Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

PERBEDAAN ANTARA "ILMU KESAKTIAN" DENGAN "KAROMAH" & "MUKJIZAT". UMAT ISLAM HARUS FAHAM !

PERBEDAAN ANTARA ILMU KESAKTIAN DENGAN KAROMAH DAN MUKJIZAT. UMAT ISLAM HARUS FAHAM !

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NADI AL-ISLAM

﴿بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ﴾

*****

DAFTAR ISI:

1. HAKIKAT ILMU KANURAGAN DAN KESAKTIAN

  • MACAM-MACAM KERJASAMA ANTARA MANUSIA DAN JIN:

2. HAKIKAT MUKJIZAT DAN KAROMAH:

  • UNSUR KESYIRIKAN DALAM ILMU KANURAGAN DAN KESAKTIAN
  • HUKUM MINTA PERLINDUNGAN DAN BANTUAN KEPADA JIN
  • JIN KHODAM PENYEBAB 'AMR BIN LUHAY AL-KHUZA'I KEKAL DALAM API NERAKA
  • JIN MUSLIM MENOLAK UNTUK DIJADIKAN PELINDUNG DAN WASILAH:

3. CIRI ORANG SHALIH YANG DIANUGERAHI KAROMAH DO’A MUSTAJAB

  • CONTOH SIKAP ORANG-ORANG SHOLEH YANG DIBERI KAROMAH KEMUSTAJABAN DOA:
  • Yazid bin Al-Aswad al-Jurosyi.
  • Uwais bin 'Amir Al-Qorni.
  • JIN SYETAN ADALAH MUSUH PARA NABI DAN KADANG MEREKA MENGAKU-NGAKU SEBAGAI MALAIKAT DAN ORANG SHOLEH.

4. CONTOH MUKJIZAT DAN KAROMAH:

  • CONTOH NYA: MUKJIZAT NABI MUSA:
  • NABI MUSA SEMPAT LUPA PERINTAH MEMUKULKAN TONGKATNYA KE LAUT:
  • CONTOH KAROMAH: KISAH SEORANG SAHABAT, AL-‘ALA’ BIN AL-HADLRAMI
  • MUKJIZAT NABI IBRAHIM DAN KAROMAH ABU MUSLIM AL-KHAULANI SELAMAT DARI KOBARAN API.

5. CONTOH ILMU KANURAGAN DAN RITUALNYA:

  • Contoh pertama: Ajian PANCASONA.
  • Contoh kedua: Ilmu Karang Jati
  • Contoh ketiga: Ilmu Benteng Gaib
  • Contoh ke empat: ilmu Betara Karang.
  • Contoh ke lima: Ilmu Kebal Senjata Tajam.
  • contoh keenam : Ilmu Macan Siliwangi
  • Lima Ilmu Kanuragan Warisan Syeh Siti Jenar

6. ADANYA UNSUR PELANGGARAN SYAR'I DALAM RITUAL DAN MANTRA ILMU KESAKTIAN:

7. NABI 
 DAN PARA SAHABATNYA TIDAK ADA YANG SAKTI

  • NABI  TERLUKA DALAM PERANG UHUD:
  • TERLUKA DAN TERBUNUH NYA HAMZAH BIN ABI THALIB DALAM PERANG UHUD:
  • LUKA PADA TUBUH UMMU AMMARAH NUSAIBAH BINTI SAAD AL-ANSHARI PADA PERANG UHUD
  • THALHAH BIN UBAIDILLAH TERLUKA SAAT PERANG UHUD DAN TERBUNUH SAAT PERANG JAMAL.
  • PASUKAN UHUD BANYAK YANG TERLUKA, NAMUN TETAP MEMATUHI PERINTAH MENGEJAR MUSUH:

8. KRONOLOGI TERBUNUHNYA UMAR, UTSMAN DAN ALI DENGAN SENJATA TAJAM

  • TEGURAN DAN NASIHAT NABI  KEPADA KHABBAB AGAR DIA BERSABAR DAN TABAH DAN NABI  TIDAK MENURUNKAN ILMU KEBAL API ATAU SEJAM KEPADANYA
  • ALLAH SWT MENJANJIKAN SURGA BAGI MUJAHID YANG MATI SYAHID DAN MELIMPAHKAN PAHALA BAGI YANG TERLUKA .
  • SEBAB-SEBAB MANUSIA RELA MENGHINAKAN DIRINYA SEBAGAI HAMBA PARA JIN.

*****

﴿بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ﴾

===*****===

HAKIKAT ILMU KANURAGAN DAN KESAKTIAN

Ilmu kanuragan, kesaktian, dan kebatinan pada dasarnya adalah bentuk keamanan, perlindungan, dan penjagaan yang diperoleh dari jenis jin tertentu melalui cara-cara spesifik. Biasanya, hubungan ini dimulai dengan adanya kesepakatan antara manusia dan jin yang memiliki keahlian dalam bidang-bidang tersebut, seperti keamanan, penjagaan, dan perlindungan.

Sebagian besar kerja sama ini berkaitan dengan ilmu kesaktian, ilmu pelet, dan pesugihan, yang umumnya melibatkan persyaratan dan ritual tertentu yang telah ditetapkan oleh pihak jin yang dibisikkan lewat para jubirnya dari kalangan manusia. Persyaratan tersebut bisa berupa ijazah, mahar, tirakat, kurban sembelihan dan ritual khusus lainnya.

STANDAR BERDOA DAN MEMOHON PERTOLONGAN YANG BENAR.

Diantara standar berdoa yang benar dan memohon pertolongan kepada Allah yang syar’i adalah harus betul-betul murni tertuju kepada Allah SWT semata, tanpa melibatkan dan mengikut sertakan siapapun selain Allah dalam doa’nya, walau hanya sekadar menyebut nama selain-Nya. Contohnya seperti sambil menyebut nama Nabi Isa ‘alaihis salam alias Yesus, atau menyebut nama malaikat Jibril atau menyebut nama Prabu Siliwangi atau Bandung Bondowoso atau wali fulan atau mursyid fulan atau lain-nya. Ini semua tidak diperbolehkan, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT :

﴿وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا﴾

Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kalian berdo’a kepada Allah dengan menyertakan seseorang di dalamnya. [QS. Jinn: 18]

Jin dan setan terus berusaha untuk menjadikan manusia sebagai ‘abdi mereka dan pengikut mereka dengan menggiring mereka untuk melakukan ritual yang menyerupai ibadah kepada Allah SWT, seperti berpuasa, tirakat, berkurban, tumbal, ruku', sujud, membaca wiridan, mantra, dan lain-lain.

WASPADALAH DENGAN TALBIS atau PENGELABUAN

TALBIS (التَّلْبِيْسُ) adalah ritual dan amalan untuk Iblis, Syeitan atau Jin yang berkemas agamis dan seakan-akan sesuai dengan syariat Islam.

Diantara Ciri-ciri Talbis :

Ciri pertama : Memohon dan berdoa kepada Allah  SWT, namun diikutsertakan di dalamnya penyebutan nama selain Allah, seperti dengan menyebutkan nama tokoh atau orang shaleh tertentu.

Ciri kedua : Senantiasa menggunakan nama-nama orang shaleh atau tokoh tertentu (pencaplokan nama) demi untuk mengelabui umat manusia agar mudah terpedaya dan terjerumus dalam kesyirikan, lalu dikemas dengan kemasan syar’i, misalnya dengan kata “taqorrub” (artinya : untuk mendekat diri kepada Allah sedekat-dekatnya) atau “wasilah” atau “perantara”.

Iblis sangat tahu bahwa dosa terbesar bagi umat manusia adalah syirik alias menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya dalam hal uluhiyyah (penyembahan) dan rububiyyah (ketuhanan). Dosa syirik ini akan membuat pelakunya kekal dalam api nereka selamanya jika dia mati dalam keadaan belum bertaubat, meskipun orang tersebut ahli ibadah dan ahli sedekah. Karena dosa syirik itu akan menghanguskan semua amal kebajikan-nya. Semua amal ibadahnya pasti akan tertolak.

Contoh pencaplokan nama orang shaleh oleh Iblis : 

Contoh ke1 : Kaum nabi Nuh alaihis salam mengggunakan nama-nama orang shaleh yang telah wafat yang bernama : Wadd, Suwaa’, Yaguts, Ya’uuq dan Naser.

Allah SWT berfirman tentang mereka :

)وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا.وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا ضَلَالًا( .

" Dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan kepada) Wadd , dan jangan pula Suwaa' , Yaghuts , Ya'uq dan Nasr .. ( QS. Nuh : 23 ). 

Telah ada ketetapan riwayat dalam sahih Bukhori no. 4920 , serta dalam kitab-kitab tafsir , kisah-kisah para nabi dan lainnya dari Ibnu Abbas dan lainnya dari ulama salaf bahwa mereka berkata tentang tafsir ayat di atas :

هَذِهِ أَسْمَاءُ قَوْمٍ صَالِحِينَ كَانُوا فِي قَوْمِ نُوحٍ فَلَمَّا مَاتُوا عَكَفُوا عَلَى قُبُورِهِمْ ثُمَّ صَوَّرُوا تَمَاثِيلَهُم، ثُمَّ طَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَعَبَدُوهُمْ، وَأَنّ َهَذِهِ الْأَصْنَامَ بِعَيْنِهَا صَارَتْ إِلَى قَبَائِلِ الْعَرَبِ. ذَكَرَهَا ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَبِيلَةً قَبِيلَةً .

" Nama-nama tersebut adalah orang-orang shaleh dari kaum Nuh ‘alaihis salam , ketika orang-orang tersebut mati , mereka melakukan i'tikaf ( nyepi ) terhadap kuburan-kuburannya , kemudian lama kelamaan mereka menyembahnya . Dan berhala-berhala tersebut kemudian tersebar ke kabilah-kabilah arab " . Ibnu Abbas dengan terperinci menyebutkan kabilah-kabilah tersebut satu persatu ". ( Lihat : Majmu Fatawa karya Syeikh Ibnu Taymiyah 14/363  , Syarah Aqidah Thohawiyah 1/14 dan Juhud Ulama hanafiyah fi Ibtholil 'aqooidil Quburiyah 1/408 ).

Contoh ke 2 : Kaum Nashrani : menggunakan nama Nabi Isa dan Ibnunya Maryam alaihima as-salam.

Contoh ke 3 : Kaum Yahudi : menggunaikan Uzair, orang sholeh yang Allah wafatkan selama 100 tahun lalu dihidupkan kembali. [Baca : al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 259].   

Dalam hal ini Allah SWT :

﴿أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ﴾

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil wali-wali (sebagai pelindung) selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. [QS. Zumar: 3]

Juwaibir telah meriwayatkan dari Adl-Dlahak , bahwa dia telah menafsiri ayat ini dengan mengatakan :

Adh-Dhohak berkata : " Kaum musyrikin berkata : Sesungguhnya para malaikat itu adalah putri-putri Allah (dewi – dewi) , dan sesungguhnya kami tidak sekali-kali menyembahnya melainkan supaya kami mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya .

Lalu Adl-Dlahak berkata : " Mereka menjadikan putri-putri itu sebagai rabb-rabb ( tuhan-tuhan), dan mereka menggambarnya dengan gambar putri-putri, kemudian mereka menetapkannya sebagai bentuknya dan mereka tiru secara turun temurun, dan mereka seraya berkata : 'Mereka benar-benar sangat mirip dengan putri-putri Allah yang yang kami sembah ' , yang mereka maksud adalah para malaikat ". ( Lihat Tafsir Ibnu Katsir 2/414 ).

Dan Qotadah berkata tentang tafsirnya : " Maksudnya : Sesungguhnya yang mengantarkan dan menggiring mereka ( kaum musyrikin ) kepada penyembahan berhala adalah mereka pada awalnya sengaja membikin patung-patung dalam bentuk dan rupa para malaikat yang paling terdekat (kedudukannya di sisi Allah) menurut prasangka mereka , kemudian mereka menyembah patung-patung itu sebagai bentuk penyembahan terhadap para malaikat agar para malaikat itu memberi syafaat untuk mereka di sisi Allah Ta'ala agar berkenan menolong mereka, memberi rizki pada mereka , dan memenuhi segala kepentingan mereka yang bersifat duniawi , adapun yang berkaitan dengan urusan akhirat mereka menentangnya dan mengingkarinya ."[ Baca : Tafsir Ibnu Katsir 7/83-84 ]

Ciri ketiga : Ritual-nya sarat dengan TALBIS (pengelabuan), yaitu mirip dengan ibadah kepada Allah SWT, seperti dengan puasa, baca syahadat, shalawat, asmaul Husna, baca al-Qur’an dan lainnya. Tujuannya adalah agar orang-orang beriman mudah terkelabui, padahal subtansinya adalah syirik menyekutukan Allah SWT dengan menghadirkan dan menyebutkan nama selain Allah dalam doa’nya.

Fenomena ini dikenal dengan istilah TALBIS, yaitu pencampuran antara keimanan dan kedzaliman, yang berujung pada kesyirikan.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman :

{ الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ }

Artinya: “ Orang-orang yang beriman dan tidak melakukan pengelabuan [tidak mencampur adukkan] iman mereka dengan kezaliman [kesyirikan], mereka itulah yang baginya mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-An'am: 82)

Dalam hadist ‘Abdullah (bin Mas’ud), beliau berkata:

" لَمَّا نَزَلَتِ : { الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ } ، قَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ : أَيُّـنَا لَمْ يَظْلِمْ فَأَنْزَلَ اللَّهُ: { إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ } ".

“Ketika turun ayat: [‘Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman’ (al-An’aam: 82)], maka berkatalah sahabat-sahabat Rosululloh :

‘Siapakah gerangan di antara kita yang tidak pernah melakukan kedzaliman [menganiaya dirinya]?’

Lalu Allah menurunkan ayat : ‘Sesungguhnya syirik itu adalah benar-benar kezaliman yang besar.’ (QS. Luqman: 13).

(HR. Imam Al-Bukhory no. 323181, 3245, 3246, 4353, 4498, 6520, 6538)

Bahkan kadang mantra dan wiridan-nya itu dikemas dengan bacaan shalawat dan ayat al-Qur'an , namun dicampur aduk dengan unsur kesyrikian sebagai bentuk pengelabuan dan disertai niat untuk selain Allah, yaitu untuk jin ilmu kanuragan yang diinginkannya .

Sebagai contoh mantra yang mengandung unsur talbis (alias pengelabuan dengan menyusupkan usur kesyirikan), yaitu mantra “AJIAN MACAN SILIWANGI”:

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ANA SAWO MATENG ING DADAKU SUARANE PRABU SILIWANGI SEPERTI MACAM KESURUPAN LAHAULAWALA QUWATA ILLAHBILLAHIL ALIYIL ADHIM, BISMILAHI PRABU SILIWANGI INGSUN PAMIT AKAN MENGGUNAKAN SILIWANGI ATAS KEESAAN ALLAH.   

Di dalam ajian ini terdapat 3 pelanggaran :

Pertama : terdapat syirik ibadah (penyembahan kepada selaian Allah atau uluhiyyah) :

Dalam mantra diatas terdapat penyekutuan Allah SWT dengan Prabu Siliwangi ; karena mengikut sertakan namanya dalam do’a. Sementara do’a itu adalah inti tujuan ibadah (penyembahan). Dan do’a itu dua katagori : doa mas’alah (terang-terangan memohon) dan do’a ibadah (tidak terus terang dengan ucapan permohonan).

Nabi bersabda:

الدُّعَاءُ مُخُّ العِبَادَةِ

Doa itu adalah inti ibadah”.

(HR. Abu Dawud (1479), At-Tirmidzi (2969) dan Ibnu Majah (3828) dari Anas ra. Di shahihkan oleh al-Albaani).

Maka mantra diatas jelas-jelas mantra syirik, dan pelakunya adalah musyrik.

Di dalam mantra tersebut terdapat doa dan permohonan kepada Allah SWT. Ini pertanda keimanan kepada Allah SWT.

Kedua : terdapat syirik rububiyyah (menetapkan tuhan pencipta syariat selain Allah):

Mantra tersebut biasa nya disertai dengan ritual tertentu yang tidak bersumber dari wahyu yang turun kepada Nabi , melainkan dari hasil ciptaan manusia. Ketika ada seseorang mengamalkannya, maka pada hakikatnya dia telah melakukan ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada manusia pencipta amalan ritual tersebut. Ini persis sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya :

{ اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ }

Artinya: " Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai RAB-RAB [tuhan tuhan] selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan ". (QS. At-Taubah: 31).

Sahabat Adiy bin Hatim radhiyallahu ‘anhu saat mendengar ayat ini berkata: " Wahai Rosulullah mereka tidak menyembahnya ? ". Lalu Rosulullah menjawab:

« بَلَى، إنَّهُمْ أَحَلُّوا لَهُمُ الْحَرَامَ وحَرَّمُوا عَلَيْهِمُ الْحَلالَ، فَاتَّبَعُوهُمْ، فَذَلِكَ عِبَادَتُهُمْ إِيَّاهُمْ».

" Benar, sesungguhnya mereka telah menghalalkan untuk mereka yang haram, dan mengharamkan untuk mereka yang halal, kemudian mereka mengikutinya (mengamalkannya), maka yang demikian itu adalah bentuk penyembahan mereka kepada nya ". (HR. Ahmad dan Turmudzi no. 3095. Dihasankan oleh Syeikh Al-Albani).

Ketiga : dalam mantra diatas terdapat Talbis (pengelabuan dan pengemasan).

Kalimat  “Bismillahirrhamanirrahim, Lahaula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim” dan yang semisalnya yang ada di dalam mantra diatas, itu hanyalah sebuah talbis iblis (pengelabuan dan trik-trik iblis untuk menjebak dan mengecoh) agar nampak sesuai dengan keimanan dan ketauhidan kepada Allah SWT. Padahal itu hanya untuk mengemas penyekutuan Allah SWT dengan Prabu Siliwangi.

Oleh sebab itu, jangankan hanya baca bismillah atau laa hawla, bahkan ketika kita hendak baca al-Quran pun Allah SWT menyuruh kita hanya memohon perlidungan kepada Allah dari godaan syetan, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya :

 فَإِذَا قَرَأْتَ ٱلْقُرْءَانَ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ

 "Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qur'an, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk". (QS. An-Nahl: 98).

Bahkan para jin syeithan ini selalu mengitari dan mengerumuni orang-orang yang sedang beribadah, terutama orang yang sedang berdoa kepada Allah SWT. Tujuan mereka adalah sebisa mungkin untuk menyesatkannya dan menjerumuskannya dalam kesyirikan, sebagaimana yang Allah jelaskan dalam surat AL-JINN :

﴿وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا . قُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا ﴾

Dan bahwasanya tatkala hamba Allah beribadah dan berdoa (berseru memohon) kepada-Nya, maka hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya.

Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya berdo’a (berseru memohon) kepada Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya". [QS. Al-Jinn: 20]

Mereka para syeitan dan Jin tahu bahwa jenis ibadah dan doa apapun yang ditujukan kepada Allah dan dalam bersamaan ditujukan pula kepada selain Allah, maka itu adalah syirik alias penyekutuan Allah dengan selain-Nya : 

"Jika ibadah itu ditujukan kepada Allah dan juga kepada manusia, seperti ibadah sholat, puasa dan berkurban karena ingin dipuji oleh manusia maka itu adalah syirik kecil alias riya, akan tetapi jika itu diniatkan untuk Allah dan untuk jin ilmu tertentu maka itu adalah syirik besar dan otomatis pelakunya menjadi budak dan hamba jin tersebut" . 

Dan inilah yang dimaksud dengan firman Allah SWT dalam surat al-Jinn :

( وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا )

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan (keamanan dan penjagaan) kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al Jin: 6).

Kelompok jenis Jin yang berprofesi seperti ini banyak sekali. Dan masing-masing jenis jin yang berprofesi sebagai penjamin keamanan dan perlindungan memiliki karakter yang berbeda-beda pula dalam praktek nya. Begitu juga berbeda-beda pula syarat, mahar, mantra dan jenis ritual yang diminta oleh jin-jin tersebut.

Kerjasama perlindungan jin terhadap manusia ini di kenal dengan istilah ngelmu alias Ilmu Kanuragan dan Kesaktian, padahal hakikatnya adalah transaksi kerjasama antara Manusia dan Jin di bidang penjagaan, perlindungan dan keamanan.

Kemudian masing-masing karakter dari berbagai macam jenis Jin ini memiliki brand atau merk yang berbeda-beda, contoh nya ada yang brand nya: Ilmu Betara Karang, ilmu Sinandal Buana, Ajian Brajamusti, Ajian Bandung Bondowoso, Ajian Macan Siliwangi, Ajian Panca Sona, Taji Malela, Rawe Rontek dan lain-lain.

Inti semua dari ilmu kesaktian itu adalah : bahwa manusia memohon perlindungan kepada Jin. Dan ketika manusia menunaikan syarat-syarat yang diinginkan oleh jin tersebut ; maka sejak saat itu manusia tersebut telah menjadi hambanya, abdinya dan pemujanya .

WASPADALAH TERHADAP KESYIRIKAN !

Hati-hati, jangan sampai jatuh pada perbuatan Syirik tanpa kita sadari !!!

Allah berfirman tentang bahayanya perbuatan syirik yang seharusnya kita berhati – hati agar tidak terjatuh kedalamnya.

{ إِنَّ اللهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا}

Artinya ” Sesungguhnya Allah tidak mengampuni (dosa) karena mempersekutukkan Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsipa yang mempersekutukkan Allah, maka sungguh , dia telah berbuat dosa yang besar.” ( Qs. An – Nisa : 48 )

{ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ }

“ Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukkan ( sesuatau dengan ) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah  neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang – orang dzolim itu.” ( Qs. Al Maidah : 72 )

SYIRIK ADA YANG NAMPAK JELAS DAN ADA YANG SAMAR-SAMAR

Syirik itu ada yang jelas mudah terdeteksi dan ada pula yang samar bahkan sangat samar susah dideteksi karena begitu halusnya, seperti yang digambarkan oleh Rasulullah ,

(( الشِّرْكُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ أَخْفَى مِنْ دَبِيْبِ النَّمْلةِ السَّوْدَاءِ عَلى صَفَاةٍ سَوْدَاءِ فِي ظُلْمَةِ اللَّيْلِ ))

“Syirik yang menjangkiti umat ini lebih tersembunyi daripada seekor semut hitam yang merayap pada bebatuan hitam di tengah gelap malam.” 

(HR. Ahmad 6/303, al-Bukhari dalam Al-Adab al-Mufrad hal. 242 dari Ma’qil bin Yasar ra. Dishahihkan oleh as-Suyuthi dalam al-Jami’ ash-Shoghir 4918 dan al-Albani dalam Shahih al-Adab al-Mufrad no. 551).

******

MACAM-MACAM KERJASAMA ANTARA MANUSIA DAN JIN:

Adapun jenis transaksi kerjasama antara manusia dengan Jin banyak sekali, diantaranya adalah sbb:

Pertama : kerjasama dalam system perlindungan dan keamanan.

Kedua : kerjasama sebagai team sukses dan Pesugihan.

Ketiga : kerjasama di bidang informasi ghaib

Keempat : kerjasama di bidang medis dan kesehatan.

Kelima : kerjasama dalam penyebaran wabah penyakit dan pembunuhan.

Keenam : kerjasama di bidang asmara, pengasihan dan perjodohan.

Ketujuh : kerjasama untuk menimbulkan perpecahan dan permusuhan..

Kerjasama system keamanan adalah kerjasama di bidang perlindungan dari marabahaya dan penjagaan dengan cara menurunkan Ilmu Kanuragan, ilmu kesaktian, ilmu kejadugan, ilmu kedigjayaan, ilmu kebal, ilmu sihir, debus, tenaga dalam dan lain-lain.

Dan transaksi dengan jin sebagai team sukses adalah transaksi yang bertujuan agar seseorang melalui jin tersebut mendapatkan keberuntungan dan keberhasilan dalam berbisnis, berkarir, sukses dalam cita-cita dan jabatan. Biasanya dengan melakukan ritual Muja jika untuk Pesugihan, Penglaris , kesuksesan dan lain-lain.

Adapun Kerjasama dibidang informasi ghaib; maka dikenal pula dengan ilmu paranormal, ahli nujum atau sejenisnya. ِ  Allah SWT menceritakan perkataan Jin tentang kerjasama informasi ghaib dengan manusia :

﴿وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ ۖ فَمَن يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَّصَدًا﴾

"Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-berita langit). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)". [QS. Jin : 9]

Adapun kerjasama di bidang medis dan kesehatan maka dikenal pula dengan pengobatan alternatif, klenik, mantra dan lain-lain.

Sementara kerjasama dalam penyebaran penyakit dan pembunuhan ; maka dikenal pula dengan ilmu persantetan, teluh dan sejenisnya. Dan adapun Kerjasama di bidang asmara dan perjodohan ; maka disebut pula dengan perpeletan atau pengasihan.

Adapun kerjasama untuk menimbulkan perpecahan dan permusuhan yaitu seperti membuat rumah tangga seseorang menjadi cerai berai. Atau agar antar saudara dan antar sahabat saling bermusuhan bahkan perang saudara ; maka dalam surat Al-Baqaroh Allah SWT berfirman:

( وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَاكَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزل َعَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوت. َوَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاتَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِه ِوَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلايَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ وَلَبِئْسَمَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ )

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).

Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babylon yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan:

"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir".

Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya.

Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 102).

Apapun istilahnya yang berkaitan dengan kerjasama antara jin dan manusia, tetap saja pada hakikatnya sama yaitu kerjasama dalam perbuatan menumpuk dosa serta kesalahan. Sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan:

( وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا )

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan (keamanan) kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al-Jin : 6).

Al-Hafizh Ibnu Katsir (wafat. 773 H) berkata:

“Yakni (jin-jin itu berkata):

كُنَّا نَرَى أَنَّ لَنَا فَضْلًا عَلَى الْإِنسِ؛ لِأَنَّهُمْ كَانُوا يَعُوذُونَ بِنَا

“Kami melihat bahwasanya kami memiliki kelebihan (keunggulan) diatas manusia; karena mereka (para manusia) meminta perlindungan (penjagaan) kepada kami”.

Maka Jin-jin tersebut akan terus berusaha mempertahankan nya, jangan sampai manusia tersebut berpaling dari nya.

Itulah yang di maksud dengan Firman Allah SWT : “maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan (QS. Al Jin: 6)'. [Selesai perkataan Ibnu Katsir ]

Ibnu Katsir Berkata pula dalam menafasiri akhir ayat tersebut:

فَلَمَّا رَأَتِ الْجِنُّ أَنَّ الْإِنسَ يَعُوذُونَ بِهِمْ مِنْ خَوْفِهِمْ مِنْهُمْ، {فَزَادُوهُمْ رَهَقًا} أَيْ: خَوْفًا وَإِرْهَابًا وَذَعْرًا، حَتَّى تَبَقَّوْا أَشَدَّ مِنْهُمْ مَخَافَةً وَأَكْثَرَ تَعَوُّذًا بِهِمْ، كَمَا قَالَ قَتَادَةُ: {فَزَادُوهُمْ رَهَقًا} أَيْ: إِثْمًا، وَازْدَادَتِ الْجِنُّ عَلَيْهِمْ بِذَلِكَ جَرَاءَةً.

Dan ketika Bangsa Jin melihat manusia meminta perlindungan dan penjagaan mereka karena rasa ketakutannya terhadap mereka, maka “فَزَادُوهُمْ رَهَقًا” yakni: maka jin-jin itu terus semakin menambahi kepada mereka rasa ketakutan, tidak nyaman dan kecemasan, sehingga ada di antara manusia yang merasa ketakutan yang amat sangat dan akhirnya mereka terus semakin memperbanyak mohon perlindungan pada mereka, sebagaimana disebutkan oleh Qatadah: “فَزَادُوهُمْ رَهَقًا” yakni dosa, dan Bangsa Jin menambah-nambah kecemasan bagi manusia”. [Lihat: Tafsiir Ibnu Katsir . Cet. Dar ath-Thayyibah, Cet. ke 2, 1420 H]

Al-Hafizh al-Qurthubi menukil penuturan Muqatil: " Bahwa kaum yang pertama kali meminta perlindungan kepada jin adalah kaum dari Yaman, kemudian kaum dari Bani Hanifah, sehingga tersebar perbuatan ini di kalangan Bangsa Arab [Mereka adalah musyrikin pada masa jahiliyyah] Keterangan ini termaktub dalam sejumlah kitab tafsir yang membahas tafsir atas ayat 6 Surat al-Jin.

Kemudian Muqatil berkata: “Dan ketika Islam datang, manusia (baca: mereka yang memeluk agama Islam) berlindung kepada Allah dan meninggalkan para jin” [Lihat pula Tafsiir al-Thabariy]

Artinya, ketika cahaya akidah dan syari’at Islam datang menerangi kejahilan umat manusia, mereka memeluk Din Islam sehingga meninggalkan perbuatan meminta perlindungan jin dan murni hanya berlindung kepada Rabb semesta alam, Allah SWT.

Manusia dan Jin yang melakukan transaksi kerjasama perlindungan dan penjagaan merasa masing-masing pihak sama-sama saling diuntungkan. Dalam hal ini Allah SWT befirman:

{ وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ }

“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia dan jin), (dan Allah berfirman): “Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kalian telah banyak (menyesatkan) manusia”.

Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: “Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”.

Allah berfirman: “Neraka itulah tempat tinggal kamu semua, sedang kamu semua kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)” (QS. Shad: 55).

Adapun keuntungan bagi masing-masing pihak yang di hasilkan dari kerjasama ini- seperti yang di isyaratkan dalam ayat di atas – diantaranya adalah sbb:

Dari pihak manusia merasa mendapat jaminan keamanan dan kesuksesan duniawi dari jin tersebut. Sementara dari pihak jin, mereka merasa semakin tinggi posisi dan kedudukannya di sisi Iblis laknatullaah alaihi. Serta mereka semakin bangga ketika bisa menyesatkan banyak manusia, bahkan antar sesama jin saling berlomba-lomba dan berbangga-banggaan dengan banyaknya pengikut dari umat manusia.

Perebutan posisi dan kedudukan para Jin di sisi Iblis ini telah di isyaratkan oleh Rosulullah  dalam hadits Jabir RA, bahwa Rosulullah  bersabda:

« إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ، ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ ، فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيءُ أَحَدُهُمْ ، فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا ، فَيَقُولُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. قَالَ: وَيَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَهْلِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ. أَوْ قَالَ: فَيَلْتَزِمُهُ ، وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ». قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ مَرَّةً: «فَيُدْنِيهِ مِنْه».

" Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian menyebarkan bala tentaranya dan yang paling dekat kedudukannya adalah yang paling besar fitnahnya. Sehingga salah satu dari mereka ada yang datang lalu berkata:' saya telah melakukan ini dan ini ', lalu iblis mengatakan:' kamu tidak berbuat apa-apa'.

Kemudian datang yang lain dan mengatakan: ' tidaklah aku meninggalkan manusia sehingga dia berselisih dengan keluarganya'. Maka iblis mendekatkan dia di sisinya, atau menjadikannya sebagai pendampingnya, dan dia mengatakan:'kamu adalah sebaik-baik teman' ". (HR. Muslim no. 2813).

Dalam riwayat lain dari Jabir radhiyallahu ‘anhu ia berkata: aku mendengar Nabi  bersabda:

« إِنَّ عَرْشَ إِبْلِيْسَ عَلَى الْبَحْرِ. فَيَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَيُفتِنُوْنَ النَّاسَ. فَأَعْظَمُهُمْ عِنْدَهُ أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً».

“Sesungguhnya singgasana iblis berada dilautan dan dikirimnya pasukannya, lalu mereka menimbulkan fitnah (kekacauan) antara sesama manusia. Maka orang yang paling mulia dari pasukan itu dalam pandangan iblis adalah yang paling besar kemampuannya dalam menimbulkan kekacauan. (HR. Muslim no. 2812 dan Ibnu Hibban no. 6187).

Target utama Iblis dan para syaitan jin terhadap umat manuisa selain berbuat syirik dan maksiat, yaitu menciptakan permusuhan dan kebencian antar sesama manusia serta mengantarkannya pada kebinasaan. Allah SWT berfirman:

{إِنَّمَا يُرِيدُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةَ وَٱلْبَغْضَاءَ فِى ٱلْخَمْرِ وَٱلْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّه وَعَنِ ٱلصَّلَوٰة فَهَلْ أَنتُم مُّنتَهُونَ}

“ Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran meminum khamar dan berjudi itu dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu dari mengerjakan pekerjaan itu “. (QS. Al-Maaidah: 91)

Dalam hadits Jabir ra, beliau berkata: Aku mendengar Rosulullah  bersabda:

((إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونُ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ))

“Sungguh Syaithan sudah berputus asa untuk bisa disembah oleh orang-orang yang shalat di Jazirah Arab, tetapi ia masih bersemangat untuk mengadu domba antara mereka satu dengan yang lain” [HR. Muslim no. 2813]

Dan manusia yang mendalami Ilmu Kanuragaan ini biasanya cenderung emosional, suka bertengkar dan selalu ingin pamer kesaktian.

