Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

MENGUCAPKAN "SUBHANALLAH" KETIKA ADA SESUATU YANG MEMBUATNYA TAKJUB

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NADI AL-ISLAM

*******

﴿بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ﴾

PENDAHULUAN:

Al-'Allaamah Ibnu Utsaimin mengatakan dalam kitab Syarah Riyadhush Sholihiin 6/666:

" إذا حدث للإنسان ما يتعجب منه فليقل سبحان الله كما قال ذلك الأنصاريان وأقرهما النبي صلى الله عليه وسلم ".

Jika ada sesuatu terjadi pada seseorang yang membuatnya TA'AJJUB [kagum dan takjub], maka ucapkanlah olehnya kata “SUBHANALLAH [Maha Suci Allah]", seperti yang diucapkan oleh dua sahabat Anshar, yang oleh Nabi SAW di taqrir nya [tidak di salahkan] ". [SELESAI]

MAKNA AT-TA'AJJUB

[Takjub, kagum, terheran-heran dan tercengang]

Syekh Dr. Muhammad Ibrahim Al-Hamd dalam artikelnya "التَّعَجُّبُ" [hal. 1-2] mengatakan:

والتعجب: انفعال يحدث في النفس؛ جراء الشعورِ بأمر يخفى سببه، أو رؤيةٍ، أو سماعٍ لشيء خارج عن نظائره؛ فينتج عنه إظهار لذلك الانفعال، وهو ما يعرف بالعجب، أو التعجب.

وقد يكون باعث التعجب خوفاً، أو فرحاً، أو دهشةً، أو استغراباً، أو إنكاراً، أو طرباً، أو اهتزازاً لمكرمة، أو استبعاداً لحدوث أمرٍ ما، أو نحو ذلك

وقد يكون التعبير عن التعجب عبر استعمال مادة (عَجَبَ) بمختلف تصاريفها، وذلك كثير في القرآن، كما في قوله -تعالى- مخبراً عن الجن لما استمعوا القرآن: {إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآناً عَجَباً} الجن: 1، وكما في قوله -تعالى-: {أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ} الأعراف:63، وقوله: {أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَباً أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ} يونس:2، وقوله: {قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ} هود: 73، وقوله: {وَإِنْ تَعْجَبْ فَعَجَبٌ قَوْلُهُمْ} الرعد: 5، وقوله: {بَلْ عَجِبْتَ وَيَسْخَرُونَ} الصافات: 12، وقوله: {بَلْ عَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ فَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا شَيْءٌ عَجِيبٌ} ق: 2.

وقد [يكون التعبير] باستخدام إحدى الصيغ السماعية كما في قوله -تعالى-: {قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنتُ إِلاَّ بَشَراً رَسُولاً} الإسراء: 93، وقوله: {فَسَلامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ} الواقعة:91.

Dan at-Ta'jjub itu adalah: interaksi yang terjadi dalam jiwa; akibat merasakan sesuatu yang penyebabnya tersembunyi, atau melihat atau mendengar sesuatu di luar kebiasaannya dan tandingannya; maka darinya menghasilkan sesuatu yang menimbulkan reaksi emosional.

Dan itu yang kenal dengan istilah rasa kagum atau tercengang [takjub].

Dan terkadang rasa takjub [tercengang] itu muncul dari rasa ketakutan atau kegembiraan atau keheranan atau keanehan atau pengingkaran atau kegirangan atau bergetar hatinya karena suatu kehormatan atau terhindar dari suatu kejadian, atau yang sejenisnya.........

Terkadang ungkapan tentang at-Ta'ajjub itu melalui penggunaan asal kata (عَجَبَ: heran) dalam berbagai bentuk katanya, dan ini banyak di dalam Al-Qur'an.

Contohnya: seperti dalam firman Allah Azza wa Jalla, yang menginformasikan tentang jin ketika mereka mendengarkan Al-Qur'an:

{إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآناً عَجَباً}

Artinya: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur'an yang menakjubkan. [QS. Al-Jinn: 1]

Dan seperti dalam firman-Nya:

{أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ}

Artinya: " Apakah kalian merasa heran [tidak percaya] bahwa datang kepada kalian peringatan dari Tuhan kalian". [QS. Al-A'raf: 63].

