FATWA SYEIKH BIN BAAZ: HUKUM MENGULANG UMROH DALAM SATU SAFAR
DAN
HUKUM BADAL UMROH LANGSUNG SETELAH BERUMRAH
====
Di terjemahkan oleh Abu Haitsam Fakhri
KAJIAN NIDA ISLAM
---
====
NOTE : Dengan men-Share Fatwa Ini Bukan Berarti Mengharuskan Penulis Sependapat Dengan nya .
===*****===
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
*****
HUKUM MENGULANG UMROH DALAM MUSIM YANG SAMA
حُكْمُ تَكْرَارِ العُمْرَةِ فِي نَفْسِ المَوْسِمِ
===
**PERTANYAAN**:
إِذَا أَتَى الشَّخْصُ إِلَى مَكَّةَ المُكَرَّمَةِ لِأَدَاءِ الحَجِّ أَوِ العُمْرَةِ فَهَلْ يَجُوزُ لَهُ بَعْدَ الِانْتِهَاءِ مِنْ حَجَّتِهِ أَوْ عُمْرَتِهِ أَنْ يُؤَدِّيَ عُمْرَةً أُخْرَى لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ فِي نَفْسِ هٰذَا المَوْسِمِ الَّذِي أَتَى فِيهِ، بِحَيْثُ يَخْرُجُ مِنْ مَكَّةَ إِلَى التَّنْعِيمِ لِلْإِحْرَامِ ثُمَّ يَقْضِي هٰذِهِ العُمْرَةَ؟ أَرْجُو الإِفَادَةَ بَارَكَ اللهُ فِيكُمْ.
Jika seseorang datang ke Makkah Al-Mukarramah untuk menunaikan haji atau umrah, apakah boleh baginya, setelah menyelesaikan haji atau umrahnya, melakukan umrah lain untuknya atau untuk orang lain pada musim yang sama dengan saat dia datang ? Yaitu dengan cara dia keluar dari Makkah menuju At-Tana'im untuk Ihram dan kemudian menunaikan Umrah ini? Semoga bermanfaat, Semoga Allah memberkati Anda !
JAWAB :
لَا حَرَجَ فِي ذٰلِكَ وَالحَمْدُ لِلَّهِ، إِذَا قَدِمَ لِلْعُمْرَةِ أَوْ لِلْحَجِّ فَحَجَّ عَنْ نَفْسِهِ أَوِ اعْتَمَرَ عَنْ نَفْسِهِ أَوْ حَجَّ عَنْ غَيْرِهِ أَوِ اعْتَمَرَ عَنْ غَيْرِهِ وَأَحَبَّ أَنْ يَأْخُذَ عُمْرَةً أُخْرَى لِنَفْسِهِ أَوْ لِغَيْرِهِ فَلَا حَرَجَ فِي ذٰلِكَ، لَكِنْ يَأْخُذُهَا مِنَ الحِلِّ يَخْرُجُ مِنْ مَكَّةَ إِلَى الحِلِّ، التَّنْعِيمِ أَوِ الجِعْرَانَةِ أَوْ غَيْرِهِمَا فَيُحْرِمُ مِنْ هُنَاكَ ثُمَّ يَدْخُلُ فَيَطُوفُ وَيَسْعَى وَيُقَصِّرُ، سَوَاءٌ عَنْ نَفْسِهِ أَوْ عَنْ مَيِّتٍ مِنْ أَقَارِبِهِ وَأَحْبَابِهِ أَوْ عَنْ عَاجِزٍ شَيْخٍ كَبِيرٍ أَوْ عَجُوزٍ كَبِيرَةٍ عَاجِزَيْنِ عَنِ العُمْرَةِ فَلَا بَأْسَ.
وَقَدْ فَعَلَتْ هٰذَا عَائِشَةُ بِأَمْرِ النَّبِيِّ ﷺ فَإِنَّهَا اعْتَمَرَتْ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ ثُمَّ اسْتَأْذَنَتْ فِي لَيْلَةِ الحَصْبَةِ لَيْلَةَ ثَلَاثَةَ عَشَرَ.. لَيْلَةَ أَرْبَعَةَ عَشَرَ اسْتَأْذَنَتْ بَلْ لَيْلَةَ ثَلَاثَةَ عَشَرَ اسْتَأْذَنَتْ فِي لَيْلَةِ الحَصْبَةِ وَهِيَ مَسَاءُ اليَوْمِ الثَّالِثِ لَيْلَةَ أَرْبَعَةَ عَشَرَ اسْتَأْذَنَتْ أَنْ تَعْتَمِرَ فَأَذِنَ لَهَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ، وَأَمَرَ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي بَكْرٍ وَهُوَ أَخُوهَا أَنْ يَذْهَبَ مَعَهَا إِلَى التَّنْعِيمِ فَاعْتَمَرَتْ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، وَهٰذِهِ عُمْرَةٌ ثَانِيَةٌ مِنْ دَاخِلِ مَكَّةَ.
