Oleh Abu Haitsam Fakhri
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah
HADITS-HADITS TENTANG MEMELIHARA ANJING:
Hadits pertama: hadits Abu Hurairah riwayat Bukhory:
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ أَمْسَكَ كَلْبًا فَإِنَّهُ يَنْقُصُ كُلَّ يَوْمٍ مِنْ عَمَلِهِ قِيرَاطٌ إِلَّا كَلْبَ حَرْثٍ أَوْ مَاشِيَةٍ
"Siapa yang memelihara anjing berarti sepanjang hari itu dia telah menghapus amalnya sebanyak satu qirath kecuali memelihara anjing penjaga ladang atau penjaga ternak ".
Berkata, [Ibnu Sirin] dan [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] dari Nabi SAW:
إِلَّا كَلْبَ غَنَمٍ أَوْ حَرْثٍ أَوْ صَيْدٍ
"Kecuali anjing untuk mengembalakan kambing atau untuk menjaga ladang atau anjing pemburu".
Dan berkata, [Abu Hazim] dari [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] dari Nabi SAW:
كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ مَاشِيَةٍ
"Anjing pemburu atau anjing untuk menjaga ternak ".
[HR. Bukhori no. 2154, 2322]
Hadits kedua: hadits Abu Hurairah riwayat Muslim:
Dari Abu Hurairah radhuyallahu 'anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda:
( مَنْ اقْتَنَى كَلْبًا لَيْسَ بِكَلْبِ صَيْدٍ وَلا مَاشِيَةٍ وَلا أَرْضٍ فَإِنَّهُ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِهِ قِيرَاطَانِ كُلَّ يَوْمٍ) .
‘Siapa saja yang memelihara anjing bukan anjing pemburu, penjaga ternak, atau penjaga kebun, maka pahalanya akan berkurang sebanyak dua qirath setiap hari.’” [HR. Muslim no. 1575]
Hadits ke tiga: hadits Abdullah bin Umar riwayat Muslim:
Dari Abdullah bin Umar bahwa Nabi SAW bersabda:
( مَنْ اقْتَنَى كَلْبًا إِلا كَلْبَ مَاشِيَةٍ أَوْ كَلْبَ صَيْدٍ نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطٌ . قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: وَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: أَوْ كَلْبَ حَرْثٍ ) .
Barangsiapa yang memelihara anjing kecuali anjing penjaga ternak, atau anjing untuk berburu, berkuranglah pahalnya setiap hari satu Qirath, Abdullah berkata: dan Abu Huraerah berkata: atau anjing penjaga ladang . [HR. Muslim no. 1574]
PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG HUKUM MEMELIHARA ANJING BERDASARKAN HADITS-HADITS DIATAS:
Ibnu Abdil Bar berpendapat:
فِي هَذَا الْحَدِيث إِبَاحَة اِتِّخَاذ الْكِلَاب لِلصَّيْدِ وَالْمَاشِيَة, وَكَذَلِكَ الزَّرْع
“Haditsnya ini mengindikasikan bolehnya menjadikan anjing untuk berburu, penjaga ternak dan juga tanaman (kebun)". [At-Tamheed oleh Ibnu Abdil-Barr (14/ 218)]
AL-HAFIDS IBNU HAJAR:
Al-Hafidz Ibnu Hajar setelah mengutip perkataan Ibnu Abdil Barr, beliau berkata:
“وَكَذَلِكَ الزَّرْعُ لِأَنَّهَا زِيَادَةُ حَافِظٍ وَكَرَاهَةُ اتِّخَاذِهَا لِغَيْرِ ذَلِكَ إِلَّا أَنَّهُ يَدْخُلُ فِي مَعْنَى الصَّيْدِ وَغَيْرِهِ مِمَّا ذُكِرَ اتِّخَاذُهَا لِجَلْبِ الْمَنَافِعِ وَدَفْعِ الْمَضَارِّ قِيَاسًا فَتَمَحَضَّ كَرَاهَةُ اتِّخَاذِهَا لِغَيْرِ حَاجَةٍ لِمَا فِيهِ مِنْ تَرْوِيعِ النَّاسِ وَامْتِنَاعِ دُخُولِ الْمَلَائِكَةِ لِلْبَيْتِ الَّذِي هُمْ فِيه".