Dan firman-Nya:

{أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَباً أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ}

Artinya: " Pantaskah manusia menjadi heran bahwa Kami memberi wahyu kepada seorang laki-laki di antara mereka". [QS. Yunus: 2].....

Dan Terkadang ungkapan tentang at-Ta'ajjub itu dengan menggunakan kalimat yang menunjukkan expresi pendengaran [[الصيغ السماعية]]:

Contohnya, seperti dalam firman-Nya:

{قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنتُ إِلاَّ بَشَراً رَسُولاً}

Katakanlah (Muhammad): “Mahasuci Tuhanku [SUBHANA ROBBI], aku ini hanyalah seorang manusia yang menjadi rosul ".

Dan firman-Nya:

{فَسَلامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ}

" Maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan " [QS. Al-Waqi'ah: 91]

HUKUM MENGUCAPKAN "SUBHANALLAH" KETIKA ADA SESUATU YANG MENAKJUBKAN

Hukum Mengucapkan “SUBHANALLAH [Maha Suci Allah]” ketika melihat atau mendengar sesuatu yang membuatnya takjub adalah diperbolehkan dan tidak ada larangan.

Berikut ini dalil-dalil yang menunjukkan disyariatkannya mengucapkan SUBHANALLAH ketika ada sesuatu yang membuatnya Takjub:

DALIL KE 1:

Allah SWT berfirman:

 إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.

(Yaitu) orang yang mengingat Allah, sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):

'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. MAHA SUCI ENGKAU [سُبْحَانَكَ] peliharalah kami dari siksa api neraka.'" (QS Ali Imran: 190-191).

DALIL KE 2:

Dan Allah SWT berfirman:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَا ۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Mahasuci Allah [سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ], yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. Al-Isra': 1)

DALIL KE 3:

Dan Allah SWT berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ

"Maha Suci Allah [سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ] yang telah menundukkan kendaraan ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami ". [Az-Zukhruf: 13]

DALIL KE 4:

Dan Allah SWT berfirman:

هُوَ الَّذِي يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ (12) وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ... (13)

Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepada kalian untuk menimbulkan kekalutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.

Dan guruh itu BERTASBIH dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki.... [QS. Ar-Ra'd, ayat 12-13]

DALIL KE 5:

Dari Ummu Salamah berkata:

اسْتَيْقَظَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَقَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنْ الْفِتَنِ وَمَاذَا فُتِحَ مِنْ الْخَزَائِنِ أَيْقِظُوا صَوَاحِبَاتِ الْحُجَرِ فَرُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي الْآخِرَةِ

“Pada suatu malam Nabi ﷺ terbangun lalu bersabda:

“Subhaanallah (Maha suci Allah), fitnah apakah yang diturunkan pada malam ini? Dan apa yang dibuka dari dua perbendaharaan (Romawi dan Persia)? Bangunlah wahai orang-orang yang ada di balik dinding (kamar-kamar), karena betapa banyak orang hidup menikmati nikmat-nikmat dari Allah di dunia ini namun akan telanjang nanti di akhirat (tidak mendapatkan kebaikan).” [HR. Bukhori no. 112]

DALIL KE 6:

Hadits Ucapan Tasbih saat Mendengar Petir. Dari Abdullah bin Zubair radhiyallahu 'anhu:

أنَّه كان إذا سمِعَ الرَّعدَ تركَ الحديثَ وقال: سُبْحَانَ الَّذِي { يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ } [الرعد: 13] ثمَّ يقولُ: إنَّ هذا لوعيدٌ شديدٌ لأهلِ الأرضِ

Jika dia mendengar guntur, dia segera menghentikan pembicaraan dan berkata:

" Maha Suci Allah { yang membuat petir bertasbih dengan memuji-Nya, dan begitu juga para malaikat karena takut kepada-Nya} [QS. Ar-Ra'd: 13]".

Lalu dia berkata: " Ini adalah ancaman yang keras bagi para penghuni bumi ".

