BENARKAH NABI ﷺ
SENANTIASA HAULAN
PADA HARI WAFATNYA KHODIJAH RADHIYALLAHU 'ANHA?
Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
-----
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
===****===
PENDAHULUAN
Ada salah seorang ulama yang mengatakan
dalam ceramahnya dan tulisannya bahwa Rosulullah ﷺ
senantiasa mengadakan
haulan [memperingati hari wafat] Sayidah Khadijah radhiyallahu ‘anha. Beliau
berdalil dengan Hadits Shahih Bukhori dan Shahih Muslim yang lafadz-nya menurut beliau
adalah sbb :
"لَئِنْ
كَانَ يَذْبَحُ الشَّاةَ يَوْمَ وَفَاةِ خَدِيجَةَ، ثُمَّ يَقُولُ: اِذْهَبُوا
بِهِ إِلَى فُلَانَةَ فَإِنَّهَا كَانَتْ جَهْرَةَ خَدِيجَةَ، اِذْهَبُوا بِهِ إِلَى
فُلَانَةَ فَإِنَّهَا كَانَتْ صَدِيقَةَ خَدِيجَةَ، وَلَئِنْ كَانَ يُكْثِرُ مِنْ ذِكْرِهَا،
وَلَقَدْ أَغْضَبَتْهُ يَوْمًا فَقَالَ: لَقَدْ كَانَتْ كَيْتَ وَكَيْتَ
...".
"Sungguh, beliau biasa menyembelih kambing pada hari
wafatnya Khadijah, lalu berkata: 'Bawalah ini ke rumah si fulanah, karena ia
adalah sahabat dekat Khadijah. Bawalah ini ke rumah si fulanah, karena ia
adalah teman akrab Khadijah.' Sungguh, beliau sering menyebut-nyebutnya, dan
pernah suatu hari aku membuatnya marah, lalu beliau berkata: 'Sungguh, dia
dahulu begini dan begitu.'"
Kemudian hadits itu dijadikan oleh
beliau sebagai dalil disyariatkannya HAULAN (peringatan hari kematian) bagi setiap keluarga yang telah
wafat.
Saya penulis artikel ini, telah
berusaha menelusuri keberadaan hadits tersebut yang sama persis lafadz-nya dalam Shahih Bukhori,
Shahih Muslim dan lainnya, akan tetapi saya belum menemukan matan hadits yang ada ungkapan kata "pada hari wafatnya Khadijah", melainkan yang saya temukan adalah lafadz-lafadz sbb
:
HADITS PERTAMA:
HADITS 'AISYAH radhiyallahu ‘anha :
'Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
«مَا غِرْتُ عَلَى امْرَأَةٍ مَا
غِرْتُ عَلَى خَدِيجَةَ وَلَقَدْ هَلَكَتْ قَبْلَ أَنْ يَتَزَوَّجَنِي بِثَلَاثِ سِنِينَ،
لِمَا كُنْتُ أَسْمَعُهُ يَذْكُرُهَا وَلَقَدْ أَمَرَهُ رَبُّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ
يُبَشِّرَهَا بِبَيْتٍ مِنْ قَصَبٍ فِي الْجَنَّةِ، وَإِنْ كَانَ لَيَذْبَحُ الشَّاةَ،
ثُمَّ يُهْدِيهَا إِلَى خَلَائِلِهَا»
"Aku tidak pernah cemburu terhadap
seorang wanita sebagaimana kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal ia telah
wafat tiga tahun sebelum Rasulullah ﷺ
menikahiku, [aku tahu itu] karena aku sering mendengar beliau ﷺ menyebutnya. Sungguh, Rabb-nya Yang Maha Mulia dan Maha Agung telah
memerintahkannya untuk memberi kabar gembira kepada Khadijah tentang sebuah
rumah dari mutiara di surga. Dan sungguh, beliau ﷺ
biasa menyembelih
kambing, lalu menghadiahkannya kepada sahabat-sahabat dekat Khadijah."
[HR. Bukhori no. 3816 dan Muslim no.
2435]
Lafadz lain dalam Shahih Bukhori dan
Shahih Muslim:
"مَا غِرْتُ
عَلَى أَحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبيِّ ﷺ مَا غِرْتُ عَلَى خديجةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، ومَا رَأَيْتُهَا قَطُّ، ولَكِنْ كَانَ يُكْثِرُ ذِكْرَهَا، وَرُبَّما
ذَبح الشَّاةَ ثُمَّ يُقَطِّعُهَا أَعْضَاء، ثُمَّ يَبْعَثُهَا في صدائِق خدِيجةَ،
فَرُبَّما قلتُ لَهُ: كَأَنْ لَمْ يَكُنْ في الدُّنْيَا إِلَّا خديجةُ! فيقولُ:
إِنَّها كَانَتْ، وكَانَتْ، وكَانَ لي مِنْهَا ولَدٌ".
"Tidaklah aku cemburu kepada para istri Nabi ﷺ seperti kecemburuanku kepada Khadijah, dan aku sama sekali belum pernah
melihatnya.
Terkadang beliau menyembelih domba,
lalu memotongnya menjadi beberapa bagian, dan mengirimkannya ke teman-teman
dekat Khadijah.
Terkadang aku berkata padanya:
Seakan-akan tidak ada wanita lain di dunia ini kecuali Khodijah.
Lalu beliau menjawab: "Sesungguhnya dia
itu pernah ini, dan itu, dan aku pernah memiliki seorang putra darinya".
[HR. Bukhori no. 3818 dan Muslim no.