فَالحَاصِلُ: أَنَّهُ لَا حَرَجَ أَنْ يُؤَدِّيَ الإِنْسَانُ الحَجَّ عَنْ نَفْسِهِ أَوِ العُمْرَةَ عَنْ نَفْسِهِ ثُمَّ يَعْتَمِرَ لِشَخْصٍ آخَرَ أَوْ يَعْتَمِرَ عَنْ غَيْرِهِ أَوْ يَحُجَّ عَنْ غَيْرِهِ ثُمَّ يَعْتَمِرَ لِنَفْسِهِ لَا حَرَجَ فِي ذٰلِكَ. نَعَمْ.
Hal itu tidak mengapa, dan segala puji bagi Allah, jika dia datang untuk umrah atau haji dan menunaikan haji atas namanya sendiri, atau menunaikan umrah atas namanya sendiri, atau menunaikan haji atas nama orang lain, atau menunaikan umrah atas nama dirinya. orang lain.
Lalu dia berkeinginan untuk melakukan ibadah umrah lagi untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, maka hal itu tidak mengapa, tetapi dia mengambil miqot dari tanah halal , yaitu dia harus keluar dari Makkah menuju tanah Halal , seperti al-Tan'im atau Al- Ja'ranah atau lainnya.
Lalu dia berihram dari sana, kemudian masuk dan melakukan tawaf, sai dan mengqoshor , baik atas namanya sendiri atau atas nama kerabat yang meninggal dan orang yang dicintainya. Atau atas nama orang tua yang sangat lemah . Atau orang yang sudah tua renta yang tidak mampu melakukan umrah. Maka hal itu tidak mengapa.
Dan Aisyah melakukannya atas perintah Nabi ﷺ, karena dia melakukan umrah bersama Nabi ﷺ, kemudian dia meminta izin pada malam al-Hashbah [ malam nafar akhir ] , malam tanggal tiga belas [Dzul-Hijjah]…… Pada malam tanggal empat belas dia meminta izin, tetapi pada malam tanggal tiga belas dia meminta izin pada malam al-Hashbah yaitu sore hari ketiga, malam keempat belas. Dia meminta izin untuk melakukan Umrah, maka beliau ﷺ memberinya izin, dan dia memerintahkan Abdur-Rahman bin Abi Bakr, dia adalah saudara laki-lakinya, untuk pergi bersamanya ke Tan'im, maka dia ['Aisyah] melakukan Umrah –radhiyallahu 'anhaa-, dan ini adalah umrah kedua dari dalam Makkah.
Kesimpulannya:
Tidak mengapa seseorang menunaikan haji atas nama sendiri atau umrah atas nama sendiri kemudian menunaikan umrah untuk orang lain atau menunaikan umrah atas nama orang lain. Atau menunaikan haji atas nama orang lain kemudian melakukan umrah untuk dirinya sendiri, tidak ada masalah untuk itu. Ya.
====
PERTANYAAN BERIKUTNYA :
إِذَا كَانَتِ العُمْرَةُ الأُولَى وَالثَّانِيَةُ لِنَفْسِهِ فَهَلْ تَشْتَرِطُونَ فَاصِلًا زَمَنِيًّا مُعَيَّنًا؟
Jika umrah pertama dan kedua untuk dirinya sendiri, apakah Anda menetapkan syarat tenggang masa waktu tertentu?
