Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

KAPAN WAKTU TERBAIK UNTUK MELAKUKAN SHALAT TARAWIH ?

KAPAN WAKTU TERBAIK UNTUK MELAKSANAKAN SHALAT TARAWEH ?

Di susun Oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

===

*****


بسم الله الرحمن الرحيم


Waktu Shalat Tarawih di akhir malam itu adalah waktu yang lebih utama. Dan itu sesuai dengan amalan para sahabat - semoga Allah meridhoi mereka -; karena mereka itu senantiasa shalat Tarawih di akhir malam, bukan di awal malam., tidak seperti yang terjadi pada kebanyakan kaum Muslimin.

Dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az Zubair dari 'Abdurrahman bin 'Abdul Qariy bahwa dia berkata :

خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنْ الَّتِي يَقُومُونَ يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ

"Aku keluar bersama 'Umar bin Al Khoththob RA pada malam Ramadhan menuju masjid, ternyata orang-orang shalatnya berkelompok-kelompok secara terpisah-pisah, ada yang shalat sendiri dan ada seorang yang shalat diikuti oleh ma'mum yang jumlahnya kurang dari sepuluh orang.

Maka 'Umar berkata: "Aku kira seandainya mereka semuanya shalat berjama'ah dengan dipimpin satu orang imam, itu lebih baik".

Kemudian Umar memantapkan keinginannya itu lalu mengumpulkan mereka dalam satu jama'ah yang dipimpin oleh Ubbay bin Ka'ab.

Kemudian aku keluar lagi bersamanya pada malam yang lain dan ternyata orang-orang shalat dalam satu jama'ah dengan dipimpin seorang imam, lalu 'Umar berkata:

"Sebaik-baiknya bid'ah adalah ini. Dan mereka yang tidur terlebih dahulu adalah lebih baik dari pada yang shalat di awal malam".

Yang beliau maksudkan adalah mendirikan shalatnya di akhir malam, sementara kebanyakan orang-orang melakukan shalatnya pada awal malam".(Shahih Bukhari no. 1871)

Dari ‘Urwah bin Az-Zubair :

أنَّ عبدَ الرَّحمنِ بنَ عبدٍ القاريَّ - وَكانَ في عَهْدِ عمرَ بنِ الخطَّابِ معَ عبدِ اللَّهِ بنِ الأرقمَ علَى بيتِ المالِ - أنَّ عمرَ خرجَ ليلةً في رمضانَ فخرجَ معَهُ عبدُ الرَّحمنِ بنُ عبدٍ القاريُّ فطافَ بالمسجِدِ وأَهْلُ المسجدِ أوزاعٌ متفرِّقونَ ، يصلِّي الرَّجلُ لنفسِهِ ، ويصلِّي الرَّجلُ ، فيصلِّي بصلاتِهِ الرَّهطُ ، فقالَ عُمَرُ : واللَّهِ إنِّي أظنُّ لَو جمعنا هؤلاءِ علَى قارئٍ واحدٍ لَكانَ أمثلَ ، ثمَّ عزمَ عمرُ علَى ذلِكَ ، وأمرَ أُبيَّ بنَ كعبٍ أن يقومَ لَهُم في رَمضانَ. فخرجَ عمرُ علَيهم والنَّاسُ يصلُّونَ بصلاةِ قارئِهِم ، فقالَ عمر : نِعمَ البدعةُ هيَ ، والَّتي تَنامونَ عنها أفضلُ منَ الَّتي تَقومونَ - يريدُ آخرَ اللَّيلِ - فَكانَ النَّاسُ يقومونَ أوَّلَهُ ، وَكانوا يَلعنونَ الكفرةَ في النِّصفِ : اللَّهمَّ قاتِلِ الكفَرةَ الَّذينَ يصدُّونَ عن سبيلِكَ ، ويُكَذِّبونَ رسُلَكَ ، ولا يؤمِنونَ بوعدِكَ ، وخالِف بينَ كلمتِهِم ، وألقِ في قلوبِهِمُ الرُّعبَ ، وألقِ عليهم رِجزَكَ وعذابَكَ ، إلَهَ الحقِّ ، ثمَّ يصلِّي علَى النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ ويَدعو للمسلمينَ بما استطاعَ من خَيرٍ ثمَّ يستغفرُ للمؤمنينَ ، قال : وَكانَ يقولُ إذا فرغَ من لَعنةِ الكفرةِ وصلاتِهِ علَى النَّبيِّ ، واستغفارِهِ للمؤمنينَ والمُؤْمِناتِ ومسألتِهِ : اللَّهمَّ إيَّاكَ نعبُدُ ، ولَكَ نصلِّي ونسجُدُ وإليكَ نسعى ونحفِدُ ، ونرجو رحمتَكَ ربَّنا ، ونخافُ عذابَكَ الجِدَّ ، إنَّ عذابَكَ لمن عاديتَ مُلحِقٌ ، ثمَّ يُكَبِّرُ ويَهْوي ساجدًا