[HR. Imam Malik dalam Al Muwaththa’ 2/992 dan Al Bukhari dalam Adab Al Mufrad no. 724, dan Baihaqi dalam Al Kubra. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Adab al-Mufrad no. 556]

DALIL KE 7:

Dari [Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu]:

أَنَّهُ لَقِيَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي طَرِيقٍ مِنْ طُرُقِ الْمَدِينَةِ، وَهُوَ جُنُبٌ فَانْسَلَّ فَذَهَبَ فَاغْتَسَلَ، فَتَفَقَّدَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا جَاءَهُ قَالَ: «أَيْنَ كُنْتَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ» قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، لَقِيتَنِي وَأَنَا جُنُبٌ فَكَرِهْتُ أَنْ أُجَالِسَكَ حَتَّى أَغْتَسِلَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «‌سُبْحَانَ ‌اللهِ ‌إِنَّ ‌الْمُؤْمِنَ ‌لَا ‌يَنْجُسُ»

Bahwasanya dia bertemu Nabi SAW di salah satu jalan di Madinah, sedangkan beliau dalam keadaan berjunub. Maka dia menyelinap yaitu mengelakkan diri dari bertemu Rasulullah SAW dan pergi untuk mandi sehingga Rasulullah SAW mencari-carinya.

Ketika beliau datang kembali, beliau pun bertanya: "Ke mana kamu pergi wahai Abu Hurairah!

Dia menjawab, "Wahai Rasulullah! Kamu ingin menemuiku sedangkan aku dalam keadaan berjunub. Aku merasa tidak suka untuk duduk bersama kamu hingga aku mandi.

Lalu Rasulullah SAW bersabda: " Subhaanallah (Maha suci Allah)! orang mukmin itu tidak najis." [HR. Muslim no. 371]

DALIL KE 8:

Dalam Shahih Bukhori no. [3101] dan Shahih Muslim dari Shofiyyah radhiyallahu 'anha, berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُعْتَكِفًا فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ فَانْقَلَبْتُ فَقَامَ مَعِي يَقْلِبُنِي وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِي دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنْ الْأَنْصَارِ فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ فَقَالَا سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَرًّا أَوْ قَالَ شَيْئًا

"Rasulullah SAW beri'tikaf, lalu saya datang mengunjunginya pada malam hari, setelah berbincang-bincang saya pun berdiri untuk kembali, lantas beliau berdiri untuk mengantarku -tempat tinggal Shafiyah adalah di rumah Usamah bin Zaid-. Lalu lewatlah dua laki-laki Anshar, ketika mereka melihat Nabi SAW mereka mempercepat langkah mereka.

Kemudian Nabi SAW bersabda: "Perlahanlah, sesungguhnya dia adalah Shafiyah binti Huyai."

Maka mereka pun berkata: "Wahai Rasulullah, “SUBHANALLAH" !"

Beliau lantas bersabda: "Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia pada aliran darah, dan aku khawatir jika hati kalian menuduhku berbuat tidak baik atau berkata yang tidak baik."

DALIL KE 9:

Dari Abu Waqid al-Laitsi:

أنَّ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ لمَّا خرَجَ إلى خَيبرَ، مَرَّ بشجرةٍ للمشركينَ يُقالُ لها: ذاتُ أَنْواطٍ، يُعلِّقونَ عليها أسلحتَهم، فقالوا: يا رسولَ اللهِ اجعَلْ لنا ذاتَ أَنْواطٍ كما لهم ذاتُ أَنْواطٍ، فقال النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: سُبحانَ اللهِ! هذا كما قال قَومُ موسى: {اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ} [الأعراف: 138]، والذي نَفْسي بيدِه، لَتَرْكَبُنَّ سُنَّةَ مَن كان قَبلَكم.

”Tatkala Rasulullah SAW berangkat keluar menuju Khoibar. Lalu, beliau melewati pohon orang musyrik yang Mula Dzatu Anwath. Mereka menggantungkan senjata mereka. Lalu mereka (para sahabat) berkata:

“Wahai Rasulullah! Buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath (menggantungkan senjata) sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwath.”

Rasulullah SAW menjawab : “SUBHANALLAH ! Ini seperti yang dikatakan oleh kaum Musa:

{اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ}

Jadikanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka memiliki sesembahan-sesembahan.” (QS. Al A'raaf: 138).