JAWABAN SYEIKH BIN BAAZ :
لَيْسَ هُنَاكَ دَلِيلٌ، بَعْضُ أَهْلِ العِلْمِ كَرِهَ تَقَارُبَ العُمْرَتَيْنِ وَلَكِنْ لَيْسَ عَلَيْهِ دَلِيلٌ، يَقُولُ النَّبِيُّ ﷺ: «العُمْرَةُ إِلَى العُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالحَجُّ المَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الجَنَّةُ» مُتَّفَقٌ عَلَى صِحَّتِهِ، وَلَمْ يَقُلْ: بَيْنَهُمَا كَذَا وَلَا كَذَا، وَعَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا اعْتَمَرَتْ بَعْدَ عُمْرَتِهَا الأُولَى بِأَقَلَّ مِنْ عِشْرِينَ يَوْمًا، اعْتَمَرَتْ فِي أَوَّلِ ذِي الحِجَّةِ .. فِي آخِرِ.. لَبَّتْ بِالعُمْرَةِ فِي آخِرِ ذِي القَعْدَةِ مِنَ المَدِينَةِ وَكَمَّلَتْ حَجَّهَا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ قَارِنَةً؛ لِأَنَّهَا مَنَعَهَا الحَيْضُ مِنْ أَدَاءِ العُمْرَةِ فَحَجَّتْ قَارِنَةً، ثُمَّ اسْتَأْذَنَتْ فِي العُمْرَةِ الجَدِيدَةِ فِي لَيْلَةِ الحَصْبَةِ لَيْلَةَ أَرْبَعَةَ عَشَرَ وَقَالَتْ: "إِنَّكُمْ تَنْطَلِقُونَ بِحَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ -يَعْنِي: مُفْرِدِينَ- وَأَنَا أَنْطَلِقُ بِحَجٍّ" يَعْنِي: حَجٌّ مَعَهُ عُمْرَةٌ مَقْرُونَةٌ فَأَذِنَ لَهَا النَّبِيُّ ﷺ وَاعْتَمَرَتْ.
Tidak ada dalil. Sebagian orang-orang yang berilmu tidak menyukai antara dua umrah saling berdekatan, akan tetapi tidak ada dalilnya. Rasulullah ﷺ bersabda :
الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا ، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Antara umrah yang satu dan umrah lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349).
Dan beliau ﷺ tidak mengatakan: " Antara ini-dan-itu dan ini-dan-itu". Dan Aisha, semoga Allah meridhoi-nya , melakukan Umrah setelah Umrah pertamanya dalam waktu kurang dari dua puluh hari. Dia melakukan Umrah di awal Dhul-Hijjah.. di akhir.. Dia bertalbiyah untuk Umrah di akhir Dzul-Qo'dah dari Madinah dan menyelesaikan hajinya haji qiron bersama Nabi ﷺ ; Karena haidh telah menghalanginya untuk melakukan umrah, maka dia melakukan hajinya haji Qiran , kemudian dia meminta izin untuk melakukan umrah baru pada malam al-Hashbah pada malam keempat belas [Dzul-Hijjah] dan 'Aisyah berkata :
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنْطَلِقُونَ بِعُمْرَةٍ وَحَجَّةٍ - -يعني: مفردين- - وَأَنْطَلِقُ بِالْحَجِّ
'Wahai Rasulullah, apakah kalian akan berangkat pulang dengan membawa haji dan 'umrah -yakni haji ifrad- sedangkan aku pulang hanya dengan membawa haji saja?"
Yakni : Haji yang digabungkan dengan umrah , maka Nabi ﷺ mengizinkannya, dan dia pun melakukan umrah.
المَقْصُودُ: لَيْسَ عَلَى اشْتِرَاطِ مُدَّةٍ بَيْنَ العُمْرَتَيْنِ لَيْسَ هُنَاكَ دَلِيلٌ وَاضِحٌ، وَإِطْلَاقُ النَّبِيِّ ﷺ حِينَ قَالَ: «العُمْرَةُ إِلَى العُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا» يَعُمُّ القَلِيلَ وَالكَثِيرَ، وَلَكِنْ إِذَا كَانَ هُنَاكَ زَحْمَةٌ أَوْ مَشَقَّةٌ فَالأُولَى تَرْكُ ذَلِكَ حَتَّى لَا يُشِقَّ عَلَى غَيْرِهِ أَيَّامَ الحَجِّ يَكُونُ مَشَقَّةً فَإِذَا كَثُرَ المُعْتَمِرُونَ شَقُّوا عَلَى النَّاسِ فَتَرْكُ ذَلِكَ أَوْلَى؛ وَلِأَنَّ النَّبِيَّ ﷺ وَأَصْحَابَهُ لَمْ يَعْتَمِرُوا بَعْدَ الحَجِّ مَا عَدَا عَائِشَةَ، بَلِ اكْتَفَوْا بِعُمْرَتِهِمُ الأُولَى. فَإِذَا تَأَسَّى بِهِمُ المُؤْمِنُ وَتَرَكَ العُمْرَةَ فَهَذَا أَفْضَلُ، وَإِنِ اعْتَمَرَ بَعْدَمَا يَخِفُّ النَّاسُ وَتَقِلُّ الزَّحْمَةُ فَلَا حَرَجَ فِي ذَلِكَ.