2435]
Lafadz lain:
ما غِرْتُ على
أَحَدٍ من أَزْوَاجِ النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ ما غِرْتُ على خديجةَ وما
بي أنْ أَكُونَ أَدْرَكْتُها وما ذلكَ إلَّا لِكَثْرَةِ ذكرِ رسولِ اللهِ صلَّى
اللهُ عليهِ وسلَّمَ لها وإنْ كان لَيذبحُ الشَّاةَ فَيَتَتَبَّعُ بِها صدايقَ
خديجةَ فَيُهْدِيها لهُنَّ
“Aku tidak pernah cemburu kepada salah
seorang dari istri-istri Nabi ﷺ melainkan kecemburuanku kepada
Khadijah, meskipun aku tidak pernah berjumpa dengannya, tetapi Nabi ﷺ begitu banyak menyebut namanya.
Biasanya jika beliau menyembelih
kambing ; maka beliau perintahkan: ‘bagikan ini kepada teman-teman dekat
Khadijah.” (HR. Al-Bukhari no. 3818 dan Muslim no. 2435 )
Lafadz lain :
مَا غِرْتُ عَلَى نِسَاءِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِلَّا عَلَى خَدِيجَةَ وَإِنِّي لَمْ
أُدْرِكْهَا، قَالَتْ: وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
ذَبَحَ الشَّاةَ، فَيَقُولُ: «أَرْسِلُوا بِهَا إِلَى أَصْدِقَاءِ خَدِيجَةَ» قَالَتْ:
فَأَغْضَبْتُهُ يَوْمًا، فَقُلْتُ: خَدِيجَةَ فَقَالَ: رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «إِنِّي قَدْ رُزِقْتُ حُبَّهَا»
"Aku tidak pernah cemburu terhadap istri-istri Nabi ﷺ kecuali kepada Khadijah, padahal aku tidak pernah bertemu
dengannya." Ia berkata: "Rasulullah ﷺ
apabila menyembelih kambing, beliau bersabda: 'Kirimkanlah daging ini kepada
sahabat-sahabat Khadijah.'"
Ia berkata: "Suatu hari aku
membuatnya marah, lalu aku berkata: 'Khadijah?' Maka Rasulullah ﷺ bersabda: 'Sungguh, aku telah dianugerahi rasa cinta
kepadanya.'" [HR. Muslim no. 2435].
Dalam riwayat Ahmad 41/357 dan
ath-Thabarani 23/14 no. 23, Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
«وَالَّذِي بَعَثَكَ
بِالْحَقِّ لا أَذْكُرُهَا بَعْدَ هَذَا إِلا بِخَيْرٍ».
"Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan
menyebutnya (yakni Khadijah radhiyallahu ‘anha) lagi setelah ini kecuali dengan
kebaikan."
Imam An-Nawawi berkata ketika
mensyarahi hadits-hadits ini ::
وَفِي هَذَا
الحَدِيْثِ
كُلُّهُ دَلِيلٌ لِحُسْنِ الْعَهْدِ وَحِفْظِ الْوُدِّ وَرِعَايَةِ حُرْمَةِ الصَّاحِبِ
وَالْعَشِيرِ فِي حَيَاتِهِ وَوَفَاتِهِ وَإِكْرَامِ أَهْلِ ذَلِكَ الصَّاحِبِ".
"Dalam hadis ini seluruhnya terdapat dalil tentang bagusnya menjaga hubungan, memelihara kasih sayang, menghormati hak sahabat dan orang yang dekat, baik ketika hidup maupun setelah wafatnya, serta memuliakan keluarga sahabat tersebut." (Syarh Shahih Muslim, oleh Imam An-Nawawi 14/202)
HADITS KEDUA: HADITS ABU HURAIRAH radhiyallahu ‘anhu:
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata;
أَتَى جِبْرِيلُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ
خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ
فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا وَمِنِّي
وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ
'Malaikat Jibril 'alaihis salam
mendatangi Nabi ﷺ lalu berkata ;
"Wahai Rasulullah, Ini Khadijah,
datang membawa bejana berisi lauk pauk atau makanan atau minuman. Bila nanti
dia sudah menjumpaimu, sampaikan salam dari Rabb-Nya dan dariku dan berilah
kabar gembira kepadanya dengan rumah di surga yang terbuat dari mutiara yang
isinya tidak ada suara hiruk pikuk dan kelelahan". [HR. Bukhori no. 3536]
HADITS KE TIGA: HADITS 'AISYAH radhiyallahu ‘anha:
Imam Bukhori berkata:
Dan telah berkata Isma'il bin Khalil
telah mengabarkan kepada kami 'Ali bin Mushir dari Hisyam dari bapaknya dari
'Aisyah radliallahu 'anha berkata;
اسْتَأْذَنَتْ
هَالَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ أُخْتُ خَدِيجَةَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَرَفَ اسْتِئْذَانَ خَدِيجَةَ فَارْتَاعَ لِذَلِكَ فَقَالَ
اللَّهُمَّ هَالَةَ قَالَتْ فَغِرْتُ فَقُلْتُ مَا تَذْكُرُ مِنْ عَجُوزٍ مِنْ
عَجَائِزِ قُرَيْشٍ حَمْرَاءِ الشِّدْقَيْنِ هَلَكَتْ فِي الدَّهْرِ قَدْ أَبْدَلَكَ
اللَّهُ خَيْرًا مِنْهَا
"Halah binti Khuwalid, saudara
perempuan Khadijah meminta izin Rasulullah ﷺ,
lalu beliau teringat cara dan suara Khadijah meminta izin.
Beliau tertegun sejenak namun segera
berujar: "Ya Allah, ini Halah".
'Aisyah radliallahu 'anha berkata;
"Aku menjadi cemburu karenanya lalu aku katakan;
"Kamu mengingat terus si nenek tua
dari Quraisy itu, yang kedua rahangnya telah merah itu (sindiran untuk orang
yang sudah tua). Dia telah lama wafat. Padahal Allah telah memberi ganti
untukmu dengan yang lebih baik darinya?". [HR. Bukhori no. 3536]
Ucapannya: Fartaaha dengan menggunakan
ha’ dan dalam Al-jam’u bainas shahihain oleh Humaidi disebutkan: Farta’a dengan
menggunakan ‘ain, artinya ialah memperhatikan padanya. Kalau fartaha artinya
menjadi gembira.
