Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

BENARKAH PARA SAHABAT SETIAP HABIS SHOLAT BEREBUT MENYALAMI NABI ﷺ DAN MENCIUM TANGANNYA?

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

DAFTAR ISI:


  • HADITS SHAHIH BUKHORI no. 4377
  • HADITS-HADITS BEREBUTAN TANGAN NABI  SETELAH SHOLAT:
  • HADITS PERTAMA: HADITS ABU JUHAIFAH رضي الله عنه:
  • HADITS KEDUA: YAZIID BIN AL-ASWAD AL-'AAMIRY رضي الله عنه:
  • SYARAH HADITS:
  • FIQIH HADITS:
  • BANTAHAN-BANTAHANNYA
  • KESIMPULAN:
  • HUKUM BERTABARRUK DENGAN JEJAK, TAPAKAN DAN KUBURAN PARA NABI:
  • MUKJIZAT KEBERKAHAN PADA TANGAN DAN TUBUH NABI SAW
  • KISAH TELADAN PARA SAHABAT DALAM MENYELAMATKAN AQIDAH UMAT.


بسم الله الرحمن الرحيم


HADITS SHAHIH BUKHORI no. 4377


Ada salah seorang Kyai dalam ceramahnya mengatakan bahwa dalam SHAHIH BUKHORI hadits no. 4377 menyebutkan:

Bahwa para sahabat setiap habis sholat berjamaah, mereka berebutan untuk bersalaman dengan Nabi  lalu mencium tangannya.

Penulis telah melakukan penelusuran dalam kitab Shahih Bukhori, hadits no. 4377 dan hadits-hadits selain nomer tsb, namun hadits tsb tidak diketemukan.

Adapun Hadits Bukhori no. 4377 yang dikatakan kyai tersebut adalah sbb:

بَاب: وَالْخَامِسَةُ أَنَّ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كَانَ مِنْ الْكَاذِبِينَ

Bab: Dan kelima adalah bahwa laknat Allah atasnya jika dia termasuk dari para pendusta.

4377 - حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ أَبُو الرَّبِيعِ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ:

أَنَّ رَجُلًا أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ رَجُلًا رَأَى مَعَ امْرَأَتِهِ رَجُلًا أَيَقْتُلُهُ فَتَقْتُلُونَهُ أَمْ كَيْفَ يَفْعَلُ فَأَنْزَلَ اللَّهُ فِيهِمَا مَا ذُكِرَ فِي الْقُرْآنِ مِنْ التَّلَاعُنِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قُضِيَ فِيكَ وَفِي امْرَأَتِكَ قَالَ فَتَلَاعَنَا وَأَنَا شَاهِدٌ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفَارَقَهَا فَكَانَتْ سُنَّةً أَنْ يُفَرَّقَ بَيْنَ الْمُتَلَاعِنَيْنِ وَكَانَتْ حَامِلًا فَأَنْكَرَ حَمْلَهَا وَكَانَ ابْنُهَا يُدْعَى إِلَيْهَا ثُمَّ جَرَتْ السُّنَّةُ فِي الْمِيرَاثِ أَنْ يَرِثَهَا وَتَرِثَ مِنْهُ مَا فَرَضَ اللَّهُ لَهَا


4377 - Telah menceritakan kepadaku Sulaiman bin Daud Abu Ar Rabi' Telah menceritakan kepada kami Fulaih dari Az Zuhri dari Sahl bin Sa'ad:

Bahwa seorang lelaki menemui Nabi  seraya berkata;

'Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika seseorang menemukan lelaki lain tengah bersama istrinya apakah ia harus membunuh lelaki itu atau bagaimana?"

Maka Allah menurunkan ayat berkenaan dengah hal itu yang disebutkan di dalam Al Qur'an yaitu hendaknya saling mulaa'anah (bersumpah).

Rasulullah  bersabda kepadanya: "Urusanmu dan istrimu telah diputuskan di dalam Al Qur'an."

Sahal berkata; maka keduanya saling bermulaa'anah dan aku sendiri menyaksikannya di samping Rasulullah .

Kemudian ia menceraikan istrinya, dan begitulah perceraian kemudian menjadi tradisi bagi mereka yang bersangkut mulaa'anah.

Setelah itu istrinya hamil, dan suaminya tidak mengakuinya sebagai anaknya. Akhirnya anaknya dinasabkan kepada ibunya.

Maka kemudian menjadi ketetapan di dalam sunnah anak dan ibu itu bisa saling mewarisi sesuai yang telah Allah tetapkan kepada istrinya.

HADITS-HADITS BEREBUTAN TANGAN NABI  SETELAH SHOLAT:


Dimanakah adanya hadits yang disebut-sebut oleh pak Kyai tersebut ?

Jawabannya:

Pertama: Jika yang dimaksud itu adalah berebut untuk bersalaman dengan Nabi SAW setelah shalat; maka itu tidak ada. Yang ada adalah berebut memegang tangan Nabi SAW untuk di usapkan di kepalanya atau di dadanya dengan tujuan untuk ber tabarruk / ngalap berkah.

Kedua: kejadian nya tidak terjadi pada setiap selesai sholat, akan tetapi terjadi dalam moment tertentu, dalam sebuah perjalanan dan dalam ibadah haji di Mina.

Adapun hadits-hadits yang dimaksud adalah sebagai berikut:

HADITS PERTAMA: HADITS ABU JUHAIFAH رضي الله عنه:


LAFADZ HADITS ABU JUHAIFAH KE 1:


Dari Abu Juhaifah as-Sawaa'i berkata:

" خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بِالْهَاجِرَةِ إِلَى الْبَطْحَاءِ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ صَلَّى الظُّهْرَ رَكْعَتَيْنِ وَالْعَصْرَ رَكْعَتَيْنِ وَبَيْنَ يَدَيْهِ عَنَزَةٌ".


قَالَ شُعْبَةُ: وَزَادَ فِيهِ عَوْنٌ، عَنْ أَبِيهِ أَبِي جُحَيْفَةَ، قَالَ: كَانَ يَمُرُّ مِنْ وَرَائِهَا الْمَرْأَةُ وَقَامَ النَّاسُ فَجَعَلُوا يَأْخُذُونَ يَدَيْهِ فَيَمْسَحُونَ بِهَا وُجُوهَهُمْ، قَالَ: فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ فَوَضَعْتُهَا عَلَى وَجْهِي، فَإِذَا هِيَ أَبْرَدُ مِنَ الثَّلْجِ، وَأَطْيَبُ رَائِحَةً مِنَ الْمِسْكِ "


"Rasulullah SAW keluar pada siang hari yang sangat panas menuju Bathhaa’. Beliau SAW berwudlu, lalu shalat Dhuhur dua raka’at dan shalat ‘Ashar dua raka’at.

Di hadapan beliau ada ‘anazah (tombak kecil – untuk dijadikan sutrah)".

Syu’bah berkata: ‘Aun menambahkan dalam hadits itu: Dari ayahnya Abu Juhaifah, ia berkata:

"Waktu itu, seorang wanita berjalan di belakang ‘anazah itu dan orang-orang berebutan memegang kedua tangan beliau dan mengusapkannya ke wajah-wajah mereka".

Abu Juhaifah berkata: "Lalu aku pun memegang tangan beliau dan aku letakkan ke wajahku. Ternyata ia lebih dingin dibandingkan salju dan lebih wangi dibandingkan misik"

[HR. Al-Bukhori no. 3553 dan Muslim no. 503].

LAFADZ HADITS ABU JUHAIFAH KE 2:


Dalam lafadz lain: Abu Juhaifah as-Sawaa'i berkata:

رَأَيْتُ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في قُبَّةٍ حَمْرَاءَ مِن أدَمٍ، ورَأَيْتُ بلَالًا أخَذَ وضُوءَ رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، ورَأَيْتُ النَّاسَ يَبْتَدِرُونَ ذَاكَ الوَضُوءَ، فمَن أصَابَ منه شيئًا تَمَسَّحَ به، ومَن لَمْ يُصِبْ منه شيئًا أخَذَ مِن بَلَلِ يَدِ صَاحِبِهِ، ثُمَّ رَأَيْتُ بلَالًا أخَذَ عَنَزَةً، فَرَكَزَهَا وخَرَجَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في حُلَّةٍ حَمْرَاءَ، مُشَمِّرًا صَلَّى إلى العَنَزَةِ بالنَّاسِ رَكْعَتَيْنِ، ورَأَيْتُ النَّاسَ والدَّوَابَّ يَمُرُّونَ مِن بَيْنِ يَدَيِ العَنَزَةِ


"Aku melihat Rasulullah SAW berada dalam kemah merah yang terbuat dari kulit yang disamak.

Dan aku lihat Bilal mengambilkan air wudlu untuk Rasulullah SAW.

Dan aku lihat orang-orang saling berebut air tersebut. Orang yang mendapatkanya; maka ia langsung mengusapkannya.

Dan bagi yang tidak; maka ia mengambilnya dari tangan temannya yang basah.