Demi Dzat yang jiwa ku di tangan-Nya, sungguh kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian.”

[HR. Tirmidzi no. 2180. Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Dan hadits ini di shahihkan pula oleh al-Albaani dalam Shahih Tirmidzi no. 2180].

===****======

PERKATAAN IBNU KATSIR DALAM TAFSIRNYA:

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya ketika menafsiri firman Allah SWT:

هُوَ الَّذِي يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ (12) وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ... (13)

Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepada kalian untuk menimbulkan kekalutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.

Dan guruh itu BERTASBIH dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki.... [QS. Ar-Ra'd, ayat 12-13]

Ibnu Katsir berkata:

" Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Israil, dari ayahnya, dari seorang lelaki, dari Abu Hurairah yang me-rafa'-kannya (sampai kepada Nabi Saw.). Disebutkan:

رَفَعَ الْحَدِيثَ قَالَ: إِنَّهُ كَانَ إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ قَالَ: "سُبْحَانَ مَنْ يُسبّح الرعْد بِحَمْدِهِ".

Bahwa Nabi Saw. membaca doa berikut apabila mendengar suara guruh: SUBHANA MAN [Mahasuci Tuhan] yang guruh bertasbih dengan memuji-Nya.

[[Tafsir al-Tabari (16/389) dan diriwayatkan oleh Ibnu Mardawayh dalam tafsirnya seperti dalam Takhrij al-Kashshaf (2/184) melalui Muhammad bin Yahya, dari Ahmad Ibn Ishaq, dari Abu Ahmad, dari 'Ataab Ibn Ziyad, dari seorang laki-laki, dari Abu Hurairah, hadits marfu' kepada Nabi SAW... dst. PEN]]

Lalu Ibnu Katsir berkata:

Diriwayatkan dari Ali r.a.

أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَمِعَ صَوْتَ الرَّعْدِ قَالَ: سبحان من سَبَّحت له

Bahwa apabila ia mendengar suara guruh mengucapkan doa berikut: "Mahasuci Tuhan yang engkau bertasbih kepada-Nya."

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Tawus, dan Al-Aswad ibnu Yazid, bahwa mereka mengucapkan doa tersebut.

Al-Auza'i mengatakan: "Ibnu Zakaria pernah berkata:

مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ الرَّعْدَ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، لَمْ تُصِبْهُ صَاعِقَةٌ

Bahwa barang siapa yang mendengar suara guruh, lalu membaca doa ini: 'Mahasuci Allah [SUBHANALLAH] dan dengan memuji kepada-Nya,' niscaya dia tidak akan disambar petir."

Dari Abdullah ibnuz Zubair, disebutkan:

أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ تَرَكَ الْحَدِيثَ وَقَالَ: سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرعدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ، وَيَقُولُ: إِنَّ هَذَا لَوَعِيدٌ شديدٌ لِأَهْلِ الْأَرْضِ

Bahwa apabila ia mendengar suara guruh, sedangkan ia dalam keadaan berbicara, maka ia menghentikan pembicaraannya dan mengucapkan doa:

"Mahasuci Tuhan [سُبْحَانَ الَّذِي] yang guruh dan para malaikat bertasbih kepada-Nya dengan memuji-Nya karena takut kepada-Nya."

Lalu ia berkata, "Sesungguhnya suara ini benar-benar merupakan peringatan yang keras bagi penduduk bumi."

Demikianlah menurut riwayat Imam Malik di dalam kitab Muwata-nya 2/992 dan Imam Bukhari di dalam Kitabul Adab no. 724.

[SELESAI KUTIPAN DARI TAFSIR IBNU KATSIR]

====*****====

FATWA SYABAKAH ISLAMIYAH:

Fatwa Syabakah Islamiyah [9/813] Tanggal Fatwa 19 Muharram 1429 H

حُكْمُ قول: سُبْحَانَ اللَّهِ عِندَمَا يَرَى أَوْ يَسْمَع مَا يَتَعَجَّبُ مِنْهُ.

Hukum Mengucapkan “SUBHANALLAH [Maha Suci Allah” ketika melihat atau mendengar sesuatu yang membuatnya takjub

PERTANYAAN:

ماحكم من يقول سبحان الله عندما يحكي له شخص التدهور الموجود في مكان ما؟

Apa hukumnya seseorang yang mengatakan “SUBHANALLAH [Maha Suci Allah]” ketika ada seseorang mengkisahkan padanya tentang adanya kemerosotan [kemunduran] di suatu tempat?