HADITS KE EMPAT : DARI ANAS BIN MALIK radhiyallahu 'anhu:
"Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أُتِيَ بِشَيْءٍ يَقُولُ: «اذْهَبُوا بِهِ إِلَى فُلَانَةَ
فَإِنَّهَا كَانَتْ صَدِيقَةَ خَدِيجَةَ، اذْهَبُوا بِهِ إِلَى فُلَانَةَ فَإِنَّهَا
كَانَتْ تُحِبُّ خَدِيجَةَ»
'Apabila Nabi ﷺ
diberi sesuatu, beliau bersabda: Kalian bawalah ini ke si fulanah, karena
ia adalah sahabat dekat Khadijah. Bawalah ini ke rumah si fulanah, karena ia
mencintai Khadijah.'
(Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam
al-Adab al-Mufrod no. 232, ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabiir 23/20, Al-Hakim
dalam al-Mustadrak no. 7339 dan Ibnu Hibbaan dalam Shahihnya (al-Ihsaan no.
7007)."
Di shahihkan oleh al-Hakim, adz-Dzahabi dan Ibnu Hibbaan. Dan dinilai hasan oleh al-Albaani dalam ash-Shahihah no. 2818 dan Syu’aib al-Arna’uth dalam Tahqiq al-Ihsan 15/467 no. 7007.
FIQIH HADITS:
Al-Muhtarom al-Allaamah KH. Marzuqi
Mustamar, Ketua PWNU Jatim, dalam ceramahnya dan kitabnya
"Al-Muqtathafat" menjadikan hadis di atas sebagai dalil dari haul
bagi keluarga yang telah wafat. Dengan alasan bahwa dalam hadits tsb Nabi ﷺ senantiasa ber Haulan/ memperingati hari wafatnya Khodijah radhiyallahu ‘anha.
*****
BENARKAH BAHWA ISI HADITS DI ATAS ADALAH HADITS HAULAN HARI WAFAT KHADIJAH radhiyallahu ‘anha ?
Penulis katakan:
Bahwa Apa yang Nabi ﷺ lakukan terhadap Khodijah setelah wafat, itu sejalan dengan sabda-sabda
beliau tentang cara berbakti seseorang terhadap kedua orang tuanya setelah
meninggal.
Sabda-sabda tsb adalah sbb:
Hadits ke 1:
Dari Abullah bin Umar, bahwa Rasulullah
ﷺ bersabda:
مِنْ أبَرِّ
البِرِّ، أن يصل الرَّجل أهلَ وُدِّ أبيه بَعْدَ أن يُوَلِّي
"Sesungguhnya termasuk katagori
berbakti yang paling baik adalah seseorang menyambung tali silaturahim dengan
keluarga teman dekat bapaknya setelah dia meninggal dunia." [HR. Muslim
no. 2552].
Hadits ke 2:
Dari Abu Burdah radhiyallahu ‘anhu :
قَدِمتُ المدينةَ
فأتاني عبدُ الله بنُ عمر رضي الله عنهما فقال: أتدري لِمَ أتيتُكَ؟ قلتُ: لا.
قال: سمعتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "مَنْ أحَبَّ أنْ يَصِلَ
أَبَاهُ فِي قَبْرِهِ؛ فَلْيَصِلْ إِخْوَانَ أَبِيهِ بَعْدَهُ
Aku pergi ke kota Madinah di sana Aku
dikunjungi oleh Abdullah bin Umar.
Kemudian dia berkata, "Tahukah
engkau kenapa aku mengunjungimu?" Aku jawab, "tidak tahu."
Dia mengatakan: "aku mendengar
Rasulullah ﷺ bersabda :
"Barangsiapa yang ingin menyambung
tali silaturahmi bapaknya yang sudah ada di alam kubur, maka hendaknya
menyambung tali silaturahmi dengan kawan-kawan bapaknya setelah dia
wafat."
[HR. Ibnu Hibbaan dalam Shahihnya no.
432 dan Abu Ya'la no. 5669]
Dishahihkan oleh al-Albaani dalam
Shahih al-Jaami' no. 5960 dan as-Silsilah ash-Shahihah no. 1432.
Hadits ke 3:
Dari Malik bin Rabi'ah as-Saidi radhiyallahu
‘anhu:
بينا نحن جلوس عند
رسول الله ﷺ إذ جاءه رجل من بني سلمة فقال: يَا رَسُولَ اللّهِ، هَلْ بَقِيَ
عَلَيَّ مِنْ شَيْءٍ لِوَالِدَيَّ أَبِرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ وَفَاتِهِمَا؟ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "نَعَمْ، الصَّلَاةُ
عَلَيْهِمَا، وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ
بَعْدِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا، وَإِكْرَامُ
صَدِيقِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا
Ketika kami duduk bersama Rasulullah ﷺ datanglah seorang dari kabilah Bani Salamah dan bertanya:
"Wahai Rasulullah, apakah ada
bakti yang tersisa untuk kedua orang tuaku yang dapat aku lakukan setelah
mereka meninggal? "
Beliau ﷺ
menjawab:
"Na'am! dengan mendoakan mereka,
menunaikan janji mereka, menyambung tali silaturahmi yang pernah mereka
lakukan, dan memuliakan teman dekatnya setelah mereka berdua wafat."
[HR. Abu Dawud (5142), Ahmad (3/497) (16103),
Al-Tabarani (19/267) (592), Al-Hakim (4/171), dan Al-Bayhaqi (4/28) (7142). ).
Hadits ini di hasankan oleh Ibnu
al-Arabi dalam “عارضة الأحوذي” (4/307), dan Bin Baaz
berkata dalam “Majmu’ Fatwa Ibn Baz” (25/372): kokoh.
