Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

BENARKAH PALSU ? HADITS : "SURGA DIBAWAH TELAPAK KAKI IBU"?

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhri

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

========

====

DAFTAR ISI :

  • PENDAHULUAN
  • TAKHRIJ & DERAJAT HADITS : " SURGA DIBAWAH TELAPAK KAKI IBU".
  • MAKNA HADITS :
  • DALIL-DALIL PERINTAH BERBAKTI PADA KEDUA ORANG TUA SECARA UMUM :
  • BAKTI PADA KEDUA ORANG TUA ADALAH AKHLAK & KARAKTER PARA NABI DAN RASUL :
  • KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
  • UTAMAKAN SERUAN ORANG TUA DARI PADA TERUS MENENRUS MENEKUNI IBADAH SUNNAH
  • DOSA BESAR DAN KEHINAAN BAGI ANAK YANG DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA :
  • ANDA DAN HARTA ANDA ADALAH MILIK AYAH ANDA :

===*****====

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

PENDAHULUAN

Sudah cukup lama dan sering, penulis jumpai ceramah-ceramah sebagian para syaikh, para ustadz atau para dai yang sembarang mengatakan:

'Bahwa hadits "SURGA DI BAWAH TELAPAK KAKI IBU" adalah PALSU'

Pernyataan-pernyataan tersebut banyak tersebar luas di medsos , baik dalam bentuk ceramah seperti di You Tube maupun dalam bentuk postingan di facebook , instagram atau lainnya . Ini bukan saja terjadi di Indonesia, akan tetapi tersebar pula di negara-negara Timur Tengah dan Afrika dalam bentuk bahasa Arab. 

Lalu para syeikh, para da'i dan para ustadz tersebut dengan tegas memperingatkan kaum muslimin agar menghentikan penyebaran hadits tersebut; karena jika tidak, maka ia sama saja dengan berdusta mengatas namakan Nabi  . Dan barang siapa yang sengaja berdusta mengatas namakan Nabi  maka dia telah menyiapkan tempat duduknya kelak dari api neraka.

Maka dalam kesempatan ini, penulis yang masih taraf belajar ini mencoba menelusuri kebenaran apa yang mereka nyatakan, sebagai bentuk tabayyun atas semua itu agar tidak menimpakan musibah pada kaum muslimin yang kemudian menjadi penyesalan bagi kita semua karena kebododahan kita dan bertindak sembarangan . Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

" Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu". [QS. al-Hujuraat : 6].

Contoh postingan yang mengklaim-nya PALSU :

----


----


===*****====

BETULKAH ITU PALSU ?

Mari kita teliti dan kita telusuri dalam rangka untuk bertabayyun akan kebenaran-nya:

TAKHRIJ & DERAJAT HADITS : " SURGA DIBAWAH TELAPAK KAKI IBU".

Berikut ini riwayat-riwayat hadits tentang "surga dibawah kaki ibu" yang sempat penulis kumpulkan dalam waktu yang sangat terbatas sekali berikut penjelasan dari sebagian para ulama ahli hadits tentang derajat shahih dan dhaifnya masing-masing hadits :

-----

HADITS PERTAMA : DARI JAAHIMAH AS-SULAMI (RA) :

Dari Muawiyah bin Jaahimah As Sulami :

" أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا".

Bahwa Jahimah datang kepada Nabi dan berkata; wahai Rasulullah, saya ingin berperang dan datang untuk minta petunjukmu, beliau bertanya: "Apakah engkau masih memiliki ibu?" ia menjawab; ya.

Beliau bersabda: "Jagalah dan dampingilah ia [ibumu], karena sesungguhnya surga itu dibawah kedua kakinya."

Dalam lafadz riwayat Ahmad :

" قَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَقَالَ: الْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ عِنْدَ رِجْلِهَا، ثُمَّ الثَّانِيَةَ، ثُمَّ الثَّالِثَةَ، فِي مَقَاعِدَ شَتَّى كَمِثْلِ هَذَا الْقَوْلِ".

Beliau bersabda : "Jagalah ia, karena surga berada di bawah kakinya!" . Kemudian yang kedua kalinya, kemudian yang ketiga kalinya, di berbagai tempat duduk yang berbeda, dengan perkataan semisal ini."

[HR. An-Nasaai 6/11 no. 3104, Ahmad 3/429 no. 15623 , Abu Nu'aim dalam Ma'rifatus Shohabah 5/2504 no. 6078, al-Hakim dalam al-Mustadrak 4/15 dan al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman 10/248 no. 7449 ]

DERAJAT HADITS : SHAHIH .

Dishahihkan oleh al-Hakim. Dan Adz-Dzahabi menyetujuinya dalam kitab at-Talkhish 4/15.

Al-Haitsami dalam Majma' az-Zawaaid 8/138 berkata : " "Diriwayatkan oleh At-Tabarani di dalam Al-Ausath, dan perawannya dianggap sebagai orang-orang yang dapat dipercaya."

Dan Abdul Qadir Al-Arna'uth menganggapnya hasan dalam kitab Jami' al-Usul, 1/453."