JAWABAN:

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعـد:

فلا مانع شرعا من قول المسلم: سبحان الله، عندما يرى أو يسمع ما يتعجب منه، فكثيرا مايرد هذا اللفظ (سبحان الله) على لسان رسول الله- صلى الله عليه وسلم- وعلى لسان صحابته عند التعجب فمن ذلك ما جاء في الصحيحين: "استيقظ النبي صلى الله عليه وسلم ذات ليلة فقال: سبحان الله ماذا أنزل الليلة من الفتن، وماذا فتح من الخزائن، أيقظوا صواحبات الحجر، فرب كاسية في الدنيا عارية في الآخرة"

ومنه قوله صلى الله عليه وسلم لأبي هريرة عند ما كان جنبا: "... سبحان الله! إن المؤمن لا ينجس " ، وهو في الصحيحين

والتسبيح معناه التنزيه، وسبحان الله معناها: أنزه الله عما لايليق بكماله وعظمته، وهذا من أفضل أنواع الذكر.

 والله أعلم.

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah beserta keluarga dan para sahabatnya, Adapun yang berikut ini:

Tidak ada larangan hukum bagi seorang Muslim mengatakan: “SUBHANALLAH [Maha Suci Allah]”, ketika dia melihat atau mendengar sesuatu yang membuatnya TAKJUB. Ungkapan ini “SUBHANALLAH [Maha Suci Allah]” sering terucap pada lisan Rasulullah SAW dan [ada lisan para sahabatnya ketika dia merasa TAKJUB, inilah yang terdapat dalam hadits Bukhori dan Muslim:

Dari Ummu Salamah berkata:

اسْتَيْقَظَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَقَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنْ الْفِتَنِ وَمَاذَا فُتِحَ مِنْ الْخَزَائِنِ أَيْقِظُوا صَوَاحِبَاتِ الْحُجَرِ فَرُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي الْآخِرَةِ

“Pada suatu malam Nabi ﷺ terbangun lalu bersabda:

“Subhaanallah (Maha suci Allah), fitnah apakah yang diturunkan pada malam ini? Dan apa yang dibuka dari dua perbendaharaan (Romawi dan Persia)? Bangunlah wahai orang-orang yang ada di balik dinding (kamar-kamar), karena betapa banyak orang hidup menikmati nikmat-nikmat dari Allah di dunia ini namun akan telanjang nanti di akhirat (tidak mendapatkan kebaikan).” [HR. Bukhori no. 112]

Dan juga dianatarnya adalah apa yang beliau SAW katakan kepada Abu Hurairah ketika dia junub:

«‌سُبْحَانَ ‌اللهِ ‌إِنَّ ‌الْمُؤْمِنَ ‌لَا ‌يَنْجُسُ»

" Subhaanallah (Maha suci Allah)! orang mukmin itu tidak najis.".

Dan itu ada dalam dua kitab hadits Sahih [Bukhori dan Muslim].

Dan bertasbih [ucapan subhanallah] itu berarti mensucikan, dan “SUBHANALLAH [Maha Suci Allah] itu berarti: Allah telah mensucikan dirinya apa yang tidak sesuai dengan kesempurnaan dan kebesaran-Nya, dan ini adalah salah satu jenis dzikir yang terbaik dan ter afdhal.

=====*****=====

FATWA ISLAM WEB

Fatwa Islam Web. No Fatwa: 209593.

لا حَرَجَ فِي التَّسْبِيحِ عِنْدَ رُؤْيَةِ مَا يُتَعَجَّبُ مِنْهُ.

Tidak ada salahnya bertasbih ketika melihat sesuatu yang membuatnya Takjub

PERTANYAAN

أقول سبحان الله كثيرا في كل وقت ـ إذا رأيت زهرة جميلة أقول سبحان الله، وإذا رأيت حادث سيارة أقول سبحان الله ـ أي أن سبحان الله أصبحت جزءا من كلامي ـ

وأحد زملائي قال لي أنزلها منزلتها ولا تقلها في كل وقت، فهل أسمع كلامه؟ أم أستمر على ما أنا عليه؟ وجزاكم الله خيرا.

