AWAL TEGAK-NYA KEDAULATAN NEGARA ISLAM PADA MASA NABI ﷺ, BERKAT KESABARAN-NYA SAAT PERJANJIAN HUDAIBIYAH.

Maka itu, pada awal bulan Dzulqa'dah tahun ke 6 Hijriyah, Rasulullah SAW bersama 1400 atau1500 sahabat berangkat umroh ke Makkah.

KESABARAN NABI  SAAT PERJANJIAN HUDAIBIYAH MEMBUAHKAN KEMENANGAN & AWAL PENGAKUAN TEGAKNYA KEDAULATAN NEGARA ISLAM

-----

Di Susun Oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

----

=======

DAFTAR ISI:

  • PENDAHULUAN
  • PERISTIWA BAI'AT RIDHWAN TERJADI SEBELUM PERJANJIAN HUDAIBIYAH
  • ADA SATU ORANG DALAM ROMBONGAN YANG TIDAK MENDAPAT JAMINAN MASUK SURGA:
  • POINT-POINT DAHSYATNYA KESABARAN NABI  SAAT PROSES PERJANJIAN HUDAIBIYAH
  • PERJANJIAN HUDAIBIYAH ADALAH KEMENANGAN DAN AWAL PENGUKUHAN KEDAULATAN NEGARA ISLAM
  • KAPAN TERLAKSANANYA UMROH NABIYANG TELAH DIKABARKAN SEBELUMNYA DALAM AYAT 27 SURAT AL-FATH:

========

بسم الله الرحمن الرحيم

******

PENDAHULUAN

Setelah pasukan Ahzab [pasukan sekutu] gagal mengalahkan kaum muslimin dalam perang Khandak, maka kekuatan pasukan kaum muslimin betul-betul semakin ditakuti oleh para musuhnya , terutama oleh kaum musyrikin Quraisy. Orang-orang pun berbondong-bondong masuk Islam.

Peristiwa Perjanjian Hudaibiyah terjadi pada bulan Dzulqa'dah tahun ke-6 Hijriah atau sekitar tahun 628 M. Hudaibiyah merupakan sebuah sumur yang terdapat di arah barat daya Kota Makkah, yaitu sekitar 22 kilometer.

Terjadinya perjanjian Hudaibiyah berawal dari Mimpinya Nabi , sebagaimana yang Allah SWT firmankan:

{لَقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا (27) }

Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedangkan kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat". [QS. al-Fath: 27].

Tersebutlah bahwa Rasulullah  telah bermimpi bahwa dirinya memasuki Mekah dan melakukan tawaf di Baitullah, lalu beliau menceritakan mimpinya itu kepada para sahabatnya, sedangkan beliau saat itu berada di Madinah.

Maka itu, pada awal bulan Dzulqa'dah tahun ke 6 Hijriyah, Rasulullah  bersama 1400 atau1500 sahabat berangkat umroh ke Makkah.

Walaupun Rasulullah tahu bahwa orang-orang kafir Quraisy akan menghalanginya dan akan terjadi kontak senjata. Adapun kepemimpinan di Madinah dipasrahkan untuk sementara kepada Abdullah bin Ummi Maktum.

Jabir -radhiyallahu 'anhu- berkata:

كُنَّا يَومَ الحُدَيْبِيَةِ أَلْفًا وَأَرْبَعَ مِائَةٍ، فَقالَ لَنَا النَّبيُّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ: أَنْتُمُ اليومَ خَيْرُ أَهْلِ الأرْضِ. وقالَ جَابِرٌ: لو كُنْتُ أُبْصِرُ لَأَرَيْتُكُمْ مَوْضِعَ الشَّجَرَةِ.

"Ketika peristiwa Hudaibiyyah kami berjumlah seribu empat ratus orang, lalu Nabi  bersabda kepada kami: "Kalian pada hari ini merupakan makhluk terbaik yang ada di permukaan bumi ini."

Dan [Jabir] mengatakan: "Sekiranya saya melihatnya, sungguh saya akan memberitahu kepada kalian tempat pohon tersebut berada." [HR. Bukhori no. 4154 dan Muslim no. 1856].

****

PERISTIWA BAI'AT RIDHWAN TERJADI SEBELUM PERJANJIAN HUDAIBIYAH

Ahlu Bai'at Ridwan [أَهْلُ بَيعَةِ الرِّضْوَان] diperkirakan berjumlah 1400-1500 orang. Mereka dinamakan pula Ahlu Bai'at asy-Syajarah [أَهْلُ بَيعَةِ الشَّجَرَةِ].

Hal ini bermula saat Rasulullah  bersama para sahabat beliau hendak menuju kota Makkah untuk melaksanakan umrah. Ketika tiba di daerah Hudaibiyah sebelum kota Makkah, keinginan beliau tersebut terpaksa ditunda karena penduduk Makkah dari kuffar Quraisy melarang beliau dan rombongannya untuk masuk Makkah.

Sahabat yang mulia, Utsman bin Affan -radhiyallahu 'anhu-, yang Rasulullah  diutus menghadap para pemuka Quraisy perihal tujuan kedatangan Beliau beserta rombongan, ia tak kunjung kembali menghadap.

Tiba-tiba sebuah kabar tidak baik tersiar bahwa Utsman telah dibunuh. Setelah cukup lama Rasulullah  tidak mendapat kepastian kabar tentang Utsman akhirnya memutuskan untuk meminta bai'at seluruh rombongan bahwa jika Utsman memang betul dibunuh, mereka siap sepenuh hati untuk membalas kematiannya dan memasuki kota Makkah secara paksa; padahal saat itu kaum muslimin tidak membawa persenjataan lengkap lantaran tujuan awal mereka hanya melaksanakan umrah saja.

Bai'at Ini dikenal pula dengan bai'at ridhwan. Lokasi bai'at kesiapan para sahabat kala itu di bawah pohon (syajarah). Rasulullah  membentangkan kedua tangan beliau padahal kebiasaan waktu itu bentuk bai'at dilakukan dengan membentangkan satu tangan saja. Hal itu beliau lakukan karena satu tangan lagi untuk mewakili Utsman seakan sahabat yang mulia ini juga turut serta berbai'at saat itu.

Namun setelah bai'at selesai dilaksanakan, kaum Quraisy sangat ketakutan dan buru-buru melepaskan Utsman radhiyallahu 'anhu untuk memberi penjelasan bahwa Utsman masih hidup.

Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari Urwah:

“أن النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم لما نزل الْحُدَيْبِيَة أرسل عُثْمَان إِلَى قُرَيْش فَقَالَ أخبرهم إنا لم نأت لقِتَال وَإِنَّمَا جِئْنَا عمارا وادعهم إِلَى الاسلام وَأمره ان يَأْتِي رجَالًا مُؤمنين بِمَكَّة وَنسَاء مؤمنات فَيدْخل عَلَيْهِم ويبشرهم بِالْفَتْح ويخبرهم ان الله وشيك ان يظْهر دينه بِمَكَّة حَتَّى لَا يستخفي فِيهَا بالايمان فَانْطَلق إِلَى قُرَيْش فَأخْبرهُم فَأَبَوا وراموا الْقِتَال ودعا رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم إِلَى الْبيعَة ونادى مُنَاد أَلا ان روح الْقُدس قد نزل على رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم إِلَى الْبيعَة فَبَايعهُ الْمُسلمُونَ على ان لَا يَفروا أبدا فرعب الله الْمُشْركين فأرسلوا من كَانُوا ارتهنوا من الْمُسلمين ودعوا إِلَى الْمُوَادَعَة وَالصُّلْح وَقَالَ الْمُسلمُونَ وهم بِالْحُدَيْبِية قبل ان يرجع عُثْمَان خلص عُثْمَان إِلَى الْبَيْت فَطَافَ بِهِ فَقَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم «مَا اظنه طَاف بِالْبَيْتِ وَنحن محصورون» فَرجع عُثْمَان فَقَالُوا لَهُ طفت بِالْبَيْتِ قَالَ بئْسَمَا ظننتم بِي فوالذي نَفسِي بِيَدِهِ لَو مكثت بهَا مُقيما سنة وَرَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم مُقيم بِالْحُدَيْبِية مَا طفت بهَا حَتَّى يطوف بهَا رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم وَلَقَد دعتني قُرَيْش إِلَى الطّواف بِالْبَيْتِ فأبيت فَقَالَ الْمُسلمُونَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم كَانَ أعلمنَا بِاللَّه وأحسنا ظنا".

“Bahwa ketika Rasulullahsinggah di Hudaybiyah, Utsman diutus kepada Quraisy. Maka Beliau berkata:

'Beritahukanlah kepada mereka bahwa kami tidak datang untuk berperang, namun kami datang untuk berumrah. Ajaklah mereka memeluk Islam ".

Dan memerintahkan Utsman untuk mendatangi orang-orang beriman dari Makkah, baik laki-laki maupun perempuan, dan masuk ke mereka lalu memberi kabar gembira kepada mereka tentang akan datangnya kemenangan [penaklukan kota Mekkah]. Serta menyampaikan kepada mereka bahwa Allah akan segera menegakkan agama-Nya di Makkah, sehingga tidak ada lagi orang yang menyembunyikan keimanannya di sana.'

Lalu Utsman pergi ke Quraisy dan memberi tahu mereka hal itu. Namun, mereka menolak dan bersiap-siap untuk berperang.

Maka Rasulullah  kemudian mengumpulkan para sahabat untuk berbai'at. Lalu Seorang penyeru berseru: 'Sesungguhnya Ruhul Quddus telah turun kepada Rasulullah  untuk berbai'at.'

Maka kaum Muslimin pun berbai'at padanya bahwa mereka akan setia besama beliau  dan tidak akan lari dari perang. Maka Allah menimpakan rasa ketakutan pada orang-orang musyrik, sehingga mereka melepasakan orang-orang yang mereka sandera sebagai tawanan dan mereaka mengajak untuk berdamai.

Kaum Muslimin, yang berada di Hudaybiyah, sebelum Utsman kembali, mereka mengatakan:

"Utsman telah berthawaf mengelilingi Ka'bah".

Rasulullah  berkata: 'Aku kira dia tidak akan thawaf mengelilingi Ka'bah ketika kami masih terhalang di sini.'

Utsman pun kembali dan mereka mengatakan kepadanya: 'Apakah Kamu telah thawaf mengelilingi Ka'bah?'

Utsman menjawab: "Betapa buruknya persangkaan kalian terhadap diriku. Demi Allah, seandainya aku tinggal di sana selama satu tahun dan Rasulullah  tinggal di Hudaybiyah, maka aku tidak akan thawaf mengelilingi Ka'bah sampai Rasulullah  yang melakukannya. Sungguh, Quraisy telah mengajakku untuk thawaf mengelilingi Ka'bah, tetapi aku menolak".

