنفسه ولأمته ، إلا أن فيه خصلة لو لم تكن فيه كان كاملا قال: ما هي ؟ قال: يأكل ويطعم عياله من مال المسلمين ، يعني بيت المال.

فعند ذلك نصب داود ، عليه السلام ، إلى ربه في الدعاء أن يعلمه عملا بيده يستغني به ويغني به عياله ، فألان له الحديد ، وعلمه صنعة الدروع ، فعمل الدرع ، وهو أول من عملها ، فقال الله تعالى: ( أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ ) يعني: مسامير الحلق.

قال: وكان يعمل الدرع ، فإذا ارتفع من عمله درع باعها ، فتصدق بثلثها ، واشترى بثلثها ما يكفيه وعياله ، وأمسك الثلث يتصدق به يوما بيوم إلى أن يعمل غيرها


"Bahwa pada akhirnya Allah mengutus malaikat dalam rupa seorang lelaki. Kemudian lelaki itu dijumpai oleh Daud a.s., lalu Daud menanyakan kepadanya dengan pertanyaan yang biasa ia kemukakan kepada orang lain.

Maka malaikat itu menjawab:

"Dia adalah seorang yang paling baik buat dirinya sendiri dan buat orang lain, hanya saja di dalam dirinya terdapat suatu pekerti yang seandainya pekerti itu tidak ada pada dirinya, tentulah dia adalah seorang yang kamil." Daud bertanya, "Pekerti apakah itu?" Malaikat menjawab, "Dia makan dan menafkahi anak-anaknya dari harta kaum muslim.' yakni baitul mal [Kas Negara].

Maka pada saat itu juga Nabi Daud a.s. menghadapkan diri kepada Tuhannya seraya berdoa, semoga Dia mengajarkan kepadanya suatu pekerjaan yang dilakukan tangannya sendiri sehingga menjadi orang yang berkecukupan dan dapat membiayai anak-anak dan keluarganya. Lalu Allah melunakkan besi baginya dan mengajarkan kepadanya cara membuat baju besi.

Lalu Daud dikenal sebagai pembuat baju besi; dia adalah orang yang mula-mula membuat baju besi.

Allah Swt. telah berfirman:

{ أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ }

"Buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya" (Saba: 11)

Yang dimaksud dengan sard ialah pakunya lingkaran besi yang dipakai sebagai anyaman baju besi.

Wahb ibnu Munabbih mengatakan:

Bahwa Daud bekerja sebagai pembuat baju besi. Apabila telah selesai, maka ia jual; sepertiga dari hasil penjualan itu dia sedekahkan, sepertiganya lagi ia belikan keperluan hidup untuk mencukupi keluarga dan anak-anaknya, sedangkan yang sepertiganya lagi ia pegang untuk ia sedekahkan setiap harinya, hingga selesai dari membuat baju besi lainnya ".

Al-Imam al-Qurthubi dlam tafsir nya berkata:

في هذه الآية دليل على تعلم أهل الفضل الصنائع ، وأن التحرف بها لا ينقص من مناصبهم ، بل ذلك زيادة في فضلهم وفضائلهم; إذ يحصل لهم التواضع في أنفسهم والاستغناء عن غيرهم ، وكسب الحلال الخلي عن الامتنان

Dalam ayat ini, terdapat bukti bahwa orang-orang yang berbudi luhur telah mempelajari tehnik-tehnik industri , dan bahwa bekerja mencari nafkah dengan keahliannya tidak mengurangi kedudukan mereka, melainkan meningkatkan pahala dan keutamaan mereka.

Karena mereka mencapai kerendahan hati dalam diri mereka sendiri dan tidak bergantung pada orang lain, dan mendapatkan rizki yang halal yang bebas dari minta-minta belas kasihan kepada manusia ".

Dan al-Hafidz Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah SWT:

{ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ }

" dan kami telah melunakkan besi untuknya". (Saba: 10)

Al-Hasan Al-Basri, Qatadah, Al-A'masy, dan lain-lainnya mengatakan bahwa untuk melunakkan besi bagi Nabi Daud tidak perlu memasukkannya ke dalam tungku api, dan tidak perlu palu untuk membentuknya, tetapi Daud dapat memintalnya dengan tangannya seperti halnya memintal kapas untuk menjadi benang. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:

{ أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ }

" Buatlah baju besi yang besar-besar. (Saba: 11)

Yaitu baju-baju besi yang dianyam lagi besar-besar.