Syeikh AL-ALBAANI berkata dalam Shahih an-Nasaa'i no. 3104 : "HASAN SHAHIH"

Dan Syeikh AL-ALBAANI dalam Silsilah al-Ahaadits adh-Dha'ifah 2/59 dalam takhrij hadits no. 593 berkata :

"رَوَاهُ النَّسَائِيُّ (2 / 54) ، وَغَيْرُهُ كَالطَّبَرَانِيِّ (1 / 225 / 2) . وَسَنَّدُهُ حَسَنٌ إِن شَاءَ اللَّهُ، وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ (4 / 151) ، وَوَافَقَهُ الذَّهَبِيُّ، وَأَقْرَهُ الْمُنْذَرِيُّ (3 / 214(".

"Diriwayatkan oleh An-Nasa'i (2/54) dan lainnya seperti At-Tabarani (1/225/2). Sanadnya HASAN, insya Allah, dan hadits ini telah DI-SHAHIH-KAN oleh Al-Hakim (4/151), disetujui oleh Adz-Dzahabi, dan diakui oleh Al-Mundziri (3/214)."

Dan dalam kitab Irwaa al-Ghalil 5/21 , Syeikh Al-Albaani berkata :

"أُخْرِجَهُ النَّسَائِيُّ وَالْحَاكِمُ (2/104 و4/151) وَأَحْمَدُ (3/429) وَابْنُ أَبِي شَيْبَةَ أَيْضًا فِي "مُسْنَدِهِ" (2/7/2). وَقَالَ الْحَاكِمُ: "صَحِيحُ الْإِسْنَادِ". وَوَافَقَهُ الذَّهَبِيُّ.

قُلْتُ: كَذَا قَالَا، وَطَلْحَةَ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ لَمْ يُوْثِقْهُ غَيْرُ ابْنُ حِبَّانَ، لَكِنَّ رَوَى عَنْهُ جَمَاعَةٌ، فَهُوَ حَسَنُ الْحَدِيثِ إِنْ شَاءَ اللَّهُ وَفِي "التَّقْرِيبِ": "مَقْبُوْلٌ". وَتَابَعَهُ (مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقِ بْنِ طَلْحَةٍ) بِهِ، أُخْرِجَهُ ابْنُ مَاجَهِ (2781)."

"Diriwayatkan oleh An-Nasa'i dan Al-Hakim (2/104 dan 4/151), Ahmad (3/429), dan juga oleh Ibnu Abi Syaibah dalam "Musnad"-nya (2/7/2).

Al-Hakim mengatakan: "Sanadnya shahih". Dan Adz-Dzahabi menyetujuinya.

Saya katakan: Demikianlah yang mereka katakan, dan Thalhah bin Abdullah tidak ditautsiq oleh siapa pun selain Ibnu Hibban. Namun, banyak orang meriwayatkannya dari Thalhah, jadi Hadits ini dianggap HASAN, insya Allah. Dalam "At-Taqrib" (karya Ibnu Hajar) disebutkan bahwa Hadits ini "maqbul" (diterima). Muhammad bin Ishaq bin Thalhah menguatkannya , dan itu diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2781)."

-----

HADITS KE DUA : HADITS JAAHIMAH AS-SULAMI (RA) :

Dalam lafadz Riwayat ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabiir no. 289 .

Dari Mu'awiyah bin Jaahimah dari ayahnya Jaahimah as-Sulami (ra) , dia berkata :

«أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَسْتَشِيرُهُ فِي الْجِهَادِ، فَقَالَ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: " أَلَكَ وَالِدَانِ؟ ". قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: " ‌الْزَمْهُمَا، ‌فَإِنَّ ‌الْجَنَّةَ ‌تَحْتَ ‌أَقْدَامِهِمَا».

"Aku datang kepada Rasulullah - salamullah 'alaihi wa sallam - untuk meminta nasihatnya tentang jihad. Rasulullah - salamullah 'alaihi wa sallam - bertanya kepadaku, 'Apakah kamu memiliki kedua orang tua?' Aku menjawab, 'Ya.' Beliau bersabda, 'Jagalah dan perhatikanlah mereka berdua , karena surga berada di bawah telapak kaki kedua orang tua.'"

DARAJAT HADITS : SHAHIH

Al-Haitsami dalam Majma' az-Zawaid 8/138 no. 13399 berkata :

 رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ، وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ

" Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabarani, dan para perawinya dianggap sebagai perawi yang tepercaya".

-----

HADITS KE TIGA : HADITS MU'AWIYAH AS-SULAMI :

Dari Muawiyah bin Jaahimah As Sulami, ia berkata;

"أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أَرَدْتُ الْجِهَادَ مَعَكَ أَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ قَالَ وَيْحَكَ أَحَيَّةٌ أُمُّكَ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ ارْجِعْ فَبَرَّهَا ثُمَّ أَتَيْتُهُ مِنْ الْجَانِبِ الْآخَرِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أَرَدْتُ الْجِهَادَ مَعَكَ أَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ قَالَ وَيْحَكَ أَحَيَّةٌ أُمُّكَ قُلْتُ نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَارْجِعْ إِلَيْهَا فَبَرَّهَا ثُمَّ أَتَيْتُهُ مِنْ أَمَامِهِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أَرَدْتُ الْجِهَادَ مَعَكَ أَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ قَالَ وَيْحَكَ أَحَيَّةٌ أُمُّكَ قُلْتُ نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَيْحَكَ الْزَمْ رِجْلَهَا فَثَمَّ الْجَنَّةُ".