Bahwasannya ‘Abdurrahmaan bin ‘Abdil-Qaariy – dimana ia bersama ‘Abdullah bin Al-Arqam pada jaman kekhalifahan ‘Umar bin Al-Khaththaab dipercaya mengurus Baitul-Maal-, dia berkata :

Bahwasannya ‘Umar pernah keluar bersama ‘Abdurrahmaan bin ‘Abdil-Qaariy pada suatu malam pada bulan Ramadlaan. Lalu mereka berkeliling masjid dan mendapatkan orang-orang di mesjid terbagi-bagi [ tidak bersatu], ada seseorang yang shalatnya sendiri dan yang lainnya mengimami shalat sejumlah orang.

Maka ‘Umar berkata : “Demi Allah, aku berpendapat seandainya kita kumpulkan mereka pada satu imam saja tentunya akan lebih baik”.

Kemudian ‘Umar bertekad untuk membenahinya. Lalu beliau memerintahkan Ubay bin Ka’b untuk mengimami shalat malam mereka di bulan Ramadlan.

Lalu ‘Umar (RA) keluar menemui mereka lagi dalam keadaan orang-orang shalat di belakang satu imam, sehingga ‘Umar berkata :

“Sebaik-baiknya bid’ah adalah ini, namun yang tidur dulu [lalu shalatnya di akhir malam] lebih utama dari yang ikut shalat [diawal malam] ".

Yang beliau memaksudkan adalah (yang shalatnya) di akhir malam (lebih utama); karena pada saat itu orang-orang melakukan shalat tarawih di awal malam.

Dan pada separuh [ akhir] bulan Ramadlan mereka [ berqunut] melaknati orang-orang kafir dengan doa [ qunut] :

‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang kafir yang menghalangi (orang) dari jalan-Mu, mendustakan para Rasul-Mu, dan tidak beriman dengan janji-Mu.

Cerai-beraikan persatuan mereka dan timpakanlah rasa takut di hati-hati mereka, serta timpakanlah siksaan dan adzab-Mu pada mereka, wahai tuhan yang haq’.

Kemudian (mereka) bershalawat kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan berdoa untuk kebaikan kaum muslimin semampunya, kemudian memohon ampunan untuk kaum mukminin’……” [ HR. Ibnu Khuzaimah no. 1100].

Sanad riwayat ini shahih.