Qatadah mengatakan bahwa Daud adalah orang yang mula-mula membuat baju besi dengan dianyam. Dan sesungguhnya sebelum itu baju besi-hanya berupa lempengan-lempengan.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ibnu Sama'ah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Damrah, dari Ibnu Syauzab yang mengatakan bahwa Daud a.s. setiap hari dapat membuat sebuah baju besi, lalu ia menjualnya dengan harga enam ribu dirham; dua ribu untuk dirinya dan keluarganya, sedangkan yang empat ribu dia belikan makanan pokok untuk memberi makan kaum Bani Israil.

Dan firman Allah SWT:

{ وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ }

" Dan ukurlah anyamannya. (Saba: 11)

Ini merupakan petunjuk dari Allah Swt. kepada Daud dalam mengajarinya cara membuat baju besi.

Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan ukurlah anyamannya. (Saba: 11): " Janganlah kamu menjadikan pakunya kecil karena akan membuatnya longgar pada lingkaran. Jangan pula kamu menjadikannya besar karena mengalami keausan, tetapi pakailah paku yang berukuran sedang.

Al-Hakam ibnu Uyaynah mengatakan, bahwa janganlah engkau memakai paku yang besar karena akan aus, jangan pula memakai paku kecil karena longgar. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Qatadah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan as-sard ialah lingkaran besi. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa bila dikatakan baju besi yang dianyam, istilah Arabnya ialah dar'un masrudah.

Sebagai dalilnya ialah ucapan seorang penyair yang mengatakan:

وَعَليهما مَسْرُودَتَان قَضَاهُما ...  دَاودُ أَوْ صنعَ السَّوابغ تُبّعُ ...

" Keduanya memakai baju besi yang dianyam, sebagaimana baju besi buatan Nabi Daud atau baju besi yang biasa dipakai oleh Tubba' (buatan negeri Yaman) ".

[Lalu Allah Swt mengingatkan kita agar jangan lupa dengan beramal shaleh dengan firman nya:]

{ وَاعْمَلُوا صَالِحًا }

"dan kerjakanlah amalan yang saleh". (Saba: 11) 

Artinya, gunakanlah nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadamu untuk mengerjakan amal saleh.


{ إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ}


Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan. (Saba: 11)

Yakni mengawasi kalian dan melihat semua amal perbuatan dan ucapan kalian, tiada sesuatu pun darinya yang samar bagi Allah Swt. [SELESAI KUTIPAN DARI IBNU KATSIR].

*****

BEKERJA CARI NAFKAH ITU BAGIAN DARI BERSYUKUR KEPADA ALLAH.

Firman Allah Swt.:

﴿اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ﴾

" Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur ". (Saba: 13)

Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata:

" Yakni dan Kami katakan kepada mereka, "Bekerjalah sebagai ungkapan rasa syukur yang telah dilimpahkan Allah kepada kalian untuk kepentingan agama dan dunia kalian."

Syukran adalah bentuk masdar tanpa fi'il, atau menjadi maf'ullah. Berdasarkan kedua hipotesis ini terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa syukur itu adakalanya dengan perbuatan, adakalanya pula dengan lisan dan niat, sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang penyair:

أفَادَتْكُمُ النّعْمَاء منِّي ثَلاثةً :... يدِي، ولَسَاني، وَالضَّمير المُحَجَّبَا ...

Telah kulimpahkan tiga macam nikmat dariku kepada kalian (sebagai rasa terima kasihku), yaitu melalui tanganku, lisanku, dan hatiku yang tidak kelihatan.

Abu Abdur Rahman As-Sulami telah mengatakan bahwa shalat adalah ungkapan rasa syukur, puasa juga ungkapan rasa syukur, serta semua amal kebaikan yang engkau kerjakan karena Allah Swt. merupakan ungkapan rasa syukurmu (kepada-Nya).

Dan Ibnu Katsir berkata:

" Hal ini merupakan berita tentang kenyataannya". [Selesai Kutipan dari Ibnu Katsir].

Penulis katakan:

Bekerja mencari nafkah itu sendiri adalah bentuk ungkapan rasa syukur. Tidak cukup hanya dengan menikmati anugerah dan mengucapkan kata syukur kepada Allah. Yang lebih besar dan lebih mulia dari itu adalah menggunakan nikmat-nikmat Allah untuk kepentingan manusia, dan itu adalah sabiilillah / jalan Allah.