المُقَدِّمُ: بَارَكَ اللهُ فِيكُمْ، وَجَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا.
Maksudnya : Tidak ada dalil yang jelas untuk menetapkan batas waktu antara dua umrah, dan Nabi ﷺ bersabda:
" Umrah ke umrah adalah penebusan dari dosa yang ada di antara keduanya " .
Ini umum mencakup jarak sedikit dan banyak , tetapi jika kondisinya padat berdesakkan atau sangat susah , maka lebih baik meninggalkannya agar tidak menyulitkan orang lain pada hari-hari hajian , karena , itu akan menyebabkan kesulitan. Begitu juga umrah , jika banyaknya orang berumrah itu akan membuat masyaqqoh [kesulitan] bagi orang-orang, maka meninggakannya itu lebih utama . Dan karena Nabi ﷺ dan para sahabatnya tidak melakukan umrah setelah haji, kecuali Aisyah, melainkan mereka telah meras cukup dan puas dengan umrah pertama mereka.
Jika orang beriman mengikuti teladan mereka dan meninggalkan umrah [mengulang umrah], maka itu lebih baik.
Pembawa Acara : Baarokallahu fiikum , wajazaakumullahu khairan .
[ SUMBER : نُورٌ عَلَى الدَّرْبِ - حُكْمُ تِكْرَارِ العُمْرَةِ فِي نَفْسِ المَوْسِمِ ]
===*****===
FATWA SYEIKH BIN BAAZ
TENTANG HUKUM BADAL UMROH LANGSUNG SETELAH BERUMRAH :
*****
حُكْمُ العُمْرَةِ عَنِ الغَيْرِ بَعْدَ العُمْرَةِ عَنِ النَّفْسِ مُبَاشَرَةً
Hukum Seseorang ber-Umrah atas nama orang lain , setelah dia selesai ber-Umrah atas nama diri sendiri
PERTANYAAN :
فِي آخِرِ أَسْئِلَةِ هَـٰذَا السَّائِلِ مِصْرِيٌّ، وَمُقِيمٌ بِالرِّيَاضِ يَقُولُ: سَمَاحَةَ الشَّيْخِ! ذَهَبْتُ مِنَ الرِّيَاضِ لِأَدَاءِ العُمْرَةِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ أَدَّيْتُهَا كَمَا يَجِبُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ خَلَعْتُ مَلَابِسَ الإِحْرَامِ، وَفِي اليَوْمِ الثَّانِي ذَهَبْتُ إِلَى مَسْجِدِ التَّنْعِيمِ؛ لِكَيْ أُحْرِمَ مِنْ هُنَاكَ، وَأَنْوِيَ عُمْرَةً لِوَالِدَتِي المُتَوَفَّاةِ، وَبِالفِعْلِ نَوَيْتُ العُمْرَةَ، وَوَهَبْتُهَا إِلَى وَالِدَتِي، فَهَلْ هَذِهِ العُمْرَةُ صَحِيمَةٌ؟ وَجَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا.
Pada pertanyaan terakhir, penanya ini adalah orang Mesir, dan tinggal di Riyadh, sambil berkata:
Yang Mulia, Syekh! Saya pergi dari Riyadh untuk menunaikan umrah, dan alhamdulillah saya melakukannya sebagaimana mestinya, kemudian saya melepas pakaian Ihram, dan pada hari kedua saya pergi ke Masjid Al-Tana’im; untuk ber-ihram dari sana, dan berniat umrah untuk almarhumah ibuku, dan aku betul-betul telah berniat umrah, dan aku menghadiahkan pahalanya untuka ibuku, apakah umrah ini sah? Dan semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.
JAWABAN :
لَا حَرَجَ -إِن شَاءَ اللهُ- لِقَوْلِهِ ﷺ: «العُمْرَةُ إِلَى العُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا» وَلَمْ يَشْتَرِطْ أَيَّامًا مَعْلُومَةً بَيْنَهُمَا، فَالحَدِيثُ عَامٌّ، فَإِذَا اعْتَمَرَ الإِنسَانُ لِنَفْسِهِ، وَفَرَغَ مِنْ عُمْرَتِهِ، ثُمَّ ذَهَبَ إِلَى التَّنْعِيمِ، وَاعْتَمَرَ لِأَبِيهِ المَيِّتِ، أَوِ الِهِرِمِ الَّذِي لَا يَسْتَطِيعُ، أَوْ لِأُمِّهِ، أَوْ لِغَيْرِهِمْ مِنَ الأَمْوَاتِ، أَوْ لِعَجْزِهِمْ لِكِبَرِ السِّنِّ؛ فَلَا بَأْسَ.