Akan tetapi di dha'ifkan oleh Al-Albani
dalam “Dha’iif Sunan Abi Daud.
APAKAH HADITS-HADITS YANG TERSEBUT DIATAS BISA DI JADIKAN DALIL HAULAN?
Silahkan para pembaca menilai sendiri!!!
Yang pasti bahwa Rasulullah ﷺ adalah teladan yang luar biasa dalam kesetiaan dan membalas
kebaikan kepada mereka yang berjasa. Beliau memperlakukan Khadijah radhiyallahu
'anha dengan penuh kasih sayang, penghormatan, dan penghargaan yang tulus
semasa hidupnya. Setelah wafatnya, beliau tetap mengenangnya dengan penuh
cinta, selalu memujinya, dan menyebutkan keutamaan-keutamaannya. Tidak
diragukan lagi, kesetiaan kepada seseorang setelah ia tiada adalah sifat yang
mulia dan istimewa. Salah satu wujud kesetiaan Rasulullah ﷺ kepada Khadijah radhiyallahu 'anha adalah bahwa beliau selalu
mengenangnya dengan hati yang penuh kasih, menyebutkan keutamaannya, serta
mengakui keistimewaannya dengan penuh cinta.
**Doa untuk Khadijah
setelah Wafatnya**
Salah satu wujud cinta dan kesetiaan
Rasulullah ﷺ kepada Khadijah radhiyallahu 'anha adalah bahwa beliau selalu
mendoakan dan memohonkan ampun untuknya setelah wafatnya. Ini adalah bentuk
kesetiaan kepada istri serta kepada siapa pun yang memiliki hak dan berjasa
setelah mereka tiada.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَكَرَ خَدِيجَةَ
لَمْ يَكُنْ يَسْأَمُ مِنْ ثَنَاءٍ عَلَيْهَا وَالِاسْتِغْفَارِ لَهَا
"Rasulullah ﷺ, setiap kali mengingat Khadijah, tidak pernah merasa bosan
untuk memujinya dan memohonkan ampun untuknya." (Diriwayatkan oleh
Ath-Thabarani 23/13 no. 21).
Al-Haitsami dalam al-Majma’ 9/224 no.
15280 berkata :
رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ وَأَسَانِيدُهُ حَسَنَةٌ
“Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani, dan
sanad-sanadnya hasan”.
Memohonkan ampun untuk orang yang telah
meninggal adalah hadiah terbaik yang bisa diberikan kepadanya serta bukti cinta
dan kesetiaan yang mendalam.
**Kalung
Khadijah**
Di antara bukti cinta dan kesetiaan
Rasulullah ﷺ kepada Khadijah radhiyallahu 'anha adalah kisah beliau dengan
sebuah kalung milik Khadijah yang pernah dihadiahkan kepada putrinya, Zainab
radhiyallahu 'anha, saat pernikahannya. Kisah ini terjadi setelah Perang Badar
dan diceritakan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha:
لَمَّا بَعَثَ أهلُ مَكَّةَ فِي فداءِ أُسَرَائِهِمْ، بَعَثَتْ زَيْنَبُ
بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي فِدَاءِ أَبِي الْعَاصِ
بْنِ الرَّبِيعِ بِمَالٍ وَبَعَثَتْ فِيهِ بقلادةٍ لَهَا كَانَتْ خَدِيجَةُ أَدْخَلَتْهَا
بِهَا عَلَى أَبِي الْعَاصِ حِينَ بَنَى عَلَيْهَا قَالَتْ: فَلَمَّا رَآهَا رسول الله
صلى الله عليه وسلم رَقَّ لَهَا رِقةً شَدِيدَةً وَقَالَ: "إنْ رَأَيْتُمْ أَنْ
تُطْلِقُوا لَهَا أَسِيرَهَا، وَتَرُدُّوا عَلَيْهَا مالَها، فَافْعَلُوا؟ " فَقَالُوا:
نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَأَطْلَقُوهُ وَرَدُّوا عَلَيْهَا الَّذِي لَهَا
“Ketika penduduk Mekah mengirim tebusan
untuk para tawanan mereka, Zainab binti Rasulullah ﷺ
mengirimkan tebusan untuk Abu Al-'Ash bin Ar-Rabi' dengan harta miliknya. Di
dalamnya, ia juga mengirimkan sebuah kalung yang dahulu diberikan Khadijah
kepadanya saat menikah dengan Abu Al-'Ash.
Ketika Rasulullah ﷺ melihat kalung itu, beliau sangat terharu dan merasa iba. Lalu
beliau bersabda, "Jika kalian berkenan untuk membebaskan tawanan ini dan
mengembalikan hartanya kepadanya, maka lakukanlah."
Mereka pun menjawab, "Ya, wahai
Rasulullah." Maka mereka pun membebaskannya dan mengembalikan hartanya
kepadanya”.
(Diriwayatkan oleh Ahmad dalam
*Al-Musnad* 6/276, Abu Dawud dalam *As-Sunan* 3/140-141 (2692), Al-Hakim dalam
*Al-Mustadrak* 3/23 dan 4/45, dan Al-Baihaqi dalam *As-Sunan Al-Kubra* 6/322.).
Para perawinya terpercaya, dan Ibnu Ishaq secara jelas menyatakan telah
mendengar (hadis ini).
Meskipun Rasulullah ﷺ memiliki banyak tanggung jawab dan kesibukan, serta waktu telah
berlalu begitu lama, beliau tetap mengenali kalung milik istrinya, Khadijah
radhiyallahu 'anha, yang pernah dihadiahkan kepada putrinya, Zainab, saat
menikah. Saat melihatnya, beliau begitu tersentuh dan hatinya dipenuhi kelembutan.