Sejarah manusia dari dulu hingga kini tidak pernah lepas dari hadirnya para penyembah jin dan setan, mereka muncul dengan berbagai bentuk. Pada zaman Jahiliyah banyak manusia bertawaf mengelilingi Ka’bah dengan telanjang, setan memperindah ibadah itu dengan dalih ‘Tuhan harus didekati dengan penuh kesucian sementara manusia dengan pakaian berlumuran dosa’.

Inilah ketika agama diartikan dengan logika. Karena setan masuk melalui pembuluh darah dan bermain dalam otak manusia. Perangkap setan tidak akan pernah berakhir hingga hari kiamat. Setan membisiki para pemujanya untuk melakukan ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah  dan merayu para penyembahnya untuk menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mungkin diantara kita pernah khilaf, sengaja mengundang bangsa Jin dalam berbagai ritual dan latihan ilmu Kanuragan.

Hati-hatilah anak bisa menjadi korban dari dosa kesyirikan orangtuanya. Setan dari kalangan bangsa Jin tak cukup membawa seseorang menjadi penghamba dirinya, melainkan mereka pun akan membidik anak keturunannya.

Banyak diantara kita yang sengaja mengundang bangsa Jin sebagai pelindung, sebagai imbalannnya kita diharuskan menjalankan ritual sesat sebagai bentuk penghambaan. Allah Ta’aala telah mengingatkan kita dalam firman-Nya:

{ وَمَنْ يَّتَّخِذِ الشَّيْطٰنَ وَلِيًّا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُّبِيْنًا. يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيْهِمْ ۗ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطٰنُ اِلَّا غُرُوْرًا. اُولٰۤىِٕكَ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَلَا يَجِدُوْنَ عَنْهَا مَحِيْصًا }

“Barangsiapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Setan memberikan janji-janji dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka. Dan tidkalah setan memberikan janji-janji selain tipuan belaka.” (QS. An-Nisa’: 119-121).

*******

HAKIKAT MUKJIZAT DAN KAROMAH:

Allah SWT memberi ilmu-kekuatan [Mujizat] kepada para Rasul-Nya bukan untuk membuat mereka menjadi orang sakti dan lalu kesaktian itu melekat pada mereka sehingga orang orang menyebut mereka sebagai ‘orang sakti’.

Mukjizat dan karomah yang dianugerahkan Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya biasanya hanya muncul dalam konteks perjuangan di jalan Allah, serta ketika mereka menghadapi tantangan dan tuntutan dari kaumnya dalam upaya dakwah dan menyeru mereka kepada Allah SWT.

Dan faktanya betapapun Allah SWT memberi ilmu-kekuatan Mujizat atau karomah kepada para nabi maka mereka tetap menjadi manusia biasa dengan karakter sebagaimana yang kita miliki.

Mereka tetap mengalami ketakutan-kecemasan-kegelisahan dan ketika musuh musuhnya melemparinya dengan batu mereka berdarah atau ketika musuh musuhnya membunuhnya maka diantara mereka sebagiannya mati terbunuh.

Tak pernah ada cerita bahwa ada Nabi yang memiliki ‘kesaktian’ seperti kebal oleh senjata, lalu kesaktiannya itu membuatnya menjadi orang yang sangat ditakuti.

Kharisma seorang nabi selalu berwajah manusiawi itu karena mereka harus mengajarkan kebenaran Ilahiah yang hanya dapat ditangkap dan difahami oleh orang orang yang masih memiliki sifat sifat kemanusiaan.

Berbeda dengan orang sakti yang sudah tidak memiliki kharisma manusiawi serta sifat sifat kemanusiaan yang alami sehingga bagi orang yang memiliki mata batin yang kuat mungkin akan lebih nampak seperti gambaran iblis berwajah manusia

Dengan kata lain: ilmu-kekuatan Mukjizat yang pernah Allah berikan kepada para nabi tidak membuat mereka memiliki karakter sebagai orang sakti lalu menggunakan kesaktiannya itu sesuka hati sesuai keinginan hati mereka atau sesuai permintaan masyarakat yang memintanya.

Dan dalam kitab suci Al-Quran pun sama sekali tidak ada perintah dan anjuran untuk mengajarkan dan mempelajari ilmu kesaktian.

Sehingga dalam ranah agama Islam kesaktian itu sebenarnya tidak di identikkan dengan Allah dan syariat Islam. Akan tetapi di identikan dengan makhluk makhluk halus, jin dan syetan yang berkolaborasi dengan manusia

Dan dengan kata lain:

Ilmu-kekuatan atau ‘karomah’ yang diberikan Tuhan kepada manusia itu sesuatu yang sudah dikonsep-disetting-disesuaikan dengan visi dan misi Allah SWT, yaitu sebatas untuk digunakan dijalan yang benar-baik dan bermanfaat.

Dan dengan kata lain:

Allah SWT tidak akan memberi ilmu-kekuatan mujizat dan karomah untuk orang orang yang memiliki visi-misi yang berlawanan dengan Tuhan misal untuk tujuan tujuan yang bersifat duniawi seperti memperkaya diri-untuk memperoleh kekuasaan-untuk memperoleh pengasihan-untuk memperoleh aura pesona dan lain sebagainya.

Dengan demikian, segala ilmu kesaktian itu tidak sesuai dengan visi-misi Syariat Allah, mereka yang mempelajari dan menguasai ilmu kedigdayaan pada hakikatnya bukan meminta kepada Allah tetapi kepada Syetan Jin.

Dan orang yang dianggap sakti yang dijadikan perantara oleh orang-orang yang datang padanya pun bukan ulama dan ustadz, tetapi dukun paranormal atau ustadz semi dukun atau dukun berpakaian ustadz.

Yang paling celakanya lagi adalah apabila orang sakti, paranormal dan dukun itu berkedok agama Allah dengan berbaju ulama dan ustadz, bahkan mengemasnya dengan bacaan sholawat, syahadat dan takbir, padahal subtansinya jelas-jelas minta bantuan kepada jin dan syetan.

Mereka menggunakan simbol simbol agama dalam aktivitas kegiatannya maka banyak masyarakat yang terkecoh seolah paranormal itu kiayi dan seolah kesaktiannya adalah karomah dari Allah SWT.

Allah SWT menyatakan dalam banyak firman-Nya bahwa orang yang paling dzalim adalah orang-orang yang mengada-adakan kebohongan mengatas namakan Allah dan agamanya.

Diantaranya firman Allah SWT:

﴿وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَىٰ رَبِّهِمْ وَيَقُولُ ٱلْأَشْهَٰدُ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلَّذِينَ كَذَبُوا۟ عَلَىٰ رَبِّهِمْ ۚ أَلَا لَعْنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَ﴾

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim [QS. Hud: 18].

Dan firman Allah SWT:

﴿فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ ﴾

Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? [QS. Az-Zumar: 32]

Coba jika seandainya paranormal berpakaian paranormal ! Dukun berpakaian dukun ; maka kesaktiannya tidak akan ada orang yang mengkaitkannya dengan Allah dan agama-Nya. Tidak akan ada yang menyebutnya sebagai ‘karomah’. Paling-paling menghubungkannya dengan makhluk halus seperti jin dan khodam.

Allah SWT berfirman:

سَوَاء مِّنكُم مَّنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَن جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ ﴿10﴾ لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ ﴿11﴾

“Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah”. (QS. Ar Ra’du: 10-11)

******

PERBEDAAN ANTARA ILMU KESAKTIAN DENGAN KAROMAH DAN MUJIZAT:

Pertama: Ilmu kesaktian adalah bentuk perlindungan dan penjagaan dari Jin, sementara kalau Karomah dan Mukjizat pertolongan langsung dari Allah.

Kedua: Ilmu Kesaktian itu bisa dipelajari dengan melakukan ritul-ritual tertentu yang di syaratkan oleh Jin tersebut seperti berpuasa, menyembelih jenis binatang tertentu, wiridan-wiridan tertentu dan lain-lain sebagai bentuk ketaatan dan kepatuhan kepadanya. Berbeda dengan karomat dan Mukjizat, dua-duanya tidak bisa dipelajari, akan tetapi terjadi atas kehendak Allah untuk para hambanya yang ibadahnya betul-betul ikhlas ditujukan kepada Allah semata bukan karena ilmu kanuragan dan lainnya. Serta amal ibadahnya betul-betul mengikuti petunjuk wahyu, yakni Al-Quran dan Sunnah-sunnah Nabi .

Ketiga: Ilmu Kesaktian kadang bisa di wariskan ke anak cucu atau di ijazahkan kepada orang lain. Berbeda dengan Mukjizat dan Karomat. Sebagai contohnya adalah Mukjizat Nabi Musa ‘alaihis salam tidak bisa di wariskan kepada Nabi Harun ‘alaihis salam atau di ijazahkan kepadanya

Ke empat: Ilmu kesaktian bisa di ulang-ulang kapan saja sesuai keinginan seorang hamba pemuja Jin tersebut, sementara Karomah dan Mukjizat adalah bentuk perlindungan dan pertolongan dari Allah SWT yang tidak bisa di ulang-ulang sesuai keinginan hamba-Nya, melainkan datang tiba-tiba sesuai dengan kehendak Allah SWT.

Ke lima: Ilmu Kesaktian hanya memiliki satu karakter sesuai dengan jenis ilmu Jin yang di tuju, berbeda dengan Mujizat dan Karomah, hanya Allah SWT yang berkehendak untuk menentukan dengan cara apa Dia menolong hamba-Nya.

*****

UNSUR KESYIRIKAN DALAM ILMU KANURAGAN DAN KESAKTIAN

Ilmu Kanuragan dan kesaktian adalah kemampuan luar biasa yang tidak mungkin dilakukan oleh kebanyakan manusia pada umumnya.

Ada sebagian dari kita yang menganggapnya sebagai anugerah Allah bahkan sebagai karomah. Namun karomah yang berasal dari Allah tidak mungkin diturunkan kepada orang-orang yang seperti berikut ini:

1. Yang bukan ahli ibadah; karena ada unsur kefasikan .

2. Orang yang ibadahnya tidak murni ditujukan kepada Allah SWT ; karena pada nya terdapat unsur syirik uluhiyyah, yaitu ibadah yang ditujukan pula kepada selain Allah.

3. Orang yang melakukan jenis ibadah yang tidak bersumber dari Rasulullah  ; karena terdapat syirik rububiyyah, yaitu beribadah dengan syariat atau amalan yang diinginkan oleh jin yang dimintai ilmu kanuragaan. Cara ibadahnya tidak bersumber dari Allah yang datang lewat Nabi-Nya.

Syirik Rububiyyah adalah penetapan adanya Rabb selain Allah, yakni tuhan pencipta syariat selain Allah yang berhak menciptakan syariat atau tata cara amal ibadah, meskipun ditujukan kepada Allah SWT .

Dan mengamalkan syariat ciptaan seseorang, hukumnya sama saja dengan menjadikan orang tersebut sebagai sekutu [Syariik] bagi Allah SWT, apalagi disertai dengan adanya syarat Ijazah. Sebagaimana firman Allah SWT:

{ أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ }.

Artinya: " Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu [syariik-syariik] yang menciptakan syariat untuk mereka mengatas namakan agama yang tidak diizinkan Allah?

Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang lalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih. (QS. Asy-Syuro: 21).

Ayat diatas dengan jelas dan gamblang bahwa orang-orang yang beragama dengan cara mengamalkan syariat ciptaan manusia, berarti mereka telah menjadikan manusia tersebut sebagai rabb (tuhan) selain Allah SWT . Yang demikian itu adalah kebiasaan orang-orang Yahudi dan Nasrani dahulu dan sekarang, dalam firman-Nya Allah SWT menjelaskan:

{ اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ }

Artinya: " Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai RAB-RAB [tuhan tuhan] selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan ". (QS. At-Taubah: 31).

Sahabat Adiy bin Hatim radhiyallahu ‘anhu saat mendengar ayat ini berkata: " Wahai Rosulullah mereka tidak menyembahnya ? ", lalu Rosulullah  menjawab:

« بَلَى، إنَّهُمْ أَحَلُّوا لَهُمُ الْحَرَامَ وحَرَّمُوا عَلَيْهِمُ الْحَلالَ، فَاتَّبَعُوهُمْ، فَذَلِكَ عِبَادَتُهُمْ إِيَّاهُمْ».

" Benar, sesungguhnya mereka telah menghalalkan untuk mereka yang haram, dan mengharamkan untuk mereka yang halal, kemudian mereka mengikutinya (mengamalkannya), maka yang demikian itu adalah bentuk penyembahan mereka kepada nya ". (HR. Ahmad dan Turmudzi no. 3095. Dihasankan oleh Syeikh Al-Albani).

Beda niat dan beda tujuan maka beda pula hasilnya:

Ada orang yang melakukan ibadah sholat, puasa, zakat, haji dan sedekah sembelihan tapi tujuannya PUJIAN MANUSIA maka itu perbuatan SYIRIK KECIL alias RIYA, yang tidak membuat pelakunya keluar dari agama Islam. Namun jika tujuannya adalah untuk jin dan syeitan agar mendapatkan ilmu kedigjayaan atau perlindungan dari jin maka hukum nya syirik besar yang bisa menyebabkan seseorang kekal dalam api Neraka.

Dalam hadits yang diriwaytakan Mahmud bin Labiid al-Anshari: Bahwa Rasulullah  bersabda:

إنَّ أخْوَفَ ما أخافُ عليكم الشِّركُ الأصْغَرُ، قالوا: وما الشِّركُ الأصْغَرُ يا رسولَ اللهِ؟ قال: الرِّياءُ ، يقولُ اللهُ عزَّ وجلَّ لهم يومَ القِيامةِ إذا جُزِيَ الناسُ بأعمالِهم: اذْهَبوا إلى الذين كنتُم تُراؤون في الدُّنيا، فانظُروا هل تَجِدون عِندَهُم جزاءً؟!

"Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil."

Mereka bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah ?

Rasulullah  menjawab: "Riya`, Allah 'azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat orang-orang diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah orang-orang yang dulu kau perlihat-lihatkan di dunia lalu lihatlah apakah kalian menemukan balasan disisi mereka?"

[HR. Ahmad (23630) dan kata-katanya adalah miliknya, Al-Bayhaqi dalam "Shu`ab Al-Iman" (6831), dan Al-Baghowi dalam "Syarh Al-Sunnah" (4135).

Hadits ini Di shahihkan Al-Albani dalam "Sahih Al-Jami'" (1555) dan di Hasankan oleh Syu'aib al-Arnauth dalam Takhrij al-Musnad no. 23630.

Dan dalam hadits lain: dari Syaddad bin Aws radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah  bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَتَخَوَّفُ عَلَى أُمَّتِي الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ ، أَمَا إِنِّي لَسْتُ أَقُولُ يَعْبُدُونَ شَمْسًا وَلَا قَمَرًا وَلَا وَثَنًا ، وَلَكِنْ أَعْمَالًا لِغَيْرِ اللَّهِ، وَشَهْوَةً خَفِيَّةً

"Sesungguhnya sesuatu yang paling saya khawatirkan atas ummatku adalah syirik kepada Allah, saya tidak mengatakan bahwa mereka menyembah matahari dan juga rembulan, tidak pula menyembah berhala, akan tetapi mereka beramal untuk selain Allah dan syahwat yang tersembunyi."

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam “Al-Sunan” (No. 4205) melalui Al-Hasan bin Dzakwan, dari Ubadah bin Nasii, dari Shaddad bin Aws dengannya.

Hadits ini di dha’ifkan sanadnya oleh al-Mundziri dalam at-Targhib wa at-Atarhiib 1/55 dan al-Albaani dalam Dha’if Ibnu Majah.

Namun makna-nya benar, dikuatkan oleh hadits yang di atas dan juga oleh Firman Allah SWT:

( قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا )

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". [QS. Al-Kahfi: 110]

Berdasarkan ayat al-Quran dan hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa Ibadah Tirakat Puasa dan ritual ibadah lainnya jika di tujukan untuk mendapat kan ilmu kesaktian, kanuragan, pengasihan, pesugihan dan lainnya adalah perbuatan syirik besar.

Orang yang tujuan ibadah-ibadahnya itu untuk Jin Ilmu Kanuragan dan Kesaktian, maka pada hakikatnya dia sedang beribadah kepada Jin, dan itu SYIRIK BESAR, meskipun cara sholatnya, puasanya, menyembelih binatangnya nya dll sesuai dengan syarat dan rukun dalam syariat Islam. Karena yang paling utama itu adalah niat dan tujuan yang sebenarnya.

Allah Ta’ala juga berfirman:

( إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ )

“Sesungguhnya orang yang berbuat syirik terhadap Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun” (QS. Al Maidah: 72).

Bahkan meskipun orang tersebut ahli infaq, sedekah dan banyak membangun masjid-masjid Allah, maka tetap saja amalannya akan saia-sia, bahkan kekal dalam api Neraka. Sebagaimana dalam firman Allah SWT:

( مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ ۚ أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ۝)

" Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka". [QS. At-Taubah: 17].

Apalalagi di sertai dengan ritual mempersembahkan persembahan dan sesajian, meskipun hanya seekor lalat.

Syariat Islam dalam memandang bentuk persembahan dan sesajian, tidak melihat dari sisi nilai materinya saja, melainkan melihat juga dari sisi makna yang tersirat dalam praktek memberi persembahan tersebut. Meski seekor lalat atau sebatang rokok cerutu yang dipersembahkan kepada berhala, jin, syeitan dan makhluk halus lainnya, maka tetap saja hukumnya adalah sebuah pengabdian dan penyembahan.

Ibnul Qoyyim menyebutkan sebuah hadits dari Imam Ahmad bahwa dia telah berkata:

Telah bercerita padaku Abu Muawiyah, dia berkata: telah bercerita pada kami Al A’masy, dia berkata telah bercerita pada kami Salman Bin Masyrah hadits marfu' dan dia dari Thariq bin Syihab: Rasulullah  telah bersabda:

«دَخَلَ رَجُلٌ الجَنَّةَ فِي ذُبَابٍ، وَدَخَلَ النَّارَ رَجُلٌ فِي ذُبَابٍ»؛ قَالُوا: كَيْفَ ذَٰلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «مَرَّ رَجُلَانِ عَلَى قَوْمٍ لَهُمْ صَنَمٌ لَا يَجُوزُهُ أَحَدٌ حَتَّى يُقَرِّبَ إِلَيْهِ شَيْئًا؛ فَقَالُوا لِأَحَدِهِمَا: قَرِّبْ وَلَوْ ذُبَابًا؛ فَقَرَّبَ ذُبَابًا؛ فَخَلَّوْا سَبِيلَهُ؛ فَدَخَلَ النَّارَ. وَقَالُوا لِلْآخَرِ: قَرِّبْ؛ فَقَالَ: مَا كُنتُ لَأُقَرِّبَ لِأَحَدٍ غَيْرَ اللَّهِ ـ عَزَّ وَ جَلَّ ـ ؛ فَضَرَبُوا عُنُقَهُ؛ فَدَخَلَ الجَنَّةَ».

“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat, dan ada seseorang yang masuk neraka karena seekor lalat pula.”

Para sahabat bertanya, “Bagaimana hal itu, ya Rasulullah?”

Beliau menjawab: " Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak seorangpun melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban. Ketika itu, berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua orang tersebut, “Persembahkanlah kurban kepadanya.”

Dia menjawab: “Aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat kupersembahkan kepadanya.” Mereka pun berkata kepadanya lagi: ‘Persembahkan, sekalipun seekor lalat.’

Lalu orang itu mempersembahkan seekor lalat dan mereka pun memperkenankan dia untuk meneruskan perjalanannya. Maka dia masuk neraka karenanya.

Kemudian berkatalah mereka kepada seorang yang lain: ‘Persembahkanlah kurban kepadanya.’

Dia menjawab, ‘Aku tidak patut mempersembahkan sesuatu qurban kepada selain Allah.’ Kemudian mereka memenggal lehernya. Karenanya, orang ini masuk surga.”

DERAJAT HADITS:

(Perawi hadits yang bernama Thariq bin Syihab beliau adalah Abu Abdillah Al-Bujally Al-Ahmasy, beliau pernah melihat Nabi  dan saat itu dia sudah dewasa, namun telah dikatakan bahwa beliau belum pernah mendengar Nabi  bersabda.

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

"Jika sudah ditetapkan bahwa beliau pernah bertemu Nabi  maka beliau adalah seorang sahabat menurut qaul yang rajih. Dan jika telah di tetapkan bahwa beliau tidak pernah mendengar sabda Nabi  maka riwayatnya adalah Mursal Sahabat, dan itu di terima menurut qaul yang rajih. Oleh karena itu Imam Nasai telah meriwayatkan beberapa haditsnya, dan itu merupakan bentuk pengukuhan darinya yang membuktikan bahwa beliau betul-betul seorang sahabat Nabi . Menurut ketetapan Ibnu Hibban bahwa beliau wafat pada tahun 83 Hijriyah ").

Lafadz hadits lain yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam Az-Zuhud hal. 15–16, Imam Baihaqi dalam Sya'bul Iman no. 7343 dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf no. 33709 dengan sanad mauquf dari Salman Al-Farisy, beliau berkata:

«دَخَلَ رَجُلٌ الجَنَّةَ فِي ذُبَابٍ وَدَخَلَ رَجُلٌ النَّارَ فِي ذُبَابٍ»، قَالُوا: وَمَا الذُّبَابُ؟ فَرَأَى ذُبَابًا عَلَى ثَوْبِ إِنْسَانٍ، فَقَالَ: هَذَا الذُّبَابُ. قَالُوا: وَكَيْفَ ذَاكَ؟ قَالَ: «مَرَّ رَجُلَانِ مُسْلِمَانِ عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى صَنَمٍ لَهُمْ فَقَالُوا لَهُمَا: قَرِّبَا لِصَنَمِنَا قُرْبَانًا، قَالَا: لَا نُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، قَالُوا: قَرِّبَا مَا شِئْتُمَا وَلَوْ ذُبَابًا فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: مَا تَرَى؟ قَالَ أَحَدُهُمَا: لَا نُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، فَقُتِلَ فَدَخَلَ الجَنَّةَ. فَقَالَ الآخَرُ بِيَدِهِ عَلَى وَجْهِهِ، فَأَخَذَ ذُبَابًا، فَأَلْقَاهُ عَلَى الصَّنَمِ، فَدَخَلَ النَّارَ».

“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat, dan ada seseorang yang masuk neraka karena seekor lalat pula.”

Para sahabat bertanya, “ Apa lalat itu ? ", maka beliau melihat seekor lalat hinggap di atas baju seseorang, lalu bersabda: " Ini dia lalat ". Mereka bertanya: " Bagaimana hal itu ? ”

Beliau menjawab: “Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang biasa nyepi (I'tikaf) pada berhala mereka, maka mereka berkata kepada kedua orang tersebut, “Persembahkanlah kurban untuk berhala kami.”

Mereka berdua menjawab: Kami tidak mau menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Mereka berkata lagi: “Persembahkanlah kurban apa saja yang kamu kehendaki meskipun hanya seekor lalat ! "

Maka salah satu dari keduanya bertanya kepada temannya: Bagaimana pendapatmu ?

Dia menjawab: Kami tidak mau menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Maka di bunuhlah dia, dan dia masuk syurga.

Adapun orang yang satunya lagi, dia menangkap seekor lalat di wajahnya dan dia melemparkannya ke berhala tersebut, maka dia masuk neraka ".

Derajat Hadits :

Sanadnya Shahih, dan semua orang-orangnya tsiqot (di percaya). (lihat: Al-Qoulus Sadiid fii Maqoosidit Tauhid, Mausu'ah Tauhidir Rabbil 'Abiid 12/56).

Menurut pendapat Syaikh Shalih Al-Fauzan dalam kitab I'anatul Mustafid, tentang haditst mursal shahabi, ia tetap dapat menjadi hujjah.

[Sumber: 166 Kiat Menggapai Surga, Penulis Syaikh Shalih Al-Fauzan, Pustaka Darul Haq].

Nash-nash lainnya yang berkaitan dengan hukum hewan sembelihan:

Firman Allah SWT dalam Surat Al-Kautsar: 2:

( فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ )

" Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (karena Tuhanmu)".

Imam Muslim dalam Shahihnya meriwayatkan dari Ali bin Abi Tholib, bahwa Rosulullah  bersabda:

(( لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ ))

" Allah mengutuk orang yang menyembelih untuk selain Allah ". (HR. Muslim no. 1978)

Ilmu Kanuragan itu bukan Karomah. Karomah tidak bisa dipelajari sebagaimana ilmu Kanuragan.

Dan yang perlu dicatat: bahwa kejadian luar biasa yang disebut Karomah dan Mukjizat itu tak bisa dilakukan secara berulang-ulang sesuai keinginan orang yang memilikinya.

Di sini Setan berusaha membisiki manusia untuk melakukan berbagai ritual sesat supaya mengambil alih penjagaan dan perlindungan atas manusia. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan dalam firman-Nya: Akan mengutus para pelindung dari kalangan malaikat khusus bagi orang-orang beriman dan beramal shaleh.

﴿ سَوَاء مِّنكُم مَّنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَن جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ (١٠) لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ﴾.

“Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah”. (QS. Ar Ra’du: 10-11)

Ibnu Abbas –radhiyallahu ‘anhuma- telah menjelaskan:

" Bahwa yang selalu mengikuti anak Adam secara bergiliran adalah malaikat-malaikat, untuk menjaga manusia dari depan dan belakang. Apabila bertepatan dengan takdir Allah yang telah ditetapkan kepadanya dari kejadian, musibah dan lain-lain, maka malaikat tersebut berlepas diri".

Mujahid berkata: “Tidaklah setiap orang kecuali ada satu malaikat yang diutus untuk menjaganya dari gangguan jin, manusia atau binatang, baik ketika tidur maupun terjaga. Tidaklah ada sesuatu yang mendatanginya kecuali malaikat penjaga akan berkata: “di belakangmu !?”. kecuali memang Allah izinkan, maka bahaya itu akan menimpanya.

Seseorang pernah berkata kepada Ali bin Abi Thalib –radhiyallahu ‘anhu-: “Sungguh ada sekelompok orang dari Murad ingin membunuhmu !”.

Beliau menjawab: “Sungguh setiap orang selalu bersamanya dua malaikat yang akan menjaganya selama belum ditakdirkan, namun jika bersamaan dengan takdir maka keduanya berlepas diri, sesungguhnya ajal itu perisai yang tangguh”.

Malaikat yang mengikuti anak Adam secara bergiliran yang disebutkan dalam surat ar Ra’du itulah yang dimaksud pada ayat yang lain yang berbunyi:

( وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ (61)])

“Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya”. (QS. Al An’am: 61)

Kesyirikan yang akan menimpa umat ini lebih samar dan lebih sulit terdeteksi :

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, Rasulullah   bersabda:

 " الشِّرْكُ فِي هَذِهِ الأُمَّةِ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلَةِ السَّوْدَاءِ عَلَى صَفَاةٍ سَوْدَاءَ فِي ظُلْمَةِ اللَّيْلِ ".

 “Sesungguhnya kesyirikan pada umat ini lebih samar daripada rayapan semut hitam di atas batu licin yang hitam dalam kegelapan malam.”

(HR. Al-Hakiim at-Tirmidzi no. 575, Ahmad 4/403, Abu Ya’la no. 58 & 59 dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Al-Jami’ no, 3730)

*****

HANYA KEPADA ALLAH SEORANG MUKMIN BERGANTUNG, BERLINDUNG, BERTAWAKAL DAN MEMOHON PERTOLONGAN

Termasuk perbuatan syirik dalam perkara ghaib adalah seseorang bergantung , memohon perlindungan, bertwakkal , berharap dan memohon pertolongan kepada selain Allah , misalnya kepada Jin, Syaitan atau Roh Gentayangan atau kepada jimat dan benda pusaka yang diyakini memiliki kekuatan Ghaib .     

Allah SWT berfirman :

{ قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ . اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ }

 Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung (meminta segala sesuatu). [ QS. Al-Ikhlas : 1-2]

Dan Allah SWT berfirman :

{ قَالَتْ اِنِّيْٓ اَعُوْذُ بِالرَّحْمٰنِ مِنْكَ اِنْ كُنْتَ تَقِيًّا }

 Dia (Maryam) berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa.” [QS. Maryam : 18]

Dan Allah SWT berfirman :

{ وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ }

" Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.” [QS. Al-Maidah : 23]

Dan Allah SWT berfirman :

{ وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ }

Artinya: “Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” [QS. Al Insyirah: 8]

Dan Allah SWT berfirman :

{ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }

Artinya, “Hanya Kau yang kami sembah, dan hanya Kau yang kami mintakan pertolongan.” [QS. Al-Fatihah : 5]

Dan dalam hadits Imran bin Husein radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah  melihat seorang laki-laki memakai gelang jimat yang terbuat dari kuningan, kemudian beliau bertanya :

 "مَا هَذِهِ؟" قَالَ : هَذِهِ مِنَ الْوَاهِنَةِ. فَقَالَ : " انْزِعْهَا , فَإِنّهَا لاَ تَزِيدُكَ إِلاّ وَهْناً ، فإنَّكَ لوْ مِتَّ وهي عليْك ، ما أَفْلَحتَ أبداً ".

“Apa itu ?”. Laki-laki itu menjawab : “gelang penangkal penyakit yang bikin lemah ”.

Lalu Nabi bersabda : “lepaskan gelang itu, karena sesungguhnya ia tidak akan menambah kecuali kelemahan pada dirimu, dan jika kamu mati sedangkan gelang ini masih ada pada tubuhmu maka kamu tidak akan beruntung selama-lamanya [ yakni tidak akan masuk surga dan akan kekal dalam neraka . PEN ] ". 

( HR. Ahmad 4/445 , Ibnu Majah no. 3531 dan Ibnu Hibban no. 1410 .

Hadits ini di sahihkan oleh Al-Hakim dan di setujui oleh Adz-Dzahaby . Akan tetapi di dlaifkan oleh Syeikh Al-Albaany di Silsilah ahaadits Dlaifah no. 1029 .

Yang rajih adalah yang di katakan Al-Busyeiry dalam kitabnya az-Zawaid : " Isnadnya hasan , karena orang yang bernama Mubarok ini adalah ibnu Fadlolah ".

Dan dari Abdullah bin 'Ukaim, bahwa Rosulullah  bersabda:

« مَنْ تَعَلّقَ شَيْئاً وُكِّلَ إِلَيْهِ" »

" Barangsiapa menggantungkan sesuatu benda ( dengan anggapan bahwa benda itu bermanfaat atau dapat melindungi dirinya ) , niscaya Allah menjadikan dia
selalu bergantung ( bertawakkal ) kepada benda tersebut."

Tingkatan hadits adalah Hasan . ( HR. Ahmad 4/130 , 311 , Turmudzi no. 2072 , Hakim 4/216 , Abdurrazaq 11/17 no. 1972 dari Hasan Bashry secara mursal . Akan tetapi hadits ini di hasankan oleh Syeikh Al-Bany dalam Shahih Turmudzi no. 1691 . Dan Syeikh Al-Banna dalam kitab Al-Fathur Rabbany 17/188 berkata : " Hadits ini derajatnya tidak kurang dari hasan , apalagi banyak saksi-saksi yang menguatkannya . Wallohu a'lam " ).

Dari Uqbah bin 'Amir radhiyallahu 'anhu bahwa Rosulullah  bersabda :

»من تعَلَّق تَمِيمَةً فقد أشْرك «

“Barang siapa yang menggantungkan tamimah maka ia telah berbuat kesyirikan”.

Hadits Shahih . ( HR. Ahmad 4/156 dan Al-Hakim 4/219 . Al-Haitsami berkata : "Hadits ini di riwayatkan Ahmad dan Tabroni , dan semua orang-orang Imam Ahmad adalah para perawi tsiqoot ( di percaya ) " . Al-Mundziry dalam At-Targhiib 4/307 berkata : " Perawi Imam Ahmad semuanya tsiqoot ( dipercaya ). Hadits ini di Shahihkan oleh Al-Hakim dan Syeikh Al-Bany di Shahihah no. 492 ).

Dari Uqbah bin 'Amir Al-Juhany radhiyallahu 'anhu dia mendengar Rosulullah  bersabda:

» مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَلاَ أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ ، وَمَنْ عَلَّقَ وَدَعَةً فَلاَ وَدَعَ اللَّهُ لَهُ«

"Barang siapa yang menggantungkan tamimah maka Allah tidak akan mengabulkan keinginannya, dan barang siapa yang menggantungkan Wada’ah  maka Allah tidak akan memberikan ketenangan kepadanya " .

Hadits hasan . ( HR. Ahmad 4/154 dan Al-Hakim 4/216 , dan dia menshahihkannya serta di setujui Adz-Dzahaby . Telah berkata Ibnu Hajar Al-Haitsami dalam Majma' Zawaid 5/103: " Haditst ini diriwayatkan Ahmad, Abu Ya'la dan Tabrony, para perawinya dipercaya ( Tsiqoot ). Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalany berkata dalam kitab Ta'jil : " Rijal haditsnya orang-orang yang dipercaya ". Dan telah berkata Al-Mundziry : " Sanadnya Bagus ".   

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu menuturkan : Aku telah mendengar Rasulullah SAWbersabda:

«إنّ الرّقَى وَالتّمائمَ وَالتّوَلَةَ شِرْك » .

" Sesungguhnya ruqyah, tamimah, dan tiwalah adalah syirik."