"Aku mendatangi Rasulullah , aku katakan kepada beliau; 'Sesungguhnya aku ingin berjihad bersamamu dalam rangka mencari ridla Allah dan kehidupan Akhirat.'

Rasulullah menjawab: 'Celakalah kau! Apakah ibumu masih hidup? ' la menjawab; 'Ya.' Rasulullah bersabda: 'Kembalilah dan berbaktilah kepadanya.'

Kemudian aku mendatangi Rasulullah kembali dari sisi yang lain. Aku katakan' 'Wahai Rasulullah! Aku ingin berjihad bersamamu dalam rangka mencari ridla Allah dan kehidupan akhirat?

Rasulullah menjawab: 'Celakalah kau! Apakah ibumu masih hidup? ' la menjawab; 'Ya.' Rasulullah bersabda: 'Kembalilah dan berbaktilah kepadanya.'

Kemudian aku mendatanginya dari sisi depan, aku katakan; 'Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku ingin berjihad bersamamu dalam rangka mencari ridla Allah dan kehidupan akhirat.'

Rasulullah menjawab: 'Celakalah kau! Apakah ibumu masih hidup? ' la menjawab; 'Ya! Wahai Rasulullah! '

Rasulullah bersabda: 'Celakalah kau! Tetaplah berada pada kedua kakinya dan di situlah terdapat surga.'

[HR. Ibnu Majah no. 2259 . Dishahihkan oleh al-Albaani dalam Shahih Ibnu Majah].

DERAJAT HADITS : SHAHIH .

------

HADITS KE EMPAT : DARI THALHAH BIN MU'AWIYAH (RA):

Dari Thalhah bin Muawiyah al-Sulami, ia berkata:

«أَتَيْتُ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أُرِيدُ الْجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ. قَالَ: " أُمُّكَ حَيَّةٌ؟ ". قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: " الْزَمْ رِجْلَهَا فَثَمَّ الْجَنَّةُ».

"Aku datang kepada Nabi dan aku berkata, 'Ya Rasulullah, aku ingin berjihad Fii Sabiilillaah .' Beliau bertanya : 'Ibumu masih hidup?' Aku menjawab : 'Ya.' Nabi bersabda, 'Jagalah dan tetaplah berada dikakinya, karena di sana lah surga berada '.

DERAJAT HADITS : HASAN

Dihasankan sanadnya oleh Ibnu Katsir dalam Jaami' al-Masaaniid was Sunan no. 5529.

Al-Haitsami dalam Majma' az-Zawaid 8/138 no. 13401 berkata :

" رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ وَهُوَ مُدَلِّسٌ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ طَلْحَةَ وَلَمْ أَعْرِفْهُ، وَبَقِيَّةُ رِجَالِهِ رِجَالُ الصَّحِيحِ":

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Tabarani dari Ibnu Ishaq – dan dia adalah perawi mudallis -, dari Muhammad bin Thalhah yang saya tidak mengenalnya, tetapi para perawi lainnya adalah perawi yang sahih (tsiqaat)".

-----

HADITS KE LIMA : HADITS ANAS BIN MALIK (RA) :

Dari Anas bin Malik (ra) bahwa Nabi bersabda :

"الْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأمَّهَات".

"Surga ada di bawah telapak kaki para ibu"

HR. Abu Bakr Asy-Syafi'i dalam "Ar-Rubaa'iyat" (2/25/1), dan Abu Asy-Syaikh dalam "Al-Fawa'id," serta dalam "At-Tarikh" (hal. 253). Selain itu, disebutkan oleh Ats-Tsa'labi dalam "Tafsirnya" (3/53/1), Al-Qudhoo'i (2/2/1), dan Ad-Daulabi dalam al-Kunaa wal Asmaa (2/138 no. 1910 ).

Semuanya meriwayatkannya dari Mansur bin Al-Muhajir, yang mendengarnya dari Abu An-Nadhr Al-Abaar, yang meriwayatkannya dari Anas dalam bentuk Hadits marfu' dari Nabi ."

DERAJAT HADITS : Ada yang menghasankan dan ada pula yang mendhaifkan.

Imam al-Munawi dalam "Faydh al-Qadir Syarah al-Jami' al-Saghir" (3/361, Cet. al-Maktabah at-Tijaariyah al-Kubraa):

" قَالَ ابْنُ طَاهِر: مَنْصُورٌ وَأَبُو النَّضْرِ لَا يُعْرَفَانِ، وَالْحَدِيثُ مُنْكَرٌ".

[Ibnu Thahir berkata: Mansur dan Abu an-Nadhr tidak dikenal, dan Hadits ini dianggap sebagai Hadits yang munkar]."