Ath-Thibi berkata:
"قَوْلُهَا:
(رَقَّ لَهَا) أَيْ تَذَكَّرَ غُرْبَتَهَا وَوَحْدَتَهَا، وَتَذَكَّرَ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَهْدَ خَدِيجَةَ وَصُحْبَتَهَا، فَإِنَّ الْقِلَادَةَ كَانَتْ
لَهَا، فَلَمَّا زَوَّجَتْهَا مِنْ أَبِي الْعَاصِ أَدْخَلَتِ الْقِلَادَةَ مَعَ زَيْنَبَ
عَلَيْهِ".
وَقَالَ الْهَرَوِيُّ: "أَيْ لِغُرْبَتِهَا (زَيْنَبَ) وَوَحْدَتِهَا،
وَتَذَكَّرَ عَهْدَ خَدِيجَةَ وَصُحْبَتَهَا فَإِنَّ الْقِلَادَةَ كَانَتْ لَهَا وَفِي
عُنُقِهَا".
"Kalimat 'beliau merasa iba', yakni
Rasulullah ﷺ mengingat betapa Zainab dalam keterasingan dan kesendiriannya,
serta mengenang masa-masa bersama Khadijah dan kebersamaan dengannya. Sebab,
kalung itu dahulu milik Khadijah, lalu ketika ia menikahkan Zainab dengan Abu
Al-'Ash, ia memberikannya kepada Zainab."
[Baca : Syarah al-Misykaah oleh ath-Thibbi 9/2746 no. 3970].
Al-Malaa’ Al-Harawi al-Qoori juga
berkata:
"أَيْ
لِغُرْبَتِهَا وَوَحْدَتِهَا وَتَذَكَّرَ عَهْدَ خَدِيجَةَ وَصُحْبَتِهَا فَإِنَّ الْقِلَادَةَ كَانَتْ لَهَا وَفِي
عُنُقِهَا".
"Artinya, Rasulullah ﷺ teringat keterasingan Zainab dan kesendiriannya, serta
mengenang masa-masa bersama Khadijah, karena kalung itu dahulu milik Khadijah
dan pernah menghiasi lehernya." [Baca : Mirqootul Mafaatiih 6/2256-2257]
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani berkata dalam *Fathul Bari* 7/137:
"وَمِمَّا
كَافَأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهِ خَدِيجَةَ فِي
الدُّنْيَا أَنَّهُ لَمْ يَتَزَوَّجْ فِي حَيَاتِهَا غَيْرَهَا فَرَوَى مُسْلِمٌ مِنْ
طَرِيقِ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ لَمْ يَتَزَوَّجِ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى خَدِيجَةَ حَتَّى مَاتَتْ وَهَذَا مِمَّا
لَا اخْتِلَافَ فِيهِ بَيْنَ أَهْلِ الْعِلْمِ بِالْأَخْبَارِ وَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى
عِظَمِ قَدْرِهَا عِنْدَهُ وَعَلَى مَزِيدِ فَضْلِهَا لِأَنَّهَا أَغْنَتْهُ عَنْ غَيْرِهَا
".
*"Di antara bentuk balasan yang
diberikan Nabi ﷺ kepada Khadijah di dunia
adalah bahwa beliau tidak menikahi wanita lain selama Khadijah masih hidup.
Muslim meriwayatkan melalui jalur Az-Zuhri dari Urwah dari Aisyah radhiyallahu
‘anha, ia berkata: (Nabi ﷺ tidak menikahi wanita lain
selama Khadijah masih hidup). Hal ini merupakan perkara yang tidak
diperselisihkan di kalangan ahli ilmu tentang sejarah. Dalam hal ini terdapat
dalil tentang kedudukan agung Khadijah di sisi beliau serta keutamaannya yang
lebih, karena ia telah mencukupi Nabi ﷺ
sehingga tidak membutuhkan istri lain."*
====
HADITS PALSU :
Ada seorang syeikh dalam ceramahnya berkata
:
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ حِينَمَا تُوُفِّيَتْ زَوْجَتُهُ خَدِيجَةُ ذَبَحَ
عَلَيْهَا نَاقَةً وَأَقَامَ عَلَيْهَا الْفِرَاشَ لِمُدَّةِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ، وَقَالَ:
Sesungguhnya Rasulullah ﷺ, ketika istrinya Khadijah wafat, menyembelih seekor unta
untuknya dan menggelar tikar selama tiga hari.
Lalu syeikh itu berkata :
إِنَّ ذَلِكَ جَاءَ فِي حَدِيثٍ رَوَاهُ قَتَادَةُ الصَّحَابِيُّ.
“Ssesungguhnya hal ini disebutkan dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Qatadah, seorang sahabat”.
Syeikh bin Baaz dalam Fatwanya
menjawab pertanyaan tentang hadits ini dan yang semisalnya dengan mengatakan:
هَذِهِ الْأَخْبَارُ الَّتِي ذَكَرَهَا هَذَا الْوَاعِظُ كُلُّهَا بَاطِلَةٌ،
وَكُلُّهَا مَكْذُوبَةٌ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ، وَكُلُّهَا لَا أَصْلَ لَهَا، فَلَمْ يَفْعَلْ
عَزَاءً لَمَّا تُوُفِّيَتْ خَدِيجَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، وَلَمْ يَذْبَحْ نَاقَةً،
وَلَمْ يَدْعُ النَّاسَ إِلَى الْعَزَاءِ كَمَا يَفْعَلُ بَعْضُ النَّاسِ الْيَوْمَ،
كُلُّ هَذَا لَا أَصْلَ لَهُ.
رَضِيَ اللَّهُ عَنْ خَدِيجَةَ وَأَرْضَاهَا، فَقَدْ كَانَ يَدْعُو لَهَا كَثِيرًا،
وَكَانَ فِي بَعْضِ الْأَحْيَانِ يَذْبَحُ الشَّاةَ وَيُوَزِّعُهَا عَلَى صَدِيقَاتِهَا
مِنْ بَابِ الْهَدِيَّةِ وَالْإِحْسَانِ لِيَدْعُوا لَهَا وَيُحْسِنُوا إِلَيْهَا بِدُعَائِهِمْ.