Hadits Shahih . (HR Imam Ahmad 1/381 , Abu Dawud no. 3883 , Ibnu Majah no. 3530 , Al-Baghowi di Syarhus Sunnah 12/156-157 dan Al-Hakim 4/217-218 , dan dia berkata : " Ini hadits Shahih sanadnya sesuai syarat Bukhory dan Muslim " dan disetujui oleh Dzahaby . Dan hadits ini di Shahihkan syeikh Al-Bany dan di hasankan sanadnya oleh syeikh Ahmad Syakir ).

Tamimah : asalnya adalah sesuatu yang dikalungkan di leher anak anak sebagai penangkal atau pengusir penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan oleh rasa dengki seseorang atau rasa kagum , dan lain sebagainya. Dan terkadang di kalungkan pada orang dewasa , baik lelaki maupun perempuan . ( Pembahasannya menyusul ).

Wada’ah : sesuatu yang diambil dari laut, menyerupai rumah kerang ; menurut anggapan orang orang jahiliyah dapat digunakan sebagai penangkal penyakit. Termasuk dalam pengertian ini adalah jimat . ( Di sebut pula pengasihan ) dan tiwalah ini sejenis sihir .

Tiwalah : sesuatu yang dibuat dengan anggapan bahwa hal tersebut dapat membikin seorang istri mencintai suaminya atau seorang suami mencintai istrinya.

Ruqyah : yaitu yang disebut pula Azimah. Ruqyah adalah : penyembuhan suatu penyakit dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an atau doa-doa atau mantra-mantra.

Ruqyah ini khusus diizinkan selama penggunaannya bebas dari hal-hal syirik. Di riwayatkan dari Auf bin Malik , dia berkata : Kami dulu di masa Jahiliyah biasa meruqyah, maka kami bertanya : Wahai Rosulullah , bagaimana menurut engkau dalam hal demikian? Beliau bersabda :

» اعْرِضُوا عَلَىَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ تَكُنْ شِرْكًا«

" Perlihatkanlah padaku ruqyah-ruqyah kalian , tidak mengapa (boleh-boleh saja) dengan ruqyah yang tidak terdapat kesyirikan ". ( HR. Abu Daud 4/13 no. 3888 , dan di Shahihkan oleh Syeikh Al-Bany ).

*****

HUKUM MINTA PERLINDUNGAN DAN BANTUAN KEPADA JIN

Manusia yang beriman hanya diperbolehkan memohon perlindungan dan pertolongan kepada Allah SWT saja.

Allah SWT berfirman dalam beberapa ayat berikut ini:

(وَإِمَّا يَنزغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نزغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ)

" Dan apabila syeitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah, Sesungguhnya Dialah yang maha mendengar lagi maha mengetahui ". (QS. Fushshilat: 36).

(وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ. وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ)

" Dan katakanlah: Ya Rabb ku (Tuhanku), aku berlindung kepada Mu dari bisikan-bisikan syeitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Mu ya Rabbku (Tuhanku) dari kedatangan mereka pada ku ". (QS. Al-Mu'minuun: 97-98).

( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِن ْشَرِّ مَاخَلَقَ )

" Katakanlah: aku berlindung kepada Rabb (Tuhan) yang menguasai subuh, dari kejahatan makhluknya ". (QS. Al-Falaq: 1-2).

( قُل ْأَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ.مَلِكِ النَّاسِ. إِلَهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُور ِالنَّاسِ.مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ)

Katakan: aku berlindung kepada Rabb (Tuhan yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia, Sesembahan Manusia, dari kejahatan (bisikan) syeitan yang biasa besembunyi, yang membisikan kejahatan ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia. (QS. An-Naas: 1-6).

Minta perlindungang kepada Jin itu hanya akan menambah dosa dan kesalahan. Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT:

{ وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا }

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan (penjagaan) kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka DOSA dan kesalahan” (QS. Al Jin: 6).

Syaikh Hatim asy-Syarbati dalam kitabnya menegaskan:

" أنَّ اسْتِعَانَةَ الإنسَانِ بِالْجَانِّ تَقُوْدُه إلىٰ مَتاهَاتٍ وضِلاَلاَتٍ لاَ يَعْرِفُ سِوٰى اللهِ تَعالىٰ نِهَايَتِهَا، رُبَّمَا تَصِلُ أحْيانًا إلىٰ الْكُفْرِ وَالْعِيَاذُ بِاللهِ تَعَالىٰ".

“Perbuatan manusia meminta bantuan jin, menggiring manusia kepada berbagai penyimpangan dan kesesatan yang tak diketahui akhirnya kecuali oleh Allah, terkadang jin menggiring manusia kepada kekufuran dan kita berlindung kepada Allah dari hal itu.”
(Lihat: Ma’a al-Jin wa al-Sihr)

Dan tak mengherankan jika pakar tafsir sekelas al-Hafizh al-Qurthubi menegaskan:

" وَلاَ خفاءَ أنَّ الاِسْتِعَاذَةَ بِالْجِنِّ دُوْنَ الاِسْتِعَاذَةِ باللهِ كُفْرٌ وَشِرْكٌ ".

“Tidak ada kesamaran, bahwa perbuatan meminta perlindungan kepada jin, bukan kepada Allah merupakan perbuatan kufur dan syirik.”(Al-Jaami’ Li Ahkaam al-Qur’aan, al-‘Allamah al-Imam al-Qurthubi).

Kelak tempat kembali Manusia dan Jin yang melakukan kerjasama perlindungan adalah NERAKA dan KEKAL di dalamnya. Allah SWT befirman:

{ وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ }

“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia dan jin), (dan Allah berfirman): “Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kalian telah banyak (menyesatkan) manusia”.

Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: “Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”.

Allah berfirman: “NERAKA itulah tempat tinggal kalian semua, sedang kalian semua KEKAL di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)” (QS. Shad: 55).

=====

JIN KHODAM ADALAH PENYEBAB 'AMR BIN LUHAY AL-KHUZA'I KEKAL DALAM API NERAKA

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu, dari Nabi Muhammad  bersabda:

« إِنَّ أَوَّلَ مَنْ سَيَّبَ السَّوَائِبَ وَعَبَدَ الْأَصْنَامَ أَبُو خُزَاعَةَ عَمْرُو بْنُ عَامِرٍ وَإِنِّي رَأَيْتُهُ يَجُرُّ أَمْعَاءَهُ فِي النَّارِ »

“Sesungguhnya yang pertama kali membuat aturan tentang Saaibah dan menyembah berhala adalah Abu Khuza’ah ‘Amr bin ‘Amir, dan sungguh aku melihatnya di neraka sedang menyeret ususnya“. [HR Ahmad dalam al-Musnad: 1/446 dengan nomor 4258]

Derajat hadits :

Hadits ini shahih lighoirihi, walaupun sanad hadits ini lemah karena lemahnya ‘Amr bin Majma’ as-Sukuni, dan karena kurang kuatnya Ibrahim al-Hijri.

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam as-Siroh al-Kubro senada yang disebutkan oleh al-Hafidz dalam Fathul Bari.

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, “Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari jalan Muhammad bin Ibrahim at-Taimi dari Abu Sholeh (yaitu dari Abu Hurairah) lebih sempurna dari yang ini.

Lafalnya: “Saya mendengar Rasulullah 
 mengatakan kepada Aktsam bin al-Jun;

« رَأَيْتُ عَمْرَو بْنَ لحي الْخُزَاعِيَّ يَجُرُّ قُصْبَهُ فِي النَّارِ؛ لأَنه أولُ مَن غيَّرَ دِين إسماعيل ، فَنَصبَ الأوثَان وسَيَّبَ السَوائِبَ وبَحر البَحيرة ، ووَصلة الوَصِيلة ، وحَمى الحَامي »

“Saya melihat ‘Amr bin Luhai menyeret ususnya di neraka. Karena ia merupakan orang yang pertama kali mengubah agama Isma’il. Kemudian membawa berhala (untuk disembah), dan menetapkan aturan onta saaibah, bahiirah, wasiilah, dan ham“

(Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Fath: 6/549 mengatakan: “Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari jalan Muhammad bin Ibrahim at-Taimi dari Abu Sholeh (yaitu dari Abu Hurairah).

Dalam riwayat Abu Ishaq terdapat penjelasan tentang proses perubahan tersebut, beliau berkata:

أَنَّ سَبَب ذَلِكَ أَنَّ عَمْرو بْن لُحَيّ كَانَ لَهُ تَابِع مِنْ الْجِنّ يُقَال لَهُ أَبُو ثُمَامَة فَأَتَاهُ لَيْلَة فَقَالَ: أَجِبْ أَبَا ثُمَامَة، فَقَالَ: لَبَّيْكَ مِنْ تِهَامَة، فَقَالَ: اُدْخُلْ بِلَا مَلَامَة، فَقَالَ: أيْتِ سَيْف جُدَّة، تَجِدْ آلِهَة مُعَدَّة، فَخُذْهَا وَلَا تَهَب، وَادْعُ إِلَى عِبَادَتهَا تُجَبْ. قَالَ فَتَوَجَّهَ إِلَى جُدَّة فَوَجَدَ الْأَصْنَام الَّتِي كَانَتْ تُعْبَد فِي زَمَن نُوح وَإِدْرِيس، وَهِيَ وَدّ وَسُوَاع وَيَغُوث وَيَعُوق وَنَسْر، فَحَمَلَهَا إِلَى مَكَّة وَدَعَا إِلَى عِبَادَتهَا فَانْتَشَرَتْ بِسَبَبِ ذَلِكَ عِبَادَة الْأَصْنَام فِي الْعَرَب

Sebabnya adalah bahwa ‘Amr bin Luhay ini memiliki seorang khodam dari kalangan Jin, namanya Abu Tsumamah. Suatu ketika di malam hari dia mendatangi nya.

Maka Amr berkata: selamat datang Abu Tsumamah !

Dia menjawab: Labbaika / aku datang kepada mu dari Tihamah. Amr berkata: Masuk lah tanpa ada celaan !.

Jin Khodam itu lalu berkata: Datangi lah Saif Jeddah ! di sana kamu akan menemukan benda-benda pusaka dan berhala-berhala (آلهة) yang telah di siapkan, maka ambillah semua dan jangan kamu sia-siakan, dan ajak lah orang-orang untuk menyembahnya, kamu harus segera melakukannya !

Maka ‘Amr pun segera meluncur menuju Jeddah. Dan benar sampai di sana dia menemukan patung-patung berhala (الأصنام) yang dulu pernah di sembah pada zaman nabi Nuh u dan nabi Idris u, yaitu Wadd, Suwaa’, Yaghuuts, Ya’uuq dan Nasr. Maka Amr mengangkut dan memabawanya ke Makkah. Setelah itu menyebar darinya penyembahan kepada patung-patung di masyarakat Arab.

(HR. Thabrani dari Ibnu Abbas. Lihat Faidlul Qodiir 3/122, Fathul Baary 6/549 dan Ma’aarijul Qobuul 2/464)

Takkala musim Haji tiba, berhala-berhala dan benda-benda pusaka itu ia berikan kepada kabilah-kabilah yang datang, lalu mereka membawa pulang berhala-berhala dan benda-benda kramat tersebut ke negeri mereka.

Dalam Shahih Bukhori dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma ketika menafsiri ayat berikut ini:

“... dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.” (QS. Nuh:23).

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:

صارتِ الأوثان التي كانت في قوم نوح في العرب بعْدُ أمَّا «وَدّ» فكانتِ لكَلْبٍ بِدَوْمَةِ الْجَنْدَلِ ، وأما «سُواعٌ» فكانت لهذيل ، وأما «يَغُوثُ» فكانت لِمُرادَ ، ثم صارَت لِبَني غُطَيْفٍ بالْجُرفِ عِند سَبأ ، وأمَّا «يَعُوقُ» فكانت لَهِمْدان ، وأَمَّا «نَسْرٌ» فَلِحِمْيرَ ، لآلِ ذي الْكَلاَعَ ، وكلُّها أسماءُ رجالٍ صالحينَ من قوْمِ نُوحٍ ، فلَّما هَلَكوا أَوْحى الشَّيطانُ إلى قَوْمِهِم: أنِ انْصِبُوا إلى مَجالِسِهِمْ التي كانوا يجلسون فيها أنْصابا ، وسَمُّوها بأسمائهم، ففعلُوا ، فلم تُعبدْ ، حتى إذا هلك أولئك، تنَسَّخَ العلمُ عُبِدَتْ.

Berhala-berhala yang ada pada zaman Nuh telah menjadi berhala bagi Bangsa Arab sesudahnya. Adapun Wadd, maka telah menjadi berhala bagi kabilah Daumatul jandal. dan adapun Suwaa’ bagi kabilah Hudzail, dan adapun Yaguts bagi Murad, kemudian menjadi berhala bagi Banii Ghuthaif di Jurf di daerah Saba’. Dan adapun Ya’uuq maka bagi Hamdzaan, dan adapun Nasr maka bagi Himyar keluarga Dzil-Kalaa’.

Dan semuanya itu adalah nama-nama orang saleh dari Kaum Nuh, maka ketika mereka binasa, syeitan mewahyukan kepada kaumnya agar memancangkan patung-patung di majlis-majlis mereka yang biasa mereka duduk-duduk di dalamnya, dan menamainya dengan nama-nama orang saleh tadi, maka mereka pun melaksanakannya, awalnya tidak di sembah, sehingga ketika mereka binasa terhapuslah ilmunya, maka saat itu mulai di sembah.(HR. Bukhory, no. 4920)

Jadi jelasnya menurut kisah dari Ibnu Abbas diatas bahwa:

Awal mula munculnya penyembahan terhadap berhala terjadi pada zaman Nuh. Nama-nama berhala itu diambil dari nama-nama ulama mereka yang pernah hidup bersama mereka sebelumnya. Dengan dalih untuk mengenang keshalihan dan jasa-jasa mereka serta untuk memacu semangat peribadatan umat ketika itu, maka dibuatlah patung, gambar, simbol-simbol visualisasi fisik mereka. Namun lambat laun dengan bergantinya generasi, patung-patung itu justru disembah dan dijadikan sebagai sosok tuhan.

Berhala-berhala dan benda-benda kramat kaum nabi Nuh ini kemudian melalui ‘Amr bin Luhay diadopsi oleh bangsa Arab yang datang kemudian.

Ibnu al-Kalbi mengatakan -setelah menyebutkan kisah ‘Amr bin Luhay membawa berhala-berhala peninggalan kaum Nabi Nuh dari tepi Jedah- beliau menuturkan:

“Disambutlah seruan itu oleh ‘Auf bin ‘Udrah bin Zaid al-Laat bin Rafidah bin Tsaur…..Ibnu Qudha’ah. Diberikan kepadanya Wadd dan dibawa ke Wadil Qura lantas ditetapkan di Daumatul Jandal. Kemudian ia menamakan anaknya ‘Abdu Wadd. Ia adalah orang yang pertama kali diberi nama itu”.

Auf menjadikan anaknya sebagai seorang pemimpin yang dijuluki ‘Amirul Ajdar dan juru kunci bagi berhala itu. Senantiasa keturunannya sebagai juru kunci sampai Allah SWT mendatangkan agama Islam. Lantas berhala itu dihancurkan oleh Khalid bin Walid dan dipotong-potong. Rasulullah   mengutus Khalid selepas perang Tabuk untuk menghancurkannya.

Khalid dihalang-halangi oleh Bani ‘Abdu Wadd, dan Bani Amir al-Ajdar. Maka Khalid memeranginya sampai membunuh mereka. Setelah itu Khalid menghancurkanya berkeping-keping. Adalah berhala laki-laki seperti seorang lelaki yang paling mulia. Terkadang mereka memakaikan dua perhiasan bagi berhala itu, bersarung dengan perhiasan itu dan dijadikan selendang yang lain. Didapati ada pedang yang dikalungkan di lehernya, menyandang busur panah, tombak yang ada benderanya, dan wadah yang berisi anak panah.

(Baca Ibnu al-Kalbi, al-Ashnam: 54-56 dengan perubadahan sedikit. Lihat yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Ighatsatul Lahafan: 2/623).

Kemudian beliau Ibnu al-Kalbi melanjutkan:

“Amr bin Luhai menyetujui Mudhar bin Nizar. Ia menyerahkan berhala Suwa’ kepada seorang lelaki dari Hudzail yang bernama al-Harits bin Tamim Sa’ad bin Hudzail bin Mudrikah, bin Ilyas, bin Mudhar. Berhala itu berada di Ruhath dari bumi Kurma. Disembah oleh penduduk Mudhar. Maka Rasulullah  mengutus Amr bin al-Ash untuk menghancurkannya. Dan dihancurkanlah berhala itu”.

(Abul Walid al-Azraqi, Akhbaru Makkah: 1/131. Baca juga:Tarikh ath-Thabari: 3/66, al-Maqrizi dalam Imta’ul Asmaa’: 1/398)

Madzhaj menerima seruan itu, diberikanlah Yaghuts kepada An’am bin Amr al-Muradiy. Berada di sebuah bukit di Yaman yang disebut sebagai Madzhij, disembah oleh kabilah Madzhaj. Mereka adalah Thai dan Bani Malik serta orang-orang lain yang menyembahnya.

Seruan itu diterima oleh Hamdan, diberikan Ya’uq kepada Malik bin Mirtsad bin Jasym. Berada di sebuah desa bernama Khoiwan. Disembah oleh Hamdan dan penduduk di sekitar Yaman. Hamir menjawab seruan tersebut, diberikanlah berhala Nasr kepada seorang lelaki dari Dzi Ru’ain yang bernama Ma’dikariba. Berada di sebuah tempat di Saba’ yang disebut Balkha’. Disembah oleh Hamir dan orang-orang di sekitarnya, dan terus-menerus diibadahi sampai habis oleh Dzu Nawas. Berhala-berhala tersebut masih saja disembah sampai Allah Shubhanahu wa ta'alla Nabi -Nya dan memerintahkan untuk menghancurkannya.

(Ibnu al-Kalbi dalam al-Ashnam: 57-58, dan lihat yang dinukil dari Ibnul Qayyim: Ighatsatul Lahafan: 2/623-624. Lihat juga yang disebutkan oleh Ibnu Hisyam dalam as-Siroh: 102-105)

======

JIN MUSLIM MENOLAK UNTUK DIJADIKAN PELINDUNG DAN WASILAH:

Dalam Al-Qura'n Allah SWT menceritakan tentang penolakan para jin setelah masuk Islam untuk dijadikan wasiilah:

{ قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلا تَحْوِيلا. أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا }.

Artinya: Katakanlah: "Panggillah mereka (orang-orang atau sesembahan) yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu dan tidak pula memindahkannya".

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari Wasiilah (jalan) kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (QS. Al-Israa: 56-57).

Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Bari 8/320-321 berkata: " Maksud ayat tersebut adalah orang-orang yang dulunya telah menyembah para jin, mereka masih terus menerus menyembahnya, padahal jin-jin itu sudah tidak mau dan tidak ridlo jika dirinya di sembah karena mereka sudah masuk Islam, bahkan mereka sendiri (jin-jin tadi) sama juga sedang mencari Wasiilah (cara untuk dapat mendekatkan diri) kepada Rabb (tuhan) mereka ".

Kemudian Ibnu Hajar berkata: " Dan inilah yang mu'tamad (di jadikan pegangan) dalam menafsiri ayat tersebut ".

Bukankah menjalin hubungan dengan Jin dan Syeitan serta minta perlindungan kepadanya itu merupakan kebiasaan dan tradisi Kaum musyrikin arab jahilyah ?

Yang demikian itu seperti yang di nyatakan dalam ayat berikut ini:

{ وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا }

Artinya: " Dan bahwasanya telah ada para laki-laki dari kalangan manusia meminta perlindungan kepada para laki-laki dari kalangan jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan ". (QS. Al-Jinn: 6).

Ibnu Katsir telah menafsiri ayat tersebut dengan mengatakan:

Yakni (para lelaki dari kalangan Jin itu dengan bangga berkata): " Kami lihat bahwa kami ternyata lebih unggul (mulia) dari pada manusia, buktinya mereka minta perlindungan pada kami ".

Bukankah yang mendatangkan manfaat atau keberuntungan dan yang menolak kemudhorotan atau mara bahaya hanyalah Allah semata, dan juga sebaliknya ? bukankah itu semua merupakan kekhususan Allah sebagai Rabb ?

Allah SWT berfirman:

{ وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إلا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلا رَادَّ لِفَضْلِهِ }

Artinya: ” Dan jika Alloh menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Alloh menghendaki kebaikan bagi kamu maka tak ada yang dapat menolak karuniaNya. “ (QS. Yunus: 107)

{ وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ }

Artinya: ” Dan jika Alloh menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia.Dan jika Dia mendatangkan kebaikkan kepada mu, maka Dia Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu ” (Qs. Al-An’am:18)

Jika kita sudah tahu bahwa: yang memberikan manfaat atau keberuntungan dan menolak mudhorot atau bahaya itu hanyalah Allah dan merupakan kekhususan Rububiyah Allah maka menyandarkannya kepada selain Allah termasuk perbuatan syirik. Bahkan itu bisa termasuk katagori perbuatan syirik akbar (yang besar) yang mengeluarkan pelakunya dari islam.

======

CIRI ORANG SHALIH YANG DIANUGERAHI KAROMAH DO’A MUSTAJAB:

Pertama: Dia tidak merasa jika dirinya memiliki keistimewaan bahwa do’anya mustajab ; karena yang demikian itu kesannya bahwa dirinya mampu menghakimi Allah SWT untuk mengabulkan doanya. Namun yang benar: dia senantiasa memiliki harapan besar bahwa Allah SWT akan mengabulkan permohonannya.

Kedua: Dia tidak mau, bahkan ketakutan jika dirinya tersohor dan dikenal oleh orang-orang bahwa dirinya memiliki karomah doa mustajab. Karena yang demikian itu di khawatirkan akan menimbulkan rasa ujub, merasa suci dan merasa paling dekat di sisi Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ

“ Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa “. (QS. An-Najm: 32)

Mari kita perhatikan kisah DUA orang saleh dari kalangan salaf yang dinyatakan do'anya mustajab, bagaimana usaha mereka untuk menyembunyikan amal salehnya dan bagaimana sikap mereka terhadap popularitas ? Dan Kenapa mereka tidak buka praktek Klenik “ DOA MUSTAJAB “ ?.

Kemudian kita bandingkan dengan diri kita masing-masing serta orang-orang zaman sekarang yang sengaja mencari popularitas dengan ibadahnya atau keahliannya dalam kemustajaban Do’anya, yang pada ujungnya mereka membisniskan keshalihan dan kemustajaban doanya kepada Allah SWT.

-----

CONTOH SIKAP ORANG-ORANG SHOLEH YANG DIBERI KAROMAH KEMUSTAJABAN DOA:

A. Yazid bin Al-Aswad al-Jurosyi.

Beliau adalah seorang tabii mukhodlrom, hidup sezaman dengan Nabi  namun belum pernah bertemu. Beliau sempat menyaksikan masa-masa jahiliyah, beliau tinggal di negeri Syam, perkampungan Zabdiin, beliau wafat pada tahun 58 H, pada masa khilafah Mu'awiyah bin Abi Sufyan.

Telah berkata Abu Zur’ah Yahya bin Abi ‘Amr:

خَرَجَ الضَّحَّاكُ بْنُ قَيْسٍ فَاسْتَسْقَى بِالنَّاسِ وَلَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَرَوْا سَحَابًا فَقَالَ الضَّحَّاكُ أَيْنَ يَزِيدُ بْنُ الأَسْوَدِ (وَفِي رِوَايَةٍ عَلَى بْنِ أَبِي جُمْلَةٍ: فَقَالَ أَيْنَ يَزِيدُ بْنُ الأَسْوَدِ الْجُرَشِيُّ فَلَمْ يُجِبْهُ أَحَدٌ ثُمَّ قَالَ أَيْنَ يَزِيدُ بْنُ الأَسْوَدِ الْجُرَشِيُّ فَلَمْ يُجِبْهُ أَحَدٌ ثُمَّ قَالَ أَيْنَ يَزِيدُ بْنُ الأَسْوَدِ الْجُرَشِيُّ عَزَمْتُ عَلَيْهِ إِنْ كَانَ يَسْمَعُ كَلَامِي) فَقَالَ هَذَا أَنَا قَالَ قُمْ فَاسْتَشْفِعْ لَنَا إِلَى اللَّهِ أَنْ يَسْقِيَنَا (وَفِي رِوَايَةٍ: قُمْ يَا بَكَّاءُ!) فَقَامَ فَعَطَفَ بُرْنُسَهُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ وَحَسَرَ عَنْ ذِرَاعَيْهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنَّ عَبِيدَكَ هَؤُلَاءِ اسْتَشْفَعُوا بِي إِلَيْكَ فَمَا دَعَا إِلَّا ثَلاثًا حَتَّى أُمْطِرُوا مَطَرًا كَادُوا يُغْرَقُونَ مِنْهُ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا شَهَّرَنِي فَأَرِحْنِي مِنْهُ فَمَا أَتَتْ بَعْدَ ذَلِكَ جُمُعَةٌ حَتَّى مَاتَ (وَفِي رِوَايَةٍ: قُتِلَ)

" Ad-Dlohhak bin Qois keluar bersama orang-orang untuk sholat istisqo (sholat untuk minta hujan), namun hujan tak kunjung datang, dan mereka tidak melihat adanya awan.

Maka beliau bertanya: " Dimana Yazid bin Al-Aswad ? "

(Dalam riwayat yang lain: Maka tidak seorangpun yang menjawabnya, kemudian dia berkata: " Dimana Yazid bin Al-Aswad ?, Aku tegaskan padanya jika dia mendengar perkataanku ini hendaknya dia berdiri ! ").

Maka berkata Yazid:”Saya di sini!”,

Berkata Ad-Dlohhak: ”Berdirilah!, mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan bagi kami!”

(Dalam riwayat yang lain: Berdirilah, wahai tukang nangis!).

Maka Yazid pun berdiri dan menundukan kepalanya diantara dua bahunya, dan menyingsingkan lengan banju burnus nya lalu berdoa: ”Ya Allah, sesungguhnya para hambaMu memintaku untuk berdoa kepadaMu”.

Lalu tidaklah dia berdoa kecuali tiga kali kecuali langsung turunlah hujan yang deras sekali, hingga hampir saja mereka tenggelam karenanya.

Kemudian dia berkata: ”Ya Allah, sesungguhnya hal ini telah membuatku menjadi tersohor, maka istirahatkanlah aku dari ketenaran ini ”, dan tidak berselang lama yaitu seminggu kemudian diapun meninggal.”

Kisah ini diriwayatkan Ibnu Asakir di Tarikh Damaskus 65/112, Dzahabi di Siyar A'lam Nubala 4/137 dan Ibnul Jauzy di Sofwatus Shofwah 4/202. Kisah ini di sahihkan sanadnya oleh Al-Bany dalam kitab Tawassul hal. 42.

B. Uwais bin 'Amir Al-Qorni.

Beliau adalah penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, beliau seorang Tabii mukhodlrom, hidup sezaman dengan Nabi  tapi belum pernah ketemu.

Disebutkan bahwasanya ia meninggal bersama Ali bin Abi Tholib dalam perang siffin (Baca: Al-Minhaj 16/94, Faidhul Qodir 3/451), sebagaimana perkataan Yahya bin Ma’in, “Uwais terbunuh dihadapan Amirul mukminin Ali bin Abi Tholib tatkala perang Siffin” (Al-Mustadrok 3/455 no 5716).

Nabi  menyebutkan tentang keutamaan Uwais, padahal beliau  belum pernah bertemu dengannya, sebagaimana sabda Nabi  yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (4/1968 no 2542) dari Umar bin Al-Khotthob ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda:

(( إنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ: أُوَيْسٌ ، وَلَهُ وَالِدَة.... ))

"Sebaik-baik tabi’in adalah seorang yang disebut dengan Uwais dan ia memiliki seorang ibu…".

Berkata Imam An-Nawawi:

“Ini jelas menunjukan bahwa Uwais adalah tabi’in terbaik, mungkin saja dikatakan “Imam Ahmad dan para imam yang lainnya mengatakan bahwa Sa’id bin Al-Musayyib adalah tabi’in terbaik”, maka jawabannya, maksud mereka adalah Sa’id bin Al-Musayyib adalah tabi’in terbaik dalam sisi ilmu syari’at seperti tafsir, hadits, fiqih, dan yang semisalnya dan bukan pada keafdolan di sisi Allah” (Al-Minhaj 16/95)

Imam Muslim dalam Sahihnya no. 2542 meriwayatkan dari Usair bin Jabir, dia berkata:

"كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ إِذَا أَتَى عَلَيْهِ أَمْدَادُ أَهْلِ الْيَمَنِ، سَأَلَهُمْ: أَفِيكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ؟ حَتَّى أَتَى عَلَى أُوَيْسٍ فَقَالَ: أَنْتَ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَكَانَ بِكَ بَرَصٌ فَبَرَأْتَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: لَكَ وَالِدَةٌ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ، مِنْ مُرَادٍ، ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ، كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ، لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ، ‌لَوْ ‌أَقْسَمَ ‌عَلَى ‌اللهِ ‌لَأَبَرَّهُ، ‌فَإِنِ ‌اسْتَطَعْتَ ‌أَنْ ‌يَسْتَغْفِرَ ‌لَكَ فَافْعَلْ» فَاسْتَغْفِرْ لِي، فَاسْتَغْفَرَ لَهُ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: أَيْنَ تُرِيدُ؟ قَالَ: الْكُوفَةَ، قَالَ: أَلَا أَكْتُبُ لَكَ إِلَى عَامِلِهَا؟ قَالَ: أَكُونُ فِي غَبْرَاءِ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيَّ. قَالَ: فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْعَامِ الْمُقْبِلِ حَجَّ رَجُلٌ مِنْ أَشْرَافِهِمْ، فَوَافَقَ عُمَرَ، فَسَأَلَهُ عَنْ أُوَيْسٍ، قَالَ: تَرَكْتُهُ رَثَّ الْبَيْتِ، قَلِيلَ الْمَتَاعِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ، ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ، كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ، إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ، ‌لَوْ ‌أَقْسَمَ ‌عَلَى ‌اللهِ ‌لَأَبَرَّهُ، ‌فَإِنِ ‌اسْتَطَعْتَ ‌أَنْ ‌يَسْتَغْفِرَ ‌لَكَ فَافْعَلْ» فَأَتَى أُوَيْسًا فَقَالَ: اسْتَغْفِرْ لِي، قَالَ: أَنْتَ أَحْدَثُ عَهْدًا بِسَفَرٍ صَالِحٍ، فَاسْتَغْفِرْ لِي، قَالَ: اسْتَغْفِرْ لِي، قَالَ: أَنْتَ أَحْدَثُ عَهْدًا بِسَفَرٍ صَالِحٍ، فَاسْتَغْفِرْ لِي، قَالَ: لَقِيتَ عُمَرَ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَاسْتَغْفَرَ لَهُ، فَفَطِنَ لَهُ النَّاسُ، فَانْطَلَقَ عَلَى وَجْهِهِ، قَالَ أُسَيْرٌ: وَكَسَوْتُهُ بُرْدَةً، فَكَانَ كُلَّمَا رَآهُ إِنْسَانٌ قَالَ: مِنْ أَيْنَ لِأُوَيْسٍ هَذِهِ الْبُرْدَةُ ؟".

“ Telah ada Umar bin Al-Khotthob jika datang kepadanya amdad (pasukan perang penolong yang datang untuk membantu pasukan kaum muslilimin dalam peperangan) dari negeri Yaman maka Umar bertanya kepada mereka:

“Apakah ada diantara kalian Uwais bin ‘Amir ?”.

Hingga akhirnya ia bertemu dengan Uwais dan berkata kepadanya, “Apakah engkau adalah Uwais bin ‘Amir?”.

Dia menjawab: “Iya”.

Umar berkata, “Apakah engkau berasal dari Murod, kemudian dari Qoron ?”. Ia menjawab: “Benar”.

Umar berkata, “Engkau dahulu terkena penyakit kulit memutih (albino) kemudian engkau sembuh kecuali seukuran dirham?”. Ia menjawab: “Benar”.

Umar berkata, “Engkau memiliki ibu?”. Ia menjawab, “Iya”.

Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah  bersabda,

((Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit kulit memutih (albino) kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia (berdoa kepada Allah dengan) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia memohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah)) ".

Lalu Umar berkata: " oleh karenanya mohonlah kepada Allah ampunan untukku !".
Maka Uwaispun memohon kepada Allah ampunan untuk Umar. Lalu Umar bertanya kepadanya, “Kemanakah engkau hendak pergi?”.

Ia menjawab: “Ke Kufah (Irak)”.

Umar berkata, “Maukah aku tuliskan sesuatu kepada pegawaiku di Kufah untuk kepentinganmu?”.

Ia menjawab: “Aku berada diantara orang-orang yang lemah lebih aku sukai”.

Pada tahun depannya datang seseorang dari pemuka mereka (pemuka penduduk Yaman) dan ia bertemu dengan Umar, lalu Umar bertanya kepadanya tentang kabar Uwais.
Orang itu berkata: “Aku meninggalkannya dalam keadaan miskin dan sedikit harta”.

Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah  bersabda:

((Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit kulit memutih (albino) kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia (berdoa kepada Allah dengan) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia meohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah)).