Kaum Muslimin mengatakan: " Rasulullah  adalah orang yang paling mengetahui tentang Allah dan yang paling baik dalam berprasangka baik".

[Baca: "الخصائص الكبرى" 1/408 karya Imam Baihaqi].

Tentang para sahabat yang terlibat Bai'at Ridhwan , Allah SWT berfirman:

لَقَدْ رَضِيَ اللّٰهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَيْهِمْ وَاَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيْبًاۙ

Sungguh, Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat. [QS. Surat al-Fath: 18].

Karena kesiapan jiwa raga mereka untuk menuntut kematian Utsman , maka Rosulullah  bersabda:

 لاَ يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ مِمَّنْ بَايَعَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ

“Siapa saja yang turut serta berbai'at di bawah pohon [di Hudaibiyah] maka dia tidak akan masuk neraka.” [HR. Abu Daud no. 4653 dan Tirmizi no. 3860] Di Shahihkan al-Albaani dalam Shahih Abu Daud no. 4653.

*****

ADA SATU ORANG DALAM ROMBONGAN YANG TIDAK MENDAPAT JAMINAN MASUK SURGA:

Ada riwayat lain menyebutkan bahwa semua sahabat yang ikut serta dalam perjalanan umroh ini adalah ahli surga , kecuali satu orang.

Imam Muslim meriwayatkan Dari [Jabir bin 'Abdullah] dia berkata; Rasulullah  bersabda:

“مَنْ يَصْعَدُ الثَّنِيَّةَ ثَنِيَّةَ الْمُرَارِ فَإِنَّهُ يُحَطُّ عَنْهُ مَا حُطَّ عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ". قَالَ: فَكَانَ أَوَّلَ مَنْ صَعِدَهَا خَيْلُنَا خَيْلُ بَنِي الْخَزْرَجِ ثُمَّ تَتَامَّ النَّاسُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَكُلُّكُمْ مَغْفُورٌ لَهُ إِلَّا صَاحِبَ الْجَمَلِ الْأَحْمَرِ". فَأَتَيْنَاهُ فَقُلْنَا لَهُ: "تَعَالَ يَسْتَغْفِرْ لَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ". فَقَالَ: " وَاللَّهِ لَأَنْ أَجِدَ ضَالَّتِي أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لِي صَاحِبُكُمْ قَالَ وَكَانَ رَجُلٌ يَنْشُدُ ضَالَّةً لَهُ ".

وعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ يَصْعَدُ ثَنِيَّةَ الْمُرَارِ أَوْ الْمَرَارِ - بِمِثْلِ حَدِيثِ مُعَاذٍ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ - وَإِذَا هُوَ أَعْرَابِيٌّ جَاءَ يَنْشُدُ ضَالَّةً لَهُ".

'Barangsiapa mendaki bukit Al Murar? Maka dosanya akan diampuni sebagaimana diampuninya dosa Bani Israil.'

Jabir bin Abdullah berkata; 'Yang pertama kali mendaki bukit itu adalah pasukan berkuda kami dari Bani Khazraj. Setelah itu, barulah pasukan yang lain menyusul bersama-sama.'

Kemudian Rasulullah  bersabda; 'Dosa kalian akan diampuni, kecuali dosa pemilik unta merah.'

Setelah itu kami pun pergi mendatangi pemilik unta merah itu sambil berkata; 'Ayo, mintalah kepada Rasulullah agar beliau memohonkan ampun untukmu! '

Ternyata sang pemilik unta merah itu menjawab: 'Sungguh aku lebih senang mendapatkan kembali untaku yang hilang daripada temanmu itu (Nabi Muhammad) memohonkan ampun untukku.'

Jabir berkata: 'Ternyata orang tersebut sedang mencari untanya yang hilang.'

Dalam riwayat lain dari [Jabir bin 'Abdullah] dia berkata;

Rasulullah  bersabda; 'Barangsiapa mendaki bukit Al Murar atau Al Marar? - Sebagaimana Hadits Mu'adz hanya saja dia berkata dengan lafazh - ; dan ternyata orang itu seorang badui yang sedang mencari untanya yang hilang.'

[HR. Muslim no. 4986].

Imam Baihaqi berkata: "Dikemukakan oleh Abu Nuaim dari Abu Sa'id al-Khudri, ia berkata:

خرجنَا مَعَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم ‌عَام ‌الْحُدَيْبِيَة ‌حَتَّى ‌إِذا ‌كُنَّا ‌بعسفان ‌سرنا ‌فِي ‌آخر ‌اللَّيْل ‌حَتَّى ‌أَقبلنَا ‌على ‌عقبَة ذَات الحنظل فَقَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم مثل هَذِه الثَّنية اللَّيْلَة كَمثل الْبَاب الَّذِي قَالَ الله لبني اسرائيل {ادخُلُوا الْبَاب سجدا وَقُولُوا حطة نغفر لكم خطاياكم} مَا هَبَط اُحْدُ من هَذِه الثَّنية اللَّيْلَة إِلَّا غفر لَهُ فَلَمَّا هبطنا نزلنَا فَقلت يَا رَسُول الله عَسى ان ترى قُرَيْش نيراننا فَقَالَ لن يروكم فَلَمَّا أَصْبَحْنَا صلى بِنَا الصُّبْح ثمَّ قَالَ وَالَّذِي نَفسِي بِيَدِهِ لقد غفر اللَّيْلَة للركب أَجْمَعِينَ إِلَّا رويكب وَاحِد الْتفت عَلَيْهِ رجال الْقَوْم لَيْسَ مِنْهُم فذهبنا نَنْظُر فَإِذا اعرابي بَين ظهراني الْقَوْم ثمَّ قَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم يُوشك ان يَأْتِي قوم تَحْتَقِرُونَ اعمالكم مَعَ اعمالهم قُلْنَا من هم يَا رَسُول الله اقريش قَالَ لَا وَلَكِن أهل الْيمن أرق أَفْئِدَة وألين قلوبا فَقُلْنَا أهم خير منا يَا رَسُول الله قَالَ لَو كَانَ لأحد جبل ذهب فأنفقه مَا أدْرك مد أحدكُم وَلَا نصيفه إِلَّا ان هَذَا فصل مَا بَيْننَا وَبَين النَّاس {لَا يَسْتَوِي مِنْكُم من أنْفق من قبل الْفَتْح وَقَاتل} الْآيَة

"Kami pernah pergi bersama Rasulullah  saat peristiwa Hudaybiyah. Ketika kami sampai di Ashfan, kami bergerak maju pada akhir malam hingga kami tiba di Aqabah Dzath Handzal.

Rasulullah  bersabda: 'Kemiripan malam di ats-Tsaniyyah [jalan ke bukit] ini mirip seperti pintu yang Allah perintahkan kepada Bani Israil:

{ ادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَّغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ}

'Masuklah ke pintu itu dengan sujud dan ucapkanlah permintaan ampunan, Kami akan mengampuni dosa-dosamu.' (Al-Baqarah: 58)

Tidak ada seorang pun dari kami yang turun dari ats-Tsaniyyah ini kecuali dia diampuni.'

Ketika kami turun, aku berkata: 'Wahai Rasulullah, semoga saja Quraish tidak melihat api kami.'

Beliau berkata: "Mereka tidak akan melihat kalian ".'

Setelah pagi tiba, kami melaksanakan shalat Subuh bersama beliau. Kemudian beliau bersabda:

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, malam ini Allah mengampuni seluruh rombongan kecuali satu orang dari mereka".'

Orang-orang dari rombongan itu menoleh dan mencari-cari di tengah-tengah mereka , namun tidak diketemukan. Lalu Kami pun pergi melihat-lihat dan ternyata ada seorang Arab Badui di antara mereka.

Rasulullah  bersabda: 'Telah dekat waktunya datang suatu kaum yang kalian akan merasa hina amal ibadahnya jika disandingkan di sisi amalan mereka.

Kami bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah, kaum Quraisy?”

Beliau berkata: “Tidak, tetapi orang-orang Yaman memiliki jiwa yang lebih lembut dan hati yang lebih halus”.

Kami bertanya: 'Apakah mereka lebih baik daripada kami, wahai Rasulullah?'

Beliau menjawab: 'Jika salah seorang dari kalian mempunyai gunung emas dan menginfakannya, maka dia tidak akan pernah bisa menandingi satu mud [gandum] yang mereka infakkan atau separuh dari apa yang mereka infakkan. Namun, hal ini [kami sebagai para pendahulu] adalah pemisah antara kami dan mereka , [karena Allah SWT berfirman:]

{لَا يَسْتَوِي مِنْكُم من أنْفق من قبل الْفَتْح وَقَاتل}

“Tidak sama di antara kalian , orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu ". (Al-Hadid: 10).

[Baca: "الخصائص الكبرى" 1/404 karya Imam Baihaqi. Lihat Pula Tafsir al-Madzhari 9/8].

"Abu Nuaim meriwayatkan dari Al-Waqidi, dia berkata: Amr bin Abdun Nahm mengatakan:

“أَتَيْنَا ثنية ذَات الحنظل فوَاللَّه إِن كَانَت لتهمني نَفسِي وحدي انها كَانَت مثل الشرَاك فاتسعت فَكَأَنَّهَا فجاج لاحبة فَلَقَد كَانَ النَّاس تِلْكَ اللَّيْلَة يَسِيرُونَ مصطفين جَمِيعًا من سعتها فَأَضَاءَتْ تِلْكَ اللَّيْلَة حَتَّى كَانَا فِي قمر فَلَمَّا أصبح رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم قَالَ «لقد غفر الله فِي هَذِه اللَّيْلَة للركب أَجْمَعِينَ إِلَّا رويكبا وَاحِدًا على جمل أَحْمَر» الْتفت عَلَيْهِ رجال الْقَوْم وَلَيْسَ مِنْهُم فَطلب فِي الْعَسْكَر فَإِذا هُوَ من بني ضَمرَة من أهل سيف الْبَحْر فَقيل لَهُ اذْهَبْ إِلَى رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم يسْتَغْفر لَك قَالَ لبعيري وَالله أهم من ان يسْتَغْفر لي صَاحبكُم وَإِذا هُوَ قد أضلّ بَعِيرًا فَانْطَلق يطْلب بعيره بعد ان اسْتَبْرَأَ الْعَسْكَر يَطْلُبهُ فيهم فَبَيْنَمَا هُوَ فِي جبال سراوع إِذْ زلقت بِهِ نَعله فتردى فَمَاتَ فَمَا علم بِهِ حَتَّى أَكلته السبَاع".