لَكِنْ إِذَا كَانَتْ زَحْمَةٌ كَأَيَّامِ الحَجِّ؛ فَالأَفْضَلُ أَنْ يَكْتَفِيَ بِعُمْرَةٍ وَاحِدَةٍ، حَتَّى يُخَفِّفَ عَلَى النَّاسِ، وَلَا يُشِقَّ عَلَيْهِمْ. نَعَمْ.
المُقَدِّمُ: جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا.
Tidak mengapa - insya Allah - berdasrkan sabda Nabi ﷺ :
العُمْرَةُ إِلَى العُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا
" Umrah ke Umrah adalah penghapusan dari dosa yang ada di antara keduanya"
Dan beliau ﷺ tidak menetapkan hari-hari tertentu di antara kedua umrah tsb , jadi haditsnya bersifat umum, jadi jika seseorang melakukan Umrah untuk dirinya sendiri, dan menyelesaikan umrahnya, lalu dia pergi lagi ke al-Tan'im, dan melakukan umrah untuk ayahnya yang sudah meninggal, atau orang tua yang sudah tidak mampu, atau untuk ibunya, atau untuk orang mati lainnya, atau mereka yang sudah tidak punya kemampuan karena sudah sangat sepuh; Maka itu tidak apa-apa.
Namun jika pada masa-masa padat dan ramai seperti hari-hari haji; Lebih baik cukup dengan satu umrah, agar bisa memudahkan bagi orang-orang lain , dan tidak menyulitkan bagi mereka. Ya.
Presenter: Semoga Allah membalas Anda.
[SUMBER : نُورٌ عَلَى الدَّرْبِ / حُكْمُ العُمْرَةِ عَنْ الغَيْرِ بَعْدَ العُمْرَةِ عَنِ النَّفْسِ مُبَاشَرَةً ]
===*****===
HADITS-HADITS BADAL HAJI UNTUK KEDUA ORANG TUA
HADITS KE 1 :
Dari Abdullah bin Abbas dari Al Fadhl bin Abbas :
أنَّ امْرَأَةً مِنْ خَثْعَمٍ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَبِي أَدْرَكَتْهُ فَرِيضَةُ اللَّهِ فِي الْحَجِّ وَهُوَ شَيْخٌ كَبِيرٌ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَسْتَوِيَ عَلَى ظَهْرِ بَعِيرِهِ قَالَ فَحُجِّي عَنْهُ
“ Bahwa seorang wanita dari Khats'am berkata;
"Wahai Rasulullah, ayahku telah terkena kewajiban Allah yang berupa haji, padahal dia telah lanjut usia yang sudah tidak sanggup lagi duduk di atas kendaraannya?"
Beliau bersabda: "Berhajilah untuknya!" ( HR. Bukhori no. 1854 , Muslim no. 1334 dan Ahmad no. 1725 lafadz miliknya ,).
HADITS KE 2 :
Dari Abdullah bin Buraidah radhiyallahu ‘anhu dari bapaknya berkata;
جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَلَمْ تَحُجَّ أَفَأَحُجُّ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ حُجِّي عَنْهَا
“Seorang wanita menemui Nabi ﷺ lalu bertanya; ‘Ibuku meninggal dan belum melaksanakan haji, apakah saya dapat berhaji untuknya? ‘
Beliau menjawab: ‘Ya. Berhaji-lah untuknya!.’
( HR. Turmudzi no. 851 ) (Abu Isa At Tirmidzi) berkata : “Ini merupakan hadits shahih.”
HADITS KE 3 :
Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma :
أَنَّ امْرَأَةً مِنْ جُهَيْنَةَ جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ إِنَّ أُمِّي نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ فَلَمْ تَحُجَّ حَتَّى مَاتَتْ أَفَأَحُجُّ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ حُجِّي عَنْهَا أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ قَاضِيَةً اقْضُوا اللَّهَ فَاللَّهُ أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ
“ Bahwa ada seorang wanita dari suku Juhainah datang menemui Nabi ﷺ lalu berkata:
"Sesungguhnya ibuku telah bernadzar untuk menunaikan haji namun dia belum sempat menunaikannya hingga meninggal dunia, apakah boleh aku menghajikannya?".