Maka orang itupun mendatangi Uwais dan berkata kepadanya: “ Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”.

Uwais berkata: “Engkau ini baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka (mestinya) engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”,

Orang itu berkata: “ Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”.

Uwais berkata: “Engkau ini baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka (mestinya) engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”.

Orang itu berkata, “Engkau bertemu dengan Umar?”.

Uwais menjawab: “Iya”. Orang itu berkata: “Mohon ampunlah kepada Allah untuk Umar”.

Lalu orang-orangpun mengerti apa yang terjadi dengan Uweis. Lalu Uweis pun pergi (menyembunyikan diri).

Usair berkata: " Aku memberinya kain Burdah untuk menutupi tubuhnya. Maka setiap ada orang yang melihatnya ia berkata: Dari manakah Uwais memperoleh burdah itu?".

Dalam riwayat Al-Hakim (Al-Mustadrok 3/456 no 5720)

قَالَ: مَا أَنَا بِمُسْتَغْفِرٍ لَكَ حَتَّى تَجْعَلَ لِي ثَلاثًا. قَالَ: وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: لَا تُؤْذِينِي فِيمَا بَقِيَ، وَلَا تُخْبِرْ بِمَا قَالَ لَكَ عُمَرُ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ، وَنَسِيَ الثَّالِثَةَ.

Uwais berkata: “Aku tidak akan memohonkan ampunan kepada Allah untukmu hingga engkau melakukan untukku tiga perkara”. Ia berkata, “Apa itu?”

Uwais berkata, “Janganlah kau ganggu aku lagi setelah ini, janganlah engkau memberitahu seorangpun apa yang telah dikabarkan Umar kepadamu”.
Dan Usair (perowi) lupa yang ketiga.

Dalam Musnad Ibnul Mubarok 1/19 no. 34:

"فَلَمَّا فَشِيَ الْحَدِيثُ هَرَبَ فَذَهَبَ".

“Tatkala tersebar berita (perkataan Umar tentang Uwais) maka iapun lari dan pergi sembunyi ”, yaitu karena orang-orang pada berdatangan memintanya untuk beristigfar kepada Allah bagi mereka sebagaimana dalam musnad Abu Ya’la Al-Maushili (1/188)

Dalam Tarikh Dimashqi karya Ibnu Asaakir 9/443:

لَمَّا لَقِيَهُ وَظَهَرَ عَلَيْهِ هَرَبَ فَمَا رُؤِيَ حَتَّى مَاتَ». قَالَ أَبُو مُحَمَّدٍ بْنُ صَاعِدٍ: أَسَانِيدُ أَحَادِيثِ أُوَيْسٍ صِحَاحٌ رَوَاهَا الثِّقَاتُ عَنْ الثِّقَاتِ وَهَذَا الْحَدِيثُ مِنْهَا.

" Setelah Umar menemuinya, dan beritanya muncul dipermukaan, iapun kabur dan tidak pernah kelihatan lagi hingga ia wafat ".

Abu Muhammad bin Shaid berkata: " semua sanad hadits Uwais adalah sahih, para perawin tsiqoot telah meriwayatkannya dari para perawi tsiqoot juga ". (Lihat: Tarikh Dimashqi karya Ibnu Asaakir 9/443).

KESIMPULAN :

Rosulullah  menyatakan bahwa Uwais adalah sebaik-baiknya Tabiin, artinya beliau mengakui akan kesalihannya.

Rosulullah  mengkabarkan bahwa doa Uwais mustajab, sabda beliau ini umum artinya doa apa saja, akan tetapi beliau menyuruh Umar radhiyallahu ‘anhu jika bertemu dengannya hanya dianjurkan agar ia memintakan ampunan kepada Allah untuknya.

Dan Umar pun melakukannnya sesuai pesan Nabi , yaitu hanya memintakan ampunan. Begitu pula yang dilakukan oleh selain Umar setelah mendengar informasi darinya.

Tidak ada riwayat yang menyebutkan ada seseorang yang minta didoakan selain ampunan.

Keikhlasan Uwais dalam beribadah kepada Allah  tidak ada manusia yang mengetahuinya kecuali Rosulullah  setelah Allah SWT mewahyukan padanya.

Uwais kabur dan menyembunyikan diri ketika dirinya mulai di kenal dan orang-orang mulai berdatangan karena ingin didoakan ampunan kepada Allah.

Uwais tidak suka popularitas karena itu akan merusak keikhlasannya dalam beribadah kepada-Nya. Maka orang yang betul-betul ikhlas membenci popularitas.

Dengan kisah dua orang saleh di atas semoga bisa di jadikan teladan bagi kita semua di dalam mengikhlaskan amal saleh kita, dan semoga kita semua di beri oleh Allah Ta'ala kekuatan dan kemampuan dalam menapak tilasinya. Amiiin !

******

JIN SYETAN ADALAH MUSUH PARA NABI DAN KADANG MEREKA BIASANYA MENGAKU-NGAKU SEBAGAI MALAIKAT DAN ORANG SHOLEH.

Allah SWT berfirman:

{ وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً ، وَلَوْ شَاء رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ }

Artinya: “ Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan,” (QS: Al-An’am 6:112).

Terkadang mereka para jin dan syaitan yang di sembah telah mengelabui para manusia dengan membisisikkan pada mereka bahwa dirinya adalah para malaikat.

Dan Para malaikat sendiri kelak akan menyangkal dan menegaskan di hadapan Allah SWT bahwa jin-jin atau syeitan-syeitan lah yang menyuruh manusia menyembah para malaikat yang kemudian diberi nama dewi-dewi dan mereka pulalah yang sebenarnya di sembah, bukan malaikat. Allah SWT berfirman:

{ وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلائِكَةِ أَهَؤُلاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ }.

Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada para malaikat: "Apakah mereka dahulu menyembah kalian?" Malaikat-malaikat itu menjawab: “Maha Suci Engkau (wali) kami, mereka (wali) menyembah kami): akan tetapi mereka menyembah jin; kebanyakan mereka percaya kepada jin itu.” (QS. Saba: 40-41).

Dan terkadang mengaku-ngaku sebagai orang-orang shaleh yang sudah wafat dan hidup lagi di alam lain.

Allah Azza wa Jallaa berfirman tentang mereka:

{ وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا. وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا ضَلَالًا}.

" Dan mereka berkata: Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian, dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia) dan janganlah engkau tambahkan bagi orang-orang yang dzalim itu selain kesesatan ". (QS. Nuh: 23).

Telah ada ketetapan riwayat dalam sahih Bukhori no. 4920, serta dalam kitab-kitab tafsir, kitab kisah-kisah para nabi dan lainnya dari Ibnu Abbas dan lainnya dari ulama salaf, mereka berkata tentang tafsir ayat di atas:

هَذِهِ أَسْمَاءُ قَوْمٍ صَالِحِينَ كَانُوا فِي قَوْمِ نُوحٍ فَلَمَّا مَاتُوا عَكَفُوا عَلَى قُبُورِهِمْ ثُمَّ صَوَّرُوا تَمَاثِيلَهُم ، ثُمَّ طَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَعَبَدُوهُمْ، وَأَنَّ هَذِهِ الْأَصْنَامَ بِعَيْنِهَا صَارَتْ إِلَى قَبَائِلِ الْعَرَبِ، ذَكَرَهَا ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَبِيلَةً قَبِيلَةً.

" Nama-nama tersebut adalah orang-orang shaleh dari kaum Nuh ‘alaihis salam, ketika orang-orang itu mati, mereka melakukan i'tikaf (nyepi) terhadap kuburan-kuburannya, lalu mereka menggambar rupa-rupa mereka, kemudian lama kelamaan mereka menyembahnya. Dan berhala-berhala itu kemudian tersebar ke kabilah-kabilah arab ". Ibnu Abbas dengan terperinci menyebutkan kabilah-kabilah tersebut satu persatu ".

(Lihat: Majmu Fatawa karya Syeikh Ibnu Taymiyah 14/363, Syarah Aqidah Thohawiyah 1/14 dan Juhud Ulama hanafiyah fi Ibtholil 'aqooidil Quburiyah 1/408).

Manusia yang melakukan transaksi kerjasama dengan jin-jin itu beranggapan bahwa masing-masing pihak baik dari kalangan jin maupun manusia secara duniawi merasa sama-sama saling diuntungkan. Dalam hal ini Allah SWT befirman:

{ وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ }

“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia dan jin), (dan Allah berfirman): “Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kalian telah banyak (menyesatkan) manusia,” lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: “Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman: “Neraka itulah tempat tinggal kamu semua, sedang kamu semua kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)” (QS. Shad: 55).

Secara global keuntungan kerjasama bagi masing-masing pihak - seperti yang di isyaratkan dalam ayat di atas - adalah sbb: dari pihak manusia merasa mendapat jaminan keamanan dan kesuksesan duniawi dari jin tersebut. Sementara dari pihak jin, mereka merasa semakin tinggi posisi dan kedudukannya di sisi Iblis laknatullaah alaihi. Serta mereka semakin bangga ketika bisa menyesatkan banyak manusia, bahkan antar sesama jin saling berlomba-lomba dan berbangga-banggaan dengan banyaknya pengikut dari umat manusia.

Perebutan posisi dan kedudukan para Jin di sisi Iblis ini telah di isyaratkan oleh Rosulullah  dalam hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rosulullah  bersabda:

« إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ، ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ ، فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيءُ أَحَدُهُمْ ، فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا ، فَيَقُولُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. قَالَ: وَيَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَهْلِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ. أَوْ قَالَ: فَيَلْتَزِمُهُ ، وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ». قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ مَرَّةً: «فَيُدْنِيهِ مِنْه».

" Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian menyebarkan bala tentaranya dan yang paling dekat kedudukannya adalah yang paling besar fitnahnya. Sehingga salah satu dari mereka ada yang datang lalu berkata:' saya telah melakukan ini dan ini ', lalu iblis mengatakan:' kamu tidak berbuat apa-apa'. Kemudian datang yang lain dan mengatakan: ' tidaklah aku meninggalkan manusia sehingga dia berselisih dengan keluarganya'. Maka iblis mendekatkan dia di sisinya, atau menjadikannya sebagai pendampingnya, dan dia mengatakan:'kamu adalah sebaik-baik teman' ". (HR. Muslim no. 2813).

Dalam riwayat lain dari Jabir radhiyallahu ‘anhu ia berkata: aku mendengar Nabi  bersabda:

« إِنَّ عَرْشَ إِبْلِيْسَ عَلَى الْبَحْرِ. فَيَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَيُفتِنُوْنَ النَّاسَ. فَأَعْظَمُهُمْ عِنْدَهُ أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً».

“Sesungguhnya singgasana iblis berada dilautan dan dikirimnya pasukannya, lalu mereka menimbulkan fitnah (kekacauan) antara sesama manusia. Maka orang yang paling mulia dari pasukan itu dalam pandangan iblis adalah yang paling besar kemampuannya dalam menimbulkan kekacauan. (HR. Muslim no. 2812 dan Ibnu Hibban no. 6187).

Target utama Iblis dan para syaitan jin terhadap umat manuisa selain berbuat syirik dan maksiat, yaitu menciptakan permusuhan dan kebencian antar sesama manusia serta mengantarkannya pada kebinasaan.

Allah SWT berfirman:

{إِنَّمَا يُرِيدُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةَ وَٱلْبَغْضَاءَفِى ٱلْخَمْرِوَٱلْمَيْسِرِوَيَصُدَّكُمْ عَنذِكْرِٱللَّه ِوَعَنِ ٱلصَّلَوٰة ِفَهَلْ أَنتُم مُّنتَهُونَ}

“ Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran meminum khamar dan berjudi itu dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu dari mengerjakan pekerjaan itu “. (QS. Al-Maaidah: 91)

Dalam hadits Jabir ra, beliau berkata: Aku mendengar Rosulullah 
 bersabda:

((إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونُ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ))

“Sungguh Syaithan sudah berputus asa untuk bisa disembah oleh orang-orang yang shalat di Jazirah Arab, tetapi ia masih bersemangat untuk mengadu domba antara mereka satu dengan yang lain” [HR. Muslim no. 2813]

*****

CONTOH MUKJIZAT DAN KAROMAH:

Mukjizat dan Karomah tidak bisa di pelajari dan tidak ada mantra-mantra tertentu yang harus dirapalkan dan di wiridkan demi untuk mendapatkan mukjizat dan karomah tertentu. Dan tidak ada pula ritual-ritual tertentu yang harus dijalani dan dilalui.

Mukjizat itu datang atas kehendak Allah kepada para Nabi dan Rasul. Dan adapun karomah kepada para hambanya yang shaleh.

Amal ibadah mereka betul-betul ikhlas dan murni semata-mata karena mematuhi perintah Allah, bukan karena ingin mendalami ilmu kanuragan, mukjizat dan karomah tertentu.

Mukjizat dan Karomah tidak bisa di wariskan, diturunkan dan diajarkan kepada siapapun.

====

CONTOH NYA: MUKJIZAT NABI MUSA:

Salah satu Mukjizat-Mujizat Nabi Musa adalah tongkatnya yang berubah menjadi Ular. Kalau kita perhatikan alur ceritanya menunjukkan sbb:

A. Bahwa Musa ‘alaihis salam hanya sebatas menjalankan perintah dari Allah swt. Musa ‘alaihis salam tidak memiliki kuasa untuk mempraktekkan mukjizatnya sesuai dengan waktu yang dia inginkan, melainkan menunggu perintah Allah SWT.

B. Hanya tiga kali Musa ‘alaihis salam diperintahkan melempar tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular, yaitu: di lembah Bukit Thursina, ketika menghadap Firaun dan ketika berhadapan dengan para tukang sihir Firaun. Setelah itu Nabi Musa ‘alaihis salam tidak pernah melakukannya lagi.

C. Mukjizat Nabi Musa ‘alaihis salam tidak bisa di ajarkan kepada siapa pun termasuk kepada saudaranya yaitu Nabi Harun ‘alaihis salam .

COBA PERHATIKAN DUA POINT BERIKUT INI:

Point Pertama:

Musa ‘alaihis salam merasa ketakutan dan lari kebelakang ketika pertama kali melihat tongkatnya berubah menjadi ular. Padahal melempar tongkatnya itu atas perintah Allah.

Allah SWT berfirman:

{ قَالَ أَلْقِهَا يَٰمُوسَىٰ. فَأَلْقَىٰهَا فَإِذَا هِىَ حَيَّةٌ تَسْعَىٰ. قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا ٱلْأُولَىٰ}

“Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!". Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.

"Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula”.

Ibnu Katsir berkata:

Yakni, pada saat itu juga tongkat tersebut menjadi seekor ular yang sangat besar dan panjang yang bergerak merayap dengan cepat. Dan ternyata ia bergoyang seakan-akan ia itu JAAN, sejenis ular yang paling cepat bergerak, tetapi kalau Jaan itu kecil. Sementara ular Musa ini amat besar dan amat cepat gerkannya.

(تَسْعَىٰ) artinya: yang merayap dengan cepat, Yakni berjalan dan bergoyang-goyang.

Setelah Musa menyaksikan hal itu, maka Musa cepat berbalik tanpa melihat kembali ke arah belakang, kemudian dia pergi.

Lalu dia ingat kepada Rabb nya sehingga dia berhenti karena MERASA MALU terhadap-Nya.

Selanjutnya Musa di seru: “ Hai Musa, kembali lah ke tempatmu semula ! “. Maka Musa pun kembali, sedang dia benar-benar merasa ketakutan.

Lalu Allah SWT berfirman:

(خُذْهَا) artinya: “ pegang lah ia kembali “ dengan tangan kanan mu

(وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا ٱلْأُولَىٰ) artinya “dan janganlah kamu takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula “

Pada saat itu, di atas tubuh Musa terdapat baju JUBAH dari kulit Woll, lalu dia memasukinya dari sela-selanya.

Setelah di perintahkan untuk memegangnya, Musa melipat ujung baju pada tangannya. Maka Malaikat berkata kepadanya: Hai Musa, bagaimana menurutmu jika Allah mengizinkan apa yang kamu takuti itu? Apakah JUBAH itu akan berguna bagimu ?

Musa menjawab: “ Tidak, tetapi aku ini seorang yang lemah. Dan dari kelemahan pula aku diciptakan “.

Kemudian dia melepaskannya dari tangannya, lalu meletakkannya di mulut ular tersebut, sehingga dia mendengar suara gesekan gigi-gigi dan taring-taring nya. Lalu dia menangkapnya dan ternyata ia sudah menjadi tongkat yang di milikinya, dan ternyata tangannya sudah berada di tempat dia meletakkannya jika dia bersandar diantara dua bahunya. Oleh Karena itu Allah SWT berfirman: (سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا ٱلْأُولَىٰ) artinya “ Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula “

Point Kedua:

Ketika Musa berhadapan dengan Tukang Sihir, dia ada rasa takut pada dirinya ketika melihat ular-ular para tukang sihir. Dan dia menunggu perintah dari Allah SWT untuk melempar tongkatnya agar berubah menjadi ular untuk melawan ular-ular tukang sihir.

قَالُوا۟ يَٰمُوسَىٰٓ إِمَّآ أَن تُلْقِىَ وَإِمَّآ أَن نَّكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى. قَالَ بَلْ أَلْقُوا۟ ۖ فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِن سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَىٰ. فَأَوْجَسَ فِى نَفْسِهِۦ خِيفَةً مُّوسَىٰ. قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْأَعْلَىٰ. وَأَلْقِ مَا فِى يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوٓا۟ ۖ إِنَّمَا صَنَعُوا۟ كَيْدُ سَٰحِرٍ وَلَا يُفْلِحُ ٱلسَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ. فَأُلْقِىَ ٱلسَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا بِرَبِّ هَٰرُونَ وَمُوسَىٰ.

Artinya: “ Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?"

Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa TAKUT dalam hatinya.

Kami berkata: " JANGANLAH KAMU TAKUT, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).

Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".

Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa". (QS. Tooha: 65 – 70)

Dalam ayat di atas terdapat petunjuk yang membedakan antara Ilmu Sihir atau Ilmu Kesaktian dan Mukjizat.

Ilmu Sihir dan Kesaktian bisa dipraktekkan kapan saja sesuai dengan keinginan tukang Sihir. Sementara Mukjizat tidak bisa dipraktekkan sesuai keinginan seseorang melainkan menunggu wahyu dan kehendak Allah,

Ilmu Sihir dan Kesaktian datang dari Jin dan Syetan, tujuannya adalah kepuasan duniawi. Sementara Mukjizat dari Allah SWT dan tujuannya untuk mendukung dakwah para Nabi dan Rasul.

NABI MUSA SEMPAT LUPA PERINTAH MEMUKULKAN TONGKATNYA KE LAUT:

Dalam Hadits al-Futuun ath-Thowiil dari Ibnu Abas di sebutkan bahwa Nabi Musa alaihis salaam semput lupa untuk memukulkan tongkatnya ke laut agar terbelah menjadi 12 jalan:

فأُمِرَ موسى عليه السَّلامُ بالخُروجِ بقومِه، فخرَجَ بهم ليلًا، فلمَّا أصبَحَ فرعونُ ورأى أنَّهم قد مَضَوا، أرسَلَ في المدائنِ حاشرينَ، فتبِعَهم بجُنودٍ عظيمةٍ كثيرةٍ، وأوحى اللهُ عَزَّ وجَلَّ إلى البحرِ: أنْ إذا ضرَبَك مُوسى بعصاهُ، فانفرِقْ له اثنتَيْ عشْرةَ فِرقةً، حتَّى يجوزَ موسى عليه السَّلامُ ومَن معه، ثمَّ الْتَئَمَ على مَن بقِيَ بعدُ مِن فرعونَ وأشياعِه، فنسِيَ مُوسى عليه السَّلامُ أنْ يضرِبَ البحرَ بالعصا، فانْتَهى إلى البحرِ وله قصيفٌ؛ مخافةَ أنْ يَضرِبَه موسى عليه السَّلامُ، وهو غافِلٌ، فيصيرَ عاصيًا اللهَ عَزَّ وجَلَّ.

فلمَّا تراءى الجَمْعانِ وتقارَبَا، قال أصحابُ موسى: إنَّا لمُدْرَكونَ، افعَلْ ما أمرَكَ به ربُّك عَزَّ وجَلَّ؛ فإنَّك لم تكذِبْ ولم تُكْذَبْ،

فقال: وعَدَني ربِّي عَزَّ وجَلَّ إذا أتيْتُ البحرَ، انفرَقَ لي اثنتيْ عشْرةَ فِرقةً حتَّى أُجاوزَه، ثمَّ ذكَرَ بعدَ ذلك العصا، فضرَبَ البحرَ بعصاه حين دنا أوائلُ جُندِ فرعونَ مِن أواخرِ جُندِ مُوسى عليه السَّلامُ، فانفرَقَ البحرُ كما أمَرَه اللهُ عَزَّ وجَلَّ، وكما وُعِدَ مُوسى عليه السَّلامُ،

Hingga akhirnya Allah memerintahkan kepada Musa agar membawa pergi kaum Bani Israil bersamanya. Maka Musa berangkat membawa mereka di malam hari.

Pada keesokan harinya Fir'aun melihat bahwa kaum Bani Israil telah pergi. Maka ia mengumpulkan semua prajuritnya dari kota-kota besar, lalu ia mengejar Musa dan kaumnya dengan membawa pasukan yang besar. Allah mewahyukan kepada laut, 'Apabila hamba-Ku Musa memukul¬mu dengan tongkatnya, membelahlah kamu menjadi dua belas belahan, agar Musa dan orang-orang yang bersamanya dapat melaluimu. Setelah itu menyatulah kamu dengan menenggelamkan orang-orang yang datang sesudah mereka, yaitu Fir'aun dan pasukannya."

Musa LUPA memukul laut itu dengan tongkatnya. Ketika ia sampai di tepi laut itu, saat itu laut bergelombang besar karena ketakutan akan dipukul oleh Musa dengan tongkatnya, padahal Musa lupa. Dengan demikian, berarti Musa melanggar perintah Allah.

Ketika kedua golongan saling melihat dan keduanya makin mendekat, teman-teman Musa berkata, "Sesungguhnya kita sekarang hampir terkejar, maka lakukanlah apa yang telah diperintahkan oleh Tuhanmu, sesungguhnya Dia tidak berdusta dan kamu pun bukan pendusta."

Musa berkata, "Tuhanku telah menjanjikan kepadaku bahwa jika aku sampai di tepi laut, maka laut akan membelah menjadi dua belas jalan agar aku dapat melewatinya." Saat itulah Musa ingat akan tongkatnya, lalu ia pukulkan ke laut itu di saat bagian depan pasukan Fir'aun telah berada di dekat bagian belakang kaum Musa. Maka laut itu terbelah seperti apa yang telah diperintahkan oleh Tuhannya dan seperti yang telah dijanjikan oleh Musa.

[[Diriwayatkan oleh al-Imam al-Buushairy dalam kitab “إتحاف الخيرة المهرة” 6/234 dengan SANAD YANG SHAHIH menurutnya. Dan di sebutkan pula oleh Ibnu katsir dalam kitab “البداية والنهاية” 16/225]]

====

CONTOH KAROMAH: KISAH SEORANG SAHABAT, AL-‘ALA’ BIN AL-HADLRAMI

Al-'Ala bin Al-Hadhrami (العلاء بن الحضرمي) radhiyallahu 'anhu, Para penulis biografi para Sahabat menyatakan bahwa Al-Ala bin Abdullah Al-Hadrami termasuk di antara para saadaat dari kalangan para sahabat, ulama mereka dan para ahli ibadah mereka.

Al-Alaa memeluk Islam sejak awal, dan beliau salah satu para juru tulis Rasulullah .

Beliau salah satu sahabat Nabi Muhammad  yang dikaruniai keistimewaan berupa banyak karamah oleh Allah swt, diantaranya dengan kehendak Allah SWT beliau pernah berjalan di atas laut bersama 8.000 pasukannya.

Kisah karamah Sahabat Nabi dari Hadramaut (Yaman) ini diceritakan dalam Kitab Al Aghani li Abi al-Faraj al-Ashbahani berdasarkan riwayat Muhammad bin Jarir, sahabat Rasulullah .

Dikisahkan, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq mengutus 'Ala bin Hadhrami dan pasukannya untuk memerangi orang-orang murtad di Bahrain. Beliau merupakan sahabat Nabi yang diutus menyebarkan Islam ke daerah Bahrain dan Qatar.

Orang-orang muslim yang tidak murtad menyusul pasukan 'Ala Al-Hadhrami ketika mereka berjalan di padang pasir terbuka.

Ketika sampai di tengah-tengah padang pasir itu, Allah Ta'ala memperlihatkan kekuasaan-Nya kepada mereka. Sahabat 'Ala Al-Hadhrami turun dari kendaraannya dan menyuruh pasukannya untuk turun.

Di tengah malam, unta-unta mereka lari ketakutan sampai tak tersisa satu pun, dengan membawa semua perbekalan dan tenda yang belum sempat mereka turunkan dari punggung unta.

Mereka tidak mengerti sekelompok hewan apa yang menyerang unta-unta itu, tetapi tidak menyerang diri mereka. Mereka saling memperingatkan untuk tetap waspada, lalu pemberi aba-aba menyuruh mereka berkumpul.

'Ala Al-Hadhrami kemudian berkata: "Apa yang telah menyerang dan mengalahkan kalian?"

Orang-orang mengadu kepadanya, "Kita terjebak di tengah-tengah padang pasir tanpa air. Jika kita di sini sampai besok meskipun matahari tidak menyengat, maka kita hanya pulang tinggal nama".

'Ala Al-Hadhrami berkata: "Jangan takut! Bukankah kalian orang-orang muslim? Bukankah kalian berjuang di jalan Allah! Bukankah kalian penolong-penolong agama Allah?"

Mereka menjawab: "Ya".

'Ala Al-Hadhrami berkata lagi, "Bergembiralah! Demi Allah, Allah Yang Maha Suci dan Maha Luhur tidak akan menelantarkan kalian dalam kondisi seperti ini".

Seorang muazin kemudian mengumandangkan azan Subuh. 'Ala Al-Hadhrami salat bersama pasukannya. Sebagian dari mereka bersuci dengan tayammum, dan sebagian lagi masih dalam keadaan suci.

Selesai shalat, 'Ala Al-Hadhrami berlutut diikuti oleh pasukannya. Beliau berdoa dengan sungguh-sungguh begitu juga pasukannya. Kemudian mereka melihat fatamorgana.

Belum selesai 'Ala berdoa, mereka melihat fatamorgana lagi. Komandan perang berseru, "Air". 'Ala Al-Hadhrami berdiri dikuti oleh pasukannya. Mereka mendekati air itu, lalu minum dan mandi.

Matahari belum begitu tinggi, ketika unta-unta datang dari berbagai arah mendekati mereka. Setiap orang menunggang satu unta, sehingga tak satu pun yang berjalan.

Setelah minum, mereka merasa puas dan segar kembali, lalu melanjutkan perjalanan.

Pada waktu itu, Munjab bin Rasyid berjalan bersisian dengan Abu Hurairah. Setelah jauh dari tempat itu, Abu Hurairah bertanya kepada Munjab, "Menurutmu, di mana sumber air yang tadi kita pakai?"

Munjab menjawab, "Aku orang yang paling mengetahui daerah ini."

Abu Hurairah berkata, "Kalau begitu, mari kita kembali sampai kau bisa menunjukkan kepadaku sumber air tersebut."

Munjab dan Abu Hurairah radhiyallahu ta'ala 'anhuma kembali ke tempat itu, tetapi keduanya tidak menemukan kolam dan jejak air itu.

Munjab berkata kepada Abu Hurairah, "Demi Allah, meski aku tidak melihat kolam air, aku yakin ini tempat kita tadi, dan aku tidak pernah melihat air di tempat ini sebelumnya."

Kemudian Abu Hurairah melihat sekeliling, tiba-tiba ada kantong kulit penuh dengan air. Abu Hurairah berkata, "Hai Sahm, demi Allah, inilah tempat itu. Mari kita isi kembali kantong kulit kita, lalu letakkan di tepi lembah."

Munjab berkata, "Ini adalah anugerah dan tanda kekuasaan Allah." Munjab meyakini hal itu, lalu memuji Allah Ta'ala.

Kemudian 'Ala Al-Hadhrami dan pasukannya melanjutkan perjalanan, hingga tiba di tempat bernama Hijr. Pasukan muslimin berperang dengan orang-orang kafir dan berhasil mengalahkan mereka di sana.

Orang-orang kafir melarikan diri ke daratan di seberang laut. Mereka menyeberangi laut dengan menggunakan kapal.

Allah mengumpulkan mereka di daratan tersebut. 'Ala Al-Hadhrami memerintahkan pasukannya mengejar mereka, dan berkhutbah:

"Allah Yang Maha Agung dan Perkasa telah membuat kalian nenghadapi pasukan setan dan perang yang berat pada hari ini. Dia telah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kalian di daratan, agar kalian bisa mengambil pelajaran darinya untuk bisa menyeberangi laut ini. Bangkitlah untuk melawan musuh kalian, perlihatkan kepada mereka bahwa kalian bisa menyeberangi laut meski tanpa kapal, karena Allah juga telah mengumpulkan mereka di daratan tersebut".

Pasukannya menjawab:

"Kami akan melakukannya, kami tidak akan takut. Demi Allah, kami telah berhasil menaklukkan padang sahara tadi maka kami yakin Allah akan menolong kami untuk menaklukkan lautan itu".

'Ala Al-Hadhrami dan pasukannya melanjutkan perjalanan, sampai tiba di tepi laut. Mereka melintasi laut itu dengan naik kuda, beserta binatang angkutan, sekawanan unta, bagal, dan ada pula yang berjalan kaki.

'Ala Al-Hadhrami memanjatkan doa:

"Wahai Zat Yang Maha Pengasih di antara Yang Pengasih, Yang Maha Mulia, Yang Maha Bijaksana, tempat berlindung, Yang Maha Hidup, Yang menghidupkan yang mati, Yang Maha hidup lagi Maha menegakkan, dada Tuhan selain Engkau, wahai Tuhan kami".

Ajaibnya, mereka dapat melintasi laut itu dengan izin Allah seperti berjalan di atas pasir, dan airnya hanya setinggi tapak kaki kuda. Laut itu biasanya ditempuh selama sehari semalam dengan naik kapal. Pasukan muslimin sampai ke daratan. Mereka tidak membiarkan satu orang musyrik pun lolos, menawan anak-anak, dan mengambil harta rampasan perang.

Saat itu, pasukan berkuda kaum muslimin berjumlah 6.000 orang dan yang berjalan kaki 2.000 orang.

Karomah ini hanya terjadi sekali. Setelah itu 'Ala Al-Hadhrami dan pasukannya tidak bisa melakukannya lagi. Dan dalam kepulangannya mereka menyeberang dengan menggunakan angkutan laut.

-----

SEORANG RAHIB MEMELUK ISLAM:

'Ala Al-Hadhrami dan pasukannya pulang dari daratan (pulau Bahrain) itu, kecuali orang-orang yang ingin tinggal di sana. Di Hijr, ada seorang rahib yang masuk Islam.

Rahib itu ditanya: "Apa yang mendorongmu untuk masuk Islam?"

Ia menjawab: "Ada tiga keajaiban pasukan muslimin yang telah aku saksikan, yakni munculnya banyak air di padang yang gersang, terbukanya jalan di lautan, dan doa mereka yang kudengar di udara seperti sihir. Setelah menyaksikannya, aku takut Allah akan memperburuk keadaanku bila aku tidak masuk Islam".

Orang-orang bertanya: "Doa apa itu?"

Ia menjawab: "Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, tiada tuhan selain Engkau, Yang Menciptakan scgala sesuatu yang sebelumnya tidak ada, Yang Maha Kekal dan tidak pernah lengah, Yang Maha Hidup dan tidak akan mati, Yang menciptakan sesuatu yang terlihat dan tak terlihat. Setiap hari ada karena kehendak-Mu. Ya Allah yang mengetahui segala sesuatu tanpa belajar. Aku yakin kekalahan kaum kafir adalah kehendak dan perintah Allah".

Sahabat-sahabat Rasulullah  mendengarkan doa yang diungkapkan seorang rahib dari Hijr itu.

Demikian kisah karamah sahabat Nabi bernama 'Ala Al-Hadhrami radiyallahu 'anhu yang menakjubkan. Adapun karamah yang dimilikinya merupakan keistimewaan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang dicintai-Nya.

======

MUKJIZAT NABI IBRAHIM DAN KAROMAH ABU MUSLIM AL-KHAULANI SELAMAT DARI KOBARAN API.

Ternyata mukjizat yang dilimpahkan Allah kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam juga dilimpahkan kepada salah satu umat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, namun dengan istilah karomah.

Abu Muslim Abdullah bin Tsawb al-Khaulani adalah orang yang diselamatkan Allah dari kobran api yang disiapkan oleh seorang nabi palsu al-Aswad al-Ansi untuk membakarnya hidup-hidup.