Saya sudah terbiasa setiap waktu banyak mengucapkan “SUBHANALLAH [Maha Suci Allah]. Jika saya melihat bunga yang indah saya mengatakan “SUBHANALLAH". Dan jika saya melihat kecelakaan mobil, maka saya mengatakan “SUBHANALLAH".

Artinya Ucapan “SUBHANALLAH" ini telah menjadi bagian dari ucapan saya.

Namun ada salah satu rekan saya mengatakan kepada saya: " Tempatkanlah ucapan “SUBHANALLAH" itu pada tempatnya dan janganlah kamu mengucapkannya di setiap waktu!!".
Apakah saya harus mendengar kata-katanya? Atau apakah saya boleh meneruskan kebiasaan saya tsb ? Jazaa kumullaah khairan [Semoga Allah membalas antum dengan kebaikan]

JAWABAN

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعد:

فإن التسبيح عند رؤية ما يتعجب منه أو يتعظ به مشروع، ففي الصحيحين عن صفية قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم معتكفاً فأتيته أزوره ليلاً فحدثته ثم قمت فانقلبت، فقام معي ليقلبني، وكان مسكنها في دار أسامة بن زيد، فمر رجلان من الأنصار، فلما رأيا النبي صلى الله عليه وسلم أسرعا، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: على رسلكما إنها صفية بنت حيي، فقالا: سبحان الله يا رسول الله! قال: إن الشيطان يجري من الإنسان مجرى الدم، وإني خشيت أن يقذف في قلوبكما سوءاً

قال العلامة ابن عثيمين في شرح رياض الصالحين: إذا حدث للإنسان ما يتعجب منه فليقل سبحان الله كما قال ذلك الأنصاريان وأقرهما النبي صلى الله عليه وسلم. اهـ.

Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam atas Rasulullah beserta keluarga dan para sahabatnya, adapun sebagai berikut:

Maka sesungguhnya bertsabih ketika melihat sesuatu yang mengagumkan atau sesuatu yang terdapat mau'idzoh [nasihat dan pelajaran] di dalamnya, itu adalah di syariatkan.

Maka dalam Shahih Bukhori no. [3101] dan Shahih Muslim dari Shofiyyah radhiyallahu 'anha, berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُعْتَكِفًا فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ فَانْقَلَبْتُ فَقَامَ مَعِي يَقْلِبُنِي وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِي دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنْ الْأَنْصَارِ فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ فَقَالَا سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَرًّا أَوْ قَالَ شَيْئًا

"Rasulullah SAW beri'tikaf, lalu saya datang mengunjunginya pada malam hari, setelah berbincang-bincang saya pun berdiri untuk kembali, lantas beliau berdiri untuk mengantarku -tempat tinggal Shafiyah adalah di rumah Usamah bin Zaid-. Lalu lewatlah dua laki-laki Anshar, ketika mereka melihat Nabi SAW mereka mempercepat langkah mereka.

Kemudian Nabi SAW bersabda: "Perlahanlah, sesungguhnya dia adalah Shafiyah binti Huyai."

Maka mereka pun berkata, "Wahai Rasulullah, “SUBHANALLAH" !"

Beliau lantas bersabda: "Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia pada aliran darah, dan aku khawatir jika hati kalian menuduhku berbuat tidak baik atau berkata yang tidak baik."

Al-'Allaamah Ibnu Utsaimin mengatakan dalam kitab Syarah Riyadhush Sholihiin 6/666:

" إذا حدث للإنسان ما يتعجب منه فليقل سبحان الله كما قال ذلك الأنصاريان وأقرهما النبي صلى الله عليه وسلم ".

Jika ada sesuatu terjadi pada seseorang yang membuatnya TA'AJJUB [kagum dan takjub], maka ucapkanlah olehnya kata “SUBHANALLAH [Maha Suci Allah]", seperti yang diucapkan oleh dua sahabat Anshar, yang oleh Nabi SAW di taqrir nya [tidak di salahkan] ". [SELESAI]

Posting Komentar

0 Komentar