Beliau ﷺ menjawab: "Tunaikanlah haji untuknya. Bagaimana pendapatmnu jika ibumu mempunyai hutang, apakah kamu wajib membayarkannya?. Bayarlah hutang kepada Allah karena (hutang) kepada Allah lebih berhak untuk dibayar". ( HR. Bukhori no. 1720 )
*****
HADITS BADAL HAJI UNTUK SELAIN KEDUA ORANG TUA
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma :
أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ سَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ: لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ، فَقَالَ: مَنْ شُبْرُمَةُ؟ فَذَكَرَ أَخًا لَهُ أَوْ قَرَابَةً، قَالَ: أَحَجَجْتَ قَطُّ؟ قَالَ: لَا، قَالَ: فَاجْعَلْ هَذِهِ عَنْكَ، ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ.
“ Bahwa Nabi ﷺ mendengar seorang laki-laki ( berniat untuk haji ) mengatakan :
" Aku sambut seruan-Mu -untuk berhaji- atas nama Syubrumah”,
Rasulullah ﷺ bertanya : “siapakah Syubrumah ?”
Laki-laki tersebut menjawab : “saudaraku atau kerabatku “.
Rasulullah ﷺ bertanya : “ sudahkah engkau pernah berhaji atas nama dirimu ?”.
Laki-laki itupun menjawab : “ belum “.
Rasulullah ﷺ bersabda : “ Hajilah atas nama dirimu, kemudian –setelah itu – hajikanlah Syubrumah “.
[HR. Abu Dawud (1811), Ibn Majah (2903), dan Al-Bayhaqi (8936) dan kata-katanya adalah miliknya.
Al-Bayhaqi no. (8936) berkata :
إِسْنَادُهُ صَحِيحٌ، لَيْسَ فِي هَـٰذَا البَابِ أَصَحُّ مِنْهُ
“Sanadnya sahih, tidak ada yang lebih sahih darinya dalam bab ini”.
===
LAFADZ LAIN :
Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شُبْرُمَةُ قَالَ قَرِيبٌ لِي قَالَ هَلْ حَجَجْتَ قَطُّ قَالَ لَا قَالَ فَاجْعَلْ هَذِهِ عَنْ نَفْسِكَ ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ
Bahwa Rasulullah ﷺ mendengar seorang lelaki mengucapkan; 'Labbaika 'an Syubrumah' (Aku memenuhi pangilan-Mu Ya Allah untuk Syubrumah).
Maka Rasulullah bertanya: 'Siapakah Syubrumah itu? '
Lelaki itu menjawab; 'Ia adalah salah seorang kerabatku.' Lalu beliau Rasulullah ﷺ bertanya lagi; 'Apakah kamu pernah mengerjakan haji? '
Ia menjawab; 'Belum.'
Lantas beliau ﷺ bersabda: 'Jadikanlah haji ini untuk dirimu, lalu (pada haji berikutnya) berhajilah untuk Syubrumah.'"
[Diriwayatkan oleh Abu Dawud (1811) dan Ibnu Majah (2903) dan susunan katanya adalah miliknya ].
-------
DERAJAT HADITS :
Di shahihkan oleh al-Baihaqi , oleh Ibnu al-Mulaqqin dalam “تُحْفَةُ الْمُحْتَاجِ” (2/135) dan oleh al-Albaani dalam shahih Abi Daud no. 2364 ].
Imam Baihaqi berkata dalam as-Sunan al-Kubro 4/336 no. (8936):
إِسْنَادُهُ صَحِيحٌ، لَيْسَ فِي هَـٰذَا البَابِ أَصَحُّ مِنْهُ
“ Sanadnya Shahih , dalam BAB ini tidak yang lebih shahih dari nya “.
Atas dasar hadits-hadits shahih tersebut, mayoritas Ulama , Hanafiyyah, Syafiiyyah, Hanabilah, memperbolehkan **haji atas nama orang lain** dengan syarat sebagai berikut :
Pertama : Yang dihajikan/diwakili sudah meninggal atau tidak mampu melaksanakan haji karena lemah fisik ( sebagamana hadits yang pertama dan kedua )
Kedua : Yang menghajikan/mewakili, sudah pernah melaksanakan haji untuk dirinya sendiri .
Ketiga : Boleh membadalkan haji untuk selain kedua orang tua , berdasarkan hadits Syubrumah.
Wallahu a’lam
0 Komentar