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah seorang nabi yang mendapat gelar Ulul Azmi. Gelar yang disematkan sebagai wujud penghormatan bagi para nabi dan rasul yang memiliki ketabahan atau kesabaran yang luar biasa ketika mengemban dakwah risalah kenabian. Begitu banyak ujian yang diterima Nabi Ibrahim alaihis salam ketika berdakwah kepada kaumnya agar mereka mengesakan Allah SWT dalam menyembahnya serta tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Namun dengan berbekal iman yang kokoh serta kesabaran hati yang tanpa batas setiap ujian dakwah dapat dilalui oleh Nabi Ibrahim alaihis salam. Di antara pertanyaan terbesar yang dialami oleh Nabi Ibrahim alaihis salam yakni ketika Namrud beserta bala tentaranya membakar Nabi Ibrahim ‘alaihis salam di dalam kobaran api yang sangat besar. Saking besarnya kobaran api sehingga dapat bertahan lama 40 sampai 50 hari. Namun Nabi Ibrahim alaihis salam berhasil selamat dari panasnya kobaran api tersebut berkat pertolongan Allah. Sebagaimana yang Allah SWT ceritakan dalam firmannya:

{ قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (68) قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69) وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَخْسَرِينَ (70)}.

Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak".

Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim !". Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. (QS. Al-Anbiyaa: 51 – 70).

Mukjizat yang Allah anugerahkan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ternyata juga pernah dianugerahkan kepada salah seorang umat Nabi Muhammad ., namun dengan istilah karomah (kemuliaan bagi para kekasih Allah). Abu Muslim Abdullah bin Tsaub Al Khaulani adalah orang yang Allah selamatkan dari kobaran api yang dibuat oleh nabi palsu, Al-Aswad Al-Ansi, untuk membakarnya. Diriwayatkan oleh Syurahbil Al Khaulani dalam kitab Hilyatul 'Auliya wa Thabaqat Ashfiya' karya Abu Nu'aim, bahwa ketika Aswad Al-Ansi bertemu dengan Abu Muslim Al Khaulani, ia berkata kepadanya “Apakung kamu adalah Muhammad. adalah utusan Allah?”

Abu Muslim Al Khaulani menjawab “Iya, aku bersaksi.” Kemudian Aswad kembali berkata, “Maka bersaksilah kamu bahwa aku (Aswad Al-Ansi) adalah utusan Allah”
Abu Muslim Al Khaulani menjawab “Apa? Aku tidak dengar.”

Penjelasan Abu Muslim tersebut merupakan bentuk pengingkaran dirinya terhadap Aswad, karena Al Khaulani hanya berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad . adalah nabi terakhir sekaligus penutup para nabi dan rasul, sehingga kemungkinan ada nabi setelah Nabi Muhammad . Mendengar jawaban tersebut Aswad marah kepadanya dan memerintahkan pengikutnya agar membuat api yang besar untuk membakar Abu Muslim Al Khulani. Maka ketika Abu Muslim dilempar ke dalam kobaran Api yang sangat besar, akan tetapi api itu tidak membahayakannya sedikit pun dan Abu Muslim Al Khulani selamat dari panasnya kobaran Api tersebut. 

Penduduk kota yang menyaksikan kejadian tersebut berkata kepada Abu Muslim “Tinggalkanlah negeri ini, daripada nantinya kamu akan dianiaya atau bahkan dibunuh disini.” Maka mereka pun menyuruh Abu Muslim Al Khaulani agar pergi menuju ke kota Madinah. Saat itu Rasulullah  telah wafat dan kekhalifan dijabat oleh Abu Bakar Ash-Shidiq. Abu Muslim Al Khaulani yang telah menyadari bahwa perjalanannya telah sampai di depan pintu Masjid Nabawi, maka ia pun berdiri di dekat salah satu tiang masjid untuk melaksanakan salat. 

Umar bin Khathab yang melihatnya, kemudian menghampiri dan berkata kepadanya, “Dari mana kamu wahai pemuda?”

Dia menjawab “Saya dari Yaman.”

Umar bin Khathab berkata, “Apakah kamu mengetahui perbuatan musuh Allah terhadap sahabat kami yang mana ia telah dibakar dengan api, akan tetapi api itu tidak membahayakannya”

Abu Muslim menjawab, “Orang itu adalah Abdullah bin Tsaub.”

Umar berkata, “Aku berkeyakinan bahwa itu adalah kamu?!”

Abu Muslim pun menjawab, “Iya.”

Lantas, Umar bin Khathab mencium kening yang berada di antara kedua mata Abu Muslim, dan membawanya menghadap kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq. Setelah mendengar kisah dari Abu Muslim, lalu Abu Bakar berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak mewafatkan aku, sehingga diriku dapat menyaksikan di antara umat Nabi Muhammad  yakni orang yang diperlakukan oleh Allah sebagaimana apa yang pernah diperlakukan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam sang Khalilur Rahman”

Berkat keteguhan iman Abu Muslim Al Khaulani dalam membela kebenaran risalah kenabian Muhammad  di hadapan seorang nabi palsu Aswad Al-Ansi, maka Allah SWT. selamatkan dirinya dari kobaran api besar yang disediakan sang nabi palsu untuk membakarnya. 

Apa yang dilakukan Abu Muslim Al-Khaulani sama halnya dengan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ketika menegakkan dakwah tauhid di hadapan Namrud beserta rakyatnya yang menyekutukan Allah SWT.

Maka dapat disimpulkan bahwa keteguhan iman seseorang dalam menegakkan agama Islam akan mendatangkan pertolongan Allah SWT, sehingga setiap hambatan atau rintangan dakwahnya dapat dilalui dengan mudah berkat pertolongan-Nya.

*****

CONTOH-CONTOH ILMU KANURAGAN DAN RITUALNYA:

Selain doa dan bacan tertentu, orang yang mempelajari ilmu kebatinan dan kesaktian pada umumnya dia harus melakukan hal-hal sbb:

  1. Pertama : Ijazah.
  2. Kedua : Mahar
  3. Ketiga : Ritual [Tirakat puasa, Wiridan Bacaan Mantra dan Pantangan]
  4. Keempat : Nyambat atau menyeru roh orang yang sudah mati yang ada kaitannya dengan ilmu yang dimaksud.
  5. Keempat : Selamatan [sedekah makanan dan berkurban sembelihan].

Tirakat yang harus dilakukan ada banyak jenisnya, tergantung dari ilmu yang sedang di dalami.

****

CONTOH PERTAMA: AJIAN PANCASONA

Kehebatan Ajian Pancasona.

Selain memang dikenal dikalangan pakar ilmu kedigdayaan sebagai ajian ilmu kekebalan, AJIAN PANCASONA ini terkenal bisa membuat seseorang yang mati hidup kembali.

Dikabarkan konon katanya : bahwa pemilik ajian ini hanya akan mati jika jasadnya diseberangkan ke sungai atau dengan cara digantung agar tubuhnya tidak menyentuh tanah. Apabila tubuhnya bersentuhan dengan tanah maka bagian-bagian tubuh itu akan kembali bersatu seperti semula.

MANTRA AJIAN PANCASONA:

Sebelum menguasai AJIAN PANCASONA, maka bagi orang yang hendak mendalami ilmu ini harus menguasi mantranya terlebih dahulu, yang berbunyi:

“BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

NIYAT INGSUN AMATEK AJIKU AJI PANCASONA,

ANA WIYAT JRONING BUMI, SURYA MURUB ING BANTALA,

BUMI SAP PITU, ANELAHI SABUWANA,

RAHINA TAN KENA WENGI, URIP TAN KENANING PATI,

INGSUNG PANGAWAK JAGAD, MATI ORA MATI.

TLINCENG GENI TANPA KUKUS,

CENG, CLENENG, CENG, CLENENG,

KASANGGA IBU PERTIWI, TANGI DEWE, URIP DEWE ANING JAGAD,

MUSTIKA LANANGING JAYA, HEM, AKU SI PANCASONA,

RATUNE MYAWA SAKELIR.”

CARA TIRAKAT:

Cara TIRAKAT untuk mendapatkan kesaktian Ajian Pancasona

Ada lima langkah untuk menguasai Ilmu Kebal AJIAN PANCASONA, diantaranya:

Pertama: anda harus melakukan puasa senin kamis selama 7 bulan secara berturut-turut. (Dimulai sejak Bulan Syuro atau Muharram)

Kedua: Setelah puasa senin kamis selama 7 bulan berturut-turut selesai, 3 hari berikutnya lanjutkan dengan puasa sunah 40 hari secara berturut-turut pula.

Ketiga: Selama berpuasa senin kamis dan puasa 40 hari, setiap kali sholat fardlu, bacalah rapal ajian pancasona yang tersebut di atas tadi sebanyak 21 kali.

Keempat: Selama berpuasa, Anda juga diwajibkan untuk melaksanakan sholat hajat setiap malam dan membaca rapal ajian pancasona sebanyak 21 kali.

Kelima: Malam terakhir yaitu di hari ke 41 puasa, pastikan Anda tidak tidur selama sehari semalam. Usahakan selalu menjaga kesucian badan dari hadas dan najis.

=====

CONTOH KEDUA: ILMU KARANG JATI

Amalan Karang jati : Manfaatnya Untuk Berbagai Hajat:

MANTRANYA : 

Ingsun amatek ajiku karang jati, aku sang satria pringgondani, pancer papat kiblat Jibril, israil, izrail, mikail kuasaning jagad sak buwono. Napasku Sulaiman, Bayuku Muhhammad rosoku magribi. Kaping papat kuasaning Alloh Aliiif, Laaam, Laaam, Haaa. Huu Allah 3X (tahan Napas) ……….(disebutkan hajatnya)….

Ajiku Karang Jati sejatine kuoso, Digjaya kepareng kuasaning Alloh. Ajiku Karang Jati Padang atiku lan kuasaning gusti Alloh. (tahan Napas keluar pelan 7X)

Dalam hati zikir ya qohharr7x, Ya Bathin 7x, Ya Latif7x. Tutup Allahu Akbar buang napas pelan2. (Baca setiap selesai salat 5 waktu selama Puasa)

-Puasa ngeruh (tanpa makan asalnya bernyawa) 21 Hari Kamis Jatuh malam Jumuah Kliwon. Aji dirapal selesai salat 7x.

-Baca Tawasul Karang Jati sebelum memulai amalan Karang Jati:

A. ISTIGHFAR 3X

B. ILLA HADARATIN NABIYUNA MUHAMMADIN  ALFATIHAH (BACA 1X)

C. ILLA HADARATIN AL FATIHAH KHUSUSON FII ARWAHI KHALAFUR ARASYIDIN ABU BAKKAR ASSIDDIQ WA UMMARRUBNUL KHOTTOB WA USTMAN NUBNUL AFFWAN WA ALIYYUBNU ABI THALIB ALFATIHAH (BACA 1X)

D. ILLA HADARATIN AL FATIHAH KHUSUSON FII ARWAHI NABIYULLAH KHIDIR BALYA IBNU MALKHAN ‘alaihis salam (BACA 1X)

E. ILLA HADARATIN AL FATIHAH KHUSUSON FII ARWAHI MUHYIDDIN SULTHONUL AWLIYAA SYEKH ABDUL QADIR JAYLANI AL BAGHDADI (BACA 1X)

F. TSUMMA ILAIHI KHUSUSON AL FATIHAH FII ARWAHI AULIYAA SYEKH MAGROBI (BACA 1X)

G. TSUMMA ILAIHI KHUSUSON AL FATIHAH FII ARWAHI: DALEM INGKANG SINUWUN KANJENG SUNAN KALIJOGO RADEN MAS SAID WALIYULLOH ING BUMI MATRAM AL FATIHAH (BACA 1X)

H. TSUMMA ILAIHI KHUSUSON AL FATIHAH FII RUUHI: (sebutkan nama sendiri)

I. TSUMMA ILAIHI KHUSUSON AL FATIHAH MINAL MUSLIMIN WAL MUSLIMAT AL AHYAAI MINHUM WAL AMWAAT MINAL QAADIHAL HAAJAAT (BACA 1X)

====

CONTOH KETIGA: ILMU BENTENG GHOIB:

Benteng gaib sendiri merupakan pagar tak kasat mata yang dipercaya mampu menangkal atau melindungi bangunan atau rumah seseorang dari gangguan sihir, ilmu hitam, dan sejenisnya.

MANTRANYA :

INGSUN AMATEK AJIKU KARANG JATI, AKU SANG SATRIA PRINGGONDANI, PANCER PAPAT KIBLAT JIBRIL, ISRAIL, IZRAIL, MIKAIL KUASANING JAGAD SAK BUWONO. NAPASKU SULAIMAN, BAYUKU MUHHAMMAD ROSOKU MAGRIBI.

KAPING PAPAT KUASANING ALLOH ALIIIF, LAAAM, LAAAM, HAAA. HUU ALLAH 3X (TAHAN NAPAS) MUNGSUH NING NGIDUL ABYAR KABEH, MUNGSUH NING WETAN KEKES KABEH, MUNGSUH NING KULON WUTO KABEH, MUNGSUH NING NGALOR BUBAR KABEH.

AJIKU KARANG JATI SEJATINE KUOSO, DIGJAYA KEPARENG KUASANING ALLOH. AJIKU KARANG JATI PADANG ATIKU LAN KUASANING GUSTI ALLOH.

(TAHAN NAPAS KELUAR PELAN 7X)

DALAM HATI ZIKIR YA QOHHARR7X, YA BATHIN 7X, YA LATIF7X. TUTUP ALLAHU AKBAR BUANG NAPAS PELAN2.

– Puasa ngeruh (tanpa makan asalnya bernyawa) 21 Hari Kamis Jatuh malam Jumuah Kliwon. Aji dirapal selesai salat 7x.

– Malam Hari tepat jam 0.00 keluar rumah baca amalan dengan menghadap arah mata angin yang berbeda ngidul, ngalor, wetan, gulon masing2 satu kali searah jarum jam sehingga kembali ke posisi semula dan setiap rapal (diharuskan menahan napas karena dengan menahan napas semua kekuatan ghaib akan terhimpun dengan sempurna)

Hirup Hawa Ghaib atau Himpun kekuatan leluhur

INGSUN AMATEK AJIKU KARANG JATI, AKU SATRIA PRINGGONDANI, PANCER PAPAT KIBLAT JIBRIL, ISRAIL, IZRAIL, MIKAIL KUASANING JAGAD SAK BUWONO. NAPASKU SULAIMAN, BAYUKU MUHHAMMAD ROSOKU MAGRIBI. KAPING PAPAT KUASANING ALLOH ALIIIF, LAAAM, LAAAM, HAAA. HUU ALLAH 3X (TAHAN NAPAS)

“INGSUN NGIRUP KEKUATANNE LELUHURIPUN ….. (SEBUTKAN LELUHURNYA)“

TES NRETES ING AWAKKU WIJIL ING SUKMAKU NJALMO ING BADANKU. TEGUH BATIN INGSUN LAN KUAT DIGJAYA ING KEPARENG KEKUATANE GUSTI ALLOH. LAHAULAWALA QUWWATA ILLABILLAHIL ALIYIL ADZIIM.

– Salat Taubat 2 rakaat lanjut salat hajat 4 rakaat

– Posisi Meditasi Lotus (Pusatkan konsentrasi baca amalan lakukan di pernapasan dada visualisasi energy semesta dan leluhur terserap dan kunci di dada) lakukan minimal 7 hari berturut2.

=====

CONTOH KE EMPAT: ILMU BATARA KARANG

Batara karang yakni sesosok manusia sakti yg tidak bisa mati atau pulang kerahmatullah lantaran keilmuannya yang menyatu, sampai jasadnya terkurung dialam riil serta gaib.

Pemilik ilmu betara karang ini dipercaya dapat meleburkan atau melelehkan lawannya hanya dengan sekali sentuhan. Oleh karenanya, ilmu ini kadang disebut juga dengan ilmu pelebur. Selain memberikan kekebalan, ilmu karang juga dikatakan dapat mendatangkan umur panjang atau bahkan keabadian bagi pemiliknya

Mantra mengolah Batara Karang:

” Hong ilaheng prayoga naniro, gerbang buwono raga sukmo, kabuko ing alam moyo podo, sang hyang batoro karang kang asmo…. (nama batara karang) tumeko wujud ginugah saka puja mantraku”

=====

CONTOH KELIMA: ILMU KEBAL SENJATA TAJAM:

Mantra dalam puasa mutih yang digunakan sebagai sarana mendapatkan ilmu gaib atau kekebalan tubuh adalah,

“Bismillahirrohmanirohim. Aku lanang sejati, puserku enem tus buntutku, teguh ayu tanpa guru, ajiku siwelut putih. Atempak kaya dhengkul. Sing sapa ala maring aku, dhilak-dhiluk kaya peliku. Aku sapa, aku kembang pulutan, jambul ana gerbane. lailaha illallah muhammad rasulallah”

Mantra ini dibaca sebelum sesorang melakukan amalan puasa mutih. Pelaku harus menjalankan sesuai aturan yang sudah ada, jika seorang mampu melakukannya dengan baik, maka katanya seseorang itu akan mendapatkan kekuatan sesuai dengan apa yang diinginkannya.

====

CONTOH KEENAM : AJIAN MACAN SILIWANGI

Manfaat ajian ini adalah untuk kewibawaan, kekuatan, disegani, ditakuti, pengisian berat atau beban.

Laku yang harus dijalani untuk memperoleh ajian MACAN SILIWANGI ini adalah: Puasa 7 hari dan hari terakhir diakhiri dengan pati geni. Sebelum memulai amalan, maka kita disyaratkan untuk melakukan Sholat hajat 4 rokaat. Selanjutnya adalah melakukan puasa sebanyak hari. Selama menjalani puasa itu, kita membaca mantra sebanyak 121 kali usai sholat wajib.

Mantranya:

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ANA SAWO MATENG ING DADAKU SUARANE PRABU SILIWANGI SEPERTI MACAM KESURUPAN LAHAULAWALA QUWATA ILLAHBILLAHIL ALIYIL ADHIM, BISMILAHI PRABU SILIWANGI INGSUN PAMIT AKAN MENGGUNAKAN SILIWANGI ATAS KEESAAN ALLAH.

Ajian ini dalam penyatuannya melalui 4 tahap, konon menurut pandangan batin:

1. Perubahan tangan dan kaki

2. Perubahan badan

3. Perubahan wajah dan kepala

4. Seperti wujud macan namun hanya menurut mata batin musuh/lawan saja.

====

BERIKUT INI KONON: Lima Ilmu Kanuragan Warisan Syeh Siti Jenar

Sepi Angin:

Ilmu kanuragan ini mampu membuat tubuh orang yang mengamalkannya menjadi ringan seperti angin. Dengan ajian ini seseorang mampu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya secepat kilat. Konon dengan ajian Sepi Angin ini Syeh Siti Jenar dapat pergi shalat ke masjid-masjid yang kehendaki bahkan hingga ke Masjidil Haram di Mekkah Arab.

Bolo Sewu:

Walau seorang diri, namun dengan Ajian Bolo Sewu seseorang menjadi terlihat banyak. Dengan Bolo Sewu seseorang akan ditemani 1.000 jin yang mampu menjaganya dari segala marabahaya yang menghadang. Bolo Sewu berarti seribu pengikut, ilmu ini biasa digunakan oleh para pengikut Syeh Siti Jenar untuk menghadapi lawan-lawannya.

Ngrogoh Sukmo:

Ngrogoh Sukmo dalam bahasa Jawa Berarti mengambil jiwa. Ajian mampu mengeluarkan ruh dari raga dan kembali lagi pada saat yang diinginkan. Nrogoh Sukmo digunakan saat ingin mengalahkan lawan tanpa terlihat secara kasat mata.

Rajeg Wesi:

Ilmu kebal ini bernama Rajag Wesi. Para pengikut Syeh Siti Jenar bakal tak mempan akan bacokan pedang maupun pukulan benda keras lainnya. Tubuh akan setebal besi sehingga tak bisa dilukai oleh apapun yang menyentuhnya.

Grojog Sewu:

Dari sekian ilmu yang Syeh Siti Jenar, ajian Grojog Sewu merupakan yang paling dikenal para jawara. Siapapun yang menimba ilmu ini akan mampu mengubah wujud seperti yang diinginkannya. Dengan mengamalkan ajian ini seseorang akan berganti wujud menjadi makhluk hidup seperti hewan maupun pohon, bahkan menjadi bentuk manusia.

[[https://www.krjogja.com › berita-lokal › read › lima-il..]]

=====*****=====

ADANYA UNSUR PELANGGARAN SYAR'I
DALAM RITUAL DAN MANTRA ILMU KESAKTIAN

*******

Dalam Ilmu Kesaktian, ritualnya dan mantranya di temukan adanya beberapa unsur pelanggaran syar'i, baik berkenaan dengan aqidah maupun yang berkaitan dengan amal ibadah.

------

UNSUR PERTAMA:

Adanya unsur Syirik Rububiyyah [penetapan adanya Rabb selain Allah, yakni sebagai tuhan selain Allah yang berhak menciptakan syariat untuk beribadah kepada-Nya].

Ritual Puasa mutih, pati geni, rapalan wiridan mantra dan lain-lain yang disyaratkan dalam ritual Ilmu Kesaktian, itu tidak bersumber dari syariat yang datang dari Allah SWT.

Dan mengamalkan syariat ciptaan seseorang, hukumnya sama saja dengan menjadikan orang tersebut sebagai sekutu [Syariik] bagi Allah SWT, apalagi disertai dengan adanya syarat Ijazah. Sebagaimana firman Allah SWT:

{ أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ }.

Artinya: " Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu [syariik-syariik] yang menciptakan syariat untuk mereka mengatas namakan agama yang tidak diizinkan Allah?

Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang lalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih. (QS. Asy-Syuro: 21).

Ayat diatas dengan jelas dan gamblang bahwa orang-orang yang beragama dengan cara mengamalkan syariat ciptaan manusia, berarti mereka telah menjadikan manusia tersebut sebagai sesembahan selain Allah SWT .

Dan dengan tegas Allah SWT menyatakan kepada orang-orang yang beragama, berhukum dan beribadah dengan mengamalkan syariat yang bukan dari Allah dan Rasul-Nya hukum nya sama dengan menjadikan orang yang menciptakan syariat tersebut sebagai rabb-rabb [tuhan-tuhan] selain Allah. Yang demikian itu adalah kebiasaan orang-orang Yahudi dan Nasrani dahulu dan sekarang, dalam firman-Nya Allah SWT menjelaskan:

{ اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ }

Artinya: " Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai RAB-RAB [tuhan tuhan] selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan ". (QS. At-Taubah: 31).

Sahabat Adiy bin Hatim radhiyallahu ‘anhu saat mendengar ayat ini berkata: " Wahai Rosulullah mereka tidak menyembahnya ? ", lalu Rosulullah  menjawab:

« بَلَى، إنَّهُمْ أَحَلُّوا لَهُمُ الْحَرَامَ وحَرَّمُوا عَلَيْهِمُ الْحَلالَ، فَاتَّبَعُوهُمْ، فَذَلِكَ عِبَادَتُهُمْ إِيَّاهُمْ».

" Benar, sesungguhnya mereka telah menghalalkan untuk mereka yang haram, dan mengharamkan untuk mereka yang halal, kemudian mereka mengikutinya (mengamalkannya), maka yang demikian itu adalah bentuk penyembahan mereka kepada nya ". (HR. Ahmad dan Turmudzi no. 3095. Dihasankan oleh Syeikh Al-Albani).

-------

UNSUR KEDUA:

Adanya unsur syirik Uluhiyyah [penyembahan kepada sesembahan selain Allah].

Hakikat Niat dan tujuan ritual orang yang mendalami ilmu kesaktian adalah ditujukan kepada selain Allah, tepatnya kepada jin dan syaithan yang memiliki karakter jenis kesaktian yang diinginkannya.

Dan kaidah nya: Ber amal ibadah seseorang, jika niatnya ditujukan pada pujian manusia maka hukumnya adalah syirik kecil [Riya]. Tapi jika niatnya ditujukan pada jin dan syaitan agar mendapat ilmu kesaktian ; maka hukumnya syrik besar.

ILMU KESAKTIAN adalah TRIK PENGELABUAN JIN dalam menyesatkan umat manusia:

Jadi, ritual tirakat mutih, pati geni, rapalan, wiridan mantra dan lainnya itu adalah bagian dari trik-trik dan cara iblis dalam mengelabui manusia agar tersesat dari jalan Allah.

Dalam surat al-An’am Allah berfirman:

{ الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ }

Artinya: “ Orang-orang yang beriman dan tidak melakukan pengelabuan [tidak mencampur adukkan] iman mereka dengan kezaliman [kesyirikan], mereka itulah yang baginya mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-An'am: 82)

Dalam hadist ‘Abdullah (bin Mas’ud), beliau berkata:

" لَمَّا نَزَلَتِ : { الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ } ، قَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ : أَيُّـنَا لَمْ يَظْلِمْ فَأَنْزَلَ اللَّهُ: { إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ } ".

Artinya: “ketika turun ayat: [‘Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman’ (al-An’aam: 82)], berkata sahabat-sahabat Rosululloh :

‘Siapakah gerangan di antara kita yang tidak pernah menganiaya dirinya?’

Lalu Allah menurunkan ayat [‘Sesungguhnya syirik itu adalah benar-benar kezaliman yang besar.’ (Luqman: 13)].

(HR. Imam Al-Bukhory no. 323181, 3245, 3246, 4353, 4498, 6520, 6538

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di (1307-1376 H) رحمه الله تعالى berkata:

“Syirik besar adalah seorang yang mengadakan tandingan bagi Allah, sehingga ia berdoa kepada tandingan tersebut sebagaimana ia berdoa kepada Allah, atau ia takut, berharap dan cinta kepadanya sebagaimana cintanya kepada Allah, atau ia mempersembahkan kepadanya satu bentuk ibadah.” (Al-Qoulus Sadid Syarh Kitabit Tauhid, hal. 24)

Cara paling ampuh yang dilakukan syaithan adalah PENGELABUAN, yaitu: menghiasi keburukan seakan terlihat indah. Menghias kebatilan terlihat sebagai kebenaran.

Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran surat An-Naml ayat 24 dalam kisah burung Hudhud tentang adanya penyembahan manusia kepada dewa Matahari, Allah SWT menjelaskan tentang tipu daya syaitan di dalam penyembahan tersebut:

{ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ }

“ Dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka “. (QS. An-Naml: 24)

Bahkan Al-Qur’an mencontohkan mereka yang telah mendapat petunjuk, bisa kembali murtad karena setan merubah kebatilan itu terlihat seperti seuatu yang indah.

{ إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ }

“Sesungguhnya orang-orang yang berbalik (kepada kekafiran) setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, setanlah yang merayu mereka dan memanjangkan angan-angan mereka.”. (QS. Muhammad 25)

Dalam firman-Nya yang lain:

{ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ }

“ (Syaitan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. At-Taubat 36-37)

{ فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ}

“Tetapi setan menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan mereka (yang buruk).”(An-Nahl 63).

Dalam QS. Al Kahfi sudah di sinyalir pula oleh Allah SWT:

{ قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا (١٠٣) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا (١٠٤)أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا (١٠٥)ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا }

Katakanlah: “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”

Yaitu orang-orang yang Telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.

Mereka itu orang-orang yang Telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, Maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.

Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (QS. Al Kahfi [18]: 103-106).

Banyak sekali langkah-langkah syaithan di dalam menyesatkan umat munusia, tapi yang menjadi tujuan utamanya adalah agar umat manusia sama seperti iblis, sama-sama mendapatkan murka dan laknat dari Allah sebagai bentuk pelampiasan dendamnya terhadap Adam alaihissalaam.

Langkah-langkah awal yang syaithan lakukan dalam mengelabui dan menyesatkan umat manusi diantaranya:

1. Menjadikan Manusia Lupa kepada Allah.

Setan tidak bisa bekerja pada seorang yang masih bersama Allah. Karenanya, dia melakukan berbagai cara untuk membuat korbannya lupa kepada Tuhannya. Allah SWT berfirman:

{ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ }

“Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah”(Al-Mujadalah 19)

2. Mengajak Manusia Merubah Agama.

Dengan alasan: “Aturan agama itu sudah ketinggalan zaman. Tidak cocok untuk zaman sekarang.” Karena salah satu strategi setan adalah membuat manusia meremehkan agama dan ingin merubah aturannya. Setan telah bersumpah seperti yang disebutkan dalam Al-Quran:

{ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللّهِ }

“Dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar mengubahnya).”(An-Nisa’ 119).

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya 2/415 meriwayatkan dari: Ibnu Abbas dalam salah satu riwayat, begitu juga dari Mujahid, Ikrimah, Ibrahim An-Nakho’i, al-Hasan, Qatadah, al-Hakam, as-Sudday, adl-Dlahak dan A’tha al-Khurasany ketika menafsirkan ayat ini menyebutkan bahwa yang disebut ciptaan Allah adalah Agama Allah SWT.

Allah mengumpamakan kepercayaan orang-orang musyrik terhadap kekuatan berhala-berhala yang disembahnya sama dengan kepercayaan laba-laba terhadap kekuatan sarangnya, seperti termaktub dalam surah (laba-laba) pada ayat 41 surat ini, dimana Allah mengumpamakan penyembah-penyembah para dewa dewi itu, dengan laba-laba yang percaya kepada kekuatan rumahnya sebagai tempat ia berlindung dan tempat ia menjerat mangsanya, jikalau dihembus angin atau ditimpa oleh suatu barang yang kecil saja, sarang itu akan hancur. Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al 'Ankabuut: 41:

{ مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ، وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ }

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (Al Ankabuut:41)

------

UNSUR KE TIGA:

Ada unsur menyeru dan menghadirkan orang-orang shalih yang sudah mati, yang dikemas dengan istilah sogokan hadiah pahala bacaan al-Fatihah. Namun pada hakikatnya adalah meminta bantuan. Dan orang itu yakin benar bahwa ilmu kesaktian itu tidak akan bisa hadir dalam dirinya jika tanpa memanggil dan mengahadirkan mereka.

Contohnya dalam ritual KARANG JATI:

ILLA HADARATIN AL FATIHAH KHUSUSON FII ARWAHI NABIYULLAH KHIDIR BALYA IBNU MALKHAN ‘alaihis salam (BACA 1X)

ILLA HADARATIN AL FATIHAH KHUSUSON FII ARWAHI MUHYIDDIN SULTHONUL AWLIYAA SYEKH ABDUL QADIR JAYLANI AL BAGHDADI (BACA 1X)

TSUMMA ILAIHI KHUSUSON AL FATIHAH FII ARWAHI AULIYAA SYEKH MAGROBI (BACA 1X)

TSUMMA ILAIHI KHUSUSON AL FATIHAH FII ARWAHI: DALEM INGKANG SINUWUN KANJENG SUNAN KALIJOGO RADEN MAS SAID WALIYULLOH ING BUMI MATRAM AL FATIHAH (BACA 1X)

Padahal yang hadir itu pada hakikatnya bukan orang-orang shalih yang diseru, melainkan jin dan syeitan ; karena semua manusia jika mati, maka mereka berada di alam Barzakh, dalam nikmat kubur atau dalam adzab kubur.

Jangankan orang sekelas Syeikh Abdul Jailani, sekelas para syuhada Uhud pun tidak mampu untuk datang hadir ke dunia.

Allah SWT berfirman:

{ حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ. فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُون }.

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh (penghalang) sampai hari mereka dibangkitkan. Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (QS. Al-Mu'minun: 99 – 111).

Di dalam Al-Quran di sebutkan bahwa orang-orang yang mati syahid meskipun diberi keistimewaan bisa hidup di syurga dengan menggunakan jasad burung di syurga, namun mereka tidak bisa datang ke dunia. Seperti dalam surat Al-Baqarah Allah SWT berfirman:

{ وَلا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لا تَشْعُرُونَ }

" Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya ". (QS. Al-Baqarah: 154).

Dan dalam firmannya:

{ وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ. فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمْ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنْ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِين }.

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.

Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 169 – 171).

Melalui ayat ini Allah Swt. memberitahukan bahwa orang-orang yang mati syahid di alam barzakhnya dalam keadaan hidup, mereka diberi rezeki oleh Allah, namun Allah SWT tidak mengabulkan permohonan mereka untuk datang dunia menemui keluarganya dan para sahabatnya yang masih hidup, meskipun bertujuan untuk mendakwahinya dan memberi tahu bahwa diri mereka dalam kenikmatan syurga:

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rosulullah  bersabda:

"لَمَّا أُصِيبَ إخْوَانُكُمْ بِأُحُدٍ جَعَلَ اللهُ أَرْوَاحَهُمْ فِي أَجْوَافِ طَيْرٍ خُضْرٍ، تَرِدُ أَنْهَارَ الْجَنَّةِ، وتَأْكُلُ مِنْ ثِمَارِهَا وَتَأْوِي إِلَى قَنَادِيلَ مِنْ ذَهَبٍ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ، فَلَمَّا وَجَدُوا طِيبَ مَشْرَبِهِمْ ، وَمَأْكَلِهِمْ، وَحُسْنَ مُنْقَلَبِهِم ، قَالُوا: مَنْ يُبَلِّغُ إِخْوَانَنَا عَنَّا أَنَّا أَحْيَاءٌ فِى الْجَنَّةِ نُرْزَقُ ، لِئَلا يَزْهَدُوا فِي الْجِهَادِ، وَلا يَنْكُلُوا عَنْ الْحَرْبِ" فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنَا أُبَلِّغُهُمْ عَنْكُمْ. فَأَنزلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَؤُلاءِ الآيَاتِ: { وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ } وما بعدها".