"Kami pernah datang ke suatu tempat yang disebut Jalan bukit Dzat Al-Handzal. Demi Allah, jika hanya diriku sendiri yang menghendakinya, tempat tersebut seakan-akan seperti palung yang sempit. Namun, tiba-tiba tempat itu menjadi luas seakan-akan terbentang luas seperti dataran. Sungguh, pada malam itu orang-orang berjalan bersama-sama menuju tempat tersebut, semuanya terkejut dengan luasnya. Pada malam itu, tempat tersebut begitu terang sehingga kami merasa seakan-akan berada di bawah cahaya bulan.

Setelah pagi hari tiba, Rasulullah  bersabda:

'Sungguh, Allah telah mengampuni semua orang yang berada dalam perjalanan malam ini, kecuali satu orang yang sedang mengendarai unta merah.'

Orang-orang di sana memandang sekeliling, namun tidak ada di antara mereka yang memenuhi ciri-ciri tersebut.

Lalu dicari di perkemahan, dan ternyata orang tersebut berasal dari Bani Dhamrah, dari penduduk Saif al-Bahr.

Maka ada yang mengatakan padanya: Pergilah menghadap kepada Rasulullah  agar beliau memohonkan ampunan untuk mu.

Dia berkata: "Demi Allah, untaku lebih berharga daripada sahabat kalian [Rosulullah SAW) mememohonkan ampunan untukku ".

Dan ternyata unta yang dia tunggangi telah tersesat. Lalu dia pergi mencari unta tersebut setelah berlepas diri dari rombongan. Maka ketika dia berada di pegunungan Sarawat, tiba-tiba sandalnya terpeleset dan jatuh, hingga dia meninggal dunia. Orang-orang tidak mengetahui keberadaannya hingga dia dimakan oleh binatang buas."

[Baca: "الخصائص الكبرى" 1/404 karya Imam Baihaqi]

*****

POINT-POINT DAHSYATNYA KESABARAN NABI  SAAT MENJELANG PROSES PERJANJIAN HUDAIBIYAH

Ketika Rosulullah  dan para sahabatnya berangkat di tahun Perjanjian Hudaibiyah, tiada suatu golongan pun dari kalangan sahabat-sahabatnya yang merasa ragu bahwa mimpi itu akan menjadi kenyataan tahun itu. Akan tetapi, ketika terjadi perjanjian damai dan gencatan senjata, yang salah satu isinya bahwa mereka harus kembali ke Madinah tidak boleh berumroh tahun itu dan mereka diperbolehkan berumrohnya pada tahun depannya ; maka sebagian dari kalangan sahabat ada yang mengalami tekanan jiwa karena peristiwa tersebut, sebagaimana yang akan penulis sebutkan dalam hadits Bukhori di bawah ini.

Perjanjian damai Hudaibiyah ini dibuat di antara kedua belah pihak. Padahal jika umat Islam memilih untuk berperang pada saat itu mereka pasti akan menang, tapi mereka ingin menegakkan kesucian Ka’bah dan tanah Haram. Di tambah lagi karena motivasi utama keberangktan umroh tahun itu adalah mimpi Nabimasuk Mesjidil Haram dengan aman dan tanpa peperangan.

Perjanjian Hudaibiyah tersebut terdiri dari:

1. Tidak saling menyerang antara kaum muslimin dengan penduduk Mekah selama sepuluh tahun.

2. Kaum muslimin menunda untuk Umroh dan diperbolehkan memasuki kota Mekah pada tahun berikutnya dengan tidak membawa senjata kecuali pedang dalam sarungnya serta senjata pengembara.

3. Siapa saja yang datang ke Madinah dari penduduk kota Mekah harus di kembalikan ke kota Mekah.

4. Siapa saja dari penduduk Madinah yang datang ke Mekah, maka dia tidak boleh dikembalikan ke Madinah.

5. Kesepakatan ini disetujui oleh kedua belah pihak dan tidak boleh ada pengkhianatan atau pelanggaran.

6. Diperkenankan siapa saja di antara suku-suku Arab untuk mengikat perjanjian damai dan menggabungkan diri kepada salah satu dari kedua pihak , yakni boleh masuk dalam perjanjian Quraisy atau dalam perjanjian Rasulullahdan perjanjian ini hanya berlaku bagi laki-laki, sedangkan wanita tidak diikutsertakan.

Ketika itu, suku Khuza’ah yang saat itu masih musyrik berpihak kepada Nabi Muhammad , menjalin kerja sama dengannya dan mengikat perjanjian pertahanan bersama dengannya. Sementara suku Bani Bakar memihak kaum musyrikin Qureisy.

Adapun point-point dahsyatnya kesabaran Nabi  dalam peristiwa ini, maka diantaranya adalah apa yang terdapat dalam riwayat Imam Bukhori berikut ini:

Imam Bukhori meriwayatkan... dari Al Miswar bin Makhramah dan Marwan -radhiyallahu 'anhuma- dimana setiap perawi saling membenarkan perkataan perawi lainnya, keduanya berkata:

Rasulullah  keluar pada waktu perjanjian Hudaibiyah hingga ketika mereka berada di tengah perjalanan Nabi  bersabda:

“إنَّ خَالِدَ بنَ الوَلِيدِ بالغَمِيمِ في خَيْلٍ لِقُرَيْشٍ طَلِيعَةٌ، فَخُذُوا ذَاتَ اليَمِينِ".

"Sesungguhnya Khalid bin Al Walid sedang berada di wilayah al-Ghomim mengawasi pasukan berkuda Quraisy yang ada di bagian depan pasukan, karena itu ambillah jalan sebelan kanan (jalan yang menuju pasukan Khalid) ".

Demi Allah, Khalid tidak menyadari dengan keberadaan mereka (Quraisy) hingga ketika mereka berada di markas pasukan, Khalid bergegas berlari menakut-nakuti Quraisy. Nabi  berjalan hingga ketika sampai di bukit yang menjadikan mereka berjalan menurun, unta Beliau berhenti dan menderum.

Maka orang-orang berkata: "Bangun, bangun ayo jalan". Namun unta itu tetap menderum. Lalu mereka berkata: "Unta al-Qushwa' mogok, unta al-Qushwa' mogok".

Maka Nabi  berkata:

“ما خَلَأَتِ القَصْوَاءُ، وما ذَاكَ لَهَا بخُلُقٍ، ولَكِنْ حَبَسَهَا حَابِسُ الفِيلِ، ثُمَّ قالَ: والذي نَفْسِي بيَدِهِ، لا يَسْأَلُونِي خُطَّةً يُعَظِّمُونَ فِيهَا حُرُمَاتِ اللَّهِ إلَّا أعْطَيْتُهُمْ إيَّاهَا".

"al-Qushwa' tidaklah mogok karena bukan tabi'atnya tapi dia ditahan oleh Yang Menahan pasukan gajah". Lalu Beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah mereka [kaum musyrikin Qureisy] meminta kepadaku satu rencana yang mereka bertujuan mengagungkan kehormatan-kehormatan Allah , melainkan aku pasti akan memenuhinya".

Lalu Beliau  menghentaknya maka unta itu bangkit.

Perawi berkata: Maka Beliau meninggalkan mereka (berjalan lebih dahulu) hingga singgah di ujung Hudaibiyah di tepi sumur yang airnya sedikit dimana orang-orang sedang mengerumuninya. Tidak lama orang-orang mengerumuninya maka airnya habis.

Lalu mereka melaporkan rasa haus kepada Rasulullah . Maka Beliau mencabut anak panah dari sarungnya lalu memerintahkan mereka agar menancapkannya disana. Maka demi Allah, setelah itu sumur itu selalu saja mengalirkan airnya yang segar untuk mereka sampai mereka meminum darinya.

Ketika mereka sedang dalam keadaan keadaan tersebut tiba-tiba datang Budail bin Warqo' Al Khuza'iy beserta serambongan orang dari kaumnya yaitu suku Khuza'ah. Dahulu mereka adalah orang-orang kepercayaan Rasulullah  dari penduduk Tihamah.

Dia Budail berkata:

“إنِّي تَرَكْتُ كَعْبَ بنَ لُؤَيٍّ وعَامِرَ بنَ لُؤَيٍّ نَزَلُوا أعْدَادَ مِيَاهِ الحُدَيْبِيَةِ، ومعهُمُ العُوذُ المَطَافِيلُ، وهُمْ مُقَاتِلُوكَ وصَادُّوكَ عَنِ البَيْتِ ".

"Aku meninggalkan Ka'b bin Lu'ay , 'Amir bin Lu'ay [dan pasukannya] singgah untuk menguasai titik-sitik sumber air di Hudaibiyah. Bersama mereka ada Al-'Udzul al-Mathafil (perisai-perisai dan tombak-tombak perang). Mereka adalah orang-orang yang akan berperang melawan anda dan menghalangi anda dari mencapai Baitullah."

Maka Rasulullah  bersabda:

"إنَّا لَمْ نَجِئْ لِقِتَالِ أحَدٍ، ولَكِنَّا جِئْنَا مُعْتَمِرِينَ، وإنَّ قُرَيْشًا قدْ نَهِكَتْهُمُ الحَرْبُ وأَضَرَّتْ بهِمْ، فإنْ شَاؤُوا مَادَدْتُهُمْ مُدَّةً، ويُخَلُّوا بَيْنِي وبيْنَ النَّاسِ، فإنْ أظْهَرْ: فإنْ شَاؤُوا أنْ يَدْخُلُوا فِيما دَخَلَ فيه النَّاسُ فَعَلُوا، وإلَّا فقَدْ جَمُّوا، وإنْ هُمْ أبَوْا، فَوَالَّذِي نَفْسِي بيَدِهِ لَأُقَاتِلَنَّهُمْ علَى أمْرِي هذا حتَّى تَنْفَرِدَ سَالِفَتِي، ولَيُنْفِذَنَّ اللَّهُ أمْرَهُ ".

"Sesungguhnya kami datang bukan untuk memerangi seorangpun, akan tetapi kedatangan kami untuk melaksanakan 'ibadah 'umrah. Dan sesungguhnya orang-orang Quraisy telah dilemahkan kekuatannya dan menderita kerugian akibat perang. Jika mereka mau aku akan memberikan tempo kepada mereka untuk membiarkan antara aku dan orang-orang [kaum musyrikin Quraisy , berperang lagi]

Seandainya aku menang, kalau mau , mereka boleh masuk (Islam), agama yang telah dipeluk orang banyak. Kalau tidak mau, mereka bisa beristirahat dari kelelahan berperang. Namun jika mereka enggan (dari tawaran ini), maka demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku sungguh akan memerangi mereka atas nama agama ini hingga siapa yang akan menang lebih dahulu dan sungguh Allah akan merelisasikan urusan-Nya".