Al-Hasan al-Bashry (wafat thn 110 H) - semoga Allah merahmatinya - berkata :

أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَمَرَ أُبَيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَأَمَّهُمْ فِي رَمَضَانَ, فَكَانُوا يَنَامُونَ رُبُعَ اللَّيْلِ وَيَقُومُونَ رُبُعَيْهِ وَيَنْصَرِفُونَ بِرُبُعٍ لِسُحُورِهِمْ وَحَوَائِجِهِمْ, وَكَانَ يَقْرَأُ بِهِمْ خَمْسَ آيَاتٍ وَسِتَّ آيَاتٍ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ, وَيُصَلِّي بِهِمْ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ شَفْعًا يُسَلِّمُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ, وَيُرَوِّحُهُمْ قَدْرَ مَا يَتَوَضَّأُ الْمُتَوَضِّئُ وَيَقْضِي حَاجَتَهُ

Bahwa Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu menyuruh Ubayy untuk mengimami mereka di bulan Ramadhan, dan mereka biasa tidur seperempat malam, lalu mereka bangun untuk shalat selama dua per empat malam, kemudian mereka beranjak pulang pada seperempat akhir malam untuk makan sahur dan menunaikan hajat mereka.

Dan dia [ Ubay] - saat mengimami mereka- membaca lima ayat dan enam ayat di setiap rakaat, dan shalat bersama mereka delapan belas shalat genap, mengucapkan salam pada setiap dua rakaat. Lalu dia memberi mereka kesempatan untuk istirahat [Tarawih], kadar waktunya cukup bagi mereka untuk berwudhu dan memenuhi hajatnya.

[Lihat مُخْتَصَرُ قِيَامِ اللَّيْلِ وَقِيَامِ رَمَضَانَ وَكِتَابُ الْوِتْرِ 1/223 karya Muhammad bin Nasher al-Marwazi. Wafat thn 294 H)]

Dari Thawus (W. 106) Rahimahullah :

سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ : دَعَانِي عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَتَغَدَّى عِنْدَهُ يَعْنِي السَّحَرَ فَسَمِعَ هَيْعَةَ النَّاسِ فَقَالَ: مَا هَذَا؟ فَقُلْتُ: النَّاسُ خَرَجُوا مِنَ الْمَسْجِدِ ، قَالَ: مَا بَقِيَ مِنَ اللَّيْلِ, أَيْ مِمَّا مَضَى

Dia mendengar Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata :

"Umar radhiyallahu 'anhu, mengundangku makan bersama, yakni makan Sahur. Tiba-tiba dia mendengar hiruk pikuk suara manusia yang mengejutkan.

Dia berkata: Apa ini?

Aku berkata: Orang-orang keluar dari masjid.

Dia berkata: " Sudah tidak ada yang tersisa dari waktu malam ", yakni waktu yang sudah lewat.

[Lihat 
مُخْتَصَرُ قِيَامِ اللَّيْلِ وَقِيَامِ رَمَضَانَ وَكِتَابُ الْوِتْرِ 1/225 karya Muhammad bin Nasher al-Marwazi]

Muhammad bin Nasher al-Marwazi (w. 294) berkata :

وَكَانَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِذَا تَعَشَّى فِي شَهْرِ رَمَضَانَ هَجَعَ هَجْعَةً ثُمَّ يَقُومُ إِلَى الصَّلَاةِ فَيُصَلِّي

" Dan dulu Ali bin Abi Thalib - radhiyallahu 'anhu- senantiasa ketika dia selesai makan malam di bulan Ramadhan, maka dia segera tidur malam, kemudian beliau bangun di malam hari untuk shalat, lalu beliau shalat ".

[Lihat مُخْتَصَرُ قِيَامِ اللَّيْلِ وَقِيَامِ رَمَضَانَ وَكِتَابُ الْوِتْرِ 1/225 karya Muhammad bin Nasher al-Marwazi]

Dari 'Ikrimah (W 105 H) :

كُنَّا نُصَلِّي ثُمَّ أَرْجِعُ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَأُوقِظُهُ فَيُصَلِّي فَيَقُولُ لِي: يَا عِكْرِمَةُ هَذِهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا تُصَلُّونَ, مَا تَنَامُونَ مِنَ اللَّيْلِ أَفْضَلُهُ يَعْنِي آخِرَهُ

Dulu kami biasa shalat malam, kemudian aku pulang menemui Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, lalu aku membangunkannya, maka beliau shalat, kemudian beliau berkata kepadaku:

Wahai Ikrimah, waktu sekarang inilah yang lebih aku cintai dari pada waktu yang kalian shalat di dalamnya, kalian tidak tidur terlebih dahulu, sementara waktu dari malam hari yang paling afdhol adalah yang akhirnya.   