« Ketika saudara-saudara kalian gugur dalam peperangan Uhud, Allah masukkan roh mereka ke dalam burung-burng hijau yang bekeliaran disungai-sungai syurga, makan buah-buahan syurga, kemudian mereka pulang ke lampu-lampu yang terbuat dari emas dan tergantung dinaungan 'Arasy, di saat mereka merasakan enaknya minuman, makanan dan tempat kembali mereka.

Lalu mereka berkata ; " siapakah yang akan menyampaikan kabar kepada saudara-saudara kami tentang kami bahwa kami hidup di syurga, kami di anugerahi rizki, agar mereka tidak merasa berat dalam berjihad dan tidak lari dari peperangan ".

Maka Allah berfirman: " Aku akan sampaikan berita tentang kamu kepada mereka, maka Allah turunkan ayat –ayat ini:

{ وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ }.

" Dan jangan kamu menyangka bahawa orang yang terbunuh pada jalan Allah itu mati malah mereka hiidup disisi Tuhan mereka dan mendapat rezeki daripada Nya» (QS.Ali Imran 169) dan ayat sesudahnya .

Lafadz riwayat Imam Ahmad:

" Mereka berkata: sayang sekali, kalau seandainya saudara-saudara kami tahu bagaimana Allah memperlakukan kami ".

(HR. Imam Ahmad 4/218, Abu Daud dan Al-Hakim 2/88. Di Shahihkan sanadnya oleh Al-Hakim. Dan di hasankan oleh Syeikh Al-Albany di Shahih Targhib 2/68 no. 1379).

Dan dalam hadis sahih Muslim dari Abdullah bin Mas'ud, bahwa Nabi  bersabda:

"إِنَّ أَرْوَاحَ الشُّهَدَاءِ فِي حَوَاصِلِ طَيْرٍ خُضْرٍ تَسْرَحُ فِي الْجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ ثُمَّ تَأْوِي إِلَى قَنَادِيلَ مُعَلَّقة تَحْتَ الْعَرْشِ، فاطَّلع عَلَيْهِمْ رَبُّكَ اطِّلاعَة، فَقَالَ: مَاذَا تَبْغُونَ؟ فَقَالُوا: يَا رَبَّنَا، وَأَيُّ شَيْءٍ نَبْغِي، وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ؟ ثُمَّ عَادَ إِلَيْهِمْ بِمِثْلِ هَذَا، فَلَمَّا رَأَوْا أَنَّهُمْ لَا يُتْرَكُون مِنْ أَنْ يَسْأَلُوا، قَالُوا: نُرِيدُ أَنْ تَرُدَّنَا إِلَى الدَّارِ الدُّنْيَا، فَنُقَاتِلَ فِي سَبِيلِكَ، حَتَّى نُقْتَلَ فِيكَ مَرَّةً أُخْرَى؛ لِمَا يَرَوْنَ مِنْ ثَوَابِ الشَّهَادَةِ -فَيَقُولُ الرَّبُّ جَلَّ جَلَالُهُ: إِنِّي كتبتُ أنَّهم إِلَيْهَا لَا يَرْجِعُونَ"

Bahwa arwah para syuhada itu berada di dalam perut burung-burung hijau yang terbang di dalam surga ke mana saja yang mereka kehendaki. Kemudian burung-burung itu hinggap di lentera-lentera yang bergantung di bawah 'Arasy.

Kemudian Tuhanmu menjenguk mereka, dalam sekali jengukan-Nya Dia berfirman: "Apakah yang kalian inginkan?"

Mereka menjawab: "Wahai Tuhan kami, apa lagi yang kami inginkan, sedangkan Engkau telah memberi kami segala sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun di antara makhluk-Mu?"

Kemudian Allah mengulangi hal itu terhadap mereka. Manakala mereka didesak terus dan tidak ada jalan lain kecuali mengemukakan permintaannya, akhirnya mereka berkata:

"Kami menginginkan agar Engkau mengembalikan kami ke dalam kehidupan di dunia, lalu kami akan berperang lagi di jalan-Mu hingga kami gugur lagi karena membela Engkau," mengingat mereka telah merasakan pahala dari mati syahid yang tak terperikan itu.

Maka Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku telah memastikan bahwa mereka tidak dapat kembali lagi ke dunia (sesudah mereka mati)." [HR. Muslim no. 3611].

Dalam sebuah hadits, Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu berkata:

نَظَرَ إليَّ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: "يَا جَابِرُ، مَا لِي أراك مُهْتَمًّا؟" قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ الله، اسْتُشْهِدَ أَبِيْ وَتَرَكَ دَيْناً وَعِيَالاً. قال: فقال: "ألا أُخْبِرُكَ؟ مَا كَلَّمَ اللهُ أَحَدًا قَطُّ إلا مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ، وَإنَّهُ كَلَّمَ أَبَاكَ كِفَاحًا -قال علي: الكفَاح: المواجهة -فَقَالَ: سَلْني أعْطكَ. قَالَ: أَسْأَلُكَ أنْ أُرَدَّ إلَى الدُّنْيَا فَأُقْتَلَ فِيْكَ ثَانِيَةً فَقَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: إنَّهُ سَبَقَ مِنِّي القَوْلُ أنَّهُمْ إلَيْهَا لا يُرْجَعُونَ ».

Suatu hari Rosulullah  memandangiku, lalu beliau bertanya: " Wahai Jabir, ada apa dengan mu, aku lihat kamu nampak murung ?

Aku jawab: " Wahai Rosulullah, ayahku telah mati syahid, dan dia meninggalkan hutang dan keluarga.

Beliau berkata: Maukah kamu, jika aku mengkabarkannya pada mu ? Allah SWT tidak pernah bicara kepada siapun keculai di balik hijab (penghalang), akan tetapi sungguh Dia telah bicara pada ayah mu berhadap-hadapan.

Allah SWT berkata padanya: " Mintalah padaku, aku mengasihmu ! ".

Dia pun berkata: " Aku memohon pada mu supaya aku di kembalikan ke dunia, agar aku bisa dibunuh lagi di jalan Mu untuk kedua kalinya ! ".

Maka Rabb (Allah) Azza wa Jalla berkata: " (Itu tidak mungkin, karena) sesungguhnya sudah menjadi ketetapan firman dari Ku, bahwa mereka tidak akan kembali kepadanya (kehidupan dunia) ".

(HR. Turmudzi 5/230 no. 31010, Al-Hakim 2/120 dan Ibnu Hibban 15/490 no. 7022). Abu 'Isa At-Turmudzi berkata: Ini hadits Hasan. Dan di Shahihkan sanadnya oleh al-Hakim.

Hadits lain riwayat Masruq, dia berkata:

سَأَلْتُ ابْنَ مَسْعُودٍ ، عَنْ هَذِهِ الآيَةِ: { وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ }، فَقَالَ: أَمَا إنَّا قَدْ سَأَلْنَا عَنْ ذَلِكَ ، فَقَالَ: « أَرْوَاحُهُمْ فِي جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ لَهَا قَنَادِيلُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَسْرَحُ مِنْ الْجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ ثُمَّ تَأْوِي إِلَى تِلْكَ الْقَنَادِيلِ فَاطَّلَعَ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ اطِّلَاعَةً فَقَالَ: هَلْ تَشْتَهُونَ شَيْئًا؟ قَالُوا: أَيَّ شَيْءٍ نَشْتَهِي؟ وَنَحْنُ نَسْرَحُ مِنْ الْجَنَّةِ حَيْثُ شِئْنَا، فَفَعَلَ ذَلِكَ بِهِمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَلَمَّا رَأَوْا أَنَّهُمْ لَنْ يُتْرَكُوا مِنْ أَنْ يُسْأَلُوا قَالُوا: يَا رَبِّ نُرِيدُ أَنْ تَرُدَّ أَرْوَاحَنَا فِي أَجْسَادِنَا حَتَّى نُقْتَلَ فِي سَبِيلِكَ مَرَّةً أُخْرَى، فَلَمَّا رَأَى أَنْ لَيْسَ لَهُمْ حَاجَةٌ تُرِكُوا ».

Aku bertanya kepada Ibnu Masud radhiyallahu 'anhu tentang ayat ini: Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.

Maka Ibnu Masud menjawab: Sungguh kami telah menanyakannya tentang itu, dan beliau bersabda:

" Ruh-ruh mereka di dalam perut burung hijau, baginya di sediakan lampu-lampu yang menggantung di Arasy (sebagai sarang-sarangnya), mereka pergi bersenang-senang mencari makanan dari syurga sesuka hati mereka, kemudian kembali ke lampu-lampu tadi. Maka suatu ketika Allah SWT memandangi mereka dengan satu pandangan.

Lalu Dia berkata: " Apakah kalian menginginkan sesuatu ? "

Mereka menjawab: " Apa lagi yang kami inginkan ? kami sudah pergi bersenang-senang mencari makan di syurga sesuka hati kami.

Lalu Allah SWT mengulangi penawaran tadi hingga tiga kali, dan mereka menjawabnya sama seperti tadi.

Ketika mereka merasa terus-terusan di tawarin dan tidak di biarkan untuk tidak meminta, akhirnya mereka berkata: Ya Rabb, kami menginginkan agar Engkau berkenan mengembalikan ruh-ruh kami ke jasad-jasad kami, supaya kami bisa gugur sekali lagi di jalan Mu. Setelah Allah SWT melihat mereka tidak memerlukan hajat lain, maka mereka di tinggalkan ".

(HR. Muslim 3/1502 no. 1887 dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf 5/308 no. 19731).

Di dalam hadits Jabir dan Ibnu Masud ini Allah SWT mengkabarkan bahwa para suhada itu hidup setelah mereka mati, akan tetapi kehidupannya ini adalah kehidupan barzakhiyah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan duniawi, sebagai bukti adalah kata-kata para syuhada:

" Ya Rabb, kami menginginkan agar Engkau mengembalikan ruh-ruh kami ke jasad-jasad kami, supaya kami bisa gugur sekali lagi di jalan Mu ".

Artinya: mereka berkeinginan agar Allah SWT berkenan mengembalikan ruh mereka ke jasadnya seperti semula ketika mereka belum mati, padahal ruh-ruh mereka tetap masih ada ikatan dan berhubungan dengan jasad-jasad mereka yang di kuburan, yaitu ikatan dan hubungan barzakhiyah. Begitu juga ruh-ruh selain para syuhada, oleh karena itu jika ruh seorang mayit mendapat kenikmatan maka jasadnya pun ikut merasakan, dan sebaliknya jika jasad seorang mayit mendapat azab kubur maka ruhnya pun ikut merasakan kepedihannya. Rosulullah  bersabda: " Meretakkan tulang mayit, sama seperti meretakkannya ketika hidup ".

(HR. Ahmad 6/58, Abu Daud 2/231, Ibnu Majah 1/516 dan Abdurrozzaq 3/444 no. 6257. Hadits Shahih).

Ini semua menunjukkan bahwa kehidupan mereka adalah barzakhiyah serta menunjukkan bahwa orang-orang yang telah mati itu tidak akan pernah kembali ke alam dunia. Kenapa ? Karena Allah SWT telah menetapkan dan konsekwen dengan janjinya bahwa mereka tidak akan dikembalikan ke dunia.

Mafhum dari hadits Ibnu Masud tentang arwah para shuhada di perut burung hijau menunjukkan bahwa selain ruh para suhada tidaklah demikian, akan tetapi Imam Syafii meriwayatkan dari Ibnu Syihaab dari Abdurrahman bin Kaab bin Malik dari bapaknya bahwa Rosulullah  bersabda:

« إِنَّمَا نَسَمَةُ الْمُؤْمِنِ طَائِرٌ يَعْلُقُ فِي شَجَرِ الْجَنَّةِ حَتَّى يُرْجِعَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى جَسَدِهِ يَوْمَ يَبْعَثُهُ »

" Sesungguhnya ruh seorang mukmin adalah burung yang makan di pepohonan syurga, hingga Allah Tabaroka wa Taala mengembalikannya ke jasadnya pada hari kebangkitannya ".

(HR. Ahmad no. 15778, Ibnu Majah no. 4271, Nasai no. 2073 dan Ibnu Hibban no. 4657. Di shahihkan oleh as-Suyuthi dalam Syarah ash-Shuduur no. 306, al-Albani Shahih Ibnu Majah no. 3465 dan Syu'eib al-Arna'uth).

Berkenaan dengan hadits ini Al-Hukaim berkata:

" Dan yang demikian itu sepengetahuan kami bukanlah untuk golongan yang kacau balau, melainkan untuk orang mukmin dari golongan Ash-Shiddiqiin (yang benar-benar sempurna keimanannya).

(Lihat: At-taysiir Syarah Al-Jaamiush Shaghiir karya Al-Hafidz Al-Manawi 1/267).

Selain dari keterangan Allah dan Rasul-Nya tentang perkara ghaib, kita tidak berhak untuk mereka-reka apalagi mengklaimnya.

Mereka para syuhada yang mendapatkan kehormatan di sisi Allah SWT dan keni'matan di alam barzakhnya, ternyata keinginan mereka tidak di kabulkan untuk bisa hidup kembali seperti semula, walaupun hanya sebentar saja sekedar untuk menyampaikan kabar gembira kepada keluarganya.

Ternyata para syuhada yang sudah pasti memiliki kedudukan di sisi Allah tidak bisa ke dunia walau sekejap sekedar menyampaikan kabar gembira. Jangankan hidup lagi, menjelma saja rohnya seperti kuntil anak mereka tidak mampu.

Permohonan mereka yang di kabulkan oleh Allah SWT hanya permohonan yang berkaitan dengan kenikmatan syurga sebagai imbalan atas usaha mereka di dunia. Allah SWT tidak akan mengabulkan permohanan mereka yang berlawanan dengan ketetapan-ketetapan Allah SWT, apalagi yang berkaitan dengan hal-hal yang merusak pondasi syariah, seperti hal-hal yang menunjukkan bahwa mereka ikut berperan dan terlibat dalam uluhiyah dan rububiyahNya. 

Rosulullah  dan para sahabat faham betul jika yang di maksud hidup di sini, bukan kehidupan seperti kita di dunia sekarang ini.

Orang yang sudah mati tidak mungkin bisa melakukan aktifitas apapun yang berkaitan dengan kehidupan di dunia, apalagi beribadah kepada Allah, karena dengan kematian amalan manusia putus ".

-----

UNSUR KE EMPAT: 
adanya unsur kesyirikan dalam bacaan mantra atau ajiannya.

MANTRA adalah rapalan atau jampi-jampi. Yang di maksud mantra dalam pembahasan di sini adalah mantra atau ajian ilmu kanuragan dan kesaktian.

Kadang doa ruqyah juga di katakan mantra. Dan Ruqyah disebut pula Azimah. Sementara makna Ruqyah identik dengan bacaan untuk penyembuhan suatu penyakit, baik dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an atau doa-doa atau mantra-mantra.

Bacaan Ruqyah ini diperbolehkan selama penggunaannya bebas dari hal-hal yang mengandung kesyirikan.

Dari Auf bin Malik al-‘Asyja’i beliau berkata:

كُنَّا نَرْقِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ فَقَالَ اعْرِضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيهِ شِرْكٌ

Kami dulu biasa meruqyah di masa Jahiliyyah, maka kami bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda tentang hal itu?

Nabi  menjawab: " Tunjukkanlah padaku ruqyah-ruqyah kalian. Tidak mengapa ruqyah selama tidak mengandung kesyirikan ". (HR. Muslim no. 2200, 4079).

Syarat-syarat Ruqyah yang di bolehkan:

1- Bacaanya dari Al-Qur'an atau dzikir-dzikir dan do'a-do'a yang di syariatkan.

2- Menggunakan bahasa arab atau bahasa lainnya yang jelas dan di fahami.

3- Tidak mengandung kesyirikan.

4- Berkeyakinan hanya sebagai sebab tanpa mengurangi rasa tawakkal kepada Allah.

5- Yang meruqyah bukan seorang dukun.

Mantra-mantra ruqyah jika tidak memenuhi 5 syarat di atas maka tidak boleh dipraktekan. Maka jika mantra Ruqyah saja tidak boleh diamalkan jika tidak memenuhi syarat-syarat diatas, lalu bagaimana dengan mantra-mantra ilmu kanuragan dan kesaktian ?

Dalam hal ini, contoh sederhananya adalah bacaan TALBIYAH yang mengandung kesyirikan dan yang tidak.

Pertama: Talbiyah Tauhid [yaitu: Talbiyah Nabi Ibrahim alaihis salam]

لَبَّيْكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ اِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ

Artinya: Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat hanyalah milik-Mu, juga semua kerajaan, tidak ada sekutu bagi-Mu.

Kedua: Talbiyah Syirik [Yaitu: Talbiyah 'Amr bin Luhay al-Khuza'i]

"لَبَّيْكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ اِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ ، إلاَّ شَرِيْكاً هُوَ لَكَ ، تَمْلِكُهُ وَمَا مَلَكَ"

Artinya: " Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat hanyalah milik-Mu, juga semua kerajaan, tidak ada sekutu bagi-Mu. Kecuali sekutu yang ia adalah milik Mu, yang Engkau menguasainya dan ia tidak punya kuasa".

As-Suhaili mengatakan:

“Ketika Amr bin Luhaiy bertalbiyah ada orang tua yang merupakan penampakkan dari setan bertalbiyah bersamanya. Amr mengucapkan:

لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ

Aku datang memenuhi panggilan Engkau, tiada sekutu bagi Engkau

Orang tua itu menyeru:

إلاَّ شَرِيْكاً هُوَ لَكَ

Kecuali sekutu yang ia adalah milik Mu.

Amr mengingkari ucapan orang tua itu dan berkata: “Apa-apaan ini?.

Orang tua itu berkata lagi, katakanlah !:

تَمْلِكُهُ وَمَا مَلَكَ

Yang Engkau menguasainya dan ia tidak punya kuasa.

Tidak mengapa dengan ucapan ini. Maka Amr menirukannya dan akhirnya diikuti oleh masyarakat Arab.(As-Suhailiy: ar-Raudhul Unuf: 1/102)

Rasulullah  bersabda ;

« رَأَيْتُ عَمْرَو بْنَ لحي الْخُزَاعِيَّ يَجُرُّ قُصْبَهُ فِي النَّارِ؛ لأَنه أولُ مَن غيَّرَ دِين إِسْمَاعِيْل »

“Saya melihat ‘Amr bin Luhai menyeret-nyeret ususnya di neraka. Karena ia merupakan orang yang pertama kali mengubah agama Isma’il. “

(Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Fath: 6/549 mengatakan: “Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari jalan Muhammad bin Ibrahim at-Taimi dari Abu Sholeh (dari Abu Hurairah).

-----

UNSUR KE LIMA :

Contoh mantra Ilmu Kanuragan:

MANTRA ILMU BENTENG GHOIB:

INGSUN AMATEK AJIKU KARANG JATI, AKU SANG SATRIA PRINGGONDANI, PANCER PAPAT KIBLAT JIBRIL, ISRAIL, IZRAIL, MIKAIL KUASANING JAGAD SAK BUWONO. NAPASKU SULAIMAN, BAYUKU MUHHAMMAD ROSOKU MAGRIBI.

KAPING PAPAT KUASANING ALLOH ALIIIF, LAAAM, LAAAM, HAAA. HUU ALLAH 3X (TAHAN NAPAS) MUNGSUH NING NGIDUL ABYAR KABEH, MUNGSUH NING WETAN KEKES KABEH, MUNGSUH NING KULON WUTO KABEH, MUNGSUH NING NGALOR BUBAR KABEH.

AJIKU KARANG JATI SEJATINE KUOSO, DIGJAYA KEPARENG KUASANING ALLOH. AJIKU KARANG JATI PADANG ATIKU LAN KUASANING GUSTI ALLOH.

(TAHAN NAPAS KELUAR PELAN 7X)

Penulis katakan:

Dalam mantra diatas sarat dengan unsur kesyirikan, diantaranya menyeru para malaikat, juga menyebut-nyebut nama Nabi Sulaiman, Nabi Muhammad dan Wali Magribi. Dan sudah menjadi kebiasaan Iblis dalam menyesatkan umat manusia dengan melakukan TALBIS IBLIS alias pengelabuan dengan menggunakan nama-nama para malaikat, para nabi, para wali dan orang-orang shalih agar terkesan syar'i.

-----

UNSUR KE ENAM: 
Menggunakan susunan kata yang maknanya kabur dan tidak jelas.

Ini juga merupakan salah satu trik pengelabuan Iblis dalam menyesatkan manusia, dengan tujuan agar manusia bergantung, berlindung dan memohon kepada sesuatu yang abstrak dan tidak jelas. Dan ini termasuk perbuatan syirik pula ; karena tujuan utama pengelabuan iblis dengan trik ini adalah agar manusia memohon pertolongan dan perlindungan kepada selain Allah.

Oleh karena itu salah satu syarat Bacaan Ruqyah yang syariatkan: adalah Menggunakan bahasa arab atau bahasa lainnya yang jelas dan di fahami, baik maknanya maupun tujuannya.

Contoh mantra yang maknanya kabur dan tidak jelas:

Ke 1: Mantra mengolah Batara Karang:

” Hong ilaheng prayoga naniro, gerbang buwono raga sukmo, kabuko ing alam moyo podo, sang hyang batoro karang kang asmo…. (nama batara karang) tumeko wujud ginugah saka puja mantraku”

Ke 2: mantra AJIAN PANCASONA Sunan Kalijaga:

“BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

NIYAT INGSUN AMATEK AJIKU AJI PANCASONA,

ANA WIYAT JRONING BUMI, SURYA MURUB ING BANTALA,

BUMI SAP PITU, ANELAHI SABUWANA,

RAHINA TAN KENA WENGI, URIP TAN KENANING PATI,

INGSUNG PANGAWAK JAGAD, MATI ORA MATI.

TLINCENG GENI TANPA KUKUS,

CENG, CLENENG, CENG, CLENENG,

KASANGGA IBU PERTIWI, TANGI DEWE, URIP DEWE ANING JAGAD,

MUSTIKA LANANGING JAYA, HEM, AKU SI PANCASONA,

RATUNE MYAWA SAKELIR.”

Penggunakan kalimat dan susunan kata yang abstrak, kabur dan tidak jelas juga selalu di gunakan dalam TULISAN WAFAQ dan RAJAH. Bahkan dalam wafaq juga menggunakan simbol-simbol mistik, angka-angka rahasia dan gambar-gambar illustrasi binatang serta lainnya.

UNSUR KE TUJUH: 
Adanya Mahar / Mas Kawin (Tanda Keseriusan Jadi Hamba Jin).

Sebagian dari mereka mengatakan:

(HAKIKAT MAHAR DALAM IJAZAH/RITUAL ILMU APAPUN):

"Ketika murid atau pencari ilmu hikmah atau ilmu spiritual atau ilmu apapun, pada seorang guru ilmu hikmah/spiritual, maka diwajibkan pada si murid untuk menanyakan mahar pada si guru, dan si murid wajib menunaikan mahar tersebut pada si guru. Sebab, salah satu syarat syah-nya suatu pengijazahan/pengajaran ilmu adalah adanya pembayaran mahar.

Ketahuilah, bahwa manfaat/fadhilah mahar, antara lain:

 Bebungah (pembuat gembira guru).

 Percepat qabul hajat-hajat.

 Zakat jiwa.

 Shadaqah batin.

 Penolak bala'.

 Penarik berbagai berkah.

 Penyembuh berbagai penyakit.

 Penarik berbagai rizqi.

 Menarik malaikat-malaikat bumi.

 Pencegah berbagai kejahatan.

 Perkuat aura, kharisma & wibawa diri.

 Pemberkah ilmu yg diijazahkan.

 Peningkat tajam batin.

 Tolak berbagai bencana.

 Dan 1001 fadhilah lain.

Penulis Katakan:

Memperjual belikan ayat-ayat Al-Quran saja tidak boleh, lalu bagaimana dengan mantra ilmu sihir yang dikemas dengan istilah ilmu kanuragan dan kesaktian ?

Yang benar: salah satu tujaun mahar adalah bisnis para pemberi Ijazah. Yang kedua: mahar adalah salah satu syarat dalam ikatan perjodohan antara manusia dengan jenis Jin Ilmu terntentu yang akan selalu menyertainya.

Dan jin yang sudah ada ikatan dengan seorang manusia, maka akan susah untuk dipisahkan darinya, lebih susah dari pada memisahkan seekor kucing piaran sejak lahir dari majikannya. Jin tersebut akan selalu bersamanya, bahkan ketika manusia tersebut bersama istrinya.

Allah SWT berfirman:

{ وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا }

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan (keamanan) kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al Jin: 6).

----

UNSUR KE DELAPAN: 

Adanya unsur bid'ah dalam ilmu kanuragan dan ritualnya, baik bid'ah yang berkaitan dengan aqidah, amal ibadah dan mu'amalah.

====*****====

NABI  DAN PARA SAHABATNYA TIDAK ADA YANG SAKTI

*****

NABI  TERLUKA DALAM PERANG UHUD:

Allah SWT berfirman tentang Nabi  dan para sahabatnya yang terluka dan terbunuh pada perang Uhud:

اِنْ يَّمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهٗ ۗوَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاۤءَ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَۙ

Jika kalian (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa.

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kalian dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim [QS. Ali Imran: 140]

Al-hafidz Ibnu Katsir ketika menafsiri ayat ini, dia berkata:

" Yaitu jika kalian mengalami luka dan jumlah orang dari kalian ada yang gugur, maka sesungguhnya musuh-musuh kalian pernah mengalami nasib yang serupa, yaitu ada yang tewas dan ada yang terluka dalam perang sebelumnya.

Dan masa-masa itu, Kami pergilirkan di antara manusia". [SELESAI]

Dari Anas radhiyallahu anhu:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ كُسِرَتْ رَبَاعِيَتُهُ يَوْمَ أُحُدٍ وَشُجَّ فِي رَأْسِهِ فَجَعَلَ يَسْلُتُ الدَّمَ عَنْهُ وَيَقُولُ كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوا نَبِيَّهُمْ وَكَسَرُوا رَبَاعِيَتَهُ وَهُوَ يَدْعُوهُمْ إِلَى اللَّهِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ }

Bahwa gigi geraham Rasulullah  pecah ketika perang Uhud, dan kepala beliau juga terluka hingga mengalirkan darah, beliau lalu bersabda: "Bagaimana mungkin suatu kaum akan beruntung, sedangkan mereka melukai nabinya dan mematahkan gigi gerahamnya." Oleh karena itu beliau memohon kepada Allah untuk mengutuk mereka, lalu Allah Azza wa jalla menurunkan ayat:

{ لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ }

'(Kamu tidak memiliki wewenang apa-apa terhadap urusan mereka…) ' (Qs. Ali Imran: 128).
[HR. Muslim no. 1791]

Utbah bin Abi Waqqas melemparkan pada Rasulullah, pada hari itu, dan dia mematahkan gigi geraham kanan bawahnya dan melukai bibir bawahnya.

Melihat itu, Hathib bin Abi Balta'ah kemudian mengejar dan membunuh Utbah bin Abi Waqqosh.

Pipi Nabi  juga terkena lemparan dua potong besi yang berasal dari kaitan baju rantai oleh Abu Qam'ah. Kuatnya lemparan itu membuat besi masuk dan menembus ke bagian dalam pipi beliau.

Tidak hanya itu, Abdullah bin Syihab juga melemparkan batu dengan keras ke arah Nabi . Sehingga, dahinya luka parah dan giginya pecah masuk menembus daging bibir beliau.

Abu Ubaidah bin Jarrah lantas berupaya mencabut dua potong besi dari kaitan baju rantai yang menembus pipi Nabi , namun ketika besi itu dicabut, dua gigi Abu Ubaidah ikut tanggal. Para sahabat berupaya keras melindungi Nabi  dari serangan musuh.

Ibnu Hisyam dalam kitab as-Siirah 2/80 menceritakan apa yang di derita oleh Nabi  saat perang Uhud:

قَالَ ابْنُ إسْحَاقَ: وَانْكَشَفَ الْمُسْلِمُونَ، فَأَصَابَ فِيهِمْ الْعَدُوَّ، وَكَانَ يَوْمَ بَلَاءٍ وَتَمْحِيصٍ، أَكْرَمَ اللَّهُ فِيهِ مَنْ أَكْرَمَ مِنْ الْمُسْلِمِينَ بِالشَّهَادَةِ، حَتَّى خَلَصَ الْعَدُوُّ إلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ. فَدُثَّ بِالْحِجَارَةِ حَتَّى وَقَعَ لِشِقِّهِ ، فَأُصِيبَتْ رَبَاعِيَتُهُ، وَشُجَّ [6] فِي وَجْهِهِ، وَكُلِمَتْ شَفَتُهُ، وَكَانَ الَّذِي أَصَابَهُ عُتْبَةُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ

Ibn Ishaq berkata: Kaum Muslimin terjebol pertahanannya, dan musuh pun berhasil melukai dan membunuh sebagian kaum muslimin. Dan itu adalah hari bala dan ujian, di mana Allah memuliakan orang yang Dia muliakan daripada kaum Muslim dengan mati syahid.

Sampai musuh berhasil melempari Rasulullah  hingga meretakkan baju besinya, yang menyebabkan gigi yang terletak antara gigi seri dan gigi taringnya retak dan pecah, wajahnya terkoyak dan bibirnya terluka. Orang yang melempar Nabi  dengan batu adalah 'Utbah bin Abi Waqqas.

Dan Ibnu Hisyam dalam kitab as-Siirah 2/81 berkata:

Rubaih bin Abdur-Rahman bin Abi Said al-Khudri menyebutkan dari ayahnya, dari Abu Said al-Khudri:

أَنَّ ‌عُتْبَةُ ‌بْنَ ‌أَبِي ‌وَقَّاصٍ ‌رَمَى ‌رَسُولَ ‌اللَّهِ ‌ﷺ ‌يَوْمئِذٍ، ‌فَكَسَرَ ‌رَبَاعِيَتَهُ ‌الْيُمْنَى ‌السُّفْلَى، وَجَرَحَ شَفَتَهُ السُّفْلَى، وَأَنَّ عَبْدَ اللَّهِ ابْن شِهَابٍ الزُّهْرِيَّ شَجَّهُ فِي جَبْهَتِهِ، وَأَنَّ ابْنَ قَمِئَةَ جَرَحَ وَجْنَتَهُ فَدَخَلَتْ حَلْقَتَانِ مِنْ حَلَقِ المغفر فِي وَجْنَتَهُ، وَوَقَعَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فِي حُفْرَةٍ مِنْ الْحُفَرِ الَّتِي عَمِلَ أَبُو عَامِرٍ لِيَقَعَ فِيهَا الْمُسْلِمُونَ، وَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ، فَأَخَذَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ بِيَدِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، وَرَفَعَهُ طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ حَتَّى اسْتَوَى قَائِمًا، وَمَصَّ مَالِكُ بْنُ سِنَانٍ، أَبُو أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، الدَّمَّ: عَنْ وَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، ثُمَّ ازْدَرَدَهُ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مَنْ مَسَّ دَمِي دَمَهُ لَمْ تُصِبْهُ النَّارُ

Bahwa Utbah bin Abi Waqqas melempar Rasulullah  pada hari itu, hingga mematahkan gigi geraham kanan bawahnya dan melukai bibir bawahnya.

Dan Abdullah bin Shihab Al-Zuhri melukai kening beliau .

Dan bahwa Ibnu Qami'ah melukai pipi atas beliau , sehingga dua cincin helm baju besinya menancap ke pipi atasnya.

Dan Rasulullah  terperosok ke dalam salah satu lubang yang dibuat Abu 'Amir agar kaum muslimin bisa terperosok ke dalamnya, sedangkan mereka tidak mengetahuinya. Lalu Ali bin Abi Thalib meraih tangan Rasulullah . Dan Thalhah bin Ubaidillah mengangkatnya sampai beliau  berdiri tegak.

Malik bin Sinan, Abu Abu Said Al-Khudri, menghisap darah dari wajah Rasulullah , kemudian menelannya.

Rasulullah  bersabda, “Barangsiapa menyentuh darahku, maka darahnya tidak akan tersentuh api neraka.”

*****

TERLUKA DAN TERBUNUH NYA HAMZAH BIN ABI THALIB DALAM PERANG UHUD:

Ibnu Atsir berkata dalam kitab “Usud al Ghoobah":

" Dalam perang Uhud, Hamzah radhiyallahu anhu berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy, sampai pada suatu saat beliau tergelincir sehingga ia terjatuh kebelakang dan tersingkaplah baju besinya, dan pada saat itu ia langsung ditombak dan dirobek perutnya oleh Wahsyi bin Harb, budak Jubair bin Mulham. Lalu hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya hati Hamzah tetapi tidak tertelan dan segera dimuntahkannya.

Ibnu Ishaq mendiskripsikan tentang kekejaman Hindun. Dia memotong dan mengeluarkan hati Hamzah dan mengunyahnya, tetapi dia tidak mampu menelannya dan membuangnya.

Ketika Rasulullah  melihat keadaan tubuh pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib, Beliau sangat marah dan Allah menurunkan firmannya:

وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُم بِهِ ۖ وَلَئِن صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصَّابِرِينَ (126)

" Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar". (QS An Nahl 126)

Ternyata Hamzah pun tidak sakti dan tidak kebal senjata tajam.