Maka Budail berkata: "Aku akan sampaikan kepada mereka apa yang Anda katakan tadi".

Perawi berkata: Maka iapun pergi menjumpai kaum Quraisy lalu berkata: "Sesungguhnya kami datang kepada kalian setelah menemui laki-laki ini dimana kami mendengar apa yang telah dikatakannya. Jika kalian mau untuk kami paparkan perkataannya itu maka akan kami lakukan".

Orang-orang yang bodoh dari mereka mengatakan: "Kami tidak butuh kabar apapun tentangnya dari kamu". Dan orang yang bijak dari mereka berkata: "Sampaikan apa yang kamu dengar darinya".

Dia (Budail) berkata: "Aku mendengar dia berkata begini begini, lalu dia menyampaikan kepada mereka apa yag dikatakan oleh Nabi .

Maka 'Urwah bin Mas'ud berdiri seraya berkata: "Wahai kaum, bukankah kalian ini para orangtua?" Mereka menjawab: "Ya benar".

Dia berkata lagi: "Atau bukankah aku ini adalah seorang anak (dari kalian)? ' Mereka menjawab: "Ya benar".

Lalu dia bertanya lagi: "Apakah kalian mencurigai aku?" Mereka menjawab: "Tidak".

Dia berkata lagi: "Bukankah kalian mengetahui bahwa aku pernah memobilisasi orang-orang dari suku 'Ukazh? Ketika mereka mengejar aku, aku datang kepada kalian dengan membawa keluargaku, anak-anakku dan orang-orang yang taat kepadaku?". Mereka menjawab: "Ya benar".

Dia berkata: "Sungguh orang ini telah menawarkan kepada kalian satu penawaran yang bijak maka terimalah dan biarkanlah aku untuk menemuinya". Mereka berkata: "Temuilah dia".

[KESABARAN NABI  MENGHADAPI URWAH BIN MAS'UD]

Maka Urwah bin Mas'ud menemui Beliau . Lalu dia berbicara dengan Nabi , maka Nabi  berkata seperti yang Beliau katakan kepada Budail [sebagaimana yang tersebut diatas].

Lalu 'Urwah berkata pada saat itu juga: "Hai Muhammad, bagaimana pendapatmu jika kamu memusnahkan kaummu [kaum Quraisy yang masih musyrik]? Apakah kamu pernah mendengar tentang seseorang dari suku Arab yang pernah menggempur kaumnya sebelummu? Dan jika kamu berbeda dengan yang lainnya, maka demi Allah, saya melihat para tokoh dan saya melihat para pemuda yang tampak siap melarikan diri dan meninggalkanmu".

Maka Abu Bakar berkata kepadanya: "Tutup mulutmu!. Apakah kami akan lari darinya dan meninggalkannya?"

Ia bertanya: "Siapa orang ini?" Para sahabat menjawab: "Dia Abu Bakar". Abu Bakar berkata: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya tidak ada jasa yang pernah kamu lakukan terhadapku dan belum aku balas tentu aku akan menjawabmu".

Perawi berkata:

'Lalu 'Urwah kembali berbicara dengan Nabi  dan setiap kali berbicara dia memegang JENGGOT BELIAU, sementara Al Mughirah bin Syu'bah berdiri dekat kepala Nabi  dan dia memegang pedang serta mengenakan baju besi. Dan setiap kali 'Urwah memegang jenggot Nabi  dengan tangannya, Al Mughirah memukul tangannya dengan bagian bawah sarung pedang seraya berkata: "Enyahkan tanganmu dari jenggot Rasulullah ".

Maka: 'Urwah mengangkat kepalanya seraya berkata: 'Siapakah orang ini?" Para sahabat menjawab: "Dia adalah Al-Mughirah bin Syu'bah". 'Urwah lantas berkata: "Hai pengkhianat, bukankah aku telah menjadi susah payah akibat pengkhianatanmu?"

Dahulu Al Mughirah dimasa jahiliyah pernah menemani suatu kaum lalu dia membunuh dan mengambil harta mereka. Kemudian dia datang dan masuk Islam.

Maka Nabi  berkata saat itu:

“أمَّا الإسْلَامَ فأقْبَلُ، وأَمَّا المَالَ فَلَسْتُ منه في شَيءٍ ".

"Adapun keIslamannya maka aku terima. Sedangkan mengenai harta, aku tidak ada sangkut pautnya sedikitpun".

Kemudian 'Urwah melayangkan pandangan kedua matanya kepada para shahabat Nabi .

Perawi berkata:

"Demi Allah, tidaklah Rasulullah  apabila membuang dahak lalu dahak Beliau tepat jatuh di telapak tangan salah seorang dari sahabat melainkan orang itu menggosokkannya pada wajah dan kulitnya. Dan bila Beliau menyuruh mereka, merekapun segera begegas melaksanakan perintah Beliau. Dan apabila Beliau hendak berwudhu', selalu mereka hampir berkelahi karena berebut untuk menyiapkan air untuk wudhu' Beliau. Bila Beliau berbicara, mereka merendahkan suara mereka di hadapan Beliau dan mereka tidaklah menajamkan pandangan kepada Beliau sebagai pengagungan mereka terhadap Beliau.

Maka 'Urwah pun kembali ke pasukan kaum musyrikin Qureish, lalu berkata pada mereka:

"Wahai kaum, demi Allah, sungguh aku pernah menjadi utusan yang diutus mengahap raja-raja, juga Qaisar (raja Romawi) dan Kisra (raja Parsia) juga kepada raja an-Najasiy. Demi Allah, tidak pernah aku melihat seorang rajapun yang begitu diagungkan seperti para sahabat Muhamad  mengagungkan Muhammad. Sungguh tidaklah dia berdahak lalu mengenai telapak seorang dari mereka kecuali dia akan membasuhkan dahak itu ke wajah dan kulitnya dan jika dia memerintahkan mereka maka mereka segera berebut melaksnakannya dan apabila dia berwudhu' hampir-hampir mereka berkelahi karena memperebutkan sisa air wudhu'nya itu dan jika dia berbicara maka mereka merendahkan suara mereka (mendengarkan dengan seksama) dan tidaklah mereka mengarahkan pandangan kepadanya karena sangat menghormatinya. Sungguh dia telah menawarkan kepada kalian satu tawaran yang membawa kepada kebaikan, maka terimalah".

Lalu seorang dari Bani Kinanah berkata: "Biarkan aku yang akan menemuinya". Mereka berkata: "Temuilah".

Ketika orang itu telah mendatangi Nabi  dan para sahabat Beliau, Rasulullah  berkata: "Ini si fulan. Dia berasal dari kaum yang mengagungkan unta, karena itu kirimkan unta kepadanya".

Maka dikirimlah unta kepadanya. Dan orang-orang pun kemudian menyambutnya seraya mengucapkan talbiyah. Ketika orang itu melihat hal ini maka dia berkata: "Maha suci Allah. Tidak sepatutnya orang-orang ini dihalangi untuk mendatangi Baitulloh".

Setelah dia kembali kepada teman-temannya dia berkata: "Aku melihat unta-unta telah dikalungi dan diberi tanda, maka aku berpendapat tidak sepatutnya mereka dihalangi dari Baitulloh".

Tiba-tiba berdiri seorang laki-laki dari mereka yang biasa dipanggil dengan Mikraz bin Hafsh seraya berkata: "Biarkan aku untuk menemuinya". Lalu mereka berkata: "Temuilah".

Ketika orang itu telah mendatangi mereka, Nabi  berkata: "Inilah Mikraz, dia adalah seorang yang durjana".

Maka Mikraz mulai berbicara dengan Nabi . Ketika dia sedang berbicara dengan Beliau, tiba-tiba Suhail bin 'Amru datang.

[KESABARAN NABI  MENGHADAPI SUHAIL DARI PIHAK MUSYRIKIN QURAISY]

Ketika Suhail bin 'Amru datang, Nabi  berkata: "Sungguh urusan kalian telah menjadi mudah".

"Maka Suhail bin 'Amru berkata: "Bawa kemari (kertas) dan buatlah surat perjanjian antara kami dan kalian".

Maka Nabi  memanggil seorang penulis lalu Nabi  bersabda:

«بسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ»

"(Tulislah) bismillahir rahmaanir rahim".

Maka Suhail berkata: "Tentang sebutan ar-Rahman, demi Allah, aku tidak mengenalnya. Tetapi tulislah Bismika Allahumma (Dengan namu-Mu ya Allah) sebagaimana sebelumnya kamu biasa menuliskannya".

Maka kaum Muslimun berkata: "Demi Allah, janganlah ditulis melainkan bismillahir rahmaanir rahim".

Maka Nabi  berkata:

اكْتُبْ «باسْمِكَ اللَّهُمَّ»

"Tulislah; "Bismika Allahumma (dengan nama-Mu ya Allah)".

Kemudian Beliau  berkata:

"هذا ما قَاضَى عليه مُحَمَّدٌ رَسولُ اللَّهِ".

"Ini adalah perjanjian yang ditetapkan oleh Muhammad Rasulullah".

Seketika itu juga Suhail berkata:

"Demi Allah, seandainya kami mengetahui bahwa kamu utusan Allah, tentu kami tidak akan mengahalangi kamu dari Baitulloh dan tidaklah kami memerangimu. Akan tetapi tulislah: "Muhammad bin 'Abdullah".

Maka Nabi  berkata:

"واللَّهِ إنِّي لَرَسولُ اللَّهِ، وإنْ كَذَّبْتُمُونِي، اكْتُبْ «مُحَمَّدُ بنُ عبدِ اللَّهِ»".

"Demi Allah, sungguh aku ini adalah memang benar Utusan Allah sekalipun kalian mendustakan aku. Tulislah: Muhammad bin 'Abdullah".

Az-Zuhriy berkata: "Hal ini berkenaan dengan sabda Beliau: "Tidaklah mereka meminta kepadaku satu permintaan dimana didalamnya mereka mengagungkan kehormatan-kehormatan Allah melainkan pasti aku akan berikan kepada mereka".

Kemudian Nabi  berkata kepadanya:

“علَى أنْ تُخَلُّوا بيْنَنَا وبيْنَ البَيْتِ، فَنَطُوفَ به ".

"Dengan syarat kalian memberi kebebasan kami mendatangi Baitulloh untuk melaksanakan thawaf disana".