Hadits ini dihasankan oleh al-'Aamiri , namun didha'ifkan oleh al-Albaani dalam Dha'if al-Jaami' no. 2666 .

Dan Syeikh al-Albaani berkata dalam Silsilah al-Ahaadits adh-Dhaifah 2/59 dalam takhrij hadits no. 593 :

"وَمِنْ هَذَا الْوَجْهِ رَوَاهُ الْخَطِيبُ فِي "الْجَامِعِ" كَمَا فِي "فَيْضِ الْقَدِيْرِ" لِلْمُنَاوِيِّ وَقَالَ: "قَالَ ابْنُ طَاهِرٍ: وَمَنْصُوْرٌ وَأَبُو النَّضْرِ لَا يُعْرَفَانِ، وَالْحَدِيْثُ مُنْكَرٌ، انْتَهَى. فَقَوْلُ الْعَا مِرِيِّ فِي شَرْحِهِ: "حَسَن" غَيْرَ حَسَن". وَيُغْنِيْ عَنْ هَذَا حَدِيْثُ مُعَاوِيَّةَ بْنِ جَاهِمَةٍ."

"Dari sudut pandang ini, Al-Khatib meriwayatkannya dalam "Al-Jami'", seperti yang ada dalam "Fayd Al-Qadir" oleh Imam Al-Munawi, dan dia berkata :

"Ibnu Tahir berkata: Mansur dan Abu An-Nadhr tidak dikenal [majhul], dan Hadits ini dinilai sebagai munkar (tidak sah) [ini selesai].

Pendapat Al-Aamiri dalam syarahnya: bahwa sanad hadits ini 'HASAN' . Namun yang benar bukanlah 'hasan'.

Dan mengenai keshahihan hadits ini ["surga dibawah telapak kaki ibu"], cukup berhujjah dengan hadits riwayat dari Muawiyah bin Jaahimah." [Selesai]

-----

HADITS KEENAM : DARI IBNU ABBAAS (RA) :

Ibnu 'Adiy dalam "Al-Kamil fi Dha'ifat Ar-Rijal" (8/64) meriwayatkan dari jalur Musa bin Muhammad bin 'Atho' yang berkata: "Abu Al-Mulaih menceritakan kepada kami, menceritakan kepada kami Maimun, dari Ibnu Abbas (ra), dia berkata : Rasulullah bersabda:

"الْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأمَّهَات؛ مَن شِئْنَ أدخَلْن، ومَنْ شِئْنَ أخْرَجْنَ".

'Surga ada di bawah telapak kaki para ibu; siapa pun yang mereka inginkan, mereka bisa memasukkannya, dan siapa pun yang mereka inginkan, mereka bisa mengeluarkannya'."

DERAJAT HADITS : PALSU.

Syeikh al-Albaani berkata dalam Silsilah al-Ahaadits adh-Dhaifah 2/59 dalam takhrij hadits no. 593 :

مَوْضُوعٌ. رَوَاهُ ابْنُ عَدِيٍّ (325/1) وَالْعُقَيْلِيُّ فِي " الضُّعَفَاءِ " عَنْ مُوسَى بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَطَاءٍ: حَدَّثَنَا أَبُو الْمَلِيحِ حَدَّثَنَا مَيْمُونٌ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ مَرْفُوعًا. وَقَالَ الْعُقَيْلِيُّ: "هَذَا مُنْكَرٌ". نَقَلَهُ الْحَافِظُ فِي تَرْجُمَةِ "مُوسَى بْنِ عَطَاءٍ" وَهُوَ كَذَّابٌ.

"PALSU. Diriwayatkan oleh Ibnu Adiy (1/325) dan juga oleh Al-Uqaili dalam "Adh-Dhu'afaa" dari Musa bin Muhammad bin 'Atho': telah menceritakan kepada kami Abu Al-Mulaih, telah menceritakan kepada kami Maimun, dari Ibnu Abbas dalam riwayat marfu'.

Al-Uqaili mengatakan: "Ini adalah Hadits yang munkar (lemah)." Ini disebutkan oleh al-Hafidz dalam biografi "Musa bin 'Athoo", dan dia adalah pendusta."

-----

HADITS KE TUJUH : HADITS NU'AIM (RA) :

Dari Nu'aim, maula Ummu Salamah, dia berkata:

«خَرَجَ ابْنُ عُمَرَ حَاجًّا، حَتَّى كَانَ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ، أَتَى شَجَرَةً فَعَرَفَهَا، فَجَلَسَ تَحْتَهَا ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - تَحْتَ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِذْ أَقْبَلَ رَجُلٌ شَابٌّ مِنْ هَذِهِ الشُّعْبَةِ، حَتَّى وَقَفَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي جِئْتُ لِأُجَاهِدَ مَعَكَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، أَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ. فَقَالَ: " أَبَوَاكَ حَيَّانِ كِلَاهُمَا؟ ". قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: " فَارْجِعْ فَبِرَّهُمَا ". فَانْفَتَلَ رَاجِعًا مِنْ حَيْثُ جَاءَ».