Bahkan para nabi dan raja pun tidak boleh meninggalkan pekerjaan mencari nafkah , dan tidak bergantung pada Baitul Maal [Kas Negara] . Yang demikian itu agar mereka bisa menjadi contoh dan teladan dalam hal itu. Bukan saja menjadi teladan dan contoh bagi para generasi bangsa mereka dan rakyat mereka, bahkan juga bagi para raja dan penguasa sepanjang zaman.

Kemandirian ekonomi bagi penguasa dan tidak memakan uang negara atau tidak pilih kasih dan tidak mementingkan dirinya sendiri ; itu adalah merupakan pelajaran terpenting yang bisa di ambil dari amalan Nabi Daud.

Dan bekerja itu sendiri merupakan sebuah nilai prestasi. Rosulullah SAW bersabda:

 وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بهِ نَسَبُهُ

Barangsiapa yang lambat dalam bekerja , sungguh nasabnya tidak akan bisa membantunya.” (HR. muslim no. 2699 )

Tidaklah cukup bagi seorang anak untuk bergantung pada kekayaan seseorang atau kekayaan ayahnya atau reputasi ayahnya atau kemuliaannya atau kehormatan garis keturunannya. Sebaliknya, dia harus bangkit dengan pekerjaannya, karena dia sendiri yang dianggap sebagai orang yang terhormat.

Ada pepatah yang di nisbatkan kepada Ali , tersebar dalam kitab-kitab Syi'ah:

الشرفُ عند الله سبحانه بحُسن الأعمال لا بحُسن الأقوال

" Kemuliaan di sisi Allah SWT adalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang baik, bukan hanya dengan kata-kata yang baik saja ".

*****

KENAPA BEKERJA ITU ADALAH UNGKAPAN RASA SYUKUR ??.

Pertama:

يعني – في ما يعنيه – أنّ الله تعالى واهب (النِّعم) و(الأدوات) التي بها تُستحصلُ (تُكتسب) تلك النِّعم، فالمتفضِّل في كسبها واستحصالها هو واهب المُمكِّنات من ذلك، وشكر اليد عملها، كما أنّ شكر الرجل السعي في ما يرضي الله تعالى من أعمال صالحة، وهكذا في كلّ عضو وجارحة، ويبقى شكر الله مع ذلك يحتاج إلى شكر، فكلّما قلنا بعملنا شكراً، وجب أن نقول لله على توفيقنا إلى ذلك شكراً.

Yakni - dalam artian - bahwa Allah Ta'aala adalah Pemberi (segala nikmat) dan (segala alat / anggota tubuh ) yang dengannya nikmat-nikmat itu bisa (diperoleh).

Jadi yang memberi kemampuan anggota tubuh untuk bekerja dan memperoleh kenikmtan-kenikmatan tsb adalah dia pula yang menganugerahi keeuksesan-kesuksean dari semua itu.

Dan cara mensyukuri nikmat tangan adalah dengan menggunakannya untuk bekerja. Demikian juga, seseorang mensyukuri nikmat Kaki dengan berjalan diatas apa yang diridhai Allah SWT dari pekerjaan-pekerjaan yang baik.

Hal yang sama berlaku untuk setiap anggota badan dan panca indra kita.

Dan rasa syukur kita kepada Allah atas nikmat yang ada dlam tubuh kita meskipun senantiasa harus ada, namun perlu adanya tambahan rasa syukur. Yaitu setiap kali kita bersyukur atas nikmat kemampuan anggota tubuh kita untuk bekerja, namun kita juga harus besyukur kepada Allah atas keberhasilan kita dalam hal itu.

Kedua:

العمل شكراً يعني توظيف النعمة في المكان الصحيح، فليس كلّ عمل اليد شكر، بل إنّ الأعمال المُنكرة والمُستنكرة والمُستقبحة التي تقوم بها اليد من قتل وبطش وسرقة وتزوير وتحريف وصناعة أدوات القتل والتدمير، وغير ذلك مما يُشين النعمة ويُشوِّهها هو كفرٌ بالنعمة، ولذلك قال موسى في توظيف نعمة وقوّة الفتوة التي كان يتمتّع بها: ﴿رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِلْمُجْرِمِينَ﴾ (القصص/ 17).