Kemudian aku lihat Bilal mengambil tombak kecil dan menancapkannya di tanah, lalu Nabi SAW keluar dengan mengenakan pakaian merah menghadap ke arah tombak kecil dan memimpin orang orang shalat sebanyak dua raka'at.

Dan aku lihat orang-orang dan hewan berlalu lalang melewati depan tombak tersebut."

[HR. Al-Bukhori no. 376 dan Muslim no. 503].

LAFADZ HADITS ABU JUHAIFAH KE 3:


Dan dalam lafadz lain: Abu Juhaifah as-Sawaa'i berkata:

" خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بِالْهَاجِرَةِ، فَأُتِيَ بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَأْخُذُونَ مِنْ فَضْلِ وَضُوئِهِ فَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ، فَصَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ رَكْعَتَيْنِ وَالْعَصْرَ رَكْعَتَيْنِ وَبَيْنَ يَدَيْهِ عَنَزَةٌ.


وَقَالَ أَبُو مُوسَى: دَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بِقَدَحٍ فِيهِ مَاءٌ، فَغَسَلَ يَدَيْهِ وَوَجْهَهُ فِيهِ، وَمَجَّ فِيهِ، ثُمَّ قَالَ لَهُمَا: اشْرَبَا مِنْهُ وَأَفْرِغَا عَلَى وُجُوهِكُمَا وَنُحُورِكُمَا "


"Rasulullah SAW keluar menemui kami pada siang hari yang sangat panas. Lalu dibawakan air wudlu kepada beliau, dan beliau pun berwudlu. Setelah selesai, orang-orang mengambil sisa air wudlu beliau dan mengusapkannya ke tubuh mereka.

Lalu Nabi SAW shalat Dhuhur dua raka’at dan shalat ‘Ashar dua raka’at. Di hadapan beliau ada ‘anazah (tombak kecil – untuk dijadikan sutrah)".

Abu Muusaa berkata: "Nabi SAW meminta seember kecil air. Kemudian beliau mencuci tangan dan wajahnya di dalamnya, lalu meludahinya.

Lalu beliau SAW berkata kepada mereka berdua: "Minumlah kalian darinya, dan tuangkanlah ke wajah dan leher kalian"

[HR. Bukhori no. 188].

HADITS KEDUA: YAZIID BIN AL-ASWAD AL-'AAMIRY رضي الله عنه:


Dalam Musnad Imam Ahmad no. 17478, Al-Fawaaid no. 62 karya Abu ‘Abdillah An-Ni’aaliy, Al-Mujaalasah no. 1537 karya Ad-Diinawariy, At-Taariikh no. 2151 karya Ibnu Abi Khaitsamah dan Mu’jamush-Shahaabah no. 2206 karya Ibnu Qaani’.

Semuanya bersumber dari riwayat seorang Sahabat yang bernama: YAZIID BIN AL-ASWAD AL-'AAMIRY رضي الله عنه. Dengan lafadz yang berbeda-beda.

NOTE: Harap di baca dengan seksama, perhatikan kronologi kejadiannya, moment nya, kapan dan di mana tempat kejadiannya?

Bersalaman atau hanya memegang tangan untuk bertabarruk?

Baca dengan teliti agar tidak gagal faham!.

HADITS YAZID KE 1:


Yazid bin al-Aswad al-'Aamiri RA berkata:

(حَجَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم حَجَّةَ الْوَدَاعِ، قَالَ: فَصَلَّى بِنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم صَلَاةَ الصُّبْحِ) (فِي مَسْجِدِ الْخَيْفِ) (بِمِنًى) (فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ انْحَرَفَ) (جَالِسًا وَاسْتَقْبَلَ النَّاسَ بِوَجْهِهِ، فَإِذَا هُوَ بِرَجُلَيْنِ مِنْ وَرَاءِ النَّاسِ لَمْ يُصَلِّيَا مَعَ النَّاسِ.


فَقَالَ: ائْتُونِي بِهَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ". فَجِيءَ بِهِمَا تُرْعَدُ فَرَائِصُهُمَا. فَقَالَ: "مَا مَنَعَكُمَا أَنْ تُصَلِّيَا مَعَنَا؟". فَقَالَا: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّا كُنَّا قَدْ صَلَّيْنَا فِي رِحَالِنَا.

قَالَ: "فلَا تَفْعَلَا ، إِذَا صَلَّيْتُمَا فِي رِحَالِكُمَا ثُمَّ أَتَيْتُمَا مَسْجِدَ جَمَاعَةٍ فَصَلِّيَا مَعَهُمْ ، فَإِنَّهَا لَكُمَا نَافِلَةٌ".

قَالَ: فَقَالَ أحدُهُمَا: "اسْتغْفِر لِي يَا رَسُوْلَ اللهِ " ، فَاسْتَغْفَرَ لَهُ.


قَالَ: وَنَهَضَ النَّاسُ إلَى رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَنَهَضْت مَعَهُمْ وَأَنَا يَوْمَئِذٍ أَشَبُّ الرِّجَالِ وَأَجْلَدُهُ.


قَالَ: فَمَا زِلْت أَزْحَمُ النَّاسَ حَتَّى وَصَلْت إلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَخَذْت بِيَدِهِ فَوَضَعْتهَا إمَّا عَلَى وَجْهِي أَوْ صَدْرِي.


قَالَ: "فَمَا وَجَدْت شَيْئًا أَطْيَبَ وَلَا أَبْرَدَ مِنْ يَدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ". قَالَ: "وَهُوَ يَوْمَئِذٍ فِي مَسْجِدِ الْخَيْفِ".


(Kami pergi haji bersama Nabi saat haji wada’. Kami shalat Subuh bersama Nabi) (di masjid Khif) (di Mina). (Ketika beliau SAW selesai sholat, beliau bergeser) (sambil duduk dan menghadapkan wajahnya ke arah para makmum. Tiba-tiba beliau menyaksikan di sisi belakang para jemaah ada dua orang yang tidak ikut shalat berjamaah.

Beliau SAW berkata: "Hadirkan kesini kedua orang itu!"

Lalu keduanya dihadapkan kepada beliau dalam kondisi gemetar ketakutan.

Nabi SAW bertanya: Apa yang menghalangi kalian berdua untuk shalat bersama kami?

Keduanya menjawab: Wahai Rasulullah, kami sudah shalat di tempat kami.

Nabi SAW bersabda: Janganlah kalian lakukan. Jika kalian telah shalat di tempatmu kemudian kalian mendatangi masjid berjamaah, maka shalatlah bersama mereka, maka bagi kalian sholatnya itu adalah naafilah (sunah).

Yazid berkata: Salah satu dari mereka berdua berkata: "Mintakanlah pengampunan dosa untukku, ya Rasulullah". Maka beliau SAW memintakan pengampunan dosa untuknya.

Yazid berkata: Orang-orang pun bangkit berdiri menuju ke Rasulullah SAW dan saya pun ikut-ikutan bangkit berdiri bersama mereka. Pada saat itu saya adalah lelaki yang paling muda, paling kuat dan paling bersemangat.

Yazid berkata: Saya pun masih terus mendesak orang-orang hingga saya sampai ke Rasulullah SAW, maka saya ambil tangan beliau, lalu saya letakan di wajahku atau di dadaku

Yazid berkata: Setelah saya pegang tangan beliau SAW, saya mendapati tidak ada sesuatu yang lebih baik dan lebih dingin dari tangan Rasulullah SAW.

Yazid berkata: Dan beliau pada hari itu berada di masjid Al-Khoif [di Mina].:

(HR. Ahmad: no. 17474, 17476, 17509, Tirmidzi no. 219, Nasai no. 858, 1334,).

Di Shahihkan sanad nya oleh Syu'aib al-Arna'uth dalam Talhriij al-Musnad no. 17474 dan 17476

HADITS YAZID KE 2:


Dari Yazid bin al-Aswad al-'Aamiri as-Sawaa'i RA:

أنَّه صلَّى مع النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ الصبْحَ، فذكَرَ الحديثَ، قال: ثُم ثارَ النَّاسُ يأخُذونَ بيَدِه يَمسَحونَ بها وُجوهَهم، قال: فأخَذْتُ بيَدِه فمسَحْتُ بها وَجْهي، فوجَدْتُها أبرَدَ منَ الثلْجِ، وأطيَبَ ريحًا منَ المِسكِ.


" Bahwasannya ia pernah shalat Shubuh bersama Nabi SAW. Kemudian ia menyebutkan haditsnya [hadits diatas], dan berkata: "Kemudian orang-orang berhamburan dan berebut memegang tangan beliau SAW lalu mengusapkannya ke wajah-wajah masing-masing".

Yaziid bin Al-Aswad berkata:

"Dan aku pun memegang tangan beliau, lalu aku mengusapkannya ke wajahku. Ternyata, tangan beliau itu lebih dingin dibandingkan salju dan lebih wangi dibandingkan misik"

[Musnad Al-Imaam Ahmad, 4/161 (29/23-23) no. 17478, Jaami' al-Masaaniid wa as-Sunan 12/418 no. 98525].