"Ibnu Umar pergi berhaji hingga dia sampai di antara Makkah dan Madinah. Dia tiba di sebuah pohon , maka ia mengenalinya, lalu duduk di bawahnya, dan kemudian berkata:

'Aku melihat Rasulullah duduk di bawah pohon ini. Ketika datang seorang pemuda dari suku tertentu dan berdiri di depan Rasulullah dan berkata, 'Ya Rasulullah, aku datang untuk berjihad bersamamu di jalan Allah, mencari keridhaan Allah dan akhirat.'

Rasulullah bertanya, 'Apakah kedua orangtuamu masih hidup?' Dia menjawab, 'Ya.' Rasulullah kemudian berkata, 'Kembalilah dan berbuat baik kepada kedua orang tuamu.' Maka pemuda tersebut pulang dari tempat ia datang."

DERAJAT HADITS : SHAHIH insya Allah.

Al-Haitsami dalam Majma' az-Zawaid 8/138 no. 13402 berkata :

"رَوَاهُ أَبُو يَعْلَى، وَفِيهِ ابْنُ إِسْحَاقَ وَهُوَ مُدَلِّسٌ ثِقَةٌ، وَبَقِيَّةُ رِجَالِهِ رِجَالُ الصَّحِيحِ إِنْ كَانَ مَوْلَى أُمِّ سَلَمَةَ نَاعِمًا وَهُوَ الصَّحِيحُ، وَإِنْ كَانَ نُعَيْمًا فَلَمْ أَعْرِفْهُ".

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Ya'la. Di dalam sanadnya terdapat Ibnu Ishaq – dan dia seorang mudallis yang tsiqoh - namun para perawi selebihnya adalah perawi yang tepercaya. Jika maعla Ummu Salamah itu adalah Naa'im , maka sanad hadits ini shahih, tetapi jika dia itu Nu'aim maka aku tidak mengenalnya ".

MAKNA HADITS :

Abdullah al-Muroowi'ii dalam Muntahaa as-Su'li 3/394 no. 95 :

"يَعْنِي: التَّوَاضُع لهُنَّ وَتُرَضِّيهِنَّ وَإِطَاعَتُهُنَّ فِي خِدْمَتِهُنَّ، وَعَدَم مُخَالَفَتِهِنَّ إِلَّا فِيمَا حَظَّرَهُ الشَّرِع سَبَبٌ لِدُخُولِ الْجَنَّة.

قَالَ الْعَامِرِي: الْمُرَاد أَنَّهُ يَكُون فِي بِرِّهَا وَخِدْمَتِهَا كَالتُّرَاب تَحْتَ قَدَمَيْهَا؛ مُقَدِّمًا لَهَا عَلَى هَوَاهُ، مُؤَثِّرًا بِرَّهَا عَلَى بِرِّ كُلِّ عِبَادِ اللَّه، لِتَحْمِلهَا شَدَائِدَ حَمْلِهَ وَرَضَاعِهِ وَتَرْبِيتِهِ. انتهى.

فَيَنْبَغِي التَّوَاضُع جِدًّا للأمّهات حَتَّى يَكُون كَالتُّرَاب الَّذِي تَحْت أَقْدَامهُنَّ لِيَدْخُل الْجَنَّة مَع السَّابِقِين، لأَنَّ لَهُا ثُلُثِي الْبِرِّ."

"Artinya: Bersikap tawadhu' terhadap para ibu, membuat hati mereka ridho, dan mentaati mereka dalam rangka berkhidmah kepada mereka, serta tidak melawan terhadap mereka - kecuali dalam hal yang dilarang oleh syariat- maka ini merupakan sebab yang bisa memasukkan seseorang ke dalam surga.

Al-Aamiri berkata: Yang dimaksud adalah bahwa seseorang harus dalam ketaatan dan khidmah kepada ibunya ibarat debu di bawah kakinya; mengutamakan keinginan ibnunya di atas keinginannya sendiri, memberikan kehormatan kepada ibunya di atas semua hamba-hamba Allah, karena ibu telah menanggung kesulitan mengandungnya, menyusuinya dan mendidiknya. [Selesai].

Maka selayaknya para anak merendahkan diri terhadap para ibu agar bisa seperti debu yang berada di bawah kaki mereka, sehingga dapat masuk surga bersama-sama orang-orang yang mendahuluinya, karena ibu memiliki dua pertiga dari kebajikan.".

===*****===

DALIL PERINTAH BERBAKTI PADA KEDUA ORANG TUA SECARA UMUM :

Allah SWT berfirman :

 وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا . وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” [QS. al-Isra : 23-24]

Berbakti kepada kedua orang tua adalah salah satu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Dalam ayat ini Allah telah mengaitkan antara ibadah kepada-Nya dan berbakti kepada kedua orang tua, sebagai penunjuk atas pentingnya berbakti kepada keduanya."