Suhail berkata: "Demi Allah, jangan sampai bangsa 'Arab bercerita bahwa kami direbut secara paksa [Penulis katakan: dari sini nampak bahwa Suhail mengakui tidak akan mampu berperang melawan pasukan Nabi SAW]. Namun kesempatan umroh ini kami akan berikan untuk tahun depan. 

Dan syarat berikutnya : bahwa tidak seorangpun yang datang kepadamu dari pihak kami sekalipun dia sudah mengikuti agamamu, melainkan kamu harus mengembalikannya kepada kami".

Lalu Kaum Muslimin (protes) berkata: "Subhaanalloh, bagaimana mungkin dia dikembalikan kepada orang-orang musyrik padahal dia datang sebagai seorang muslim?"

[KETABAHAN NABI  DALAM MENYERAHKAN SAHABAT ABU JANDAL]

Ketika mereka sedang dalam keadaan bersitegang itu, tiba-tiba datang Abu Jandal bin Suhail bin 'Amru dalam keadaan terikat yang kabur dari dataran rendah kota Makkah hingga bisa bergabung ditengah-tengah Kaum Muslimin.

Maka Suhail berkata: "Wahai Muhammad, inilah orang pertama yang kamu harus serahkan kepadaku sesuai kesepatan kamu". Maka Nabi  berkata: "Sungguh kita belum lagi menetapkan kesepakatan".

Suhail berkata: "Demi Allah, kalau begitu aku tidak akan membuat perjanjian damai apapun kepadamu untuk selamanya". Nabi  berkata: "Berikanlah dia kepadaku sebagai pengecualian".

Suhail berkata: "Aku tidak akan pernah memberikannya kepadamu". Beliau kembali berkata: "Jangan begitu, berikanlah kepadaku".

Suhail berkata: "Aku tidak akan melakukannya". Mikraz berkata: "Bahkan kami telah memberikannya (kemudahan) kepada anda ".

Abu Jandal berkata: "Wahai sekalian Muslimin, apakah aku akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik padahal aku datang sebagai seorang Muslim? Tidakkah kalian melihat apa yang sudah aku alami?"

Memang Abu Jandal telah didiksa dengan siksaan yang sangat kejam karena memilih jalan Allah.

[KESABARAN NABI  MENGHADAPI SAHABAT UMAR BIN KHATHTHAB]

Perawi berkata: Maka 'Umar bin Al Khaththab radliallahu 'anhu berkata:

'Maka aku menemui Nabi Allah  lalu aku [Umar] bertanya: "Bukankah Anda ini benar-benar Nabi Allah?" Beliau menjawab: "Ya benar".

Aku katakan: "Bukankah kita berada diatas kebenaran sedangkan musuh-musuh kita di atas kebatilan". Beliau menjawab: "Ya benar".

Aku katakan: "Lalu kenapa kita terima penghinaan ini kepada agama kita?"

Beliau berkata:

“إنِّي رَسولُ اللَّهِ، ولَسْتُ أعْصِيهِ، وهو نَاصِرِي".

"Sungguh aku ini adalah Utusan Allah dan aku tidak mendurhakai-Nya dan Dialah Penolongku".

Aku katakan: "Bukankah Anda pernah mengatakan bahwa kita pasti akan mendatangi Baitulloh lalu kita thawaf disana?"

Beliau berkata:

بَلَى، فأخْبَرْتُكَ أنَّا نَأْتِيهِ العَامَ؟

"Benar. Tapi apakah aku mengatakannya kepadamu bahwa kita akan mendatanginya tahun ini?"

'Umar berkata: Aku jawab: "Memang tidak".

"فإنَّكَ آتِيهِ ومُطَّوِّفٌ به".

Beliau berkata lagi: "Sungguh kamu pasti akan mendatanginya dan thawaf disana".

'Umar berkata: "Maka kemudian aku menemui Abu Bakar lalu aku katakan: "Wahai Abu Bakar, bukankah Beliau itu benar-benar Nabi Allah?" Abu Bakar menjawab: "Ya benar".

Aku katakan: "Bukankah kita berada diatas kebenaran sedangkan musuh-musuh kita di atas kebatilan". Dia menjawab: "Ya benar".

Aku katakan lagi: "Lalu kenapa kita terima kehinaan ini kepada agama kita?"

Abu Bakar berkata: "Wahai pejuang, sungguh Beliau itu adalah Utusan Allah  dan Beliau tidak akan durhaka kepada Robb-Nya dan Dialah Penolongnya. Maka itu berpeganglah pada perintah Beliau dan jangan menyelisihinya. Demi Allah, sungguh Beliau berada diatas kebenaran".

Aku katakan: "Bukankah Beliau pernah mengatakan bahwa kita pasti akan mendatangi Baitulloh lalu kita thawaf disana?". Abu Bakar menjawab: "Benar. Tapi apakah Beliau mengatakannya bahwa kita akan mendatanginya tahun ini?"

Aku jawab: "Tidak". Abu Bakar berkata: "Sungguh kamu pasti akan mendatanginya dan melaksanakan thawaf disana".

[Az Zuhriy] berkata; 'Umar berkata: "Karena tindakanku itu maka aku melakukan beberapa amal kebajikan (sebagai penebus atas ucapan yang tidak patut) ".

[KESABARAN NABI  MENGHADAPI PARA SAHABAT-NYA]

Setelah selesai dari membuat perjanjian, Rasulullah  berkata kepada para sahabat Beliau:

“قُومُوا فَانْحَرُوا ثُمَّ احْلِقُوا".

"Bangun dan sembelihlah hewan qurban hadyu kalian lalu cukurlah kepala kalian".

Perawi berkata: "Demi Allah, tidak ada satupun orang yang beranjak berdiri (untuk melaksanakan perintah Beliau) hingga Beliau memerintahkannya sampai tiga kali. Ketika tidak ada seorangpun dari mereka yang berdiri, untuk melaksanakan perintah Beliau, akhirnya Beliau masuk menemui Ummu Salamah lalu menceritakan kejadian yang Beliau dapatkan di kalangan Kaum Muslimin.

Maka Ummu Salamah berkata: "Wahai Nabi Allah, apakah Anda suka agar mereka melakukannya? Keluarlah lalu janganlah Anda berbicara sepatah katapun dengan siapapun dari mereka , hingga Anda menyembelih unta qurban Anda , lalu Anda panggil tukang cukur Anda untuk mencukur rambut Anda".

Ketika para sahabat melihat Nabi Muhammad  melakukan semua hal itu, mereka pun berdiri, menyembelih kurban, dan mencukur rambut mereka satu sama lain. Dan hampir saja sebagian dari mereka saling membunuh satu sama lain karena menahan rasa sedih dan kecewa ”.

Kemudian datanglah beberapa wanita mukminah yang berhijrah, lalu Allah menurunkan firman-Nya:

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا جَاءَكُمُ الْمُؤْمِنَاتُ مُهَاجِرَاتٍ فَامْتَحِنُوهُنَّ، اللَّهُ أَعْلَمُ بِإِيمَانِهِنَّ، فَإِنْ عَلِمْتُمُوهُنَّ مُؤْمِنَاتٍ فَلَا تَرْجِعُوهُنَّ إِلَى الْكُفَّارِ، لَا هُنَّ حِلٌّ لَهُمْ وَلَا هُمْ يَحِلُّونَ لَهُنَّ، وَآتُوهُمْ مَا أَنْفَقُوا ۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ أَنْ تَنْكِحُوهُنَّ إِذَا آتَيْتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ ۚ وَلَا تُمْسِكُوا بِعِصَمِ الْكَوَافِرِ وَاسْأَلُوا مَا أَنْفَقْتُمْ وَلْيَسْأَلُوا مَا أَنْفَقُوا ۚ ذَٰلِكُمْ حُكْمُ اللَّهِ ۖ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ ۚ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ".

Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir.

Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya.

Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS. Al-Mumtahanah: 10).

Pada saat itu juga , Umar menceraikan dua istrinya yang masih musyrik. Salah satunya, dinikahi oleh Mua'wiyah bin Abu Sufyan, sedangkan yang lainnya menikah dengan Safwan bin Umayyah.

[KETABAHAN NABI  DALAM MENYERAHKAN SAHABAT ABU BASHIR]

Kemudian Nabi Muhammad  kembali ke Madinah. Lalu datanglah kepadanya Abu Bashir , dari suku Quraisy , dia baru masuk Islam. Maka mereka orang kafir Quraisy mengutus dua orang untuk mencarinya, lalu mereka berdua berkata Nabi : "Serahkanlah dia kepada kami sesuai dengan apa yang telah engkau janjikan kepada kami."

Maka beliau  menyerahkan Abu Bashir kepada kedua orang itu , kemudian mereka pun pergi hingga tiba di Dzul-Hulayfah. Lalu mereka turun berhenti dan makan buah kurma yang mereka miliki. Abu Bashir berkata kepada salah satu dari dua orang itu: "Demi Allah, aku melihat pedangmu itu, wahai Fulan, sangat bagus."

Maka yang lainnya mengunuskannya. Lalu dia berkata: "Ya, demi Allah, pedang ini memang bagus. Sungguh aku telah mengujinya berkali-kali."

Kemudian Abu Bashir berkata: "Perlihatkan padaku, biar aku lihat." Maka Abu Bashir pun berhasil merebut darinya, lalu menebasnya hingga dia mati. Sementara yang satu lagi melarikan diri hingga sampai ke Madinah, lalu dia masuk ke dalam masjid sambil berlari.

Ketika Rasulullah melihatnya, beliau bersabda: "Sungguh, orang ini telah melihat hal yang menakutkan." Setelah dia sampai dihadapan Rasulullah, dia berkata: " Demi Allah, temanku telah dibunuh, dan aku pun akan dibunuh ".

Lalu Abu Bashir datang dan berkata: "Demi Allah, wahai Nabi Allah, sesungguhnya Allah telah menepati janji-Nya kepadamu. Engkau telah mengembalikanku kepada mereka, kemudian Allah membebaskan aku dari mereka."

Rasulullah  bersabda:

“ويْلُ أُمِّهِ مِسْعَرَ حَرْبٍ! لو كانَ له أحَدٌ ".

"Celakalah ibunya, ia berada dalam keadaan perang. Alangkah baiknya jika seandainya dia memiliki orang yang melindunginya."

Ketika Abu Bashir mendengar kata-kata itu, maka dia faham bahwa dia akan dikembalikan kepada mereka. Maka dia pun kabur hingga mencapai pantai Saiful Bahr , dan di situ pulalah Abu Jandal bin Suhail melarikan diri dari mereka. Maka Dia menemui Abu Bashir. Dan setiap kali ada seseorang dari suku Quraisy memeluk Islam, maka orang tersebut selalu bergabung dengan Abu Bashir.