Di shahihkan sanadnya oleh Syu'aib al-Arna'uth dalam Takhriij al-Musnad no. 17478

HADITS YAZID KE 3:


Abu ‘Abdillah An-Ni’aaliy dalam Al-Fawaaid no. 62 meriwayatkan dari Yaziid bin Al-Aswad radliyallaahu ‘anhu dengan redaksi:

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاةَ الصُّبْحِ، وَالنَّاسُ يَأْخُذُونَ يَدَهُ يَمْسَحُونَ بِهَا وُجُوهَهُمْ، وَإِنَّ يَدَهُ أَبْرَدُ مِنَ الثَّلْجِ، وَأَطْيَبُ رِيحًا مِنَ الْمِسْكِ


"Aku pernah shalat Shubuh bersama Rasulullah SAW. (Setelah selesai) orang-orang memegang tangan beliau dan mengusapkannya ke wajah-wajah mereka. Dan sesungguhnya tangan beliau lebih dingin dibandingkan salju dan lebih wangi dibandingkan misik"

[Sanadnya shahih].

HADITS YAZID KE 4:


Ad-Diinawariy dalam Al-Mujaalasah no. 1537 meriwayatkan dari Yaziid bin Al-Aswad radliyallaahu ‘anhu dengan redaksi:

أَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ غُلامٌ، قَالَ: وَجَعَلَ النَّاسُ يُقَبِّلُونَ يَدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَجِئْتُ فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ، فَإِذَا يَدُهُ أَبْرَدُ مِنَ الثَّلْجِ، وَأَطْيَبُ رِيحًا مِنَ الْمِسْكِ


Bahwasannya ia (Yaziid) pernah shalat bersama Rasulullah SAW, yang waktu itu ia masih kecil. Yaziid berkata: "Setelah itu, orang-orang mencium tangan Rasulullah SAW. Lalu aku pun datang dan memegang tangan beliau. Ternyata tangan beliau lebih dingin dibandingkan salju dan lebih wangi dibandingkan misik".

[Sanadnya shahih].

HADITS YAZID KE 5:


Ibnu Abi Khaitsamah dalam At-Taariikh no. 2151 meriwayatkan dari Yaziid bin Al-Aswad radliyallaahu ‘anhu dengan redaksi:

أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِنًى، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ نَاوِّلْنِي يَدَكَ، فَنَاوَلَنِيهَا فَإِذَا هِيَ أَبْرَدُ مِنَ الثَّلْجِ، وَأَطْيَبُ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ


"Aku mendatangi Nabi SAW di Mina. Aku katakan: ‘Ya Rasulullah, ulurkanlah tanganmu’. Lalu beliau mengulurkan tangannya, dan ternyata ia lebih dingin dibandingkan salju dan lebih wangi dibandingkan misik"

[Sanadnya shahih].

HADITS YAZID KE 6:


Ibnu Qaani’ dalam Mu’jamush-Shahaabah no. 2206 meriwayatkan dari Yaziid bin Al-Aswad radliyallaahu ‘anhu dengan redaksi:

قَبَّلْتُ يَدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا هِيَ أَبْرَدُ مِنَ الثَّلْجِ، وَأَطْيَبُ رِيحًا مِنَ الْمِسْكِ "


"Aku mencium tangan Nabi SAW, dan ternyata ia lebih dingin dibandingkan salju dan lebih wangi dibandingkan misik"

[Sanadnya shahih].

SYARAH HADITS:


Bahwa Yazid bin al-Aswad pernah shalat Shubuh bersama Nabi SAW di Mina di Masjid al-Khoif kemudian dia melihat orang-orang berdiri dan berhamburan menuju Nabi SAW untuk mengambil tangan beliau dan mengusapkannya di wajah mereka dalam rangka bertabaruk dengannya; maka dia mengambil tangan Nabi SAW lalu mengusapkannya di wajahku, maka dia mendapatkannya lebih dingin dari salju dan lebih wangi dari kesturi.

FIQIH HADITS:


Sebagian para ulama menganggap: Hadits di atas sebagai dalil disunnahkannya bersalam-salaman atau berjabatan tangan setelah shalat berjamaah dengan Imam dan para makmum lainnya.

Dan bersalaman setelah salat adalah sesuatu yang baik karena bisa menambah eratnya persaudaraan sesama umat Islam. Aktivitas ini sama sekali tidak merusak salat seseorang karena dilakukan setelah prosesi salat selesai dengan sempurna.

Bahkan secara umum, berjabatan tangan itu dianjurkan, berdasarkan hadits al-Barra’ dari Azib RA, Rasulallah SAW bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أنْ يَتَفَرَّقَا


 "Tidaklah ada dua orang muslim yang saling bertemu kemudian saling bersalaman kecuali dosa-dosa keduanya diampuni oleh Allah sebelum berpisah."

(HR, Abu Daud (5212), al-Tirmidzi (2727), Ibnu Majah (3703), dan Ahmad (18547).)

Di shahihkan oleh al-Albaani dalam shahih Sunan Abu Daud no. 5212.

BANTAHAN-BANTAHANNYA


Bantahan Pertama:


Yang benar lonteks hadits Juhaifah dan hadits Yaziid bin Al-Aswad رضي الله عنهما di atas sangat jelas, yaitu tabarruk dengan badan Nabi SAW. Bukan dalam konteks bersalam-salaman setelah shalat sebagaimana dilakukan dan dipersepsikan sebagian orang.

Membiasakan diri berjabat tangan setelah shalat berjama’ah tidak ada asalnya dari Nabi SAW dan para shahabatnya.

Terutama Kejadian dalam hadits Yazid bin al-Aswad; maka itu terjadi pada waktu haji wada'. Tentunya orang-orang yang ber hajian itu datang dari berbagai pelosok jazirah arab. Dan bisa dipastikan banyak orang yang belum pernah berjumpa dengan Nabi SAW sebelumnya. Maka orang-orang tsb pasti mencari-cari kesempatan agar bisa memegang tangan Nabi SAW dan mengusapkannya di wajahnya atau dikepalanya.

Mereka sama sekali tidak bermaksud melakukan ritual salam-salaman setelah shalat. Oleh karena itu hanya tangan Nabi SAW yang mereka perebutkan.

Berbeda dengan ritual salam-salaman setelah shalat di negeri kita. Di negeri kita, salam-salamannya bukan dengan imam saja, melainkan antar sesama makmum juga.

Dan kita sepakat bahwa: dalam moment tertentu tidak mengapa melakukan salam-salaman yang waktunya bertepatan dengan usainya sholat berjama'ah, akan tetapi tidak ada maksud untuk melakukan ritual salam-salaman setelah sholat berjamaah.

Bantahan Kedua:


Anggapan bahwa kejadian tsb adalah ritual bersalam-salaman setelah sholat berjamaah; itu tidak benar. Tidak ada petunjuk dalam hadits tersebut adanya kegiatan bersalam-salaman setelah shalat, karena di situ hanya disebutkan bahwa para shahabat mengambil tangan beliau SAW dan mengusapkannya ke wajah-wajah mereka dan dada-dada mereka.

Yang mereka lakukan adalah BERTABARRUK dengan TANGAN / TUBUH Nabi SAW, sebagaimana banyak dilakukan oleh para shahabat terhadap Nabi SAW. Hanya saja tabarruk mereka bertepatan dilakukan di waktu Shubuh setelah usai shalat.

Dan itupun tidak langsung mereka lakukan seusai beliau selesai shalat. Karena dalam hadits di atas di sebutkan sebelum nya sbb:

" Ketika beliau SAW selesai sholat, beliau bergeser, sambil duduk dan menghadapkan wajahnya ke arah para makmum. Tiba-tiba beliau menyaksikan di sisi belakang para jemaah ada dua orang yang tidak ikut shalat berjamaah.

Beliau SAW berkata: "Hadirkan kesini kedua orang itu!"..... dst.

MUKJIZAT KEBERKAHAN PADA TANGAN DAN TUBUH NABI SAW


Keberkahan yang ada dalam tubuh Nabi SAW dan apa yang keluar darinya, itu adalah merupakan mukjizat kenabian, yang tidak dimiliki oleh selainnya dari umatnya.

Berikut ini hadits-hadits yang menunjukkan bahwa keberkahan pada tangan dan tubuh Nabi SAW adalah mukjizat kenabian:

HADITS KE 1:


Abdullah bin Masud رضي الله عنه berkata:

كُنَّا نَعُدُّ الآيَاتِ بَرَكَةً وَأَنْتُمْ تَعُدُّونَهَا تَخْوِيفًا، كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي سَفَرٍ فَقَلَّ الْمَاءُ فَقَالَ ‏"‏ اطْلُبُوا فَضْلَةً مِنْ مَاءٍ".‏ فَجَاءُوا بِإِنَاءٍ فِيهِ مَاءٌ قَلِيلٌ، فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِي الإِنَاءِ، ثُمَّ قَالَ ‏"‏ حَىَّ عَلَى الطَّهُورِ الْمُبَارَكِ، وَالْبَرَكَةُ مِنَ اللَّهِ ‏"‏ فَلَقَدْ رَأَيْتُ الْمَاءَ يَنْبُعُ مِنْ بَيْنِ أَصَابِعِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، وَلَقَدْ كُنَّا نَسْمَعُ تَسْبِيحَ الطَّعَامِ وَهْوَ يُؤْكَلُ‏


"Kami dulu menganggap mukjizat-mukjizat [Nabi SAW] itu adalah BERKAH, tetapi Anda sekalian menganggapnya sebagai peringatan.