Dan Allah SWT berfirman :

﴿ وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ﴾

Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. [QS. Al-'Ankabuut : 8]

Imam Ibnu Katsir berkata:

"أمَرَ اللَّه تَعَالَى عِبَادُهُ بِالْإِحْسَانِ إِلَى ‌الْوَالِدَيْنِ ‌بَعْدَ ‌الْحَثِّ ‌عَلَى ‌التَّمَسُّكِ ‌بِتَوْحِيدِهِ، ‌فَإِنَّ ‌الْوَالِدَيْنِ ‌هَمَّا ‌سَبَبُ ‌وُجُودِ ‌الْإِنْسَانِ، وَلَهُمَا عَلَيْهِ غَايَةُ الْإِحْسَانِ، فَالْوَالِدُ بِالْإِنْفَاقِ وَالْوَالِدَةُ بِالْإِشْفَاقِ ".

"Allah Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memperlakukan orang tua dengan baik setelah Allah memerintahkan mereka untuk berpegang pada tauhid-Nya. Karena orang tua adalah sebagai sebab keberadaan manusia, dan itu adalah puncak kebaikan mereka bedua pada anaknya . Sang ayah dengan menafakahinya, dan ibu dengan kasih sayangnya ". (Tafsir  Ibnu Katsir – 6/264).

Dan Allah SWT berfirman :

﴿ وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةً ۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ﴾

" Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa:

“Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” (QS. Al-Ahqaf : 15)

Dan Allah SWT berfirman :

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

" Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu". [QS. Luqman : 14 ].

===*****===

BAKTI PADA KEDUA ORANG TUA ADALAH AKHLAK & KARAKTER PARA NABI DAN RASUL :

Allah SWT berfirman tentang Yahya bin Zakariya 'alaihimaa as-slaam :

﴿ يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا وَحَنَانًا مِنْ لَدُنَّا وَزَكَاةً وَكَانَ تَقِيًّا وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا ﴾

”Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak.

Dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dan dia pun seorang yang bertakwa,

Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka.

Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali. [QS. Maryam : 12 – 15 ].

Dan Allah SWT berfirman tentang Isa bin Maryam 'alaihi as-slaam :

 ﴿ قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ ﴾

" Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.

Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”

Itulah Isa putra Maryam, (yang mengatakan) perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya. [ QS. Maryam : 30 – 34 ].

====****====

KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma berkata:

" جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ-صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-يَسْتَأْذِنُهُ فِي الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ: نَعَمْ قَالَ: فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ ".

"Pernah datang seseorang kepada Nabi Muhammad , meminta izin untuk ikut berjihad, lalu beliau bertanya: "Apakah orang tuamu masih hidup?".

Da menjawab: "Iya".

Beliau bersabda: "Berjihadlah dalam mengurus mereka berdua". HR. Bukhori no. 3004  dan Muslim no. 2549].

Dari 'Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu berkata:

"سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى مِيقَاتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَسَكَتُّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي".

"Aku bertanya kepada Rasulullah , aku katakan: "Wahai Rasulullah, amal apakah yang paling utama?"

Beliau menjawab: "Sholat pada waktunya".

Kemudian aku tanyakan lagi: " Kemudian apa?"

Beliau menjawab: "Kemudian berbakti kepada kedua orang tua".

Lalu aku tanyakan lagi: "Kemudian apa lagi?"

Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah".

Maka aku berhenti menyakannya lagi kepada Rasulullah . Seandainya aku tambah terus pertanyaan, Beliau pasti akan menambah jawabannya kepadaku". [ HR. Bukhori no. 527 Muslim no. 85].

Dari Abdullah bin 'Amru -raiyallāhu 'anhuma- secara marfū' :

أَقْبَلَ رَجُلٌ إِلَى نَبِىِّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ أُبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ وَالْجِهَادِ أَبْتَغِى الأَجْرَ مِنَ اللَّهِ. قَالَ فَهَلْ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ حَىٌّ. قَالَ نَعَمْ بَلْ كِلاَهُمَا. قَالَ فَتَبْتَغِى الأَجْرَ مِنَ اللَّهِ. قَالَ نَعَمْ. قَالَ فَارْجِعْ إِلَى وَالِدَيْكَ فَأَحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah lalu berkata : “Saya berbai’at kepadamu untuk berhijrah dan berjihad, aku mengharapkan pahala dari Allah.”

Beliau bertanya : “Apakah salah satu orang tuamu masih hidup?”

Ia menjawab : “Ya, bahkan keduanya masih hidup.”

Rasulullah bertanya lagi : “Maka apakah kamu masih akan mencari pahala dari Allah?”

Ia menjawab : “Ya.”

Maka beliau pun bersabda : “Pulanglah kepada kedua orang tuamu lalu berbuat baiklah dalam mempergauli mereka.” (HR. Muslim no. 6 )

Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan – ketika mengomentari hadits ini -:

" يحرُمُ الجهادُ إذا منع الأبوان أو أحدهما، بشرط أن يكونا مسلمينِ؛ لأن برَّهما فرض عين عليه، والجهاد فرض كفاية، فإذا تعيَّن الجهادُ فلا إذنَ".