أَمَّا أَنَّهُ فَعَلَ عَزَاءً لَمَّا مَاتَتْ وَذَبَحَ نَاقَةً أَوْ نَحْوَ
ذَلِكَ، فَهَذَا كُلُّهُ لَا أَصْلَ لَهُ وَكُلُّهُ كَذِبٌ.
“Berita-berita yang disebutkan oleh
penceramah ini semuanya batil, semuanya dusta atas nama Nabi ﷺ, dan semuanya tidak memiliki dasar.
Rasulullah
ﷺ tidak mengadakan acara belasungkawa
ketika Khadijah radhiyallahu 'anha wafat, beliau tidak menyembelih unta, dan
tidak mengundang orang-orang untuk menghadiri acara belasungkawa sebagaimana
yang dilakukan sebagian orang-orang hari ini. Semua ini tidak memiliki dasar
sama sekali.
Semoga Allah meridhai dan memuliakan
Khadijah. Rasulullah ﷺ sering mendoakannya, dan terkadang
beliau menyembelih kambing lalu membagikannya kepada sahabat-sahabat Khadijah
sebagai bentuk hadiah dan kebaikan, agar mereka mendoakannya dan berbuat baik
kepadanya dengan doa mereka.
Adapun anggapan bahwa beliau mengadakan acara belasungkawa setelah wafatnya Khadijah atau menyembelih unta atau yang semisalnya, maka semua itu tidak memiliki dasar dan semuanya adalah kedustaan”.
===****===
ANCAMAN DALAM AL-QURAN & HADITS BAGI PENDUSTA YANG MENGATAS NAMAKAN ALLAH DAN RASUL-NYA:
DALIL KE 1 : Allah SWT berfirman :
وَمَنْ
اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖ ۗ
اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ ﴿الأنعام : ۲۱﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu
kebohongan terhadap Allah, atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu tidak beruntung. (QS. Al-An'am: 21)
FIQIH AYAT :
Dalam ayat di atas , Allah SWT lebih mendahulukan penyebutan orang yang
membuat kebohongan dengan mengatasnamakan Allah , ketimbang orang yang
mendustakan ayat-ayatnya . Ini menunjukkan bahwa dosa nya lebih besar . Wallahu
A'lam
KE 2 : Allah SWT berfirman :
﴿فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا
لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الظَّالِمِينَ ﴾
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat
dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?"
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [ QS.
Al-An'aam : 144 ]
KE 3 : Allah SWT berfirman :
﴿ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ
كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖ ۗ اُولٰۤىِٕكَ يَنَالُهُمْ نَصِيْبُهُمْ مِّنَ الْكِتٰبِ ۗ
حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا يَتَوَفَّوْنَهُمْ ۙ قَالُوْٓا اَيْنَ مَا
كُنْتُمْ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗقَالُوْا ضَلُّوْا عَنَّا وَشَهِدُوْا
عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا كٰفِرِيْنَ ﴾
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya?
Mereka itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan dalam Kitab
sampai datang para utusan (malaikat) Kami kepada mereka untuk mencabut
nyawanya.
Mereka (para malaikat) berkata, “Manakah sembahan yang biasa kamu
sembah selain Allah?”
Mereka (orang musyrik) menjawab, “Semuanya telah lenyap dari kami.”
Dan mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa
mereka adalah orang-orang kafir. (QS. Al-A’raf: 37)
KE 4 : Allah SWT berfirman :
وَمَنْ
اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا
جَاۤءَهٗ ۗ اَلَيْسَ فِيْ جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكٰفِرِيْنَ
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan
kebohongan kepada Allah atau orang yang mendustakan yang hak ketika (yang hak)
itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahanam ada tempat bagi orang-orang
kafir? [ QS. Al-'Ankabuut : 68].
وَمَنْ
أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُعْرَضُونَ
عَلَىٰ رَبِّهِمْ وَيَقُولُ ٱلْأَشْهَٰدُ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلَّذِينَ كَذَبُوا۟ عَلَىٰ
رَبِّهِمْ ۚ أَلَا لَعْنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَ
Dan siapakah yang lebih zalim
daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan
dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: "Orang-orang
inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah
(ditimpakan) atas orang-orang yang zalim [ QS. Hud : 18 ].
KE 6 : Allah SWT berfirman :
وَمَنْ
اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ قَالَ اُوْحِيَ اِلَيَّ
وَلَمْ يُوْحَ اِلَيْهِ شَيْءٌ وَّمَنْ قَالَ سَاُنْزِلُ مِثْلَ مَآ اَنْزَلَ
اللّٰهُ ۗوَلَوْ تَرٰٓى اِذِ الظّٰلِمُوْنَ فِيْ غَمَرٰتِ الْمَوْتِ
وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ بَاسِطُوْٓا اَيْدِيْهِمْۚ اَخْرِجُوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ
اَلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى
اللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ اٰيٰتِهٖ تَسْتَكْبِرُوْنَ
Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan
dusta terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal
tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata : “Aku akan
menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.”
(Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang
zalim (berada) dalam kesakitan sakratul maut, sedang para malaikat memukul
dengan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu.”
Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan,
karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena)
kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. [ QS. Al-'An'am : 93]
KE 7 : Allah SWT berfirman :
﴿ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا
أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ ﴾
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan
kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya tiadalah
beruntung orang-orang yang berbuat dosa. [ QS. Yunus : 17 ]
KE 8 : Allah SWT berfirman :
﴿ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى
اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى
لِلْكَافِرِينَ ﴾
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta
terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di
neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? [ QS.