“Demikian juga sebagai penjaga ladang pertanian, karena merupakan tambahan penjaga dan dimakruhkan jika menggunakannya untuk selain itu, kecuali untuk keperluan yang termasuk dalam pengertian berburu dan hal-hal lain yang telah disebutkan, yaitu menggunakannya untuk hal-hal yang membawa manfaat dan menangkal bahaya, berdasarkan analogi [Qiyas]. Maka dengan demikian kemakruhannya itu murni jika menggunakannya bukan karena adanya hajat kebutuhan; karena keberadaan anjing tsb dapat menakut-nakuti manusia dan menghalangi malaikat untuk masuk ke dalam rumah yang mereka tempati”. [Lihat: Fathul Bari 5/6].
IMAM MALIK:
Imam Malik menyatakan kebolehan seorang Muslim untuk memelihara anjing untuk berbagai keperluan sebagai keterangan Ibnu Abdil Barr berikut ini:
وَأَجَازَ مَالِكٌ اقْتِنَاءَ الْكِلَابِ للزَّرْعِ والصَّيْدِ والمَاشِيَةِ
وكان بن عُمَرَ لَا يُجِيزُ اتِّخَاذَ الْكَلْبِ إِلَّا لِلصَّيْدِ والماشية خاصة ووقف عندما سَمِعَ وَلَمْ يَبْلُغْهُ مَا رَوَى أَبُو هُرَيْرَةَ وسفيان بن أبي زهير وبن مُغَفَّلٍ وَغَيْرُهُمْ فِي ذَلِكَ
Artinya: “Imam Malik membolehkan pemeliharaan anjing untuk jaga tanaman, perburuan, dan jaga hewan ternak.
Sahabat Ibnu Umar tidak membolehkan pemeliharaan anjing kecuali untuk berburu dan menjaga hewan ternak secara khusus, namun beliau berhenti dari pendapatnya ketika beliau mendengar hadits riwayat Abu Hurairah, Sufyan bin Abu Zuhair, Ibnu Mughaffal, dan lainnya, karena sebelumnya hadits ini belum sampai kepadanya” .
(Lihat: Al-Istidzkar karya Ibnu Abdil Barr, [Cet. Halab-Kairo Darul Wagha dan Beirut, Daru Qutaibah: 1993 M/1414 H], cet. ke1, 27/193).
IBNU 'ABDIL BARR:
Ibnu Abdil Barr, ulama Madzhab Maliki, menjelaskan bahwa pemeliharaan anjing tidak diharamkan. “Larangan” Rasulullah hanya bersifat makruh. Sedangkan pengurangan pahala hanya bersifat preventif sebagaimana dalam keterangan berikut ini:
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ اتِّخَاذَ الْكِلَابِ لَيْسَ بِمُحَرَّمٍ وَإِنْ كَانَ ذَلِكَ الِاتِّخَاذُ لِغَيْرِ الزَّرْعِ وَالضَّرْعِ وَالصَّيْدِ لِأَنَّ قَوْلَهُ: ( مَنِ اتَّخَذَ كَلْبًا - أَوِ اقْتَنَى كَلْبًا ) لَا يُغْنِي عَنْهُ زَرْعًا وَلَا ضَرْعًا وَلَا اتَّخَذَهُ لِلصَّيْدِ نَقَصَ مِنْ أَجْرِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطٌ يَدُلُّ عَلَى الْإِبَاحَةِ لَا عَلَى التَّحْرِيمِ لِأَنَّ الْمُحَرَّمَاتِ لَا يُقَالُ فِيهَا مَنْ فَعَلَ هَذَا نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِ أَوْ مِنْ أَجْرِهِ كَذَا بَلْ يُنْهَى عَنْهُ لِئَلَّا يُوَاقِعَ الْمُطِيعُ شَيْئًا مِنْهَا