*****

LUKA PADA TUBUH UMMU AMMARAH NUSAIBAH BINTI SAAD AL-ANSHARI PADA PERANG UHUD

Ummu Said bin Saad bin Rabi' berkata, “Aku menemui Nusaibah. Kukatakan Anda, 'Tolong ceritakan kondisimu di Perang Uhud'. Ia bercerita, 'Di pagi hari, aku keluar menuju Uhud. Aku melihat apa yang diperbuat oleh pasukan. Saat itu, aku membawa wadah yang berisi air minum. Hingga aku bertemu dengan Rasulullah yang berada di tengah para sahabat. Kondisi saat itu berpihak pada kaum muslimin.

Tatkala kaum muslimin dipukul mundur, aku masuk ke pertempuran dan bersegera menuju Rasulullah. Aku menjadi rela terkena pedang sabetan, hujaman anak panah dan tombak demi melindungi Rasulullah. Aku pun banyak terluka'.

Ummu Said mengatakan, 'Kulihat ada cekungan bekas luka di ketiaknya. Kutanyakan Anda, 'Ummu Ammarah, siapa yang melukaimu di sini'? Ia jawab, 'Aqbil bin Qamiah. Ia berkata pada orang-orang, 'Beri tahu aku dimana posisi Muhammad. Aku tak selamat kalau dia selamat'. Lalu Mush'ab bin Umair menghadapinya. Sementara Aqbil bersama sejumlah pasukan. Lalu Aqbil menyerangku dengan satu hujaman. Inilah lukanya. Lalu aku serang dia dengan beberapa pukulan, namun dia memakai baju besi'.

Dhamrah bin Said al-Mazini bercerita tentang neneknya. Neneknya turut hadir di Perang Uhud, simpan juga minuman untuk pasukan. Ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah  bersabda, 'Kedudukan Nusaibah binti Kaab pada hari ini lebih baik dari Fulan dan Fulan.” Pada hari itu, beliau melihat Nusaibah dengan luar biasa. Ia menderita luka. Ia kencangkan pakaiannya dan iapun mengalami tiga belas luka.

Dhamrah melanjutkan, 'Sungguh aku melihat Ibnu Qamiah menghatamkan senjatanya di ketiak Nusaibah. Itulah luka terparah yang ia alami. Ia sampai mengobatinya selama satu tahun. Sehari setelah Perang Uhud, ternyata utusan Rasulullah mengajak mengajak musuh di Hamraul Asad. Ia sumbat lukanya itu dengan pakaiannya. Namun upayanya itu tak mampu menghalau darah yang keluar. Berlalulah satu malam dengan kondisi kami menahan luka-luka yang kami alami. Sekembalinya dari Hamraul Asad, Rasulullah tidak memasuki rumahnya hingga sampai beliau mengutus Abdullah bin Kaab al-Mazini menemui Nusaibah. Ia bertanya tentang kondisinya. Nusaibah mengatakan ia dalam kondisi baik-baik saja. Mendengar kabar tersebut, Rasulullah pun senang'.”

Muhammad bin Umar mengabarkan dari Abdurrahman bin Ammarah dari Ammarh bin Ghaziyah, ia berkata: Ummu Ammarah mengatakan, “Aku menonton saat Rasulullah dalam posisi terbuka. Di sisi beliau hanya ada beberapa orang saja. Tidak lebih dari sepuluh orang. Hanya ada aku, dua orang putraku, suamiku, dan beberapa orang di hadapanku. Sementara musuh-musuh berada di hadapanku.

Saat itu aku ingat, aku tak memiliki benteng. Kulihat seseorang yang tersandar namun ia memiliki benteng. Ada yang mengatakan, 'Lemparkan pelindungmu pada orang yang terbuka'. Iapun melemparkan pertahanannya. Lalu kuambil dan kujadikan pelindung untuk melindungi diriku dan Rasulullah. Para penunggang kuda itu hanya berhasil melakukan beberapa hal pada kami, kalau mereka infanteri seperti kami, pastilah kami berhasil menghajar mereka insyaallah.

Seorang pasukan berkuda datang lalu menyabetku. Aku tangkis dengan perisai. Ia tak berhasil berbuat apa-apa dengan sabetan pedangnya. Saat ia membalik, aku berhasil menyabet betis kudanya. Ia pun jatuh terlentang. Lalu Nabi berteriak, 'Hai putra Ummu Ammarah, ibumu! Ibumu! Anakku membantuku mengatasi musuh tersebut.

Abdullah bin Zaid berkata, “Pada Hari Uhud aku mengalami luka di lengan kiriku. Seseorang melintas begitu cepat namun tak sampai menggulingkanku. Ia lalu pergi. Dan darah pun mengalir tak berhenti. Rasulullah bersabda, 'Sumbat lukamu'. Kemudian menemuiku. Ia membawa penyumbat luka yang memang mempersiapkan untuk merawat yang terluka. Lalu kuikat lukaku. Dan Rasulullah berdiri memandangiku.

Ibuku berkata, 'Berdirilah, Nak. Serang mereka'! Nabi  mengatakan, 'Tidak ada yang mampu melakukan seperti yang kau lakukan, Ummu Ammarah'.

Ummu Ammarah berkata, “Seorang yang melukai putraku datang. Rasulullah berkata, 'Ini dia orang yang melukai putramu'. Lalu aku cegat dia dan kutebas betisnya. Ia pun tersungkur'.

Kata Ummu Ammarah: “Kulihat Rasulullah  tersenyum sampai melihat gigi grahamnya.

Beliau berkata: 'Lanjutkan Ummu Ammarah!' Lalu kami serang orang itu. kami bunuh dia dengan senjatanya sendiri. Nabi mengatakan, 'Segala puji bagi Allah yang memberimu kemenangan dan bahagia karena telah menyelesaikannya. Kulihat kebahagiaan di matamu'.”

Penghormatan Umar terhadap Nusaibah

Dhamrah bin Said mengatakan: “Dihadapkan kepada Umar bin Khattab jumlah kain. Di antaranya terdapat kain yang baru dan lebar. Lalu ada yang berkomentar, 'Kain ini benar-benar mahal. Demikian dan demikian. Sekiranya Anda berikan kain ini untuk istri dari putra Anda, Abdullah bin umar. Yaitu Syafiyah bin Abu Ubaid'.

Umar menjawab, 'Ada dua hal yang tidak akan kuhadapkan pada Ibnu Umar. Berikan kepada orang yang lebih berhak dari dia dan istrinya. Berikan pada Ummu Ammarah Nusaibah binti Kaab. Karena saya mendengar Rasulullah berdoa di hari Uhud, 'Tidaklah saya menoleh ke kanan dan ke kiri kecuali dia (Ummu Ammarah) melindungiku'.”

******

THALHAH BIN UBAIDILLAH radhiyallahu ‘anhu TERLUKA SAAT PERANG UHUD DAN TERBUNUH SAAT PERANG JAMAL:

Thalhah Bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu termasuk generasi pendahulu yang masuk Islam, juga termasuk dari orang yang mendapatkan hidayah lewat Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dan Thalhah adalah salah seorang dari sepuluh sahabat yang dijanjikan sebagai Ahli Syurga.

Thalhah terluka saat melindungi Rasulullah  dalam perang Uhud, ia menangkis anak panah yang melesak ke arah Nabi  hingga jari beliau terluka dan terputus .

Thalhah dijamin masuk surga dan ia meskipun masih hidup disebut oleh Rosullah  sebagai syahid yang berjalan di muka bumi .

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, ia mendengar Rasulullah  bersabda :

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى شَهِيدٍ يَمْشِى عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ

 “Siapa yang ingin melihat seorang syahid yang berjalan di atas muka bumi, lihatlah pada Thalhah bin ‘Ubaidillah.”

(HR. Tirmidzi, no. 3739 dan Ibnu Majah, no. 125. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Di riwayatkan pula dari hadits Aisyah رضي الله عنها oleh Ibnu Sa'ad dalam ath-Thabaqaat al-Kubraa 3/218 dan Abu Nu'aim dalam al-Hilyah 1/88 .

Dari Qais dia berkata :

رَأَيْتُ يَدَ طَلْحَةَ شَلَّاءَ وَقَى بِهَا النَّبِيَّ ﷺ يَوْمَ أُحُدٍ

"Aku pernah melihat tangan Thalhah lumpuh karena untuk melindungi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada perang Uhud." [ HR. Bukhori no. 4063 dan Ibnu Majah no. 128 ]

Dari Jabir bin Abdullah رضي الله عنه berkata :

لَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ وَوَلَّى النَّاسُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فِي نَاحِيَةٍ فِي اثْنَىْ عَشَرَ رَجُلاً مِنَ الأَنْصَارِ وَفِيهِمْ طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ فَأَدْرَكَهُمُ الْمُشْرِكُونَ فَالْتَفَتَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ .

وَقَالَ ‏"‏ مَنْ لِلْقَوْمِ ‏"‏ ‏.‏ فَقَالَ طَلْحَةُ أَنَا ‏.‏

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : ‏"‏كَمَا أَنْتَ"‏‏.‏ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ.‏ فَقَالَ ‏"‏ أَنْتَ‏"‏.‏ فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ.

ثُمَّ الْتَفَتَ فَإِذَا الْمُشْرِكُونَ فَقَالَ ‏"‏ مَنْ لِلْقَوْمِ ‏"‏ ‏.‏ فَقَالَ طَلْحَةُ أَنَا ‏.‏ قَالَ ‏"‏ كَمَا أَنْتَ ‏"‏.‏ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ أَنَا.‏ فَقَالَ ‏"‏ أَنْتَ ‏"‏.‏

فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ ثُمَّ لَمْ يَزَلْ يَقُولُ ذَلِكَ وَيَخْرُجُ إِلَيْهِمْ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَيُقَاتِلُ قِتَالَ مَنْ قَبْلَهُ حَتَّى يُقْتَلَ حَتَّى بَقِيَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَطَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ‏"‏ مَنْ لِلْقَوْمِ ‏"‏ ‏.‏ فَقَالَ طَلْحَةُ أَنَا ‏.‏ فَقَاتَلَ طَلْحَةُ قِتَالَ الأَحَدَ عَشَرَ حَتَّى ضُرِبَتْ يَدُهُ فَقُطِعَتْ أَصَابِعُهُ فَقَالَ حَسِّ.‏

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ‏"‏ لَوْ قُلْتَ بِسْمِ اللَّهِ لَرَفَعَتْكَ الْمَلاَئِكَةُ وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ ‏"‏ ‏.‏ ثُمَّ رَدَّ اللَّهُ الْمُشْرِكِينَ 

 “Di waktu perang Uhud, dimana umat Islam sudah pada lari tunggang langgang (meninggalkan medan pertempuran).

Maka pasukan yang tersisa tinggal dua belas orang ditambah dengan Rosululloh shallallahu’alaihi wasallam, termasuk di dalamnya adalah Thalhah bin Ubaidillah.

Pasukan Rosululloh  ini pun kemudian diketahui oleh kaum Quraiys dan akhirnya diserang. Menghadapi masalah ini akhirnya beliau menoleh kepada dua belas orang sahabat beliau seraya berkata:

‘Siapa yang akan menghadapi musuh?’

Thalhah menjawab : ‘Saya, wahai Rosululloh!’

Rosululloh  bertanya lagi : ‘Siapa lagi selain Thalhah?’

Salah seorang Anshar berkata :’Saya, wahai Rosululloh!’

Rosululloh  menjawab : ‘Ya kamu!’

Lalu orang itu maju ke medan laga dan ia pun gugur sebagai syahid.

Kemudian beliau menoleh lagi, tiba-tiba kaum musyrik ini hendak melancarkan serangan. Maka Rosululloh  bertanya : ‘Siapa yang akan menghadapi musuh?’

Thalhah menjawab : ‘Saya, wahai Rosululloh !’ 

Rosululloh  bertanya lagi : ‘Siapa lagi selain Thalhah?’

Salah seorang Anshar berkata :’Saya, wahai Rosululloh!’

Rosululloh  menjawab : ‘Ya kamu!’

Lalu orang itu maju ke medan laga dan ia pun gugur sebagai syahid. Dan begitulah seterusnya, sampai akhirnya yang tersisa dari dua belas orang pasukan kaum muslimin di samping Rosululloh  adalah Thalhah bin Ubaidillah.

Maka kala itu Rosululloh  bertanya : ‘Siapa yang akan menghadapi musuh?’

Thalhah menjawab : ‘Saya, wahai Rosululloh!’ .

Maka Thalhah pun maju ke arena peperangan menggantikan ke sebelas syuhada pasukan kaum muslimin.

Ketika tangannya terkena pukulan dan hantaman musuh, serta jari-jemarinya tertebas putus oleh pedang mereka, Thalhah hanya berkomentar : ‘Ini sekedar gigitan belaka’

Rasulullah () berkata: 'Jika Anda mengucapkan Bismillah (Dengan Nama Allah), para malaikat akan mengangkat Anda dengan orang-orang melihat.' Kemudian Allah mengusir para penyembah berhala.”

[HR. An-Nasa'i (3149), dan lafadznya adalah miliknya, dan Ibnu Al-Sunni dalam "'Amal al-Yaum wal Lailah " no. (669) dengan sedikit perbedaan, dan Al-Tabarni dalam "Al -Mu'jam Al-Awsath” (8704) dengan semisalnya.

DERAJAT HADITS :

Adz-Dzahabi berkata : رُوَاتُهُ ثِقَاتٌ / para perawinya tsiqoot . [ سير أعلام النبلاء 3/12 cet. al-Hadits ]

Di Hasan kan oleh Syeikh al-Albaani dalam Shahih Sunan an-Nassa'i no. 3149 , dengan mengatakan : 

حَسَنٌ مِنْ قَوْلِهِ: فَقَطَعَتْ أَصَابِعَهُ...، وَمَا قَبْلَهُ يُحْتَمَلُ التَّحْسِينُ، وَهُوَ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ

" HASAN , dari ucapannya: " jari-jemarinya nya tertebas putus.. ". Dan lafadz yang sebelumnya ada kemungkinan HASAN juga, dan itu sesuai dengan syarat Muslim". 

Dari Aisyah رضي الله عنها , dia berkata:

كَانَ أَبُو بَكْرٍ إِذَا ذَكَرَ يَوْمَ أُحُدٍ بَكَى، ثُمَّ قَالَ: كَانَ ذَاكَ يَوْمًا كَانَ كُلُّهُ يَوْمَ طَلْحَةَ

قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: كُنْتُ أَوَّلَ مَنْ فَاءَ يَوْمَ أُحُدٍ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَلِأَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ الْجَرَّاحِ ، قَالَ : "عَلَيْكُمَا صَاحِبُكُمَا " ، يُرِيدُ طَلْحَةَ، وَقَدْ نَزَفَ فَأَصْلَحْنَا مِنْ شَأْنِ النَّبِيِّ ﷺ ثُمَّ أَتَيْنَا طَلْحَةَ فِي بَعْضِ تِلْكَ الْجِفَارِ، فَإِذَا بِهِ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ بَيْنَ طَعْنَةٍ وَرَمْيَةٍ، وَضَرْبَةٍ، وَإِذَا إِصْبَعُهُ قُطِعَتْ فَأَصْلَحْنَا مِنْ شَأْنِهِ.

 Dulu Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu ketika disebutkan tentang perang Uhud , dia menangis dan berkata : " Itu adalah hari yang semuanya adalah milik Thalhah ".

Abu Bakar - semoga Allah meridhoinya – berkata : Saya adalah orang pertama yang memenuhi hari Uhud, maka Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada saya dan kepada Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, dia berkata :

“Kalian berdua harus menolong teman kalian.” Yang beliau maksud adalah Thalhah.

Dan dia berdarah, maka kami mengurusi dan mengobati keadaan Nabi  terlebih dahulu , dan kemudian kami mendatangi Thalhah di sebagian tempat yang ada sumur-sumur nya  itu. Ternyata pada tubunya terdapat 72 luka tusukan, lemparan tombak , dan pukulan, dan ternyata jarinya terputus, maka kami mengobati dan memperbaiki keadaanya ".

[ HR. Abu Nu'aim al-AshFahaani dalam al-Hilyah hal. 292 dan al-Baihaqi dalam Dalaail an-Nubuwwah 3/363 – 364 ]

 Al-Hafiz Ibnu Katsiir menukilnya dalam At-Tarikh (4/29-30) dari Ath-Thayaalisi.

Dan Al-Shaalihii dalam As-Siarah Asy-Syaamiyah (4/295) dari Shahih Ibn Hibban dan Musnad Ath -Thayaalisi.

 Dari 'Ali bin abi Thalib رضي الله عنه berkata :

سَمِعَتْ أُذُنِي، مِنْ فِي رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَهُوَ يَقُولُ ‏ "‏ طَلْحَةُ وَالزُّبَيْرُ جَارَاىَ فِي الْجَنَّةِ ‏"

 "Telingaku mendengar dari mulut Rasulullah (), ketika beliau bersabda : 'Thalhah dan Az-Zubair adalah tetanggaku di surga."

 [ HR. An-Nasaa'i no. 4106 , at-Turmudzi no. 3741 dan al-Haakim no. 3/364 ]

 Abu Isa Turmudzi berkata : " Ini hadits Hasan Shahih Ghoriib ".

 Namun di Dhaifkan oleh al-Albaani dalam تخريج مشكاة المصابيح no. 5058 .

 Di dalam sanadnya terdapat Al-Nadlr bin Manshur Al-Dzihli, Abu Abdurrahman Al-Kuufi

TERBUNUHNYA THALHAH رضي الله عنه  :

Thalhah wafat pada tahun 36 H pada peristiwa perang Jamal. Ia keluar bersama Aisyah dan Zubair untuk menuntut qisas atas terbunuhnya Utsman bin ‘Affan. Kemudian permasalahannya semakin berkembang hingga memaksa mereka berhadapan dengan pasukan Ali dalam sebuah pertempuran yang disebut sebagai pertempuran Jamal.

Tentu, kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

Thlahah berusaha menghentikan pertempuran. Dia naik kuda dan berteriak :

"أَيْهَا النَّاسُ أَنْصِتُوا"، فَلَمْ يَنْصِتْ لَهُ أَحَدٌ، فَقَالَ: "أَفْ! فَرَاشُ النَّارِ، وَذُبَابُ طَمَعِ"

 'Hai orang-orang, dengarkanlah , berhentilah !' Namun, tidak ada yang menghiraukannya.

Lalu dia berkata : 'Aduh! Kupu-kupu api neraka dan lalat serakah.'

Kemudian, Ka'ab bin Sur membawa Al-Quran bersamanya dan berusaha memohon kepada kedua belah pihak untuk menghentikan pertempuran sebelum ada yang terbunuh. 

Namun, pada akhirnya Thalhah terkena panah di lututnya, sehingga salah satu urat nadi di kakinya terputus. Darah terus mengalir hingga dia meninggal dunia, sehingga dia menjadi korban pertama.

Ada yang mengatakan bahwa panah tersebut mengenai tenggorokannya, dan dia mengucapkan : 

بِسْمِ اللَّهِ ﴿وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا﴾

'Bismillah, dan semua ini adalah ketetapan Allah.' (Surat Al-Ahzab:38)

Kematiannya terjadi pada tahun ke-36 setelah hijrah. Dia dimakamkan di Basrah, dalam sebuah kawasan yang disebut Qanţarat Qirah. Saat meninggal, ia berusia 60 tahun, meskipun ada yang mengatakan bahwa ia berusia 62 tahun, atau bahkan 64 tahun."

TERNYATA BELIAU TIDAK SAKTI

Sumber :

Lihat : Al-Bidaayah wan Nihaayah (Cet. I tahun 1413 H) 7/276 dan Asad al-Ghoobah 3/59 dan Lisaan al-Miizaan 3/78 , Majma` az-Zawaa'id 9/147 , Kitab al-Sunnah hal 600 dan Musnad Abi Ya'la 2 /5 , al-Mu'jam al-Kabiir 1/112 dan 117, Tarikh Madinah Damaskus 25/92 , Miizan al-I'tidaal 2 /197 , Tahdziib at-Tahdziib 5/19. 

******

PASUKAN UHUD BANYAK YANG TERLUKA, NAMUN TETAP MEMATUHI PERINTAH MENGEJAR MUSUH:

Allah SWT berfirman:

الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ (172)

(Yaitu) orang-orang yang menyambut perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat LUKA (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. [QS. Ali Imran: 172].

Ibnu Katsir ketika menafsiri ayat ini dalam Tafsirnya, dia berkata:

Hal ini terjadi dalam Perang Hamra-ul Asad. Pada mulanya setelah kaum musyrik beroleh kemenangan atas kaum muslim (dalam Perang Uhud) dan mereka kembali ke negeri tempat tinggal mereka, maka ketika mereka sampai di pertengahan jalan, mereka merasa menyesal, mengapa mereka tidak meneruskan pengejaran sampai ke Madinah, kemudian segala sesuatunya diselesaikan sehingga tidak ada masalah lagi bagi mereka?

Ketika Rasulullah  mendengar berita tersebut, beliau menyerukan kepada semua kaum muslim untuk berangkat mengejar mereka (kaum musyrik) guna menakut-nakuti mereka dan sekaligus memperlihatkan kepada mereka bahwa kaum muslim masih memiliki kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi mereka.

Kali ini Rasulullah  tidak memberi izin untuk tidak berangkat kepada seseorang pun di antara mereka yang mengikuti Perang Uhud selain Jabir ibnu Abdullah radhiyallahu ‘anhu karena alasan yang akan kami terangkan kemudian. Maka kaum muslim pun bersiap-siap. Sekalipun di antara mereka ada yang luka dan keberatan, tetapi demi taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka berangkat pula. [KUTIPAN SELESAI].

Ternyata tidak ada satupun sahabat Nabi  yang sakti mandra guna.

------

PARA SAHABAT YANG WAFAT DI BUNUH DENGAN SENJATA TAJAM:

1. Hamzah bin Abdul Mutholib radhiyallahu ‘anhu.

2.Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu.

3. Utsman Bin Affaan radhiyallahu 'anhu.

4. Ali bin Abi Tholib radhiyallahu 'anhu

5. Zubair bin al-'Awwaam radhiyallahu 'anhu.

6. Tholhah bin Ubaidillah radhiyallahu 'anhu

Mereka termasuk 10 sahabat yang di jamin masuk syurga.

******

KRONOLOGI TERBUNUHNYA "UMAR", "UTSMAN" DAN "ALI" DENGAN SENJATA TAJAM

=====

PERTAMA: UMAR TIDAK SAKTI, BELIAU WAFAT DIBUNUH DENGAN SENJATA TAJAM:

Ketika Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu sedang mengimami shalat Shubuh, tiba-tiba ada seorang pengkhianat bergerak cepat. Dia adalah Abu Lu'lu'ah Fairuz seorang Majusi, hamba sahaya milik al-Mughiroh bin Syu’bah. Ia menyergap menikamkan pisau bermata dua. Dihunjamkannya pisau itu 3 kali tusukan, yang menyebabkan 6 luka tikaman di bawah pusar. Umar pun sempat berucap: “Aku telah dibunuh atau dimakan oleh seekor anjing”. Ini juga isyarat bahwa beliau membatalkan sholat, tidak bisa meneruskan tugas sebagai Imam. Tapi tidak semua makmum mendengar suara Umar tersebut.

Setelah menusuk Umar, si Majusi ini menikamkan pisaunya ke kanan dan ke kiri, hingga 13 orang makmum yang hadir di shof pertama saat itu menjadi korban. Dari 13 orang makmum tersebut, 7 orang meninggal.

Saat-saat genting yang dikhawatirkan bertambahnya korban, ada satu orang makmum yang menjerat sang pelaku dengan burnus (sejenis pakaian bertudung, pen). Terperangkap dalam kain itu, sang pelaku sadar bahwa ia akan tertangkap, ia pun melakukan bunuh diri.

Umar menarik tangan Abdurrahman bin Auf untuk menggantikannya sebagai imam. Abdurrahman bin Auf sadar bahwa beliau menggantikan posisi sebagai imam dalam kondisi yang tidak normal. Sholat tetap berlanjut, namun lebih ringkas dari biasanya. Dalam sebagian riwayat, Abdurrahman bin Auf membaca surat al-Kautsar dan an-Nashr.

Umar pun sempat tak sadarkan diri. Selepas sholat, Umar dibawa menuju rumahnya. Pagi sudah agak terang sebelum terbit matahari saat Umar terbangun siuman. Umar memandang ke arah wajah orang-orang. Beliau bertanya: Apakah manusia sudah sholat? Orang-orang berkata: Ya. Umar pun berkata:

لاَ إِسْلاَمَ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ

Tidak ada keislaman bagi orang yang meninggalkan sholat (riwayat Ibnu Sa’ad dalam atThobaqootul Kubroo)

Umar pun berwudhu’ dan segera sholat. Dalam riwayat Ibnu Sa’ad dari Ibnu Umar, pada saat sholat Subuh tersebut dalam kondisi terluka parah, di rokaat pertama Umar membaca surat al-Ashr dan di rokaat kedua membaca surat al-Kaafiruun.

Darahnya masih terus mengucur. Bagian luka menganga terlalu lebar untuk sekedar dibendung jari tengah dan telunjuk.

Kemudian Umar disuguhi minuman nabidz, dia pun meminumnya. Namun sari kurma itu keluar lewat perutnya. Kemudian diberi susu, dia meminumnya lagi. Namun susu itu keluar melalui lukanya. Akhirnya orang-orang menyadari bahwa Umar akan wafat.

(Baca: “الطبقات” 3/263 dan “فتح الباري” 7/78).

Ternyata Sahabat Umar Yang Mulia tidak memiliki ilmu Kebal.

====

KEDUA: UTSMAN TIDAK SAKTI, DIA WAFAT TERBUNUH DENGAN SENJATA TAJAM:

Utsman bin Affan radhiyallahu anhu dikenal sebagai pemimpin negara yang lembut. Perangainya ini membuat orang-orang merasa puas dengan masa pemerintahannya. Memasuki separuh kedua dari masa kekuasaannya, sifat lembut Utsman ini justru berdampak sebaliknya, ia malah kurang tegas dalam menjalankan roda pemerintahan, termasuk enggan mencopot aparatur negara yang kurang kompeten.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab, suasana masih terkendali. Artinya, letupan-letupan politik yang terjadi masih dapat dikendalikan. Memasuki era khalifah Utsman bin Affan, atmosfir politik sudah mulai tidak bersahabat. Instabilitas politik Utsman Utsman bin Affan dilantik menjadi pemimpin negara tiga hari setelah jenazah Umar bin Khattab disemayamkan.

Pengangkatannya sebagai khalifah berdasarkan suara mayoritas, meski awalnya Utsman keberatan dan menyarankan agar Ali bin Abi Thalib saja yang menjadi khalifah.

Berdasarkan laporan Az-Zuhri, Imam As-Suyuti dalam Tarikh Khulafa menjelaskan, Utsman bin Affan menjabat sebagai pemimpin negara selama dua belas tahun. Enam tahun pertama atau separuh dari masa kepemimpinannya, Utsman tampak cakap menjalankan roda pemerintahan. Bisa dipastikan samua rakyat merasa puas terhadap kebijakannya. Belum lagi sikapnya yang lemah lembut menjadi daya tarik tersendiri, karena sebelumnya rakyat dipimpin oleh Umar yang berperangai lebih tegas.

Kondisi yang berbeda terjadi pada separuh terakhir dari masa pemerintahannya. Karakter Utsman yang lembut ternyata membuatnya kurang tegas dalam mengambil keputusan, termasuk dalam menurunkan aparatur-aparatur pemerintah yang kurang berkompeten. Ditambah lagi praktik nepotisme yang ia lakukan.

Konon, ia banyak mengangkat pejabat dari kalangan keluarga sendiri dan Bani Umayah (kaum sendiri) yang tidak hidup semasa Rasulullah .

Salah satu saudara yang Utsman angkat sebagai pejabat adalah Abdullah bin Sarah sebagai Gubernur Mesir. Ini merupakan salah satu praktik nepotisme Utsman yang akan menjadi penyebab kematiannya.

Imam Adz-Dzahabi dalam Siyaru A’lâmin Nubalâ mencatat : Abdullah merupakan saudara sesusu Utsman.

Sedikit laporan tentang Abdullah bin Sarah. Imam Ibnu Katsir dalam Al-Bidâyah wan Nihâyah mengisahkan:

Abdullah bin Sarah merupakan salah satu sahabat Nabi yang ditugasi sebagai pencatat wahyu. Hanya saja ia berkhianat dan murtad. Pada saat penaklukan kota Makkah, ada beberapa orang yang tidak Nabi ampuni, salah satunya adalah Abdullah. Nabi pun memerintahkan para sahabat untuk membunuhnya. Hanya saja Utsman merasa iba dan membebaskannya.

Berdasarkan catatan Adz-Dzahabi dalam Siyaru A’lâmin Nubalâ: Abdullah kemudian kembali memeluk Islam. Dari laporan tersebut, jelas bahwa Abdullah bin Sarah memiliki catatan hitam pada masa Rasulullah  masih hidup.

Ternyata watak Abdullah bin Sarah ini belum sepenuhnya hilang, hingga saat menjadi gubernur di Mesir pun ia banyak mendapat protes dari rakyatnya karena kerap kali bertindak lalim. Tidak tahan dengan sikapnya, orang-orang Mesir pun melaporkan kondisi tersebut kepada Utsman bin Affan. Merespons laporan tersebut, segera Utsman menyurati Abdullah dan memperingatinya dengan tegas.

Bukannya takut, Abdullah bin Sarah malah tidak bergeming sama sekali, bahkan ia memukul dan membunuh orang-orang Mesir yang diutus Utsman untuk menemuinya.

Sejak kejadian itu, sebanyak 700 masyarakat Mesir beramai-ramai ke Madinah untuk unjuk rasa kepada Utsman dan menuntut agar Sang Khalifah mengambil sikap tegas mencopot Abdullah. Setelah beberapa upaya yang juga melibatkan Aisyah dan Ali bin Abi Thalib, Utsman pun mantap untuk mencopot Abdullah dan menggantikannya dengan Muhammad bin Abu Bakar atas usulan warga Mesir sendiri.

-----

SURAT PERINTAH PALSU

Setelah membuahkan hasil, orang-orang Mesir pun kembali ke negaranya dengan membawa keputusan tertulis Utsman yang berisi tentang penggantian gubernur Mesir.

Tepat hari ketiga dari perjalanan, mereka dikejutkan oleh seseorang berkulit hitam legam yang menunggang unta dengan terburu-buru. Mencurigai orang itu, mereka pun memberhentikan dan menginterogasinya. Selang beberapa waktu, diketahuilah status orang itu. Ia mengaku sedang melakukan perjalanan ke Mesir untuk mengantarkan surat khalifah [Utsman bin Affan] ke gubernur Abdullah bin Sarah.

Orang-orang semakin curiga ketika yang dimaksud gubernur itu adalah Abdullah bin Sarah, bukan Muhammad bin Abu Bakar yang baru saja disahkan sebagai penggantinya.

Setelah ditelusuri, orang itu juga mengaku sebagai pelayan Utsman bin Affan. Namun di sisi lain, ia mengaku sebagai pelayan MARWAN BIN HAKAM. Orang-orang kemudian menggeledahnya dan menemukan sebuah surat.

Curiga isi surat itu, Muhammad bin Abu Bakar segera mengumpulkan orang-orang Anshar, Muhajirin dan beberapa lainnya untuk bersama menyaksikan isi surat tersebut. Ketika Muhamad membukanya, tertulis pesan di dalamnya:

“Jika datang Muhammad bin Abu Bakar dan fulan, juga fulan, maka bunuhlah mereka, dan batalkan isi surat (keputusan penggantian gubernur) yang dia bawa. Sementara jabatanmu tetap seperti semula sampai datang perintahku. Penjarakanlah orang-orang yang mengadu kepadaku dan mengatakan bahwa ia telah dizalimi olehmu, sampai aku memerintahkan hal lain untukmu, insya Allah.”

Selesai membaca surat itu, praktis mereka bingung dan memutuskan untuk kembali ke Madinah menemui Utsman. Muhammad bin Abu Bakar membeberkan isi surat itu kepada penduduk Madinah, termasuk beberapa sahabat Nabi seperti Thalhah, Zubair, Ali, Sa’ad, dan lain sebagainya. Penduduk Madinah yang membaca surat itu merasa jengkel dengan Utsman.

Orang-orang Madinah yang dulu sempat konflik dengan Utsman pun semakin menunjukkan kebencian. Orang-orang menemui Utsman untuk memberi penjelasan atas isi surat tersebut.

Utsman sendiri terkejut begitu melihat isi surat dan bersumpah demi Allah bahwa bukan ia yang menulisnya. Belum lagi ada stempel pemerintah di surat itu. Dengan sumpah ini, masyarakat percaya bahwa Utsman jujur atas pengakuannya. Setelah ditelusuri, mereka akhirnya berkesimpulan bahwa yang menulis surat itu adalah Marwan bin Hakam, sekretaris Utsman.

Muhammad bin Abu Bakar beserta rombongan pun memutuskan untuk mencari Marwan sampai ketemu guna dimintai keterangan. Hanya saja Utsman merahasiakan keberadaannya karena khawatir akan dibunuh.

Di tengah kegaduhan, ada pihak yang memprovokasi agar mengepung Utsman sampai ia mau menyerahkan Marwan.