Haram berjihad jika kedua orang tua atau salah satu dari keduanya mencegahnya, dengan syarat mereka berdua adalah Muslim; Karena birrul walidain [patuh pada kedua orang tua] adalah fardhu 'Ain [kewajiban individu] atas dirinya, sementara jihad adalah Fardhu Kifayah [kewajiban komunal] . Maka ketika jihad telah ditentukan pada seseorang , maka tidak ada izin untuk meninggalkannya . (Fathul-Bari oleh Ibnu Hajar al-Asqalani 6/163).

Dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah, Rasulullah mengatakan bahwa seorang anak tidak akan bisa membalas budi orang tua kecuali seumpama orang tua tersebut jadi budak lalu si anak membelinya untuk dimerdekakan dari status budak.

لَا يَجْزِي وَلَدٌ وَالِدًا، إِلَّا أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ

Artinya: “Seorang anak tidak akan mampu membalas orang tua kecuali ia menemukan orang tuanya jadi budak lalu ia membelinya kemudian memerdekakan.” (HR Muslim: 25)

====*****====

DOSA BESAR DAN KEHINAAN BAGI ANAK YANG DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA :

Dari Abu Bakrah radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah bersabda: 

" أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ ثلاثا: الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ، فَقَالَ: أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ. فَمَا زَالَ يَقُولُهَا حَتَّى قُلْتُ: لَا يَسْكُتُ".

“Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang termasuk dari dosa besar? 

Kami menjawab; “Tentu wahai Rasulullah.” 

Beliau mengulanginya tiga kali seraya bersabda: 

(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua”. 

Ketika itu beliau tengah bersandar, kemudian duduk lalu melanjutkan sabdanya: 

“Perkataan dusta dan kesaksian palsu, perkataan dusta dan kesaksian palsu.” 

Beliau terus saja mengulangi kata-kata itu sampai saya berkata (dalam hati), “Duhai, seandainya beliau diam.” (HR. Bukhari no. 5976 dan Muslim)

Dari Abu Hurairah, Nabi berlibur

رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ

“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” 

Ada yang bertanya : “Siapa, wahai Rasulullah?” 

Dia berisabda : ”(Sungguh hina) seorang yang menemukan kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka sudah tua, namun justru dia tidak masuk surga.” (HR. Muslim no. 2551)

====*****====

UTAMAKAN SERUAN ORANG TUA DARI PADA TERUS MENENRUS MENEKUNI IBADAH SUNNAH

KISAH JURAIJ AL-'AABID

Dari Abu Hurairah -raiyallāhu 'anhu-, dari Nabi , beliau bersabda :

» لم يتكلَّم في المهد إلا ثلاثة: عيسى ابن مريم، وصاحب جرَيج، وكان جُريج رجلًا عابِدا، فاتخذ صَوْمَعَة فكان فيها، فأتته أمه وهو يصلي، فقالت: يا جريج، فقال: يا رَبِّ أُمِّي وصلاتي فأقبل على صلاته فانْصَرفت. فلمَّا كان من الغَدِ أتَتْهُ وهو يصلي، فقالت: يا جُريج، فقال: أي رَبِّ أمِّي وصلاتي، فأقبل على صلاته، فلمَّا كان من الغَدِ أتَتْهُ وهو يصلي، فقالت: يا جُريج، فقال: أي رَبِّ أمِّي وصلاتي، فأقبل على صلاته، فقالت: اللَّهُمَّ لاَ تُمِتْهُ حتى يَنظر إلى وجوه المُومِسَاتِ. فتذاكر بَنُو إسرائيل جُريجا وعبادته، وكانت امرأة بَغِيٌّ يُتَمَثَّلُ بحُسنها، فقالت: إن شِئتم لأَفْتِنَنَّهُ، فتَعرَّضت له، فلم يَلتَفت إليها، فأتت راعِيا كان يَأوِي إلى صَوْمَعَتِهِ، فَأَمْكَنَتْه من نَفسِها فوقع عليها، فحملت، فلمَّا ولدت،

قالت: هو من جُريج، فَأتَوْهُ فَاسْتَنْزَلُوهُ وهدَمُوا صَومَعتَه، وجَعَلوا يَضربونه، فقال: ما شَأنُكم؟ قالوا: زَنَيْتَ بهذه البَغِيِّ فولَدَت منك. قال: أين الصَّبي؟ فجاؤَوا به فقال: دَعوني حتى أُصلَّي، فصلَّى فلمَّا انْصرف أتى الصَّبي فَطَعن في بَطنه، وقال: يا غُلام مَنْ أبوك؟ قال: فلانٌ الراعي، فأقبلوا على جُريج يقبلونه ويَتمسَّحون به، وقالوا: نَبْنِي لك صَوْمَعَتَكَ من ذهب. قال: لا، أعِيدُوها من طين كما كانت، ففعلوا ....

"Tidak ada orang yang dapat berbicara saat masih dalam buaian kecuali tiga orang ;

(Pertama) Isa bin Maryam.

(Kedua) Seseorang pada kisah Juraij. Juraij asalnya adalah orang yang taat beribadah.