وَإِنَّمَا يَدُلُّ ذَلِكَ اللَّفْظُ عَلَى الْكَرَاهَةِ لَا عَلَى التَّحْرِيمِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ
Artinya, “Pada hadits ini terdapat dalil bahwa memelihara anjing tidak diharamkan sekalipun bukan untuk kepentingan jaga tanaman, ternak perah, dan berburu. Maksud redaksi hadits ‘Siapa saja yang menjadikan anjing’ atau ‘memelihara anjing’ bukan untuk jaga tanaman, jaga ternak perah, atau berburu maka akan berkurang pahalanya sebanyak satu qirath, menunjukkan kebolehan atau mubah bukan pengharaman. Pasalnya, pengharaman tidak bisa ditarik dari pernyataan, ‘Siapa yang melakukan ini, maka akan berkurang amalnya atau pahalanya sekian.’ Larangan itu dimaksudkan agar seorang Muslim yang taat tidak jatuh di dalamnya. Lafal ini menunjukkan larangan yang makruh, bukan haram. Wallahu a‘lam,”
(Lihat: Al-Istidzkar karya Ibnu Abdil Barr, [Cet. Halab-Kairo Darul Wagha dan Beirut, Daru Qutaibah: 1993 M/1414 H], cet. ke1, 27/193-194).
Ibnu Abdil Barr menjelaskan bahwa pada prinsipnya kualitas pemeliharaan anjing tergantung pada bagaimana perlakuan keseharian kita terhadap hewan peliharaan tersebut. Kalau perilaku keseharian kita baik, maka Allah akan memberikan pahala. Tetapi ketika perilaku kita buruk, maka Allah akan membalas kita dengan dosa.
وَقَدْ يَكُونُ فِي التَّقْصِيرِ فِي الْإِحْسَانِ إِلَى الْكَلْبِ لِأَنَّهُ قَانِعٌ نَاظِرٌ إِلَى يَدِ مُتَّخِذِهِ فَفِي الْإِحْسَانِ إِلَيْهِ أَجْرٌ كَمَا قال صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي كُلِّ ذِي كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ وَفِي الْإِسَاءَةِ إِلَيْهِ بِتَضْيِيقِهِ وِزْرٌ
Artinya, “Terkadang terjadi kelalaian untuk berbuat baik terhadap anjing. Hal ini cukup dilihat dari tangan orang yang memeliharanya. Berbuat baik terhadap anjing bernilai pahala sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ‘Pada setiap limpa yang basah terdapat pahala.’ Berbuat jahat dengan kezaliman tertentu terhadap anjing bernilai dosa”.
(Lihat: Al-Istidzkar karya Ibnu Abdil Barr, [Cet. Halab-Kairo Darul Wagha dan Beirut, Daru Qutaibah: 1993 M/1414 H], cet. ke1, 27/194).
PENDAPAT JUMHUR ULAMA:
Mayoritas para ulama, mereka berpendapat:
“Tidak diperbolehkan memelihara anjing kecuali pada tiga kategori anjing tersebut diatas (Anjing pemburu, Anjing Penjaga ternak dan Anjing penjaga ladang)".