Dalam waktu singkat, kelompok mereka semakin bertambah, dan demi Allah, tidak ada unta yang dikeluarkan oleh suku Quraisy menuju Syam kecuali mereka menyerangnya, membunuh orang-orang Quraisy, dan mengambil harta mereka.

Maka Quraisy mengirim utusan kepada Nabi dengan bersumpah demi Allah dan ikatan kekerabatan agar beliau  mengirim instruksi kepada mereka agar menghentikan tindakan tersebut, dan setuju bahwa siapa pun yang datang kepada beliau akan aman. Maka Nabi mengirimkan utusan kepada mereka untuk menyampaikan intruksi tersebut.

Lalu Allah SWT menurunkan wahyu:

وَهُوَ الَّذِي كَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِن ْ بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا.

هُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالْهَدْيَ مَعْكُوفًا أَنْ يَبْلُغَ مَحِلَّهُ ۚ وَلَوْلَا رِجَالٌ مُؤْمِنُونَ وَنِسَاءٌ مُؤْمِنَاتٌ لَمْ تَعْلَمُوهُمْ أَنْ تَطَئُوهُمْ فَتُصِيبَكُمْ مِنْهُمْ مَعَرَّةٌ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۖ لِيُدْخِلَ اللَّهُ فِي رَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ لَوْ تَزَيَّلُوا لَعَذَّبْنَا الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا.

إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَىٰ وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا.

Dan Dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kalian dan (menahan) tangan kalian dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah setelah Allah memenangkan kalian di atas mereka, dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan.

Merekalah orang-orang kafir yang menghalang-halangi kalian (masuk) Masjidil Haram dan menghalangi hewan-hewan kurban sampai ke tempat (penyembelihan)nya. Dan kalau bukanlah karena ada beberapa orang beriman laki-laki dan perempuan yang tidak kalian ketahui (yang dengan sebabnya Allah menahan tangan kalian), tentulah kalian akan membunuh mereka yang menyebabkan kalian ditimpa kesulitan tanpa kalian sadari. Karena Allah hendak memasukkan siapa yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka terpisah (tidak bercampur-baur), tentu Kami akan mengazab orang-orang yang kafir di antara mereka dengan azab yang pedih.

Ketika orang-orang yang kafir menanamkan kesombongan dalam hati mereka (yaitu) kesombongan jahiliah, lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin; dan (Allah) mewajibkan kepada mereka tetap taat menjalankan kalimat takwa dan mereka lebih berhak dengan itu dan patut memilikinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".[QS. Al-Fath: 24-26].

Kesombongan mereka adalah bahwa mereka tidak mengakui bahwa beliau adalah Nabi Allah, juga tidak mengakui kalimat “Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” Mereka menghalangi kaum muslimin mendatangi Ka'bah. [HR. Bukhori no. 2731].

Penyesalan Umar radhiyallahu 'anhu atas apa yang dia ucapkan pada Rasulullah . Maka dalam riwayat Imam Ahmad di sebutkan:

“ثُمَّ قَالَ عُمَرُ: ‌مَا ‌زِلْتُ ‌أَصُومُ ‌وَأَتَصَدَّقُ ‌وَأُصَلِّي ‌وَأَعْتِقُ ‌مِنَ ‌الَّذِي ‌صَنَعْتُ مَخَافَةَ كَلَامِي الَّذِي تَكَلَّمْتُ بِهِ يَوْمَئِذٍ حَتَّى رَجَوْتُ أَنْ يَكُونَ خَيْرًا ".

Kemudian Umar berkata: Aku terus menerus berpuasa, bersedekah, shalat, dan membebaskan budak sebagai bentuk penyesalan atas apa yang telah aku perbuat karena aku takut akan perkataanku yang telah aku ucapkan saat itu , sehingga dengannya aku bisa berharap menjadi baik-baik saja.

[Musnad Imam Ahmad no. 31/217 Cet. ar-Risalah , al-Bidayah wan Nihayah 6/217 dan 'Uyun al-Atsar 2/161].

*****

PERJANJIAN HUDAIBIYAH ADALAH KEMENANGAN DAN AWAL PENGUKUHAN KEDAULATAN NEGARA ISLAM

Setelah selesai kesepakatan perjanjian Hudaibiyah , maka Allah SWT menurunkan surat al-Fath (surat kemenangan) yang diawali dengan firman-Nya:

{إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا (1) لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (2) وَينْصُركَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا (3) }

Sesungguhnya Kami telah memberikan kemenangan yang nyata kepadamu, supaya Allah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpinmu ke jalan yang lurus, dan supaya Allah membantumu dengan pertolongan yang kuat (banyak). [QS. al-Fath: 1-3].

Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya:

“Surat yang mulia ini diturunkan ketika Rasulullah Saw. kembali dari Hudaibiyah dalam bulan Zul Qa'dah tahun enam Hijriah".

Dari Al-Bara' Bin 'Aazib - radliallahu 'anhu- ia berkata;

“تَعُدُّونَ أنْتُمُ الفَتْحَ فَتْحَ مَكَّةَ، وقدْ كانَ فَتْحُ مَكَّةَ فَتْحًا، ونَحْنُ نَعُدُّ الفَتْحَ بَيْعَةَ الرِّضْوَانِ يَومَ الحُدَيْبِيَةِ؛ كُنَّا مع النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ أرْبَعَ عَشْرَةَ مِئَةً، والحُدَيْبِيَةُ بئْرٌ، فَنَزَحْنَاهَا فَلَمْ نَتْرُكْ فِيهَا قَطْرَةً، فَبَلَغَ ذلكَ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فأتَاهَا، فَجَلَسَ علَى شَفِيرِهَا، ثُمَّ دَعَا بإنَاءٍ مِن مَاءٍ فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ مَضْمَضَ ودَعَا، ثُمَّ صَبَّهُ فِيهَا، فَتَرَكْنَاهَا غيرَ بَعِيدٍ، ثُمَّ إنَّهَا أصْدَرَتْنَا ما شِئْنَا نَحْنُ ورِكَابَنَا ".

"Kalian mengira penaklukan kota Makkah adalah kemenangan dan memang itu suatu kemenangan. Namun kami menganggap kemenganan itu bermula saat Bai'at ar-Ridlwan pada peristiwa Hudaibiyyah. Saat itu kami bersama Nabi  berjumlah seribu empat ratus orang.

Hudaybiyah adalah sebuah sumur lalu kami mengambil airnya hingga tak bersisa setetespun. Setelah kejadian itu terdengar oleh Nabi , beliau segera mendatangi sumur itu dan duduk di tepi sumur tersebut, selanjutnya beliau minta diambilkan bejana, beliau berwudlu' sambil berkumur-kumur, kemudian beliau berdo'a dan menuangkan airnya ke dalam sumur tersebut. Setelah kami mendiamkan sejenak, akhirnya kami dapat minum sesuka kami hingga puas, begitu juga dengan hewan-hewan tungangan kami." [HR. Bukhori no. 4150].

Tak diragukan lagi, bahwa Perjanjian Hudaibiyah ini adalah suatu kemenangan yang nyata sekali. Dan memang demikianlah adanya. Sejarah pun mencatat, bahwa isi perjanjian ini adalah suatu hasil politik yang bijaksana dan pandangan jauh ke depan, yang besar sekali pengaruhnya terhadap masa depan Islam dan bangsa Arab.

Inilah pertama kalinya pihak Quraisy mengakui Rasulullah  bukan sebagai pemberontak, melainkan sebagai orang yang tegak sama tinggi duduk sama rendah. Dan sekaligus mengakui pula berdirinya dan adanya KEDAULATAN NEGARA ISLAM itu.

Perjanjian Hudaibiyah juga merupakan suatu pengakuan bahwa Muslimin pun berhak berziarah ke Ka'bah dan melakukan upacara-upacara ibadah haji. Dengan demikian, mereka mengakui bahwa Islam adalah agama yang sah di antara agama-agama lain di jazirah itu.

Selanjutnya, gencatan senjata yang selama dua tahun atau sepuluh tahun itu, membuat pihak Muslimin merasa lebih aman dari jurusan selatan, tidak khawatir akan mendapat serangan Quraisy. Hal ini berarti membuka jalan buat Islam untuk lebih tersebar lagi. Bukankah kaum Quraisy—yang merupakan musuh Islam paling gigih dan lawan berperang paling keras—sudah tunduk, sedang sebelum itu mereka sama sekali tidak pernah tunduk?

*****

KAPAN TERLAKSANANYA UMROH NABI  YANG TELAH DIKABARKAN SEBELUMNYA DALAM AYAT 27 SURAT AL-FATH:

Allah SWT berfirman:

{لَقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا (27) }

Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedangkan kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat". [QS. al-Fath: 27].

JAWABANNYA:

Umroh tersebut terlaksana pada tahun berikutnya setelah perjanjian Hudaibiyah , yang dikenal dengan UMROH QODHO, yaitu dalam bulan Zul Qa'dah, tahun tujuh Hijriah.

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata:

Kemudian pada tahun tujuh Hijriah, bulan Zul Qa'dah, Nabi  berangkat menuju Mekah untuk umrah dengan diikuti oleh ahli Hudaibiyah. Maka beliau berihram dari Zul Hulaifah dan membawa serta hadyu-nya, yang menurut suatu pendapat jumlahnya enam puluh ekor unta. Lalu Nabi  mengucapkan talbiyah dan para sahabatnya mengucapkan talbiyah pula seraya bergerak.

Ketika perjalanan Nabi  sampai di dekat Dzahran, maka beliau mengirimkan Muhammad ibnu Maslamah bersama pasukan berkuda yang lengkap dengan senjatanya berada di depan mendahului beliau . Ketika orang-orang musyrik melihat pasukan berkuda itu, mereka dicekam oleh rasa takut yang sangat, mereka mengira bahwa Rasulullah  akan menyerang mereka. Dan bahwa Rasulullah  telah melanggar perjanjian gencatan senjata yang telah ditandatangani antara mereka dan beliau, yang isinya ialah menghentikan peperangan di antara mereka selama sepuluh tahun.

Maka orang-orang musyrik itu pergi menuju Mekah dan memberitahukan hal tersebut kepada penduduknya. Setelah Rasulullah  tiba di dekat Mekah, maka beliau turun istirahat di Marru adz-Dzahran [مَرُّ الظَّهْرَانِ], yang dari situ beliau dapat menyaksikan monumen-monumen tanah haram [أَنْصَابِ الْحَرَمِ]. Lalu beliau memerintahkan agar semua senjata yang berupa panah dan tombak dikumpulkan, lalu diletakkan di Lembah Ya'juj. Setelah itu beliau meneruskan perjalanannya ke Mekah hanya dengan membawa senjata pedang yang disarungkan seperti yang mereka minta dalam syarat perjanjian tersebut.