Lalu dia membuat tempat ibadah. Ibunya mendatanginya ketika dia sedang salat dan memanggilnya, "Wahai Juraij."

Dia (Juraij) berkata (dalam hati), "Ya Tuhanku! Apakah aku penuhi panggilan ibuku atau aku teruskan salatku". Akhirnya dia teruskan salatnya. Lalu sang ibu pulang. Keesokan harinya sang ibu datang lagi saat Juraij sedang salat.

Dia berkata, "Wahai Juraij." Juraij berkata (dalam hati), "Ya Tuhanku! Apakah aku penuhi panggilan ibuku atau aku teruskan salatku". Lalu dia memilih meneruskan salatnya. Keesokan harinya sang ibu datang lagi saat Juraij sedang salat. Dia berkata, "Wahai Juraij."

Juraij berkata (dalam hati), "Ya Tuhanku! Apakah aku penuhi panggilan ibuku atau aku teruskan salatku. Lalu dia memilih meneruskan salatnya.

Maka berkatalah sang ibu, "Ya Allah! Jangan matikan dia sebelum melihat wajah pelacur." Maka Bani Israel menyebut-nyebut Juraij dan ibadahnya.

Kemudian ada seorang wanita pelacur yang terkenal cantik, dia berkata, "Kalau kalian mau, saya akan menggodanya."

Lalu dia menggodanya, namun Juraij tak mempedulikannya. Maka wanita pelacur itu mendatangi seorang penggembala yang sedang berteduh di bawah rumah ibadah itu. Lalu dia menggodanya untuk berbuat zina. Maka terjadilah perzinaan di antara mereka.

Kemudian wanita itu hamil.

Ketika telah melahirkan, dia berkata, 'Ini anak dari Juraij.'

Masyarakat pun mendatanginya dan memaksanya turun lalu rumah ibadahnya dirobohkan. Merekapun memukulinya.

Dia berkata, 'Ada apa kalian ini?'

Mereka berkata, 'Engkau telah berzina dengan wanita pelacur ini sehingga dia melahirkan anak darimu.'

Juraij berkata, 'Mana anaknya?'

Mereka membawakan bayi tersebut. Dia berkata, "Biarkan aku salat!" Lalu dia salat. Setelah selesai salat dia datangi anak bayi tersebut dan dia tekan perutnya seraya berkata, "Wahai anak kecil, siapa bapakmu?"

Anak itu menjawab, "Si penggembala"

Maka orang-orang mengerumuni Juraij, mencium dan mengusap-usapnya. Mereka berkata, "Kami akan bangunkan rumah ibadahmu dari emas."

Dia berkata, "Tidak, bangunlah kembali dari tanah liat seperti semula!" Lalu mereka kerjakan.

[ Muttfaq Alaihi . HR. Al-Bukhari (3436), Muslim (2550), Ahmad (8071), dan Al-Baihaqi di ((Al-Adab)) (764)].

====*****====

ANDA DAN HARTA ANDA ADALAH MILIK AYAH ANDA :

Dari Jabir bin Abdillah, ada seorang berkata kepada Rasulullah :

" أَنَّ رَجُلاً، قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي مَالاً وَوَلَدًا وَإِنَّ أَبِي يُرِيدُ أَنْ يَجْتَاحَ مَالِي فَقَالَ :‏ "‏ أَنْتَ وَمَالُكَ لأَبِيكَ ‏"‏ ‏.‏

“Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta dan anak namun ayahku ingin mengambil habis hartaku.” Maka Beliau bersabda : “ Engkau dan semua hartamu adalah milik ayahmu .” (HR. Ibnu Majah, no. 2291, dinilai sahih oleh Al-Albani)

Dari 'Amr bin Syu'aib dari Thawus dari Ibnu Abbas, Nabi  berlibur :

لَا يَحِلُّ لِرَجُلٍ يُعْطِي عَطِيَّةً ثُمَّ يَرْجِعُ فِيهَا إِلَّا الْوَالِدَ فِيمَا يُعْطِي وَلَدَهُ وَمَثَلُ الَّذِي يُعْطِي عَطِيَّةً ثُمَّ يَرْجِعُ فِيهَا كَمَثَلِ الْكَلْبِ أَكَلَ حَتَّى إِذَا شَبِعَ قَاءَ ثُمَّ عَادَ فِي قَيْئِهِ

“ Tidaklah halal bagi seseorang yang memberikan pemberian kepada orang lain untuk menarik kembali pemberiannya kecuali pemberian orang tua kepada anaknya. Permisalan orang yang memberi kemudian mempersembahkan menarik kembali mempersembahkannya bagaikan seekor anjing yang makan sampai kenyang lalu muntah kemudian menjilat kembali muntahannya .” (HR. Nasai, no. 3690 dan dinilai sahih oleh Al-Albani)

Hadits di atas menunjukkan bahwa : “Pemberian yang haram untuk ditarik kembali adalah pemberian kepada selain anak.” ( Bahjah an-Nadzirin , karya Salim al Hilali 3/23, terbitan Dar Ibnul Jauzi cet ke 8 Thn. 1425 H).

Posting Komentar

0 Komentar