Dan keberadaan anjing di dalam rumah menghalangi malaikat Jibril masuk ke dalam rumah, sebagaimana dalam hadits Maimunah radhiyallahu anha, isteri Nabi SAW:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصْبَحَ يَوْمًا وَاجِمًا فَقَالَتْ لَهُ مَيْمُونَةُ أَيْ رَسُولَ اللَّهِ لَقَدْ اسْتَنْكَرْتُ هَيْئَتَكَ مُنْذُ الْيَوْمَ فَقَالَ إِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ وَعَدَنِي أَنْ يَلْقَانِي اللَّيْلَةَ فَلَمْ يَلْقَنِي أَمَا وَاللَّهِ مَا أَخْلَفَنِي قَالَ فَظَلَّ يَوْمَهُ كَذَلِكَ ثُمَّ وَقَعَ فِي نَفْسِهِ جَرْوُ كَلْبٍ تَحْتَ نَضَدٍ لَنَا فَأَمَرَ بِهِ فَأُخْرِجَ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهِ مَاءً فَنَضَحَ بِهِ مَكَانَهُ فَلَمَّا أَمْسَى لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ كُنْتَ وَعَدْتَنِي أَنْ تَلْقَانِي الْبَارِحَةَ قَالَ أَجَلْ وَلَكِنَّا لَا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat bersedih di pagi hari, kemudian Maimunah berkata kepadanya; wahai Rasulullah, sungguh saya tidak mengetahui keadaan anda sejak hari ini.
Beliau SAW bersabda: "Sesungguhnya Jibril 'alaihis salam telah berjanji untuk menemuiku pada malam ini, kemudian Ia tidak menemuiku. Demi Allah ia tidak pernah mengingkari janjinya kepadaku."
Ibnu Abbas berkata; Beliau selama seharian dalam keadaan demikian, kemudian beliau teringat anjing kecil di bawah ranjang kami. Kemudian beliau memerintahkan agar anjing tersebut dikeluarkan, maka anjing tersebut dikeluarkan. Kemudian beliau mengambil air dengan tangannya dan mempercici tempat anjing tersebut.
Kemudian pada sore harinya beliau berjumpa dengan Jibril 'alaihis salam. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya: "Sungguh engkau telah berjanji kepadaku untuk menemuiku tadi malam."
Jibril berkata; benar. Akan tetapi kami tidak memasuki rumah padanya terdapat anjing dan gambar. [HR. Muslim no. 2105 dan Nasaai no. 4209]
Syekh Ibnu 'Utsaimin mengatakan dalam Sharh Riyaadh al-Saalihiin, 4/241:
“وأما اتخاذ الكلب وكون الإنسان يقتنيه فإن هذا حرام, بل هو من كبائر الذنوب, لأن الذي يقتني الكلب إلا ما استثنى ينقص كل يوم من أجره قيراطان . . .
ومن حكمة الله عز وجل أن الخبيثات للخبيثين, والخبيثون للخبيثات يقال: إن الكفار من اليهود والنصارى والشيوعيين في الشرق والغرب كل واحد له كلب والعياذ بالله يتخذه معه, وكل يوم ينظفه بالصابون والمنظفات الأخرى ! مع أنه لو نظفه بماء البحار كلها وصابون العالم كله ما طهر ! لأن نجاسته عينية, والنجاسة العينية لا تطهر إلا بتلفها وزوالها بالكلية .
لكن هذه من حكمة الله, حكمة الله أن يألف هؤلاء الخبثاء ما كان خبثاً ، كما أنهم أيضاً يألفون وحي الشيطان ؛ لأن كفرهم هذا من وحي الشيطان ، ومن أمر الشيطان ، فإن الشيطان يأمر بالفحشاء والمنكر, ويأمر بالكفر والضلال, فهم عبيد للشيطان وعبيد للأهواء, وهم أيضاً خبثاء يألفون الخبائث . نسأل الله لنا ولهم الهداية " انتهى
Adapun memelihara anjing, maka hukumnya haram dan termasuk dosa besar, karena orang yang memelihara anjing - kecuali yang dikecualikan - maka pahalanya akan berkurang dua qiraath setiap hari.
Dan sebagian hikmah Allah Azza wa Jalla adalah para wanita yang khobits [menjijikan] untuk para pria yang khobits dan para pria yang khobits untuk para wanita yang khobits.