Ketika beliau  berada di tengah perjalanan, orang-orang Quraisy mengirimkan Mukarriz [مكرز] ibnu Hafsh. Maka Mukarriz berkata: "Hai Muhammad, kami belum pernah melihatmu merusak perjanjian."

Rasulullah  Bertanya: "Apa yang kamu maksudkan?"

Mukarriz menjawab: "Engkau masuk ke kota Kami dengan membawa senjata panah dan tombak serta senjata lainnya."

Maka Rasulullah  Berkata: "Itu tidak benar sama sekali, karena kami telah mengirimkan senjata-senjata tersebut ke Ya'juj".

Mukarriz berkata: "Kalau demikian, berarti engkau menepati janji."

Lalu para pemimpin orang-orang kafir keluar dari kota Mekah untuk sementara waktu, karena mereka tidak mau menyaksikan Rasulullah  dan para sahabatnya di Mekah, hati mereka dipenuhi oleh rasa dendam dan marah. Adapun penduduk Mekah lainnya dari kalangan kaum laki-laki dan wanita serta anak-anak, maka mereka duduk di pinggir-pinggir jalan di atas rumah-rumah mereka untuk menyaksikan kedatangan Rasulullah  dan para sahabatnya.

Rasulullah  dan para sahabatnya memasuki Mekah; di barisan depan para sahabat berjalan mengawalnya seraya membaca talbiyah, sedangkan hewan-hewan kurban mereka telah dikirimkan oleh Nabi  ke Dzu Thuwa Nabi  saat itu mengendarai unta kendaraannya yang bernama Qashwa seperti pada hari Hudaibiyah dan Abdullah ibnu Rawwahah Al-Ansari memegang tali kendalinya, seraya mendendangkan syair berikut:

بِاسْمِ الَّذِي لَا دِينَ إِلَّا دينُه... بِاسْمِ الَّذِي محمدٌ رَسُولُهُ...

خَلُّوا بَنِي الكُفَّار عَنْ سَبِيله... الْيَوْمَ نَضْرِبُكُمْ عَلَى تَأْويله...

كَمَا ضَرَبْنَاكُمْ عَلَى تَنْزِيلِهِ... ضَرْبًا يزيلُ الهام عَن مَقِيله...

ويُذْهِل الخليل عن خليله... قَدْ أَنْزَلَ الرَّحْمَنُ فِي تَنْزِيلِهِ...

فِي صُحف تُتْلَى عَلَى رسُوله... بِأَنَّ خَيْرَ القَتْل فِي سَبِيلِهِ...

يَا رَبِّ إِنِّي مُؤْمِنٌ بِقِيلِهِ

“Dengan nama Tuhan yang tiada agama yang diterima kecuali agama-Nya, dan dengan nama Tuhan yang Muhammad menjadi utusan-Nya.

Hai Banil Kuffar (orang-orang kafir), menyingkirlah kalian dari jalannya, pada hari ini kami pukul kalian sesuai dengan apa yang diperintahkannya,

Sebagaimana kami pun memukul kalian berdasarkan perintah yang diturunkan kepadanya, yaitu dengan pukulan yang dapat memisahkan kepala dari tubuhnya,

Dan dapat membuat sedih seseorang karena ditinggal kekasihnya. Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Pemurah telah menurunkan wahyu-Nya yang dicatat

Di dalam lembaran-lembaran yang dibacakan kepada Rasul-Nya bahwa sebaik-baik mati ialah dalam membela jalan-Nya.

Ya Tuhanku, sesungguhnya aku beriman kepada sabdanya". [Selesai]

Ini merupakan himpunan dari berbagai riwayat yang terpisah-pisah. Yunus ibnu Bukair telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abu Bakar ibnu Hazm yang menceritakan:

Bahwa ketika Rasulullah  memasuki kota Mekah dalam umrah qadanya, beliau memasukinya dengan berkendaraan, sedangkan Abdullah ibnu Rawwahah r.a. memegang tali kendali unta kendaraannya seraya mengucapkan bait-bait syair berikut:

خُلُّوا بَنِي الْكُفَّارِ عَنْ سَبِيلِهِ... إِنِّي شَهيدٌ أَنَّهُ رَسُولُهُ...

خَلُّوا فَكُلُّ الْخَيْرِ فِي رَسُولِهِ... يَا رَبِّ إِنِّي مُؤْمِنٌ بِقِيلِهِ...

نَحْنُ قَتَلْنَاكُمْ عَلَى تَأْوِيلِهِ... كَمَا قَتَلْنَاكُمْ عَلَى تَنْزِيلِهِ...

ضَرْبًا يُزيل الْهَامَ عن مقيله... ويذهل الخليل عن خليله...

Menyingkirlah, hai orang-orang kafir, dari jalannya. Sesungguhnya aku bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah.

Menyingkirlah kalian, semua kebaikan ada pada Rasul-Nya. Ya Tuhanku, sesungguhnya aku beriman kepada sabdanya.

Kami memerangi kalian karena perintahnya sebagaimana kami memerangi kalian karena wahyu yang diturunkan kepadanya.

Kami lakukan pukulan yang dapat memisahkan kepala dari tubuhnya dan mengakibatkan orang bersedih hati karena ditinggal orang yang dikasihinya. [Selesai]

Abdur Razzaq mengatakan: … dari Anas ibnu Malik r.a. yang menceritakan:

“Bahwa ketika Rasulullah  memasuki kota Mekah dalam umrah qadanya, Abdullah ibnu Rawwahah berjalan kaki dihadapan beliau  Dan menurut riwayat yang lain, Abdullah memegang tali kendali unta kendaraan Nabi  seraya mengucapkan bait-bait syair berikut:

خَلُّوا بَنِي الْكُفَّارِ عَنْ سَبِيلِهِ... قَدْ نَزَّلَ الرَّحْمَنُ فِي تَنْزِيلِهِ...

بَأَنَّ خَيْرَ الْقَتْلِ فِي سَبِيلِهِ... يَا رَبِّ إِنِّي مُؤْمِنٌ بِقِيلِهِ...

نَحْنُ قَتَلْنَاكُمْ عَلَى تَأْوِيلِهِ... كَمَا قَتَلْنَاكُمْ عَلَى تَنْزِيلِهِ...

ضربا يزيل الهام عن مقيله... ويذهل الخليل عَنْ خَلِيلِهِ...

Menyingkirlah, hai orang-orang kafir, dari jalannya. Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Pemurah telah menurunkan wahyu

Yang menyebutkan, bahwa sebaik-baik kematian ialah dalam membela jalan-Nya. Ya Tuhanku, sesungguhnya aku beriman kepada sabdanya.

Kami memerangi kalian karena perintahnya sebagaimana kami perangi kalian karena wahyu yang diturunkan kepadanya.

Pada hari ini kami pukul kalian karena perintahnya dengan pukulan yang dapat melenyapkan kepala dari tubuhnya dan membuat sedih seseorang karena ditinggalkan oleh orang yang disayanginya. [Selesai. Lihat As-Sunan al-Kubro Baihaqi no. 21080 , Tarikh Damaskus 28/102 dan al-Bidayah wa an-Nihayah 6/377].

Imam Ahmad mengatakan: …. dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan:

“Bahwa ketika Rasulullah  beristirahat di Marru adz-Dzahraan dalam umrahnya, sampailah berita kepada sahabat-sahabat beliau  bahwa orang-orang Quraisy mengatakan bahwa kaum muslim tidak datang dari arah Al-Ajf.

Maka sahabat-sahabat beliau berkata: "Sebaiknya kita sembelih saja sebagian dari unta kendaraan kita, lalu kita makan dagingnya dan kita teguk gulainya, sehingga besok bila kita memasuki Mekah kita dalam keadaan segar dan kuat.

Maka Rasulullah  Bersabda:

"لَا تَفْعَلُوا، وَلَكِنِ اجْمَعُوا لِي مِنْ أَزْوَادِكُمْ".

"Jangan kalian lakukan itu, tetapi kumpulkanlah semua bekal yang masih ada pada kalian."

Maka mereka mengumpulkannya kepada Nabi  dan mereka menggelar tikar, lalu mereka makan hingga semuanya kenyang dan masing-masing dari mereka memenuhi wadah minumnya dan mengambil bekal dari makanan itu (yang tadinya sedikit, ternyata bahkan lebih, berkat doa Nabi ).

Kemudian Rasulullah  datang ke Mekah dan langsung masuk ke Masjidil Haram, sedangkan orang-orang Quraisy duduk di arah sebelah Al-Hijr. Maka Rasulullah  melilitkan kain selendangnya ke bawah ketiaknya dan bersabda:

"لَا يَرَى الْقَوْمُ فِيكُمْ غَمِيرَةً"

"Jangan sampai kaum itu (orang-orang Quraisy) melihat suatu kelemahan pun pada kalian."

Maka Rasulullah  mengusap rukun yang ada Hajar Aswadnya, lalu berlari kecil dalam tawafnya. Hingga manakala rukun Yamani sudah dilewatinya, beliau berjalan kaki biasa menuju Hajar Aswad (maksudnya agar orang-orang Quraisy saat melihatnya, ia dalam keadaan tegar dan kuat, makanya beliau pada permulaan tawafnya berlari-lari kecil).

Maka orang-orang Quraisy mengatakan: "Kelihatannya kamu tidak suka berjalan kaki, sesungguhnya kalian berlari lincah bagaikan kijang."

Maka Rasulullah  melakukan tawafnya dengan berlari kecil sebanyak tiga putaran, sejak saat itu hal tersebut dijadikan sebagai sunnah. [Selesai. Lihat: Al-Musnad (1/305). Di shahihkan al-Albaani dalam ash-Shahihah 6/151 sesuai syarat Muslim]

Abut Tufail mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abbas r.a.: "Bahwa Rasulullah  melakukan hal tersebut dalam haji wada'nya, yakni berlari kecil dalam tiga putaran pertamanya".

Imam Ahmad mengatakan pula: … dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan:

"Bahwa Rasulullah  tiba di Mekah bersama para sahabatnya, sedangkan keadaan mereka lemah karena cuaca kota Yas'rib yang buruk yang hal ini mempengaruhi kondisi kesehatan mereka.