Az-Zumar : 32 ]
KE 9 : Allah SWT berfirman :
﴿ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا
أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى
لِلْكَافِرِينَ ﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan
kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang
kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang
kafir? [ QS. Al-'Ankabuut : 68]
KE 10 : Allah SWT berfirman :
﴿ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ
وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الظَّالِمِينَ ﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta
terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang zalim. [QS. Ash-Shaff : 7 ] .
KE 11 : Allah SWT berfirman :
﴿ إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
بِآيَاتِ اللّهِ وَأُوْلئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ ﴾
Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang
tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta [
QS. An-Nahl : 105]
KE 12 : Allah SWT berfirman :
فَوَيْلٌ
لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ ٱلْكِتَٰبَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ
عِندِ ٱللَّهِ لِيَشْتَرُوا۟ بِهِۦ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا
كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا يَكْسِبُونَ
Artinya : " Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang
menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini
dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit
dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa
yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi
mereka, akibat apa yang mereka kerjakan". [ QS. Al-Baqarah : 79]
SYARAHNYA :
(Maka kecelakaan besarlah) atau siksaan berat (bagi orang-orang yang
menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri) artinya membuat-buatnya menurut
kemauan mereka (lalu mereka katakan, "Ini dari Allah," dengan maksud
untuk memperdagangkannya dengan harga murah) dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang sedikit berupa harta dunia. (Maka siksaan beratlah bagi mereka
karena apa yang ditulis oleh tangan mereka) disebabkan mereka mengada-ada yang
tidak ada (dan siksaan beratlah bagi mereka, disebabkan apa yang mereka
kerjakan) yakni melakukan penyelewengan dan kecurangan.
DALIL KE 13 :
Dari Al Mughirah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah ﷺ
bersabda,
إِنَّ
كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا
فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada
selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah
dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no.
4).
Dalam hadits yang shahih, Nabi ﷺ bersabda,
فَمَنْ
كَذَبَ عَلَيَّ بنيَ لَهُ بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ
“Barangsiapa berdusta atas namaku, maka akan dibangunkan baginya rumah
di (neraka) Jahannam.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir)
Imam Dzahabi juga membawakan hadits, Nabi ﷺ bersabda, “Siapa yang berkata atas
namaku padahal aku sendiri tidak mengatakannya, maka hendaklah ia mengambil
tempat duduknya di neraka.”
Dalam hadits lainnya disebutkan pula,
يُطْبَعُ
الْمُؤْمِنُ عَلَى الْخِلاَلِ كُلِّهَا إِلاَّ الْخِيَانَةَ وَالْكَذِبَ
“Seorang mukmin memiliki tabiat yang baik kecuali khianat dan dusta.”
(HR. Ahmad 5: 252. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad
hadits ini dhoif)
Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,
مَنْ
رَوَى عَنِّى حَدِيثًا وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ
“Siapa yang meriwayatkan dariku suatu hadits yang ia menduga bahwa itu
dusta, maka dia adalah salah seorang dari dua pendusta (karena
meriwayatkannya).”
(HR. Muslim dalam muqoddimah kitab shahihnya pada Bab “Wajibnya
meriwayatkan dari orang yang tsiqoh -terpercaya-, juga diriwayatkan oleh Ibnu
Majah no. 39. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Setelah membawakan hadits-hadits di atas, Imam Adz Dzahabi berkata,
“Dengan ini menjadi jelas dan teranglah bahwa meriwayatkan hadits maudhu’ -dari
perowi pendusta- (hadits palsu) tidaklah dibolehkan.” (Lihat kitab Al Kabair
karya Imam Adz Dzahabi, terbitan Maktabah Darul Bayan, cetakan kelima, tahun
1418 H, hal. 28-29).
****
PARA PENDUSTA BERBALUT AGAMA KELAK ANTAR MEREKA SALING MENGUTUK
DAN MEREKA MUSTAHIL MASUK SYURGA KECUALI JIKA ADA ONTA BISA MASUK
LUBANG JARUM .
Dalam surat al-A'raaf diantaranya dalam ayat 37 hingga ayat 41 , Allah
SWT menjelaskan dengan cukup rinci ancaman bagi orang-orang yang berdusta berbalut
agama dengan bawa-bawa nama Allah dan juga bagi mereka yang mendustakan
ayat-ayat Allah SWT , dengan ancaman-ancaman sbb :
A. Syahadat mereka adalah sahadat kekafiran .
B. Kelak antara mereka dan para pengikutnya akan saling mengutuk ,
meskipun antar mereka adalah masih ada hubungan saudara .
C. Mereka adalah para penghuni Neraka .
D. PINTU-PINTU LANGIT tidak akan buka untuk mereka dan mereka mustahil
akan masuk syurga kecuali jika ada seekor onta bisa masuk ke dalam lobang jarum
, dan itu mustahil.
E. Mereka kelak akan di balut dengan tikar tidur dari api neraka dan di
atas mereka ada selimut api neraka pula.
Allah SWT berfirman :
فَمَنْ
اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖ ۗ
اُولٰۤىِٕكَ يَنَالُهُمْ نَصِيْبُهُمْ مِّنَ الْكِتٰبِ ۗ حَتّٰٓى اِذَا
جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا يَتَوَفَّوْنَهُمْ ۙ قَالُوْٓا اَيْنَ مَا كُنْتُمْ
تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗقَالُوْا ضَلُّوْا عَنَّا وَشَهِدُوْا عَلٰٓى
اَنْفُسِهِمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا كٰفِرِيْنَ ﴿الأعراف : ۳۷﴾
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Mereka itu akan memperoleh
bagian yang telah ditentukan dalam Kitab sampai datang para utusan (malaikat)
Kami kepada mereka untuk mencabut nyawanya. Mereka (para malaikat) berkata,
“Manakah sembahan yang biasa kamu sembah selain Allah?” Mereka (orang musyrik)
menjawab, “Semuanya telah lenyap dari kami.” Dan mereka memberikan kesaksian
terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir. (QS.