Dikatakan bahwa orang-orang kafir dari kalangan Yahudi, Kristen dan komunis di timur dan barat semuanya sama, mereka memelihara anjing . Masing-masing suka membawa anjingnya dan membersihkannya setiap hari dengan sabun dan bahan pembersih lainnya. Akan tetapi jika seandainya dia membersihkan anjingnya dengan air dari semua lautan di dunia dan semua sabun di dunia, itu tidak akan pernah menjadikannya suci ! Karena najisnya itu objeknya [najis 'ain], dan najis 'ain [bawaan] itu tidak dapat disucikan kecuali dengan menghancurkan dan menghilangkannya secara total.
Tapi ini dengan hikmah Allah. Dan hikmah Allah adalah agar orang-orang jahat ini terbiasa dengan apa yang jahat, sama seperti mereka juga akrab dengan wahyu Setan; Karena kekafiran mereka ini berasal dari wahyu setan, dan dari perintah setan, karena setan itu senantiasa memerintahkan maksiat dan kejahatan, dan dia memerintahkan kekufuran dan kesesatan. Dan kami memohon kepada Allah agar memberikan hidayah kepada kami dan mereka". [Kutipan Selesai].
HUKUM MEMIHARA ANJING UNTUK MENJAGA RUMAH DAN GERBANG:
Ada sebagian para ulama yang berpandangan bahwa pengecualian tersebut dalam hadits yang telah lalu bisa dikiaskan kepada bolehnya memelihara anjing dengan status anjing tersebut memberi manfaat dan menolak bahaya, seperti memelihara anjing sebagai penjaga rumah" .
Al-Imam An-Nawawi mengatakan dalam Sharh Muslim (10/340):
“هَلْ يَجُوز اِقْتِنَاء الْكِلَاب لِحِفْظِ الدُّور وَالدُّرُوب وَنَحْوهَا ؟ فِيهِ وَجْهَانِ: أَحَدهمَا: لا يَجُوز ، لِظَوَاهِر الأَحَادِيث ، فَإِنَّهَا مُصَرِّحَة بِالنَّهْيِ إِلا لِزَرْعٍ أَوْ صَيْد أَوْ مَاشِيَة, وَأَصَحّهمَا: يَجُوز ، قِيَاسًا عَلَى الثَّلاثَة ، عَمَلا بِالْعِلَّةِ الْمَفْهُومَة مِنْ الأَحَادِيث وَهِيَ الْحَاجَة " انتهى .
Apakah boleh memelihara anjing untuk menjaga rumah-rumah, pintu-pintu gerbang dan yang semisalnya?
Ada dua wajah pendapat untuk itu: salah satunya: itu tidak diperbolehkan, karena makna hadits-hadits yang jelas, karena hadits-hadits tersebut secara eksplisit melarang kecuali untuk menjaga tanaman, berburu atau menjaga ternak.
Dan yang paling benar adalah: boleh dianalogikan dengan ketiganya, sesuai dengan nalar yang dipahami dari hadits, yaitu kebutuhan.
Dan inilah yang dishahihkan oleh al-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim 10/340: tentang diperbolehkannya memelihara anjing untuk menjaga rumah.
Dan ini juga yang dishahihkan oleh Syekh Ibnu Utsaimin dalam “Sharh Sahih Muslim. Beliau berkata:
:"والصحيح أنه يجوز اقتناؤه لحفظ البيوت ، وإذا جاز اقتناء الكلب لتحصيل منفعة كالصيد ، فاقتناؤه لدفع مضرة وحفظ النفس من باب أولى "
“Pendapat yang shahih adalah boleh memeliharanya untuk menjaga rumah-rumah . Dan jika diperbolehkan memelihara anjing untuk mendapatkan keuntungan, seperti berburu, maka memeliharanya untuk menangkal bahaya dan menjaga diri adalah lebih utama".
[Sumber: الإسلام سؤال وجواب 5/7220 no. 69777]
0 Komentar