Maka orang-orang musyrik mengatakan: "Sesungguhnya telah datang kepada kalian suatu kaum yang telah dilemahkan oleh demam Yatsrib yang menjadikan kondisi tubuh mereka buruk."

Dan orang-orang musyrik duduk di bagian yang bersebelahan dengan Al-Hijr, maka Allah Swt. memberitahukan kepada Nabi-Nya tentang apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik itu.

Lalu Rasulullah  memerintahkan kepada para sahabatnya untuk berlari kecil dalam tiga putaran pertama, agar orang-orang musyrik melihat kekuatan mereka, bahwa keadaan mereka tidaklah seperti yang diduga oleh orang-orang musyrik. Para sahabat melakukan lari-lari kecil dalam tiga putaran pertama, dan Nabi  memerintahkan kepada mereka untuk berjalan biasa di antara dua rukun yang tidak terlihat oleh pandangan mata kaum musyrik. Dan tidaklah Nabi  melarang mereka berlari kecil pada keseluruhan putaran tawaf, melainkan demi menjaga kondisi kesehatan mereka.

Melihat kenyataan itu (sebagian orang musyrik) berkata (kepada sebagian yang lain): "Itukah mereka yang kalian sangka bahwa demam telah membuat kondisi mereka melemah? Ternyata mereka lebih kuat daripada apa yang terbayangkan." [Al-Musnad 4/423 (2686), dan dari jalur Hammad dalam Al-Bukhari 3/469 (1602), dan Muslim 2/923 (1266)].

Imam Bukhari [No. (4256)] dan Imam Muslim [No. (2266)] mengetengahkan Hadits ini di dalam kitab sahih masing-masing melalui Hadits Hammad ibnu Zaid dengan sanad yang sama.

Menurut lafaz yang lain disebutkan bahwa Nabi  dan para sahabatnya tiba di Mekah pada pagi hari tanggal empat bulan Zul Qa'dah. Maka orang-orang musyrik mengatakan:

"Sesungguhnya telah datang kepada kalian delegasi yang kondisi kesehatan mereka lemah karena pengaruh cuaca Yatsrib yang buruk".

Maka Nabi  memerintahkan kepada para sahabat untuk berlari kecil pada tiga putaran pertama. Dan tiada faktor yang menyebabkan Nabi' tidak memerintahkan mereka untuk berlari kecil dalam semua putaran, melainkan demi memelihara kondisi kesehatan mereka." [Selesai]

Imam Bukhari mengatakan: …. dari Ibnu Abbas r.a.:

"Bahwa ketika Nabi  tiba di tahun yang dia mendapat keamanan padanya, bersabdalah beliau:

“ارْمُلُوا لِيَرَى المُشْرِكُونَ قُوَّتَهُمْ".

"Berlari-lari kecillah kamu sekalian, agar kaum musyrik melihat kekuatan kalian."

Saat itu kaum musyrik menonton mereka dari sebelah Qu'aiqa'an. [Shahih Bukhori no. 4256 dan Shahih Muslim no. 1266].

Telah menceritakan pula kepada kami Muhammad, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar, dari Ata, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan:

“إنَّما سعَى رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ بالبيتِ ، وبينَ الصَّفا والمروَةِ، ليُريَ المشرِكينَ قوَّتَهُ".

"Bahwa sesungguhnya Nabi  berlari kecil sewaktu tawaf di Baitullah dan sa'i di antara Safa dan Marwah hanyalah untuk memperlihatkan kepada orang-orang musyrik kekuatan yang masih dimilikinya". [HR. Tirmidzi no. 863. Di dishahihkan al-Albaani dalam Shahih Tirmidzi].

Imam Bukhari telah meriwayatkannya pula di tempat yang lain, juga Imam Muslim serta Imam Nasai melalui berbagai jalur dari Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama.

Imam Bukhari mengatakan pula: … dari Ibnu Abu Aufa mengatakan:

"Ketika Rasulullah  melakukan umrah kami tamengi diri Rasulullah  dari anak-anak kaum musyrik dan orang-orang dewasa mereka karena khawatir mereka akan mengganggunya."

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara tunggal tanpa Imam Muslim.

Imam Bukhari meriawayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ مُعْتَمِرًا فَحَالَ كُفَّارُ قُرَيْشٍ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ فَنَحَرَ هَدْيَهُ وَحَلَقَ رَأْسَهُ بِالْحُدَيْبِيَةِ وَقَاضَاهُمْ عَلَى أَنْ يَعْتَمِرَ الْعَامَ الْمُقْبِلَ وَلَا يَحْمِلَ سِلَاحًا عَلَيْهِمْ إِلَّا سُيُوفًا وَلَا يُقِيمَ بِهَا إِلَّا مَا أَحَبُّوا فَاعْتَمَرَ مِنْ الْعَامِ الْمُقْبِلِ فَدَخَلَهَا كَمَا كَانَ صَالَحَهُمْ فَلَمَّا أَقَامَ بِهَا ثَلَاثًا أَمَرُوهُ أَنْ يَخْرُجَ فَخَرَجَ

“Bahwa sesungguhnya Rasulullah  berangkat untuk umrah, maka orang-orang kafir Quraisy menghalang-halanginya dari Baitullah. Karenanya beliau menyembelih kurban hadyunya dan mencukur rambut kepalanya di Hudaibiyah. Rasulullah  menyetujui permintaan mereka yang meminta kepadanya agar umrahnya ditunda sampai tahun depan.

Dan bila tahun depan tiba, beliau baru boleh umrah tanpa membawa senjata kecuali hanya pedang; dan tidak boleh tinggal di Mekah, melainkan selama yang mereka (kaum Quraisy) kehendaki.

Maka tahun berikutnya Rasulullah  berangkat umrah, dan memasuki Mekah dalam keadaan seperti apa yang telah beliau janjikan kepada mereka. Setelah beliau tinggal selama tiga hari di Mekah, mereka (kaum Kuffar Quraisy) meminta kepada beliau agar meninggalkan Mekah. Maka beliau pun keluar dan kembali ke Madinah". [Shahih Bukhori no. 4252]

Hadits ini disebutkan pula di dalam kitab Sahih Muslim.

Imam Bukhari mengatakan pula: … dari Al-Barra r.a. yang mengatakan:

"Bahwa Nabi  melakukan umrah pada bulan Zul Qa'dah, tetapi penduduk Mekah menolak beliau masuk Mekah. Akhirnya Nabi  menandatangani perjanjian dengan mereka, bahwa hendaknya mereka membolehkan beliau tinggal di Mekah selama tiga hari (di tahun berikutnya). Setelah mereka mengeluarkan lembaran untuk naskah perjanjian itu, mereka (kaum muslim) menulisnya dengan kata pembukaan:

'Ini adalah perjanjian yang dinyatakan oleh Muhammad utusan Allah'.

Maka orang-orang musyrik mengatakan: "Kami tidak mengakui hal itu. Sekiranya kami meyakini bahwa engkau adalah utusan Allah, niscaya kami tidak mencegahmu melakukan apa pun. Tetapi tulislah 'Muhammad putra Abdullah'."

Maka Rasulullah  bersabda: 

"أَنَا رَسُولُ اللَّهِ ، وَأَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ".

Aku utusan Allah dan Aku Muhammad ibnu Abdullah.

Kemudian beliau  memerintahkan kepada Ali ibnu Abu Talib r.a. untuk menghapus kata 'utusan Allah'. Tetapi Ali r.a. berkata: "Tidak, demi Allah, aku selamanya tidak akan mau menghapusnya darimu."

Lalu Rasulullah  mengambil naskah tersebut, padahal beliau tidak pandai menulis. Akhirnya Ali r.a. menulis:

“Ini adalah pernyataan dari Muhammad ibnu Abdullah, bahwa dia tidak akan memasuki Mekah dengan memakai senjata kecuali pedang yang tetap pada sarungnya. Dan ia tidak akan keluar dengan membawa seseorang dari penduduk Mekah yang ingin mengikutinya, dan ia tidak akan melarang seseorang dari sahabatnya yang ingin tinggal di Mekah".

Ketika Nabi  memasuki Mekah dan masa tinggal baginya (tiga hari telah berlalu), maka orang-orang Quraisy datang kepada Ali dan mengatakan kepadanya: "Katakanlah kepada temanmu itu hendaknya dia keluar dari kota kami, karena sesungguhnya masa yang telah ditetapkan baginya telah habis."

Maka keluarlah Nabi  meninggalkan kota Mekah, tetapi anak perempuan Hamzah r.a. (yang telah gugur di medan Perang Uhud) mengikuti Nabi  seraya memanggil-manggil: "Hai paman, hai paman."

Maka anak perempuan itu diambil oleh Ali r.a. dan menuntun tangannya, lalu Ali berkata kepada Fatimah r.a.: "Bawalah anak perempuan pamanmu ini". Lalu Fatimah menggendongnya.

Maka bertengkarlah Ali, Zaid, dan Ja'far untuk memperebutkan anak perempuan itu. Ali beralasan bahwa dialah yang mengambilnya dan anak perempuan itu adalah anak pamannya. Ja'far beralasan: "Dia adalah anak perempuan pamanku, dan bibinya menjadi istriku." Zaid mengatakan: "Dia adalah anak saudaraku."

Maka Nabi  memutuskan bahwa anak perempuan Hamzah itu diserahkan kepada bibinya, yakni istri Ja'far ibnu Abu Talib r.a., seraya bersabda:

“الخَالَةُ بِمَنْزِلَةِ الأُمِّ"

Kedudukan bibi itu sama dengan ibu kandung.

Dan Nabi  bersabda kepada Ali r.a.:

“أَنْتَ مِنِّي وَأَنَا مِنْكَ"

Engkau adalah bagian dariku dan aku adalah bagian darimu.

Kemudian beliau  bersabda kepada Ja'far r.a.:

“أَشْبَهْتَ خَلْقِي وَخُلُقِي"

Rupa dan akhlakmu mirip dengan diriku.

Dan kepada Zaid r.a., Nabi  bersabda:

"أَنْتَ أَخُونَا وَمَوْلَانَا"

Engkau adalah saudara kami dan maula kami.

Maka Ali r.a. bertanya (kepada Nabi ): "Tidakkah engkau kawini saja anak perempuan Hamzah ini?"

Nabi  menjawab:

"إِنَّهَا ابْنَةُ أَخِي مِنَ الرَّضَاعَةِ

Sesungguhnya dia adalah anak perempuan saudara sepersusuanku.

[HR. Bukhori no. 2541].

Imam Bukhari meriwayatkan Hadits ini melalui jalur ini secara munfarid (tunggal). [Baca: Tafsir Ibnu Katsir 4/217].

*******************

 


Posting Komentar