Pekerjaan sebagai ungkapan rasa syukur , berarti menggunakan nikmat pada tempat yang shahih / benar, karena tidak semua pekerjaan tangan adalah sebagai ungkpan rasa syukur. Melainkan ada pekerjaan dan perbuatan tercela, munkar dan buruk yang dilakukan dengan tangan, seperti pembunuhan, kekejaman, pencurian, pemalsuan, penyelewengan, dan pembuatan alat untuk membunuh , menghancurkan dan selain dari itu yang menodai nikmat dan mendistorsinya , itu adalah bentuk kekufuran terhadap nikmat.

Itulah sebabnya Musa mengatakan dalam hal menggunakan rahmat dan kekuatan masa muda yang dia nikmati:

﴿قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِلْمُجْرِمِينَ﴾

Musa berkata: Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa". (QS. Al-Qoshosh 17).

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

وَمِنْ فَضْلِ الْعَمَلِ بِالْيَدِ الشَّغْلُ بِالْأَمْرِ الْمُبَاحِ عَنْ الْبَطَالَةِ وَاللَّهْوِ وَكَسْرُ النَّفْسِ بِذَلِكَ وَالتَّعَفُّفُ عَنْ ذِلَّةِ السُّؤَالِ وَالْحَاجَة إِلَى الْغَيْر

“Di antara keutamaan kerja dan usaha mandiri:

(1) menyibukan diri dengan perkara yang mubah sehingga terhindar dari pengangguran dan sendagurau, serta mengekang diri dengan itu;

(2) menjaga kehormatan diri dari kehinaan meminta-minta dan bergantung kebutuhan hidupnya kepada orang lain.”

[Lihat, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, 4/304].

Dari Abu Hurairah RA , bahwa Rosulullah SAW bersabda:

خَيْرُ الْكَسْبِ كَسْبُ يَدِ الْعَامِلِ إِذَا نَصَحَ

“Usaha paling baik adalah usaha yang dihasilkan oleh tangan pekerja (usaha dengan tangan sendiri) apabila ia bersih.”

(HR. Ahmad, 2/334, No. 8393 , Ibnu Khuzaimah , Baihaqi dan ad-Dailami. al-haitsami berkata dlm “مجمع الزوائد” 4/461 No. 6213: “ رجاله ثقات “. Di hasankan oleh al-Iraqy dlm Takhrij al-Ihya dan al-Baani dlm “صحيح الجامع الصغير”.

Ibnu Hajar berkata:

وَمِنْ شَرْطِهِ أَنْ لَا يَعْتَقِدَ أَنَّ الرِّزْق مِنْ الْكَسْبِ بَلْ مِنْ اللَّه تَعَالَى بِهَذِهِ الْوَاسِطَةِ

“Di antara syaratnya tidak berkeyakinan bahwa rizki itu bersumber dari kasab, tapi harus berkeyakinan bersumber dari Allah dengan perantaraan kasab ini.” Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, 4/304

*****

JAMINAN SYURGA BAGI YANG MANDIRI EKONOMINYA , TIDAK MENYUSAHKAN TETANGGA DAN BERJALAN DIATAS SUNNAH

Dari Abu Sa’id al-Khudri RA , beliau berkata: Rasulallah SAW. bersabda,

«مَنْ أَكَلَ طَيِّبًا، وَعَمِلَ فِي سُنَّةٍ، وَأَمِنَ النَّاسُ بَوَائِقَهُ دَخَلَ الجَنَّةَ» فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ هَذَا اليَوْمَ فِي النَّاسِ لَكَثِيرٌ، قَالَ: «وَسَيَكُونُ فِي قُرُونٍ بَعْدِي

“Barangsiapa memakan makanan yang baik, beramal sesuai sunnah, dan orang lain aman dari keburukannya maka dia masuk Surga.”

Seorang sahabat berkata: Wahai Rasulallah! Sesungguhnya ini banyak pada ummatmu sekarang. Rasulallah bersabda, “Mereka akan ada sepeninggalku nanti.”

( HR. Turmudzy No. 2520 , Thabrani dlm “المعجم الأوسط” 2/52 , Baihaqi dlm “شعب الإيمان” 7/501 , al-Laalakaa’i ( اللالكائي ) 1/59 , al-Haakim 4/117 dan Ibnu Abi ad-Dunya 1/57 ).

At-Turmudzi berkata: “ حسن صحيح غريب”. al-Haakim berkata: “ صحيح الإسناد”. Hadits ini di masukkan pula oleh Syeikh al-Baani dlm “سلسلة الأحاديث الصحيحة”



https://mugtama.com/

Posting Komentar

0 Komentar