Walhasil, Muhammad bin Abu Bakar beserta rombongan mengepung Utsman, bahkan menghalangi akses air masuk ke dalam rumahnya.

Waktu itulah dengan sedih terdengar perkataan Utsman, "Mengapa kamu menahan air dari orang yang telah pernah membeli sumur?"

Di dalam rumah ada Utsman dan istrinya. Atas perintah Ali, Hasan dan Husein berjaga di pintu luar bersama beberapa orang agar tidak ada yang masuk.

Surat itu terus mereka bawa kepada Utsman, seraya mereka berkata: "Engkau telah menulis surat begini terhadap kami?"

Utsman menjawab:

"Salah satu di antara dua boleh kamu pilih:

Pertama: kalau tak percaya, kami kirim dua utusan utnuk menyelidiki.

Kedua: kamu terima sumpah saya di hadapan Allah, bahwa sungguh-sungguh bukan saya yang menulis surat itu"

Dengan sumpah besar Utsman telah menyatakan bahwa surat itu bukanlah dia yang menulis, walaupun disana terdapat cap stempel cincinnya sendiri.

Sampai pada puncak kemarahannya, Muhammad bin Abu Bakar bertekad untuk membunuh Utsman. Karena pintu rumah dijaga, Muhammad bin Abu Bakar masuk dari atap dan mencengkeram jenggot Utsman.

Sebelum masuk, Muhammad bin Abu Bakar sudah berpesan kepada dua laki-laki yang ada di sampingnya: “Jika aku sudah meringkusnya, masuklah kalian berdua dan pukullah Utsman sampai kalian membunuhnya.”

Niatnya untuk membunuh ia urungkan begitu Utsman mengingatkan: " bahwa andai Abu Bakar (ayah Muhammad) melihat ini, pasti tidak senang ".

Begitu Muhammad bin Abu Bakar melepaskan Utsman, masuk dua orang laki-laki tadi dan memukul Utsman sampai terbunuh.

Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.

Berdasarkan salah satu riwayat, As-Suyuti mencatat, pembunuh itu adalah pria dari penduduk Mesir dengan warna kulit sawo matang dan dijuluki dengan nama Himar. Sementara Ibnu Katsir menjelaskan, menurut Ibu Umar, nama pembunuh itu adalah Aswad bin Himran.

Menurut Prof Hamka (Buya Hamka) dalam Sejarah Umat Islam:

Pengakuan Utsman itu harus dipercaya. Sebab, selama ini memang Utsman terkenal sebagai orang yang bertanggung jawab atas perbuatannya.

Yang selalu menjadi perbincangan dalam sejarah, perkara ini adalah juru surat Utsman sendiri yaitu Marwan bin Al Hakam, tetapi bukti pun tidak jelas juga. Sehingga, sampai kiamat riwayat itu akan tetap begitu keadaannya, tidak jelas.

Cuma yang nyata di sana, memang Utsman kurang memperhatikan laci mejanya sendiri. Sehingga, laci itu bisa dibuka orang dan cincinnya bisa dicapkan orang tanpa sepengetahuannya. Dan, dia terpaksa menanggung dampak dari kejadian ini.

Sementara, orang semakin panas. Sebagian besar meminta supaya dia mengundurkan diri sebagai khalifah. Tetapi Utsman menolak.

Dia tak mau menanggalkan jabatan yang diletakkan Allah ke atas pundaknya dan disetujui oleh seluruh kaum Muslimin dengan ba'iat, sampai nyawa terpisah dari badannya, jabatan itu tak akan diserahkan ke orang lain.

Desakan dan kepungan bertambah hebat. Segala nasihat yang diberikan Utsman dari atas rumahnya, kepada orang-orang yang berkumpul dengan hati panas itu, tidak mempan. Apalagi setelah terdengar berita dan bisik desas-desus bahwa ada beberapa tentara dari Syam akan mengepung Madinah dan melepaskan Utsman dari kepungan itu.

Sahabat-sahabat Nabi yang utama yaitu Ali, Thalhah, Az-Zubair, menyuruh anak-anak mereka masing-masing pergi menjaga khalifah di dalam rumahnya sampai menunggu huru-hara ini selesai. Jangan sampai terjadi bahaya yang lebih besar.

Tetapi para pemberontak itu sudah bertambah kalap, rumah di samping rumah Utsman kepunyaan tetangga, telah mereka naiki. Pintu rumah mereka bakar, mereka masuk ke dalam berduyun-duyun dengan sorak-sorainya.

Anak-anak orang besar Madinah itu tersingkir ke tepi. Seorang pemberontak bernama Al Ghafiqi telah menikam Utsman, orang tua yang telah ikut menegakkan Islam sejak awal dengan pisaunya.

Jari istri Utsman yang bernama Na'ilah, yang hendak membela suaminya itu, mereka potong. Setelah itu mereka tarik jenggot Utsman dan mereka membunuhnya. Sehingga, wafatlah Utsman, sedangkan Al-quran yang dikenal dengan Mushaf Ustmani itu masih tergenggam di dalam tangannya.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 35 Hijriah, yakni setelah 11 tahun lamanya Utsman memerintah. [[Sumber: Sejarah Umat Islam / Prof Hamka (Buya Hamka)]]

------

[SEKILAS TENTANG MARWAN BIN HAKAM:

Ayah Marwan, Hakam bin Abi Ash bin Umayyah karena membocorkan informasi rahasia Nabi Muhammad  kepada para pembesar kaum Quraisy, ia diasingkan oleh Nabi  dari Madinah [Usud al-Ghabah 4/368]. Oleh karena itu, dikalangan Ahlusunah ia tidak termasuk Sahabat [Al-Isti'ab 3/1387].

Sebagian menyebut bahwa tempat kelahiran Marwan adalah Thaif. Marwan bersama dengan ayahnya tinggal di Thaif. Dan pada zaman Abu Bakar dan Umar masih tetap tinggal di pengasingan [Al-Isti'ab 1/359 dan 360].

Setelah Utsman menjadi khalifah, ia bersama dengan ayahnya kembali ke Madinah [Al-Isti'ab1/360]. Ia juga menjadi sekretaris dan termasuk pembesar pada pemerintahan Utsman [Al-I'lam 7/207] dan merupakan menantu dari Utsman [Al-Ishabah 7/379.].

======

KETIGA: ALI BIN ABI THOLIB TIDAK SAKTI, WAFAT DIBUNUH DENGAN SENJATA TAJAM:

Ibnu Jarir dan pakar-pakar sejarah lainnya menyebutkan:

Bahwa tiga orang Khawarij berkumpul, mereka adalah Abdurrahman bin Amru yang dikenal dengan sebutan Ibnu Muljam al-Himyari al-Kindi sekutu Bani Jabalah dari suku Kindah al-Mishri, al-Burak bin Abdillah at-Tamimi dan Amru bin Bakr at-Tamimi.

Mereka mengenang kembali perbuatan Ali bin Abi Thalib yang membunuh teman-teman mereka di Nahrawan, mereka memohon rahmat buat teman-teman mereka itu.

Mereka berkata: “Apa yang kita lakukan sepeninggal mereka? Mereka adalah sebaik-baik manusia dan yang paling banyak shalatnya, mereka adalah penyeru manusia kepada Allah. Mereka tidak takut celaan orang-orang yang suka mencela dalam menegakkan agama Allah. Bagaimana kalau kita tebus diri kita lalu kita datangi pemimpin-pemimpin yang sesat itu kemudian kita bunuh mereka sehingga kita membebaskan negara dari kejahatan mereka dan kita dapat membalas dendam atas kematian teman-teman kita.”

Ibnu Muljam berkata, “Aku akan menghabisi Ali bin Abi Thalib!”

Al-Burak bin Abdillah berkata, “Aku akan menghabisi Mu’awiyah bin Abi Sufyan.”

Amru bin Bakr berkata, “Aku akan menghabisi Amru bin al-Ash.”

Merekapun berikrar dan mengikat perjanjian untuk tidak mundur dari niat semula hingga masing-masing berhasil membunuh targetnya atau terbunuh. Merekapun mengambil pedang masing-masing sambil menyebut nama sahabat yang menjadi targetnya. Mereka sepakat melakukannya serempak pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Kemudian ketiganya berangkat menuju tempat target masing-masing.

Adapun Ibnu Muljam berangkat ke Kufah. Setibanya di sana ia menyembunyikan identitas, hingga terhadap teman-temannya dari kalangan Khawarij yang dahulu bersamanya. Ketika ia sedang duduk-duduk bersama beberapa orang dari Bani Taim ar-Ribab, mereka mengenang teman-teman mereka yang terbunuh pada peperangan Nahrawan. Tiba-tiba datanglah seorang wanita bernama Qatham binti Asy-Syijnah, ayah dan abangnya dibunuh oleh Ali pada peperangan Nahrawan. Ia adalah wanita yang sangat cantik dan populer. Dan ia telah mengkhususkan diri beribadah dalam masjid jami’. Demi melihatnya Ibnu Muljam mabuk kepayang. Ia lupa tujuannya datang ke Kufah. Ia meminang wanita itu. Qatham mensyaratkan mahar tiga ribu dirham, seorang khadim, budak wanita dan membunuh Ali bin Abi Thalib untuk dirinya.

Ibnu Muljam berkata: “Engkau pasti mendapatkannya, demi Allah tidaklah aku datang ke kota ini melainkan untuk membunuh Ali.”

Lalu Ibnu Muljam menikahinya dan berkumpul dengannya. Kemudian Qathami mulai mendorongnya untuk melaksanakan tugasnya itu. Ia mengutus seorang lelaki dari kaumnya bernama Wardan, dari Taim Ar-Ribab, untuk menyertainya dan melindunginya. Lalu Ibnu Muljam juga menggaet seorang lelaki lain bernama Syabib bin Bajrah al-Asyja’i al-Haruri.

Ibnu Muljam berkata kepadanya: “Maukah kamu memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat?”

“Apa itu?” Tanyanya.

“Membunuh Ali!” Jawab Ibnu Muljam.

Ia berkata, “Celaka engkau, engkau telah mengatakan perkara yang sangat besar! Bagaimana mungkin engkau mampu membunuhnya?”

Ibnu Muljam berkata, “Aku mengintainya di masjid, apabila ia keluar untuk mengerjakan shalat subuh, kita mengepungnya dan kita membunuhnya. Apabila berhasil maka kita merasa puas dan kita telah membalas dendam. Dan bila kita terbunuh maka apa yang tersedia di sisi Allah lebih baik dari-pada dunia.”

Ia berkata, “Celaka engkau, kalaulah orang itu bukan Ali tentu aku tidak keberatan melakukannya, engkau tentu tahu senioritas beliau dalam Islam dan kekerabatan beliau dengan Rasulullah . Hatiku tidak terbuka untuk membunuhnya.”

Ibnu Muljam berkata, “Bukankah ia telah membunuh teman-teman kita di Nahrawan?”

“Benar!” jawabnya.

“Marilah kita bunuh ia sebagai balasan bagi teman-teman kita yang telah dibunuhnya” kata Ibnu Muljam.

Beberapa saat kemudian Syabib menyambutnya.

Masuklah bulan Ramadhan. Ibnu Muljam membuat kesepakatan dengan teman-temannya pada malam Jum’at 17 Ramadhan.

Ibnu Muljam berkata, “Malam itulah aku membuat kesepakatan dengan teman-temanku untuk membunuh target masing-masing".

Lalu mulailah ketiga orang ini bergerak, yakni Ibnu Muljam, Wardan dan Syabib, dengan menghunus pedang masing-masing. Mereka duduk di hadapan pintu yang mana Ali biasa keluar dari-nya.

Ketika Ali keluar, beliau membangunkan orang-orang untuk shalat sembari berkata, “Shalat….shalat!”

Dengan cepat Syabib menyerang dengan pedang-nya dan memukulnya tepat mengenai leher beliau. Kemudian Ibnu Muljam menebaskan pedangnya ke atas kepala beliau. Darah beliau mengalir membasahi jenggot beliau radhiyallahu 'anhu.

Ketika Ibnu Muljam menebasnya, ia berkata, “Tidak ada hukum kecuali milik Allah, bukan milikmu dan bukan milik teman-temanmu, hai Ali!” Ia membaca firman Allah:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ وَاللّهُ رَؤُوفٌ بِالْعِبَادِ

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya.” (Al-Baqarah: 207).

Ali berteriak, “Tangkap mereka!”

Adapun Wardan melarikan diri namun berhasil dikejar oleh seorang lelaki dari Hadhramaut lalu membunuhnya. Adapun Syabib, berhasil menyelamatkan diri dan selamat dari kejaran manusia. Sementara Ibnu Muljam berhasil ditangkap.

Ali menyuruh Ja’dah bin Hubairah bin Abi Wahab untuk mengimami Shalat Fajar. Ali pun dibopong ke rumahnya. Lalu digiring pula Ibnu Muljam kepada beliau dan dibawa kehadapan beliau dalam keadaan dibelenggu tangannya ke belakang pundak, semoga Allah memburukkan rupanya.

Ali berkata kepadanya,” Apa yang mendorongmu melakukan ini?”

Ibnu Muljam berkata, “Aku telah mengasah pedang ini selama empat puluh hari. Aku memohon kepada Allah agar aku dapat membunuh dengan pedang ini makhlukNya yang paling buruk!”

Ali berkata kepadanya, “Menurutku engkau harus terbunuh dengan pedang itu. Dan menurutku engkau adalah orang yang paling buruk.”

Kemudian beliau berkata, “Jika aku mati maka bunuhlah orang ini, dan jika aku selamat maka aku lebih tahu bagaimana aku harus memperlakukan orang ini!”

* Pemakaman Jenazah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu* :

Setelah Ali radhiyallahu 'anhu wafat, kedua puteranya yakni al-Hasan dan al-Husein memandikan jenazah beliau dibantu oleh Abdullah bin Ja’far. Kemudian jenazahnya dishalatkan oleh putera tertua beliau, yakni al-Hasan. Al-Hasan bertakbir sebanyak sembilan kali.

Jenazah beliau dimakamkan di Darul Imarah di Kufah, karena kekhawatiran kaum Khawarij akan membongkar makam beliau. Itulah yang masyhur.

[Silahkan lihat Tarikh ath-Thabari, 5/143-146, ath-Thabaqat karangan Ibnu Sa’ad, 3/36-37, al-Muntazham, 5/172-173, al- Kamil, 3/388-389 dan Tarikh Islam juz Khulafaur Rasyidin halaman 607-608.]

====

TEGURAN DAN NASIHAT NABI  KEPADA KHABBAB AGAR DIA BERSABAR DAN TABAH DAN NABI  TIDAK MENURUNKAN ILMU KEBAL API ATAU SEJAM KEPADANYA

Khabbab bin Arats adalah seorang pandai besi yang ahli membuat alat-alat senjata, terutama pedang. Senjata dan pedang buatannya dijualnya kepada penduduk Makkah dan dikirimnya ke pasar-pasar.

Sejak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Khabbab pun mendapatkan kedudukan yang tinggi di antara orang-orang yang tersiksa dan teraniaya. Ia mendapat kedudukan itu di antara orang-orang yang walau pun miskin dan tak berdaya, tetapi berani dan tegak menghadapi kesombongan, kesewenangan dan kegilaan kaum Quraisy.

Dan dengan keberanian luar biasa, Khabbab memikul tanggung jawab semua itu sebagai seorang perintis.

Asy-Sya’bi berkata:

"Khabbab menunjukkan ketabahannya, hingga tak sedikit pun hatinya terpengaruh oleh tindakan biadab orang-orang kafir. Mereka menindihkan batu membara ke punggungnya, hingga terbakarlah dagingnya.”

Kafir Quraisy telah merubah semua besi yang terdapat di rumah Khabbab yang dijadikannya sebagai bahan baku untuk membuat pedang, menjadi belenggu dan rantai besi. Lalu mereka masukkan ke dalam api hingga menyala dan merah membara, kemudian mereka lilitkan ke tubuh, pada kedua tangan dan kedua kaki Khabbab.

Pernah pada suatu hari ia pergi bersama kawan-kawannya sependeritaan menemui Rasulullah , bukan karena kecewa dan kesal atas pengorbanan, hanyalah karena ingin dan mengharapkan keselamatan.

Dari Khabab bin Art radhiyallahu anhu berkata;

أَتَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً وَهُوَ فِي ظِلِّ الْكَعْبَةِ وَقَدْ لَقِينَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ شِدَّةً فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا تَدْعُو اللَّهَ فَقَعَدَ وَهُوَ مُحْمَرٌّ وَجْهُهُ فَقَالَ لَقَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الْحَدِيدِ مَا دُونَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَيُوضَعُ الْمِنْشَارُ عَلَى مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَيْنِ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَلَيُتِمَّنَّ اللَّهُ هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ مَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ زَادَ بَيَانٌ وَالذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ

Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang duduk beralaskan selendang di bawah naungan Ka'bah, saat itu kami sedang mengalami siksaan yang sangat keras dari orang-orang Musyrikin.

Aku berkata; "Wahai Rasulullah, tidakkah tuan memohon pertolongan?"

Seketika itu pula beliau bangun dengan muka merah, lalu bersabda:

"Sungguh diantara orang-orang sebelum kalian ada yang disisir dengan sisir besi lalu dagingnya terkupas dari tulangnya atau uratnya namun hal itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada juga yang diletakkan gergaji ditengah kepalanya lalu kepalanya itu digergaji hingga terbelah menjadi dua bagian, namun siksaan itu tidak menyurutkan dia dari agamanya. Sungguh, Allah akan menyempurnakan urusan (Islam) ini hingga ada seorang yang mengendarai tunggangannya berjalan dari Shan'a menuju Hadlramaut tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah".

Bayan menambahkan ; "atau (tidak ada) kekhawatiran kepada serigala atas kambingnya". [HR. Bukhori no. 3563]

Khabbab dengan kawan-kawannya mendengarkan kata-kata itu, bertambahlah keimanan dan keteguhan hati mereka. Dan masing-masing berikrar akan membuktikan kepada Allah dan Rasul-Nya hal yang diharapkan dari mereka, ialah ketabahan, kesabaran dan pengorbanan.

Demikianlah, Khabbab menanggung penderitaan dengan sabar, tabah dan tawakkal. Orang-orang Quraisy terpaksa meminta bantuan Ummi Anmar, yakni bekas majikan Khabbab yang telah membebaskannya dari perbudakan. Wanita tersebut akhirnya turun tangan dan turut mengambil bagian dalam menyiksa dan menderanya.

Wanita itu mengambil besi panas yang menyala, lalu menaruhnya di atas kepala dan ubun-ubun Khabbab, sementara Khabbab menggeliat kesakitan. Tetapi nafasnya ditahan hingga tidak keluar keluhan yang akan menyebabkan algojo-algojo tersebut merasa puas dan gembira.

Dari Qais mengatakan;

أَتَيْنَا خَبَّابَ بْنَ الْأَرَتِّ نَعُودُهُ وَقَدْ اكْتَوَى سَبْعًا فَقَالَ لَوْلَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ نَهَانَا أَنْ نَدْعُوَ بِالْمَوْتِ لَدَعَوْتُ بِهِ

Pernah kami mendatangi [Khabbab bin Al Arat] untuk membesuknya, yang ketika itu ia telah disetrika (di temple dengan besi panas) sebanyak tujuh kali, dia mengatakan;

'Kalaulah Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam tidak melarang kami berdoa memohon kematian, niscaya aku memohonnya.' [HR. Bukhori no. 6693]

Pada suatu hari Rasulullah  lewat di hadapannya, sedang besi yang membara di atas kepalanya membakar dan menghanguskannya. Hingga kalbu Rasulullah pun bagaikan terangkat karena pilu dan iba hati. Rasulullah kemudian berdoa, "Ya Allah, limpahkanlah pertolongan-Mu kepada Khabbab!"

Dan kehendak Allah pun berlakulah, selang beberapa hari, Ummi Anmar menerima hukuman qishas. Seolah-olah hendak dijadikan peringatan oleh Yang Maha Kuasa baik bagi dirinya maupun bagi algojo-algojo lainnya. Ia diserang oleh semacam penyakit panas yang aneh dan mengerikan. Menurut keterangan ahli sejarah ia melolong seperti anjing.

Dan orang memberi nasihat bahwa satu-satunya jalan atau obat yang dapat menyembuhkannya ialah menyeterika kepalanya dengan besi menyala. Demikianlah, kepalanya yang angkuh itu menjadi sasaran besi panas, yang disetrikakan orang kepadanya tiap pagi dan petang.

Jika orang-orang Quraisy hendak mematahkan keimanan dengan siksa, maka orang-orang beriman mengatasi siksaan itu dengan pengorbanan. Dan Khabbab adalah salah seorang yang dipilih oleh takdir untuk menjadi guru besar dalam ilmu tebusan dan pengorbanan. Boleh dikata seluruh waktu dan masa hidupnya dibaktikannya untuk agama yang panji-panjinya mulai berkibar.

Dari Khabbab bin Art, dia berkata;

كُنْتُ قَيْنًا بِمَكَّةَ فَعَمِلْتُ لِلْعَاصِ بْنِ وَائِلٍ السَّهْمِيِّ سَيْفًا فَجِئْتُ أَتَقَاضَاهُ فَقَالَ لَا أُعْطِيكَ حَتَّى تَكْفُرَ بِمُحَمَّدٍ قُلْتُ لَا أَكْفُرُ بِمُحَمَّدٍ ﷺ حَتَّى يُمِيتَكَ اللَّهُ ثُمَّ يُحْيِيَكَ قَالَ إِذَا أَمَاتَنِي اللَّهُ ثُمَّ بَعَثَنِي وَلِي مَالٌ وَوَلَدٌ فَأَنْزَلَ اللَّهُ { أَفَرَأَيْتَ الَّذِي كَفَرَ بِآيَاتِنَا وَقَالَ لَأُوتَيَنَّ مَالًا وَوَلَدًا أَطَّلَعَ الْغَيْبَ أَمْ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا }

"Aku adalah seorang pandai besi di Makkah, dan aku membuatkan sebilah pedang untuk Al Ash bin Wa'il ‘alaihis salam Sahmi. Tatkala aku mendatanginya untuk menagih bayarannya, dia berkata; "Aku tidak akan membayarkannya sampai kamu kafir terhadap Muhammad."

Khabab berkata; "Demi Allah, aku tidak akan mendustakan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sampai kamu dimatikan Allah kemudian kamu dibangkitkan kembali."

Al Ash bin Wa`il berkata; "Kalau begitu tunggulah sampai aku mati dan dibangkitkan kembali hingga aku diberi harta dan anak, maka aku akan membayarmu.

Maka turunlah ayat ini:

{ أَفَرَأَيْتَ الَّذِي كَفَرَ بِآيَاتِنَا وَقَالَ لَأُوتَيَنَّ مَالًا وَوَلَدًا أَطَّلَعَ الْغَيْبَ أَمْ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا }

'Maka apakah kamu Telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat kami dan ia mengatakan: "Pasti Aku akan diberi harta dan anak. Adakah ia melihat yang ghaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah?. (QS. Maryam: 77-78).
[HR. Bukhori no. 4364]

Di masa-masa dakwah pertama, Khabbab. tidak merasa cukup dengan hanya ibadah dan shalat semata, tetapi ia juga memanfaatkan kemampuannya dalam mengajar. Didatanginya rumah sebagian temannya yang beriman dan menyembunyikan keislaman mereka karena takut kekejaman Quraisy, lalu dibacakannya kepada mereka ayat-ayat Alquran dan diajarkannya. Ia mencapai kemahiran dalam belajar Alquran yang diturunkan ayat demi ayat dan surat demi surat.

Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan mengenai dirinya, bahwa Rasuiullah  pernah bersabda, "Barangsiapa ingin membaca Alquran tepat sebagaimana diturunkan, hendaklah ia meniru bacaan Ibnu Ummi Abdin (Khabbab bin Arats)!"

Hingga Abdullah bin Mas’ud menganggap Khabbab sebagai tempat bertanya mengenai soal-soal yang bersangkut paut dengan Alquran, baik tentang hapalan maupun pelajarannya.

Khabbab adalah juga yang mengajarkan Al-quran kepada Fatimah binti Khatthab dan suaminya Sa’id bin Zaid ketika mereka dipergoki oleh Umar bin Khatthab yang datang dengan pedang di pinggang untuk membuat perhitungan dengan agama Islam dan Rasulullah .

Khabbab bin Arats menyertai Rasulullah  dalam semua peperangan dan pertempurannya, dan selama hayatnya ia tetap membela keimanan dan keyakinannya. Dan ketika Baitul Mal melimpah-ruah dengan harta kekayaan di masa pemerintahan Umar dan Utsman RA, maka Khabbab beroleh gaji besar, karena termasuk golongan Muhajirin yang mula pertama masuk Islam.

Penghasilannya yang cukup ini memungkinkannya untuk membangun sebuah rumah di Kufah, dan harta kekayaannya disimpan pada suatu tempat di rumah itu yang dikenal oleh para shahabat dan tamu-tamu yang memerlukannya. Hingga bila di antara mereka ada sesuatu keperluan, ia dapat mengambil uang yang diperlukannya dari tempat itu.

Walaupun demikian, Khabbab tak pernah tidur nyenyak dan tak pernah air matanya kering setiap teringat akan Rasulullah  dan para sahabatnya yang telah membaktikan hidupnya kepada Allah. Mereka beruntung telah menemui-Nya sebelum pintu dunia dibukakan bagi kaum Muslimin dan sebelum harta kekayaan diserahkan ke tangan mereka.

Ketika para sahabatnya datang menjenguk ketika ia sakit, mereka berkata:

"Senangkanlah hati anda wahai Abu Abdillah, karena anda akan dapat menjumpai teman-teman sejawat anda."

Khabbab berkata sambil menangis:

"Sungguh, aku tidak merasa kesal atau kecewa, tetapi kalian telah mengingatkanku kepada para sahabat dan sanak saudara yang telah pergi mendahului kita dengan membawa semua amal bakti mereka, sebelum mereka mendapatkan ganjaran di dunia sedikit pun juga. Sedang kita masih tetap hidup dan beroleh kekayaan dunia, hingga tak ada tempat untuk menyimpannya lagi kecuali tanah."

Kemudian Khabba menunjuk rumah sederhana yang telah dibangunnya itu, lalu ditunjuknya pula tempat untuk menaruh harta kekayaannya:

"Demi Allah, tak pernah saya menutupnya walau dengan sehelai benang, dan tak pernah saya menghalangi siapa pun yang meminta," ujarnya.

Dan setelah itu ia menoleh kepada kain kafan yang telah disediakan orang untuknya. Maka ketika dilihatnya mewah dan berlebih-lebihan, air matanya mengalir:

"Lihatlah ini kain kafanku. Bukankah kain kafan Hamzah paman Rasulullah  ketika gugur sebagai salah seorang syuhada, hanyalah burdah berwarna abu-abu, yang jika ditutupkan ke kepalanya terbukalah kedua ujung kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan ke ujung kakinya, terbukalah kepalanya?"

Khabbab berpulang pada tahun 37 Hijriyah. Dengan demikian, si pembuat pedang di masa jahiliyah telah tiada lagi. Demikian halnya guru besar dalam pengabdian dan pengorbanan dalam Islam telah berpulang.

******

ALLAH SWT MENJANJIKAN SURGA BAGI MUJAHID YANG MATI SYAHID DAN MELIMPAHKAN PAHALA BAGI YANG TERLUKA .

Allah SWT berfirman tentang para syuhada Uhud :

﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ . فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ﴾

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki".

Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [QS. Ali Imran : 169-170]

Dan Allah SWT tentang pasukan Uhud yang terluka :

﴿الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِن بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ﴾ 

(Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. [QS. Ali Imran : 172]

*****

PERTOLONGAN ALLAH DATANG PADA MUJAHIDIN YANG SABAR DALAM MEDAN TEMPUR DAN TAQWA KEPADA ALLAH , BUKAN YANG SAKTI :

Allah SWT berfirman : 

﴿ بَلٰٓى ۙ اِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا وَيَأْتُوْكُمْ مِّنْ فَوْرِهِمْ هٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ اٰلَافٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُسَوِّمِيْنَ ﴾

  “Ya” (cukup). Jika kamu bersabar dan bertakwa ketika mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. (QS. Ali 'Imran: 125)

Mujahid yang sakti pada hakikatnya dia minta pengawalan dan perlindungan kepada jin ilmu kesaktian .

*****

SEBAB-SEBAB MANUSIA RELA MENGHINAKAN DIRINYA SEBAGAI HAMBA PARA JIN

PERTANYAAN:

Mengapa ada sebagian manusia yang bersedia merendahkan dirinya mengemis, meminta perlindungan dan bantuan kepada para jin yang dikemas dengan istilah ilmu kedigdayaan atau karomah ?

JAWABAN:

Pertama: karena kebodohan manusia.

Kedua: ketidak sabaran dalam menghadapi ujian keimanan.

Ketiga: tergiur jalan pintas atau jalan alternatif yang ditawarkan iblis dan bala tentaranya.

Sementara ujian keimanan dan kecintaan kepada Allah 'Azza wa Jalla itu pasti adanya.

{ أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ.وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖفَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ}.

“ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-‘Ankabuut: 2-3).

Lalu ada sebagian manusia yang gak sabar menghadapi ujian keimanan dari Allah, maka orang tersebut buru-buru berpaling dari Allah dan mencari jalan alternatif yang dianggap mustajab dalam doanya dengan berbagai macam alasan, ada yang mengatakan alasannya berusaha cari sebab lain atau cari syariat dan lain sebagainya.

Sebagaimana yang di firmankan Allah:

{ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِن ْأَصَابَهُ خَيْرٌا طْمَأَنَّ بِهِۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ. يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنْفَعُهُ ۚذَٰلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ. يَدْعُو لَمَنْ ضَرُّهُ أَقْرَبُ مِنْ نَفْعِهِ ۚ لَبِئْسَ الْمَوْلَىٰ وَلَبِئْسَ الْعَشِيرُ }.

“ Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.

Ia (lalu) berdoa kepada selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfa`at kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.

Ia berdoa / berseru kepada sesuatu yang sebenarnya mudharatnya lebih dekat dari manfa`atnya. Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat penolong dan sejahat-jahat kawan”. (QS. Al-Hajj: 11-13)

Dan Allah SWT berfirman pula:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ فَاِذَآ اُوْذِيَ فِى اللّٰهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللّٰهِ ۗوَلَىِٕنْ جَاۤءَ نَصْرٌ مِّنْ رَّبِّكَ لَيَقُوْلُنَّ اِنَّا كُنَّا مَعَكُمْۗ اَوَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَعْلَمَ بِمَا فِيْ صُدُوْرِ الْعٰلَمِيْنَ

Dan di antara manusia ada sebagian yang berkata: “Kami beriman kepada Allah,” tetapi apabila dia disakiti (karena dia beriman) kepada Allah, dia menganggap cobaan manusia itu sama seperti siksaan Allah. Dan jika datang pertolongan dari Tuhanmu, niscaya mereka akan berkata, “Sesungguhnya kami bersama kalian.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada di dalam dada semua manusia? [QS. al-Ankabuut: 10].

Mereka para penyembah jin agar mendapatkan kesaktian terpedaya oleh tipu muslihat Syaithan. Cara paling ampuh yang dilakukan syaithan adalah menghiasi keburukan seakan terlihat indah. Menghias kebatilan terlihat sebagai kebenaran.

Seperti yang disebutkan dalam Al-Quran surat An-Naml ayat 24 di atas dalam kisah burung Hudhud tentang adanya penyembahan manusia kepada dewa Matahari, Allah SWTmenjelaskan tentang tipu daya syaitan di dalam penyembahan tersebut:

{ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ }

“ Dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka “. (QS. An-Naml: 24)

Bahkan Al-Qur’an mencontohkan mereka yang telah mendapat petunjuk, bisa kembali murtad karena setan merubah kebatilan itu terlihat seperti seuatu yang indah.

{ إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ }

“Sesungguhnya orang-orang yang berbalik (kepada kekafiran) setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, setanlah yang merayu mereka dan memanjangkan angan-angan mereka.”. (QS. Muhammad 25)

Dalam firman-Nya yang lain:

{ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ }

“ (Syaitan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. At-Taubat 36-37)

{ فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ}

“Tetapi setan menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan mereka (yang buruk).”(An-Nahl 63)

Dalam QS. Al Kahfi sudah di sinyalir pula oleh Allah SWT:

{ قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا (١٠٣) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا (١٠٤) أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا (١٠٥) ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا }

Katakanlah: “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”

Yaitu orang-orang yang Telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.

Mereka itu orang-orang yang Telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, Maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.

Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (QS. Al Kahfi [18]: 103-106).

Banyak sekali langkah-langkah syaithan di dalam menyesatkan umat munusia, tapi yang menjadi tujuan utamanya adalah agar umat manusia sama seperti iblis, sama-sama mendapatkan murka dan laknat dari Allah sebagai bentuk pelampiasan dendamnya terhadap Adam alaihis salam.

SELESAI. AL-HAMDULILLAH. SEMOGA BERMANFAAT.

WAHAI PARA ORANG SAKTI MANDRA GUNA !

Silahkan pilih, mati dalam keadaan murni menjadi hamba Allah ! Atau mati dalam keadaan menjadi hamba para jin khodam kanuragan, kedigdayaan dan kesaktian!

 

 


Posting Komentar

0 Komentar