Suatu ketika kami bersama Rasulullah SAW dalam sebuah perjalanan, dan kami kehabisan air. Beliau SAW berkata, "Kalian carilah sisa-sisa air".

Maka orang-orang membawa bejana yang berisi air yang sedikit. Lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya dan berkata:

"Kemarilah kepada kesucian yang diberkahi, dan keberkahan itu hanya dari Allah."

Maka sunggguh Aku melihat air mengalir dari sela-sela JARI-JARI Rasulullah SAW, dan sungguh kami mendengar suara makanan bertasbihketika sedang dimakan (olehnya). (HR. Bukhori No. 3314)

Hal yang tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW pada tangannya, badannya dan benda yang digunakannya mengandung berkah.

Keberkahan ini sama besarnya seperti berkahnya perbuatan Nabi SAW. Ini pertanda bahwa Allah memuliakan semua nabi dan rasul-Nya, alaihis shalatu was salaam.

Oleh sebab itu para sahabat Nabi SAW bertabarruk (ngalap berkah) dari fisik Nabi SAW serta dari benda-benda yang pernah beliau pakai dan beliau gunakan semasa hidupnya. Rasulullah SAW pun membolehkan hal tersebut dan tidak melarangnya.

Maka para sahabat pun melakukannya. Begitu pula para tabiin dan tabiit tabiin atau generasi salaf setelah para sahabat, mereka bertabarruk dengan benda-benda yang pernah beliau gunakan. Ini semua menunjukkan bahwa amalan tabarruk yang mereka lakukan sama sekali tidak menodai tauhid uluhiyyah ataupun tauhid rububiyyah.

Banyak riwayat dari para shahabat yang bertabarruk (mencari barakah) dengan TANGAN beliau SAW, di antaranya SBB:

Hadits ke 1: bertabarruk dengan tangan beliau SAW:


Dari Anas bin Malik, ia berkata:

" كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ، جَاءَ خَدَمُ الْمَدِينَةِ بِآنِيَتِهِمْ فِيهَا الْمَاءُ، فَمَا يُؤْتَى بِإِنَاءٍ إِلَّا غَمَسَ يَدَهُ فِيهَا، فَرُبَّمَا جَاءُوهُ فِي الْغَدَاةِ الْبَارِدَةِ، فَيَغْمِسُ يَدَهُ فِيهَا "


"Dulu Rasulullah SAW ketika melaksanakan shalat Shubuh, para pembantu di Madiinah berdatangan sambil membawa bejana-bejana mereka yang berisi air.

Tidak ada satu pun dari bejana-bejana tersebut, kecuali beliau SAW mencelupkan tangannya ke dalam bejana tersebut. Bahkan kadang-kadang mereka mendatangi beliau SAW di waktu Shubuh yang dingin, namun beliau tetap mencelupkan tangannya ke dalam bejana tersebut"

[HR. Muslim no. 2324].

Hadits ke 2: bertabarruk dengan tangan beliau SAW:


Dari ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa:

" أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ، فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا "


"Bahwasannya Rasulullah SAW apabila mengeluh sakit, maka beliau membaca al-mu’awwidzaat untuk dirinya sendiri lalu meniupnya (ke tangan beliau).

Namun ketika sakit beliau bertambah parah, aku lah yang membacakan untuk beliau, dan aku mengusap (bekas usapan) tangan beliau untuk mengharapkan barakah dari tangan beliau tersebut"

[HR. Al-Bukhaariy no. 5016].

Hadits ke 3: Tabarruk dengan Mengecup tangan dan kaki Nabi SAW.


Dari Ummu Aban bintil Wazi’ bin Zari’ dari kakeknya Zari’ saat itu ia sedang bersama rombongan utusan Abdu Qais, ia berkata,

لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ.

قَالَ: وَانْتَظَرَ الْمُنْذِرُ الْأَشَجُّ حَتَّى أَتَى عَيْبَتَهُ فَلَبِسَ ثَوْبَيْهِ ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "لَهُ إِنَّ فِيكَ خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ".

قَالَ: "يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا أَتَخَلَّقُ بِهِمَا أَمْ اللَّهُ جَبَلَنِي عَلَيْهِمَا ؟ "

قَالَ: "بَلْ اللَّهُ جَبَلَكَ عَلَيْهِمَا".

قَالَ: "الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَبَلَنِي عَلَى خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ".


"Ketika kami tiba di Madinah, kami saling berlomba memacu kendaraan kami, lalu kami mengecup tangan dan kaki beliau."

Ia (perawi) berkata:

"Al Mundzir Al Asyaj masih menunggu hingga tempat pakaiannya tiba, lalu ia kenakan pakaiannya tersebut. Setelah itu ia datang menemui Nabi SAW.

Beliau SAW lantas bersabda kepada Al Mundzir: "Sesungguhnya engkau mempunyai dua tabiat yang disukai oleh Allah dan rasul-Nya; santun dan sabar."

Al Mundir bertanya: "Wahai Rasulullah, memang aku berakhlak demikian atau Allah yang memberikan itu kepadaku?"
 
Beliau menjawab: "Allah yang memberikan itu kepadamu."

Al Mundzir berkata, "Segala puji milik Allah yang telah memberiku dua tabiat yang disukai oleh Allah dan rasul-Nya."

(HR. Abu Daud No. 5227. Di anggap bagus sanadnya oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab "فتح الباري" 11/57, dan di Hasankan oleh Syeikh al-Baani dlm Shahih Sunan Abi Daud, dan beliau berkata: " Hasan, tanpa menyebutkan dua kaki".

Hadits ke 4: Tabarruk dengan Mengecup tangan dan kaki Nabi SAW.


Dari Abdullah bin Salamah dari Shafwan bin 'Assal رضي الله عنه ia berkata;

قَالَ يَهُودِيٌّ لِصَاحِبِهِ: "اذْهَبْ بِنَا إِلَى هَذَا النَّبِيِّ!".

فَقَالَ صَاحِبُهُ: "لَا تَقُلْ نَبِيٌّ إِنَّهُ لَوْ سَمِعَكَ كَانَ لَهُ أَرْبَعَةُ أَعْيُنٍ".

فَأَتَيَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَاهُ عَنْ تِسْعِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ. فَقَالَ لَهُمْ: "لَا تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا ، وَلَا تَسْرِقُوا ، وَلَا تَزْنُوا، وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ، وَلَا تَمْشُوا بِبَرِيءٍ إِلَى ذِي سُلْطَانٍ لِيَقْتُلَهُ ، وَلَا تَسْحَرُوا ، وَلَا تَأْكُلُوا الرِّبَا ، وَلَا تَقْذِفُوا مُحْصَنَةً ، وَلَا تُوَلُّوا الْفِرَارَ يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَعَلَيْكُمْ خَاصَّةً الْيَهُودَ أَنْ لَا تَعْتَدُوا فِي السَّبْتِ".

قَالَ: فَقَبَّلُوا يَدَهُ وَرِجْلَهُ ، فَقَالَا: "نَشْهَدُ أَنَّكَ نَبِيٌّ".

قَالَ: "فَمَا يَمْنَعُكُمْ أَنْ تَتَّبِعُونِي". قَالُوا: "إِنَّ دَاوُدَ دَعَا رَبَّهُ أَنْ لَا يَزَالَ فِي ذُرِّيَّتِهِ نَبِيٌّ وَإِنَّا نَخَافُ إِنْ تَبِعْنَاكَ أَنْ تَقْتُلَنَا الْيَهُودُ".

وَفِي الْبَاب عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَسْوَدِ وَابْنِ عُمَرَ وَكَعْبِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ


"Seorang Yahudi berkata kepada sahabatnya; "Marilah kita berangkat bersama menemui Nabi ini!"

Sahabatnya menjawab: "Jangan katakan Nabi, sungguh apabila dia mendengar perkataanmu, maka dia akan memiliki empat mata (bahasa kiasan dari senang), "

Lalu keduanya mendatangi Rasulullah SAW dan bertanya kepada beliau tentang sembilan ayat bayyinat.

Beliau SAW bersabda kepada mereka:

"Janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, jangan mencuri, jangan berzina, jangan membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar, jangan menjelek-jelekkan orang yang tidak bersalah kepada penguasa agar penguasa membunuhnya, jangan melakukan sihir, jangan memakan riba, jangan menuduh (berbuat zina) wanita-wanita suci, jangan berpaling lari dari medan pertempuran, dan kepada kalian khususnya wahai orang-orang Yahudi, janganlah kalian melampaui batas pada hari sabtu."

Shafwan berkata; Mereka langsung mencium kedua tangan dan kaki beliau SAW.