Al-A’raf: 37)
قَالَ
ادْخُلُوْا فِيْٓ اُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ
فِى النَّارِ ۙ كُلَّمَا دَخَلَتْ اُمَّةٌ لَّعَنَتْ اُخْتَهَا ۗحَتّٰٓى اِذَا
ادَّارَكُوْا فِيْهَا جَمِيْعًا ۙقَالَتْ اُخْرٰىهُمْ لِاُوْلٰىهُمْ رَبَّنَا
هٰٓؤُلَاۤءِ اَضَلُّوْنَا فَاٰتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِّنَ النَّارِ ە ۗ قَالَ
لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَعْلَمُوْنَ ﴿الأعراف : ۳۸﴾
Allah berfirman, “Masuklah kamu ke dalam api neraka bersama golongan
jin dan manusia yang telah lebih dahulu dari kamu.
Setiap kali suatu umat masuk, dia melaknat saudaranya, sehingga apabila
mereka telah masuk semuanya, berkatalah orang yang (masuk) belakangan (kepada)
orang yang (masuk) terlebih dahulu, “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan
kami. Datangkanlah siksaan api neraka yang berlipat ganda kepada mereka”
Allah berfirman, “Masing-masing mendapatkan (siksaan) yang berlipat
ganda, tapi kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 38)
وَقَالَتْ
اُوْلٰىهُمْ لِاُخْرٰىهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ فَذُوْقُوا
الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُوْنَ ࣖ ﴿الأعراف : ۳۹﴾
"Dan
orang yang (masuk) terlebih dahulu berkata kepada yang (masuk) belakangan,
“Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami. Maka rasakanlah azab itu
karena perbuatan yang telah kamu lakukan.” (QS. Al-A’raf: 39)
اِنَّ
الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاسْتَكْبَرُوْا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ
اَبْوَابُ السَّمَاۤءِ وَلَا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتّٰى يَلِجَ الْجَمَلُ
فِيْ سَمِّ الْخِيَاطِ ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُجْرِمِيْنَ ﴿الأعراف : ۴۰﴾
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi
mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang
jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat.
(QS. Al-A’raf: 40)
لَهُمْ
مِّنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَّمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى
الظّٰلِمِيْنَ ﴿الأعراف : ۴۱﴾
Bagi mereka tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut
(api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim.
(QS. Al-A’raf: 41)
===
PERTANYAAN :
Lalu bagaimana dengan orang yang hanya ikut-ikutan
para pendusta yang berbalut agama, bukan kah mereka tidak tahu apa-apa tentang
itu semua dan maksudnya adalah baik ?
JAWABAN-NYA :
Bukan kah anda punya telinga , mata , akal dan hati nurani ? Kenapa tidak digunakan untuk bertabayyun dan memahaminya Allah SWT berfirman :
وَلَا تَقْفُ
مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ
اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا ﴿الإسراء : ۳۶﴾
Dan janganlah kamu mengikuti
sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati
nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra': 36)
===****===
WASPADA TERHADAP DOSA JARIYAH YANG TERUS MENGALIR HINGGA HARI KIAMAT !
Jika seorang hamba meninggal dunia
dalam keadaan telah memberikan contoh perbuatan yang bertentangan dengan
syariat, lalu ada orang lain—baik anak, sahabat, tetangga, atau lainnya—yang
meniru perbuatannya, maka ia akan menanggung dosa atas apa yang telah ia
lakukan, serta dosa orang yang mengikuti perbuatannya tersebut, tanpa
mengurangi dosa mereka sedikit pun.
Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Muslim (1017) dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
ﷺ bersabda:
( مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً
حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا ، وَلَا
يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ . وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً
فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا ، وَلَا
يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ )
*"Barang siapa yang menetapkan
suatu sunnah yang baik dalam Islam, lalu diamalkan setelahnya, maka ia akan
memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi
pahala mereka sedikit pun.
Dan barang siapa yang menetapkan suatu
sunnah yang buruk dalam Islam, lalu diamalkan setelahnya, maka ia akan menanggung
dosa seperti dosa orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi dosa mereka
sedikit pun."*
Ibnu Allan berkata:
"(وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ
سُنَّةً سَيِّئَةً) : مَعْصِيَةٌ وَإِنْ قَلَّتْ، بِأَنْ فَعَلَهَا فَاقْتُدِيَ بِهِ
فِيهَا، أَوْ دَعَا إِلَيْهَا، أَوْ أَعَانَ عَلَيْهَا (كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا)
أَيْ: وِزْرُ عَمَلِهَا (وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ
يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ)" اِنْتَهَى .
*"Barang siapa yang menetapkan
suatu sunnah yang buruk dalam Islam," yaitu suatu maksiat meskipun kecil,
baik dengan melakukannya lalu diikuti oleh orang lain, mengajak kepada
perbuatan itu, atau membantu pelaksanaannya, maka ia akan menanggung dosanya
serta dosa setiap orang yang mengikutinya setelahnya, tanpa mengurangi dosa
mereka sedikit pun."* (Selesai. *Dalil Al-Falihin* 2/136).
Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih
Muslim 11/166 no. 1677 berkata:
وَهَذَا الْحَدِيثُ
مِنْ قَوَاعِدِ الْإِسْلَامِ وَهُوَ أَنَّ كُلَّ مَنِ ابْتَدَعَ شَيْئًا مِنَ
الشَّرِّ كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ كُلِّ مَنِ اقْتَدَى بِهِ فِي ذَلِكَ الْعَمَلِ
مِثْلَ عَمَلِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
*"Hadis ini termasuk kaidah dasar dalam Islam, yaitu bahwa siapa pun yang memulai suatu amal keburukan, maka ia akan menanggung dosa setiap orang yang mengikutinya dalam perbuatan itu hingga Hari Kiamat."* (Selesai).
0 Komentar