[Lihat مُخْتَصَرُ قِيَامِ اللَّيْلِ وَقِيَامِ رَمَضَانَ وَكِتَابُ الْوِتْرِ 1/225 karya Muhammad bin Nasher al-Marwazi]

Imran bin Hudair (W. 147 H), semoga Allah merahmatinya- berkata :

إِرْسَلْتُ إِلَى الْحَسَنِ رَحِمَهُ اللهُ فَسَأَلْتُهُ عَنْ صَلَاةِ الْعِشَاءِ فِي رَمَضَانَ: "أَنَصِّلِي، ثُمَّ نَرْجِعُ إِلَى بُيُوتِنَا فَنَنَامُ، ثُمَّ نَعُودُ بَعْدَ ذَلِكَ؟"، فَأَبَى، قَالَ: «لَا، صَلَاةُ الْعِشَاءِ ثُمَّ الْقِيَامُ»

Saya mengutus seseorang ke al-Hasan [al-Bashry], untuk bertanya kepadanya tentang shalat Isya di bulan Ramadhan, apakah kami shalat Isya, lalu pulang dulu ke rumah kami dan pergi tidur, dan kemudian kembali lagi [ ke masjid] setelah itu [untuk shalat Tarawih]?

Maka dia menolaknya, dan dia berkata: "Tidak, melainksn setelah sholat Isya langsung shalat Tarawih."

Dengan demikian, Sebaiknya tidak menunda shalat Tarawih selama orang-orang melakukannya di awal malam, kita mengikuti orang banyak, demi untuk menjaga persatuan.

[Lihat 
مُخْتَصَرُ قِيَامِ اللَّيْلِ وَقِيَامِ رَمَضَانَ وَكِتَابُ الْوِتْرِ 1/23 karya Muhammad bin Nasher al-Marwazi]

Abu Daud (W. 275 H) berkata:

قِيلَ لأَحْمَدَ رَحِمَهُ اللهُ وَأَنَا أَسْمَعُ يُؤَخِّرُ الْقِيَامَ يَعْنِي التَّرَاوِيحَ إِلَى آخِرِ اللَّيْلِ؟ قَالَ: لَا، سُنَّةُ الْمُسْلِمِينَ أَحَبُّ إِلَيَّ، وَتَأْخِيرُ صَلَاةِ التَّرَاوِيحِ لِآخِرِ اللَّيْلِ هُوَ عِنْدِي مِثْلُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ”لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِتَأْخِيرِ الْعِشَاءِ”.

Pernah ditanyakan kepada Ahmad - aku mendengarnya – tentang menunda shalat Tarawih hingga akhir malam?

Dia menjawab : "Tidak, karena mengikuti sunnah kaum muslimin lebih aku cintai. Menunda shalat Tarawih hingga akhir malam bagiku seperti sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ لَأَمَرْتُهُمْ بِتَأْخِيْرِ الْعِشَاءِ وَ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ.

“Kalau saja aku tidak memberatkan orang-orang Mu’min, niscaya aku benar-benar akan perintahkan mereka untuk mengakhirkan shalat ‘Isyā dan bersiwak pada setiap kali shalat.“

[ HR. Abu Daud no. 24. Di Shahihkan oleh al-Albaani]

Lafadz lain:

لولا أنْ أشقَّ على أمتي لأمرتُهم أنْ يؤخِّرُوا العشاءَ إلى ثُلثِ الليلِ ، أو نصفِهِ

“Kalau sekiranya tidak memberatkan umatku, saya parintahkan untuk mengakhirkan shalat isya sampai sepertiga malam atau pertengahannya.

HR. Tirmizi, 167 [di shahihkan oleh al-Albaani]



 

 


Posting Komentar

0 Komentar