Lalu keduanya mengatakan; "Kami bersaksi bahwa engkau adalah Nabi."

Beliau SAW bertanya: "Lalu apa yang menghalangi kalian tidak mengikutiku?"

Shafwan berkata; Mereka mengatakan: "Sesungguhnya Nabi Daud berdo'a kepada Rabbnya agar senantiasa ada dari keturunannya seorang nabi, sesungguhnya kami takut jika mengikutimu orang-orang Yahudi akan membunuh kami."

Dan dalam bab ini, ada hadits lain dari Yazid bin Al Aswad, Ibnu Umar dan Ka'ab bin Malik.

(HR. Turmudzi No. 2733, Nasa’i No. 4078 dan Ibnu Majah No. 3705. Abu Isa Turmudzi berkata; " Hadits ini hasan shahih".

Dan Hadits Ini Di Shahihkan oleh banyak para ulama, diantaranya:

al-Hafidz Ibnu Hajar dlm "التلخيص الحبير" 5/240, Ibnu al-Mulaqqin dlm "البدر المنير" 9/48 dan Imam an-Nawawi dlm "المجموع" 4/640 dan "رياض الصالحين" hadits no. 889.

Namun di Dhaifkan oleh al-Albaani dalam "ضعيف الترمذي "

Dan dalam kitab "جامع السنة وشروحها " No. 6265 di sebutkan:

وَمِنْ حَدِيثِ أُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ قَالَ قُمْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَبَّلْنَا يَدَهُ وَسَنَدُهُ قَوِيٌّ

وَمِنْ حَدِيثِ جَابِرٍ أَنَّ عُمَرَ قَامَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَبَّلَ يَدَهُ

وَمِنْ حَدِيثِ بُرَيْدَةَ فِي قِصَّةِ الْأَعْرَابِيِّ وَالشَّجَرَةِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ائْذَنْ لِي أَنْ أُقَبِّلَ رَأَسَكَ وَرِجْلَيْكَ فَأَذِنَ لَهُ


Artinya: " Dan dari hadits Usamah bin Shraik, dia berkata, Kami bangkit menghadap Nabi SAW, dan kami mencium tangannya, dan SANADNYA KUAT.

Dan dari Hadits Jabir bahwa Umar berdiri menyambut Nabi SAW lalu mencium tangannya.
dan dari hadits Buraidah dalam Kisah al-A'raabi dan kisah pohon.

Dia berkata: "Ya Rasulullah, beri saya izin untuk mencium kepala engkau dan kedua kaki engkau". Lalu beliau mengizinkannya.

Hadits ke 5: Memperbanyak air di bejana dengan berkah jari jemari Beliau SAW.


Dari Anas RA, dia berkata:

أُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِإِنَاءٍ ، وَهُوَ بِالزَّوْرَاءِ ، فَوَضَعَ يَدَهُ فِي الإِنَاءِ ، فَجَعَلَ المَاءُ يَنْبُعُ مِنْ بَيْنِ أَصَابِعِهِ ، فَتَوَضَّأَ القَوْمُ. قَالَ قَتَادَةُ: قُلْتُ لِأَنَسٍ: كَمْ كُنْتُمْ ؟ قَالَ: ثَلاَثَ مِائَةٍ ، أَوْ زُهَاءَ ثَلاَثِ مِائَةٍ


Talah di datangkan kepada Nabi saw sebuah bejana, saat itu beliau di daerah Zauraa, lalu Beliau memasukkan tangannya ke dalam bejana, dan airpun mulai mengalir dari sela-sela jarinya, maka orang-orang berwudhu dengannya.

Qatada berkata: Aku bertanya kepada Anas: Berapa banyak kalian? Dia berkata: tiga ratus, atau sekitar tiga ratus. (HR. Bukhori No. 3410).

Hadits ke 6: Memancar air dari berkah sela-sela jari jemari Beliau SAW.

Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata;

أَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ وَلَيْسَ فِي الْعَسْكَرِ مَاءٌ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَيْسَ فِي الْعَسْكَرِ مَاءٌ قَالَ هَلْ عِنْدَكَ شَيْءٌ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأْتِنِي بِهِ قَالَ فَأَتَاهُ بِإِنَاءٍ فِيهِ شَيْءٌ مِنْ مَاءٍ قَلِيلٍ قَالَ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَابِعَهُ فِي فَمِ الْإِنَاءِ وَفَتَحَ أَصَابِعَهُ قَالَ فَانْفَجَرَتْ مِنْ بَيْنِ أَصَابِعِهِ عُيُونٌ وَأَمَرَ بِلَالًا فَقَالَ نَادِ فِي النَّاسِ الْوَضُوءَ الْمُبَارَكَ


Pada suatu hari Rasulullah SAW bangun sementara pasukan tidak mempunyai air, maka datanglah seorang lelaki kepada beliau dan berkata; "wahai Rasulullah, di pasukan tidak ada air"

Beliau bertanya: "Apakah engkau mempunyai sesuatu."

Dia menjawab; "Ya." Beliau bertanya lagi: "Bawakan kepadaku."

Ibnu Abbas berkata; "Lalu ia membawa bejana dengan sedikit air."

Ia berkata lagi; kemudian Rasulullah SAW memasukkan jari-jarinya ke mulut bejana dan membuka jari-jari beliau.

Ia berkata lagi: maka terpancarlah beberapa mata air dari sela-sela jari-jari beliau. Dan beliau menyuruh Bilal: "Serukan kepada orang-orang: " wudlu yang diberkahi".

(HR. Imam Ahmad No. 2155).

Imam Al-Suyuti menyebutkan arti dari pada "نبع الماء من بين أصابعه" (mata air dari sela-sela jarinya), beliau berkata dalam kitab Syarah Sahih Muslim:

" قيل معناه أن الماء كان يخرج من نفس أصابعه وينبع من ذواتها ، وقيل معناه: إن الله كثَّر الماء في ذاته ، فصار يفور بين أصابعه لا من ذاته ، والأول قول الأكثرين".


Dikatakan maknanya adalah: bahwa air itu benar-benar keluar dari jari-jari Beliau SAW dan bersumber dari dzat jari-jari itu sendiri. Dan dikatakan pula maknanya adalah: bahwa Allah memperbanyak air itu pada dzat air itu sendiri, sehingga air tsb memancar di antara jari-jari-Nya, bukan dari dzat diri Nabi SAW. Pendapat yang pertama adalah pendapat mayoritas para ulama".

Hadits ke 7: Air mengucur dari jari jemari Nabi SAW:


Dari Anas berkata,

حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَقَامَ مَنْ كَانَ قَرِيبَ الدَّارِ إِلَى أَهْلِهِ وَبَقِيَ قَوْمٌ فَأُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِخْضَبٍ مِنْ حِجَارَةٍ فِيهِ مَاءٌ فَصَغُرَ الْمِخْضَبُ أَنْ يَبْسُطَ فِيهِ كَفَّهُ فَتَوَضَّأَ الْقَوْمُ كُلُّهُمْ قُلْنَا كَمْ كُنْتُمْ قَالَ ثَمَانِينَ وَزِيَادَةً


Waktu shalat telah masuk, bagi orang-orang yang rumahnya dekat mereka pulang untuk wudlu, sementara yang lain masih di dalam masjid. Lalu diberikan sebuah bejana kecil yang terbuat dari kayu kepada Rasulullah SAW. Namun bejana itu tidak cukup untuk dimasuki oleh telapak tangan beliau, hingga orang-orang pun berwudlu (dari jari tangan beliau) semua.

Kami lalu bertanya: " Berapa jumlah kalian saat itu? "

Anas menjawab: " Lebih dari delapan puluh orang". (HR. Bukhori 188).

Hadits ke 8: Tabarruk dengan bekas jari Nabi SAW.


Dari Abu Ayyub al-Anshaari:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَزَلَ عَلَيْهِ فَنَزَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي السُّفْلِ وَأَبُو أَيُّوبَ فِي الْعِلْوِ.

قَالَ: فَانْتَبَهَ أَبُو أَيُّوبَ لَيْلَةً فَقَالَ نَمْشِي فَوْقَ رَأْسِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَنَحَّوْا فَبَاتُوا فِي جَانِبٍ ، ثُمَّ قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "السُّفْلُ أَرْفَقُ".

فَقَالَ: لَا أَعْلُو سَقِيفَةً أَنْتَ تَحْتَهَا".

فَتَحَوَّلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْعُلُوِّ وَأَبُو أَيُّوبَ فِي السُّفْلِ.

فَكَانَ يَصْنَعُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا فَإِذَا جِيءَ بِهِ إِلَيْهِ سَأَلَ عَنْ مَوْضِعِ أَصَابِعِهِ فَيَتَتَبَّعُ مَوْضِعَ أَصَابِعِهِ. فَصَنَعَ لَهُ طَعَامًا فِيهِ ثُومٌ فَلَمَّا رُدَّ إِلَيْهِ سَأَلَ عَنْ مَوْضِعِ أَصَابِعِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقِيلَ لَهُ: "لَمْ يَأْكُلْ " ، فَفَزِعَ وَصَعِدَ إِلَيْهِ ، فَقَالَ: "أَحَرَامٌ هُوَ ؟".

فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا وَلَكِنِّي أَكْرَهُهُ".

قَالَ: "فَإِنِّي أَكْرَهُ مَا تَكْرَهُ أَوْ مَا كَرِهْتَ". قَالَ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى


" Bahwa Nabi SAW singgah di rumahnya. Lalu Beliau bermalam dan tinggal di bagian bawah sementara Abu Ayyub Al Anshari berada diatas.

Pada suatu malam Abu Ayyub Al Anshari terbangun, ia (Abu Ayyub Al Anshari) berkata;

"Kami berjalan diatas kepala Rasulullah SAW?".

Lalu dia pindah dan tidur bersama keluarganya disebelahnya. Abu Ayyub Al Anshari menyebutkan hal itu kepada Nabi SAW.

Lalu Nabi SAW bersabda: "Di bawah lebih bermanfaat bagiku."

Abu Ayyub Al Anshari berkata: Aku tidak akan tinggal di atas loteng sementara anda berada dibawahnya."

Lalu Abu Ayyub Al Anshari pindah ke bawah sementara Nabi SAW pindah ke atas.

Abu Ayyub Al Anshari juga membuatkan makanan untuk Nabi SAW. Bila tempat makanan di kembalikan kepada Abu Ayyub Al Anshari, dia bertanya:

" dimanakah bekas tempat jari-jarinya?". Lalu ia makan pada bekas jari-jari Nabi SAW.

Pernah juga dia membuatkan makanan yang di dalamnya ada bawang putihnya. Tatkala bekas piring beliau di kembalikan, dia bertanya bekas jari-jari Nabi SAW, dikatakan padanya;

'Rasulullah SAW tidak makan.'

Abu Ayyub Al Anshari kaget dan segera naik ke atas. Dia bertanya: 'Apakah makanan itu haram?

Nabi SAW bersabda: 'Tidak, aku cuman tidak menyukainya.'

Abu Ayyub Al Anshari berkata; "Sesungguhnya aku juga membenci yang anda benci".

(Dan Nabi SAW pada waktu itu sering di datangi malaikat dan wahyu). (HR. Muslim No. 3828).

Hadits ke 9: Tabarruk dengan Bekas cuci tangan dan wajah Nabi SAW serta kumur-kumur nya.


Abu Musa رضى الله عنه berkata,

كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَهْوَ نَازِلٌ بِالْجِعْرَانَةِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ وَمَعَهُ بِلاَلٌ، فَأَتَى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: "أَلاَ تُنْجِزُ لِي مَا وَعَدْتَنِي".‏

فَقَالَ لَهُ: "أَبْشِرْ".‏ فَقَالَ: "قَدْ أَكْثَرْتَ عَلَىَّ مِنْ أَبْشِرْ".‏

فَأَقْبَلَ عَلَى أَبِي مُوسَى وَبِلاَلٍ كَهَيْئَةِ الْغَضْبَانِ فَقَالَ ‏"‏ رَدَّ الْبُشْرَى فَاقْبَلاَ أَنْتُمَا".‏ قَالاَ: "قَبِلْنَا".‏

ثُمَّ دَعَا بِقَدَحٍ فِيهِ مَاءٌ فَغَسَلَ يَدَيْهِ وَوَجْهَهُ فِيهِ، وَمَجَّ فِيهِ، ثُمَّ قَالَ: "اشْرَبَا مِنْهُ، وَأَفْرِغَا عَلَى وُجُوهِكُمَا وَنُحُورِكُمَا، وَأَبْشِرَا".‏

فَأَخَذَا الْقَدَحَ فَفَعَلاَ، فَنَادَتْ أُمُّ سَلَمَةَ مِنْ وَرَاءِ السِّتْرِ أَنْ أَفْضِلاَ لأُمِّكُمَا‏.‏ فَأَفْضَلاَ لَهَا مِنْهُ طَائِفَةً


Diriwayatkan oleh Abu Burda:

Abu Musa berkata, "Aku bersama Nabi (ﷺ) ketika beliau sinngah berkemah di Al-Jarana (sebuah tempat) antara Mekah dan Madinah dan Bilal bersamanya.

Seorang Badui datang kepada Nabi (ﷺ) dan berkata, "Tidakkah anda memenuhi apa yang telah anda janjikan kepada saya? "

Nabi (ﷺ) berkata: 'Baik, bergemberilah (dengan apa yang akan saya lakukan untuk anda).'

Orang Badui itu berkata: "Kamu sudah terlalu sering mengatakan kepadaku " baik dan bergembira lah".

Kemudian Nabi (ﷺ) menoleh menghadap kepadaku (yaitu Abu Musa) dan Bilal dalam keadaan marah dan berkata:

'Orang Badwi itu telah menolak kabar gembira, maka terimalah kabar gembira itu untuk kalian berdua.'

Bilal dan saya berkata: ' Kami menerimanya '.

Kemudian Nabi (ﷺ) meminta mangkuk minuman berisi air dan mencuci tangan dan wajahnya di dalamnya, lalu mengambil seteguk air dan menyemburkannya ke dalamnya sambil berkata (kepada kami):

"Minum (sebahagian) dan tuangkan sebagian ke wajah dan dada kalian dan gembiralah dengan berita gembira".

"Lalu mereka berdua mengambil mangkuk minuman dan melakukan seperti yang diperintahkan.

Ummu Salamah memanggil dari balik tenda: "Sisa kan dari air itu untuk ibu kalian. "

Lalu mereka berdua mensisakannya untuknya dan untuk sekelompok lainnya.
(HR. Bukhori No. 4328 dan Muslim No. 2497)

Hadits ke 10: Tabarruk dengan air bekas membasuh wajah dan tangan Nabi SAW.


Dari Abu Juhaifah RA, berkata,

خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْهَاجِرَةِ فَأُتِيَ بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَجَعَلَ النَّاسُ يَأْخُذُونَ مِنْ فَضْلِ وَضُوئِهِ فَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ فَصَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ رَكْعَتَيْنِ وَالْعَصْرَ رَكْعَتَيْنِ وَبَيْنَ يَدَيْهِ عَنَزَةٌ وَقَالَ أَبُو مُوسَى دَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَدَحٍ فِيهِ مَاءٌ فَغَسَلَ يَدَيْهِ وَوَجْهَهُ فِيهِ وَمَجَّ فِيهِ ثُمَّ قَالَ لَهُمَا اشْرَبَا مِنْهُ وَأَفْرِغَا عَلَى وُجُوهِكُمَا وَنُحُورِكُمَا


"Rasulullah SAW pernah keluar mendatangi kami di waktu tengah hari yang panas. Beliau lalu diberi air wudlu hingga beliau pun berwudlu, orang-orang lalu mengambil sisa air wudlu beliau seraya mengusap-ngusapkannya. Kemudian Nabi SAW shalat zhuhur dua rakaat dan 'ashar dua rakaat sedang di depannya diletakkan tombak kecil."

Abu Musa berkata:

"Nabi SAW meminta bejana berisi air, beliau lalu membasuh kedua tangan dan mukanya di dalamnya, lalu menyentuh air untuk memberkahinya seraya berkata kepada keduanya (Abu Musa dan Bilal):

"Minumlah darinya dan usapkanlah pada wajah dan leher kalian berdua."

(HR. Bukhori 181).

Hadits ke 11: Tabarruk dengan Mengecup tangan Sahabat yang pernah membaiat Nabi SAW.


Imam Bukhori berkata: telah bercerita kepada kami Aththaf bin Khalid berkata, telah bercerita padaku Abdul Rahman bin Raziin berkata:

مَرَرْنَا بِالرَّبَذَةِ فَقِيلَ لَنَا ‏: "هَا هُنَا سَلَمَةُ بْنُ الأَكْوَعِ "، فَأَتَيْنَاهُ فَسَلَّمْنَا عَلَيْهِ، فَأَخْرَجَ يَدَيْهِ فَقَالَ ‏: "بَايَعْتُ بِهَاتَيْنِ نَبِيَّ اللهِ صلى الله عليه وسلم". فَأَخْرَجَ كَفًّا لَهُ ضَخْمَةً كَأَنَّهَا كَفُّ بَعِيرٍ ، فَقُمْنَا إِلَيْهَا فَقَبَّلْنَاهَا.


Kami melewati Rabdzah, dan diberitahu kepada kami: " Di sini lah Salamah ibn al-Akwa".

Lalu kami mendatanginya dan kami mengucapkan salam padanya. Lalu dia mengulurkan kedua tangannya dan berkata,'

"Dengan kedua tangan ini aku membaiat Rasulullah SAW".

Dia mengulurkan telapak tangannya yang besar seakan-akan telapak kaki unta, lalu kami bangkit dan kami menciumnya. "

(HR. Bukhori dlm "الأدب المفرد" dan Dihasankan oleh syeikh al-Baani dalam "صحيح الأدب المفرد" 747/973 hal. 372).

KESIMPULAN:


Kesimpulan yang bisa di ambil dari hadits-hadits diatas adalah:

Bahwa Anggapan kejadian yang terdapat dalam hadits Yazid bin al-Aswad dan hadits Abu Juhaifah diatas adalah ritual bersalam-salaman setelah sholat berjamaah; maka itu tidak benar. Karena tidak ada petunjuk dalam hadits-hadits tersebut adanya kegiatan bersalam-salaman setelah shalat, karena di situ hanya disebutkan bahwa para shahabat mengambil tangan beliau SAW dan mengusapkannya ke wajah-wajah mereka dan dada-dada mereka.

Yang mereka lakukan adalah BERTABARRUK dengan TANGAN / TUBUH Nabi SAW, sebagaimana banyak dilakukan oleh para shahabat terhadap Nabi SAW. Hanya saja tabarruk mereka bertepatan dilakukan di waktu Shubuh setelah usai shalat.

Dan dalam hadits-hadits tersebut terdapat penjelasan bahwa yang diperebutkan itu hanya tangan Nabi SAW. Berbeda dengan tradisi bersalam-salaman setelah shalat yang ada di negeri kita, mereka bukan saja bersalaman dengan Imam, akan tetapi antar sesama makmum juga.

FATWA AL-'IZZ BIN ABDUSSALAAM:


Al-‘Izz bin Abdus-Salaam rahimahullah mencela perbuatan ini dengan perkataannya:

المصافحة عقب الصبح والعصر من البِدّع ، إلا لقادمٍ يجتمع بمن يصافحه قبل الصلاة ، فإن المصافحة مشروعة عند القدوم ، وكان النبي صلى الله عليه وسلم يأتي بعد الصّلاة بالأذكار المشروعة ، ويستغفر ثلاثاً ، ثم ينصرف!! وروي أنه قال: ((ربّ قٍني عذابك يوم تبعث عبادك)) والخير في إتباع الرسول صلى الله عليه وسلم".


"Berjabat tangan seusai shalat Shubuh dan ’Ashar termasuk perbuatan bid’ah. Kecuali bagi orang yang baru datang dalam sebuah majelis lalu ia berjabat tangan dengan orang lain sebelum shalat.

Karena sesungguhnya berjabat tangan itu merupakan hal yang disyari’atkan ketika seseorang baru datang.

Yang benar adalah bahwa Nabi SAW ketika selesai shalat, beliau melakukan dzikir-dzikir yang disyari’atkan, beristighfar tiga kali, kemudian setelah itu beliau baru menyingkir. Dan telah diriwayatkan bahwasannya beliau berdoa:

"Wahai Tuhanku, jagalah aku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan semua hamba-Mu".

Dan segala kebaikan hanyalah ada pada sikap itiiba’ (mengikuti) Rasul shallallaahu ’alaihi wa sallam" [فتاوى العز بن عبد السلام hal. 46-47].

PERTANYAAN:


Apakah Para Sahabat Bertabarruk Kepada Selain Rosulullah SAW dengan cara mengusapkan tangannya pada wajah dan dada?. Atau adakah Beliau SAW pernah memerintahkan ummatnya untuk bertabarruk dengan selain dirinya?

Jawabannya:


Sepengetahuan penulis: tidak ada perkataan dari Rasulullah SAW yang memerintahkan ummatnya untuk bertabarruk kepada para sahabatnya ataupun orang-orang yang selain sahabat Nabi. Baik bertabarruk dengan tangan mereka, jasad mereka maupun dengan bekas-bekas peninggalan mereka.

Begitu pula, tidak ada satupun riwayat yang dinukil dari para sahabat bahwa mereka bertabarruk kepada orang selain Rosulullah SAW, baik ketika masa Rasulullah SAW masih hidup, maupun ketika beliau telah wafat.

Sama sekali penulis belum menemukan riwayat yang menyatakan bahwa para sahabat bertabarruk terhadap sesama sahabat yang lain, termasuk terhadap sepuluh para sahabat yang di jamin masuk syurga, atau kepada Khulafa Ar-Rasyidin atau As-Sabiquun Al-Awwalun (para sahabat yang paling terdahulu masuk Islam), padahal mereka adalah para sahabat Nabi yang paling mulia, atau bertabarruk kepada yang lainnya.

Al-Imam Asy-Syatibi adalah salah satu dari para ulama yang meneliti hal ini. Setelah beliau menyebutkan dalil-dalil yang shahih tentang ber-tabarruk kepada Nabi SAW, dalam kitabnya "الاعتصام" (2/8-9), beliau berkata:

الصحابة رضي الله عنهم بعد موته عليه الصلاة والسلام لم يقع من أحد منهم شيء من ذلك بالنسبة إلى من خلفه، إذ لم يترك النبي صلى الله عيه وسلم بعده في الأمة أفضل من أبي بكر الصديق رضي الله عنه، فهو كان خليفته، ولم يفعل به شيء من ذلك، ولا عمر رضي الله عنه، وهو كان أفضل الأمة بعده، ثم كذلك عثمان، ثم علي، ثم سائر الصحابة الذين لا أحد أفضل منهم في الأمة، ثم لم يثبت لواحد منهم من طريق صحيح معروف أن متبركا تبرك به على أحد تلك الوجوه أو نحوها ـ يقصد التبرك بالشعر والثياب وفضل الوضوء ونحو ذلك ـ، بل اقتصروا فيهم على الاقتداء بالأفعال والأقوال والسير التي اتبعوا فيها النبي صلى الله عيه وسلم ، فهو إذا إجماع منهم على ترك تلك الأشياء


"Para sahabat Radhiallahu’anhum, setelah wafatnya Nabi SAW, tidak ada seorang pun diantara mereka yang melakukan perbuatan itu (bertabarruk) kepada orang setelah Nabi SAW. Padahal beliau sepeninggal beliau tidak ada manusia yang lebih mulia dari Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu, karena beliaulah pengganti Nabi SAW.

Namun para sahabat tidak pernah bertabarruk kepada Abu Bakar. Tidak pernah pula bertabarruk kepada Umar Bin Khattab, padahal Umar bin Khattab adalah manusia yang paling mulia setelah Abu Bakar. Tidak pernah pula bertabarruk kepada Utsman Bin Affan, tidak pernah pula bertabarruk kepada Ali, tidak pernah pula bertabarruk salah seorang dari sahabat Nabi pun. Padahal merekalah orang-orang yang paling mulia dari seluruh ummat.

Dan tidak ketahui adanya satu riwayat pun yang shahih bahwa mereka bertabarruk kepada selain Nabi SAW dengan salah satu dari cara yang disebutkan (maksudnya bertabarruk dengan tangan, rambut, baju atau sisa air wudhu, atau semacamnya).

Para sahabat Nabi hanya mencukupkan diri mereka dengan meneladani perbuatan, perkataan, jalan hidup yang mereka ambil Nabi SAW.

Ini semua menunjukkan bahwa para sahabat bersepakat (ijma) untuk meninggalkan perbuatan tersebut"

PERTANYAAN BERIKUTNYA:

 
Apa Yang Menyebabkan Para Sahabat Meninggalkan Perbuatan Tersebut?

Jawabannya:


Sepengetahuan penulis: tidak ada kabar yang shahih bahwa para sahabat bertabarruk kepada orang shalih selain Nabi SAW, padahal mereka adalah generasi terbaik, sebagaimana dijelaskan oleh Asy Syatibi dan para ulama yang lain.

Diantaranya seperti yang dikatakan oleh Imam Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitab beliau yang berjudul:

"الحكم الجديرة بالإذاعة من قول النبي صلى الله عليه وسلم: بُعثت بين يدي الساعة" di hal 55.

Adapun Penyebab utamanya – والله أعلم - adalah sbb:

Penyebab pertama:


Mereka para sahabat – wallahu a’lam - meyakini bahwa bertabarruk dengan fisik seseorang adalah kekhususan bagi Nabi SAW dan tidak berlaku bagi selain beliau, sebagaimana kekhususan ini juga berlaku kepada para Nabi yang lain.

Allah Tabaaraka Wa Ta’ala memberikan keistimewaan kepada para Nabi dan Rasul, yang tidak diberikan kepada selain mereka. Diantara kekhususan itu adalah keberkahan yang ada di fisik dan bekas-bekas peninggalan mereka, sebagai bentuk pemuliaan terhadap mereka. Namun tentunya jasad mereka dan sifat-sifat mereka berbeda-beda. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

{ اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ }


"Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan" (QS. Al An’am: 124)

Para Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia terbaik yang telah dipilih dan diseleksi oleh Allah Ta’ala dari seluruh manusia. Allah Ta’ala berfirman:

{ وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ }


"Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya" (QS. Al Qashash: 68)

Bahkan banyak kekhususan-kekhususan yang Allah SWT berikan kepada Nabi SAW tapi tidak Allah SWT berikan kepada Nabi-Nabi yang lain. Diantaranya seperti yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah al-Anshari bahwa Rasulullah SAW bersabda:

أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أحَدٌ مِنَ الأنْبِيَاءِ قَبْلِي: نُصِرْتُ بالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وجُعِلَتْ لي الأرْضُ مَسْجِدًا وطَهُورًا، وأَيُّما رَجُلٍ مِن أُمَّتي أدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ، وأُحِلَّتْ لي الغَنَائِمُ، وكانَ النبيُّ يُبْعَثُ إلى قَوْمِهِ خَاصَّةً، وبُعِثْتُ إلى النَّاسِ كَافَّةً، وأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ


"Aku diberikan lima perkara yang mana belum pernah diberikan kepada seorang pun sebelumku:

(1) Dahulu setiap nabi diutus kepada kaumnya secara khusus, sedangkan aku diutus kepada setiap bangsa merah dan hitam.
(2) Ghanimah dihalalkan untukku, namun tidak dihalalkan untuk seorang pun sebelumku.
(3) Bumi itu dijadikan untukku dalam keadaan suci dan mensucikan dan (sebagai) masjid juga, maka siapa pun yang mana waktu sholat mendapatinya maka dia bisa sholat di mana pun dia berada.
(4) Aku ditolong dengan rasa takut (yang merasuk pada musuh di hadapanku) sejauh jarak perjalanan satu bulan.
(5) Aku diberi syafaat." (HR Bukhari no. 438 dan Muslim no. 521).

Peyebab kedua:


Bertabarruk dengan jasad Nabi SAW dan apa yang keluar dari nya adalah bagian dari mukjizat-mukjizat yang Allah swt anugerahkan khusus baginya.

Allah SWT telah menganugerahi banyak mukjizat kepada Rosulullah SAW yang menunjukkan bahwa dalam diri Rosulullah terdapat berkah serta mengizinkan umatnya untuk bertabarruk dengan nya.

Diantara mukjizat-mukjizat Berkah tsb diantaranya adalah: beliau bisa memperbanyak makanan, air minum, menyembuhkan orang sakit dan lain-lain.

HUKUM BERTABARRUK DENGAN JEJAK, TAPAKAN DAN KUBURAN PARA NABI:


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,

قبر إبراهيم الخليل: لم يكن في الصحابة ولا التابعين لهم بإحسان من يأتيه للصلاة عنده، ولا الدعاء ولا كانوا يقصدونه للزيارة أصلا


"Para sahabat dan para tabi’in (para pengikut sahabat) dengan baik, tidak ada yang mendatangi makam Nabi Ibrahim untuk shalat dan berdoa di sisinya, dan sama sekali mereka tidak pula bersengaja untuk mengunjunginya." (Iqtidha’ Shirathil Mustaqim, 2: 823)

Fatwa Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz, beliau berkata,

لا يجوز للمسلم تتبع آثار الأنبياء ليصلي فيها أو ليبني عليها مساجد ؛ لأن ذلك من وسائل الشرك ، ولهذا كان عمر رضي الله عنه ينهى الناس عن ذلك ويقول: (إنما هلك من كان قبلكم بتتبعهم آثار أنبيائهم) ، وقطع رضي الله عنه الشجرة التي في الحديبية التي بويع النبي صلى الله عليه وسلم تحتها ؛ لما رأى بعض الناس يذهبون إليها ويصلون تحتها ؛ حسما لوسائل الشرك ، وتحذيرا للأمة من البدع


"Tidak boleh atas setiap muslim melakukan napak tilas jejak peninggalan para Nabi dengan tujuan untuk shalat di tempat tersebut atau membangun masjid di atasnya, karena hal itu adalah sarana menuju kemusyrikan. Oleh karena itu, ‘Umar bin Khaththab رضي الله عنه melarang manusia untuk melakukan hal itu dengan mengatakan,

"Sesungguhnya kebinasaan umat-umat sebelum kalian adalah karena mereka napak tilas peninggalan para Nabi mereka."

‘Umar juga menebang pohon, yang Nabi SAW berbaiat di bawah pohon tersebut, ketika beliau melihat sebagian manusia sengaja pergi ke sana dan shalat di bawahnya. Hal ini adalah dalam rangka memangkas sarana menuju syirik dan memperingatkan umat dari (bahaya) bid’ah." (Majmu’ Fataawa Ibnu Baaz, 8: 323)

KISAH TELADAN PARA SAHABAT DALAM MENYELAMATKAN AQIDAH UMAT.


Dalam kitab al-Maghoozy karya Muhammad bin Ishaq hal. 6 disebutkan kisah penaklukan Tustaristan pada masa khilafah Umar bin Khoththob , dengan sanadnya Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Kholid bin Dinar, dia berkata: telah bercerita pada kami Abul 'Aliyah, dia berkata:

" Ketika kami menaklukan kota Tustaristan, kami menemukan didalam Baitul maal Raja Hurmuzan sebuah ranjang tempat tidur diatasnya terdapat mayat laki-laki dan di sisi kepalanya terdapat mushaf, maka kami membawa mushaf itu dan menyerahkannya kepada Umar رضي الله عنه, lalu beliau memanggil Kaab رضي الله عنه (sahabat nabi yang mengerti bahasa Ibrani, bahasa Taurat dan Injil, karena dulunya sebelum masuk Islam beliau seorang Yahudi), oleh beliau di salin kedalam bahasa Arab, dan aku adalah orang arab yang pertama kali membacanya. Aku membacanya seperti membaca Al-Qur'an.

Kholid bin Dinar berkata: Aku bertanya kepada Abul 'Aliyah: "Berisi apa di dalamnya?" Dia menjawab: "Kisah perjalanan hidup kalian, perkara-perkara kalian, kesopan santunan ucapan kalian, dan kejadian yang telah lalu".

Aku bertanya: "Apa yang kalian lakukan terhadap mayat laki-laki tadi?". Dia menjawab: "Di siang hari kami menggali tiga belas lubang untuk kuburan di tempat yang berbeda-beda dan terpencar. Lalu ketika waktu malam tiba, maka kami menguburnya, dan semua kuburan tadi kami ratakan dengan tanah untuk menghilangkan jejak agar orang-orang tidak bisa mengenalinya dan tidak berusaha untuk menggalinya lagi.

Aku bertanya: "Apa yang mereka harapkan dari mayat itu?". Dia menjawab: "Mereka jika ditimpa kekeringan / kemarau panjang mereka mengeluarkan mayat itu beserta ranjangnya, maka konon mereka diberi hujan".

Lalu aku bertanya: "Yang kalian kira saat itu dia itu siapa?". Dia menjawab: "Dia di sebut dengan sebutan Daniel.

Lalu aku bertanya: Semenjak kapan kalian menemukannya telah meninggal dunia? Dia menjawab: Semenjak tiga ratus tahun yang lalu.

Aku bertanya: "Apakah ada yang berubah pada mayat itu?". Dia menjawab: "Tidak ada, kecuali beberapa helai rambut kepala bagian belakang. Sesungguhnya daging para nabi, bumi tidak membuatnya busuk".

Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah Wan-Nihayah 2/37 berkata:

"Sanadnya Sahih hingga Abul 'Aliyah, akan tetapi jika usia mayat tsb 300 tahun berarti dia bukan nabi, melainkan orang saleh".

Dan diriwayatkan pula oleh Abu Nu'aim bin Hammad dalam Al-Fitan no. 37 secara ringkas. [Lihat pula Fadloilisy Syam karya Rubay'i hal. 47].

Kisah ini menunjukkan bahwa mereka para sahabat dan pasukan perang dari umat Islam betul-betul memahami arti da'wah Nabinya dan tujuan mereka berjihad, yaitu untuk meninggikan kalimat tauhid dan menghancurkan kesyirikan dengan mencabut akar-akarnya serta menutup celah-celah yang mengantarkan kepadanya.

Kalau seandainya jasad Daniel ini jatuh ke tangan para ahli khurafat, kira-kira bagaimana jadinya? Sudah pasti mereka akan mengikuti bisikan Iblis dengan berbagai macam alasan, berkilah dan beristilah, seperti ngalap barokah, tawassulan dsb.

Pada intinya mereka akan buru-buru menjadikan mayat tadi sebagai sarana memperjual belikan kedustaan dengan mengatas namakan syariat Islam demi kepentingan fulus dan mata pencaharian yang mulus.

Apakah mereka akan mengatakan, bahwa Umar رضي الله عنه dan sahabat-sahabat Nabi lainnya tidak memahami syariat ini, sementara para ahli khurafat dan tukang nyepi itulah yang ilmu agamanya sangat mendalam?

Allah SWT berfirman:

 وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ (78) فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ (79) .


" Dan diantara mereka ada yang buta hurup, tidak mengetahui Al-Kitab, kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri (maksudnya ngarang sendiri, bukan dari Allah), lalu di katakannya: ' Ini dari Allah ', (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan (duniawi) yang sedikit. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka akibat dari apa yang mereka usahakan". (QS. Al-Baqarah: 78- 79).

Dalam hadits Jabir رضي الله عنه, Rosulullah SAW bersabda:

« مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يُنْتَقَصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ »


"Barang siapa yang memberi contoh dalam Islam sebuah amalan yang jelek, maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun". (HR. Imam Muslim no. 1017).



Posting Komentar

0 Komentar