Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

BAGIAN KE 2 : TAFSIR KALIMAT: LAATA, UZZA DAN MANAH DALAM SURAT AN-NAJM AYAT : 19 – 20 ((3 dewi Arab kuno))

BAGIAN KE 2 :

TAFSIR KALIMAT :

LAATA, UZZA DAN MANAH

DALAM SURAT AN-NAJM AYAT  19 – 20 

((3 dewi Arab kuno))

 

Illustrasi 3 dewi Laata, Uzza dan Manaah

=====

Allah swt berfirman :

" Maka apakah patut kamu ( hai orang-orang musyrik ) menganggap Al-Laata dan Al-Uzza . dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? .

( QS. An-Najm : 19-20 ).

Imam Syafii –  - berkata :

“ Dan aku benci makhluq diagungkan sampai kuburannya dijadikan sebagai masjid, (karena) dikhawatirkan adanya fitnah pada dirinya ( diri si mayit ) dan pada orang-orang sesudahnya”.

***** 

Di Susun Oleh : Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

=====

DAFTAR ISI :

  • KEDUA: TAFSIR KALIMAT Al-UZZA (Nama tiga pohon yang dikramatkan)
  • - Pohon Kramat Dzaatu Anwaath
  • - Pohon kramat dalam BIBEL (Injil)
  • - Hukum menentukan lokasi kramat
  • - Kisah Hadits al-Ifk [حَدِيْثُ الإِفْكِ] menunjukkan bahwa Nabi tidak tahu perkara ghaib
  • - Mengklaim tempat mustajab tanpa dalil adalah dusta dan kedzaliman
  • - Perbandingan antara tempat-tempat kramat dengan padang Arafah, al-Hijr, bukit Ath-Thuur, dan gunung Uhud
  • - Bukit Ath-Thuur
  • - Gunung Uhud
  • - Sarana mustajab yang syar'i
  • - Faktor-faktor yang membuat doa tidak mustajab
  • - Faktor-faktor yang membuat doa seseorang mustajab
  • KETIGA: TAFSIR KALIMAT MANAH (nama patung di pesisir Laut Merah)
  • - Perbandingan antara patung Manah dengan Hajar Aswad
  • SYARAT-SYARAT DIPERBOLEHKAN-NYA NGALAP BAROKAH (TABARUK)

=======****=======

بسم الله الرحمن الرحيم

******

KEDUA : TAFSIR KALIMAT AL-UZZA
( nama tiga pohonan yang di kramatkan )

Gambar Illustrasi berhala Uzza


Gambar Illustrasi berhala Uzza
------

Ibnu at-Thufeil mengatakan : “ Uzza adalah tiga pohon besar yang berduri”. Sementara Al-Azraqi mengatakan, “Uzza adalah tiga buah pohon kurma yang berwarna coklat tua".

Al-‘Uzza adalah saudari perempuan dari Al-Laata dan Manat. Masyarakat Arab percaya, Al-‘Uzza adalah dewi perang, perlindungan, dan penyembuhan. Dia sangat dihormati banyak suku dan memiliki mitologi yang menarik dan julukan serta nama yang berkaitan dengannya. 

Uzza merupakan dewi pagan Arab, termasuk orang-orang Nabatea di Petra, yang disamakan dengan Aphrodite (di Yunani) atau Venus (di Romawi). 

Dewi ini dianggap sangat penting sehingga orang-orang Arab Jahiliyyah (pra-Islam) sering memberi nama “Abdul ‘Uzza” kepada anak-anaknya. 

Di Makkah, pusat penyembahannya terdapat di daerah Nakhlah.

Dalam Kitab al-Asnam, karya Hisham ibn al-Kalbi di sebutkan :

“ Bahwa berhala al-‘Uzza ini terletak di sebuah lembah di Nakhlah al-Sha'miyah yang disebut Hurad . 

Zilim ibnu As'ad membangun diatasnya sebuah rumah bernama Buss di mana orang-orang biasa mendapat Ilham (komunikasi) berupa sabda dewa.

Orang Arab dan Quraish biasa menamai anak-anak mereka ''AbdulʻUzza'. 

Dan Al-ʻUzza ini adalah berhala terbesar di antara kaum Quraisy. Mereka biasa melakukan perjalanan ziarah kepadanya, mempersembahkan hadiah kepadanya, dan memohon pertolongan dan bantuan kepadanya dengan cara mempersembahkan sesaji dan hewan kurban."

BERHALA UZZA adalah 3 POHON KRAMAT:

Al-Azraqi mengatakan“Uzza adalah tiga pohon kurma kramat yang berwarna coklat tua. Pada masing-masing pohon terdapat syaithan yang disembah. 

Al-Uzza dahulu-nya berada di Lembah daerah Syam. Disebut Kharaash. Di Iza’ul Ghamir dari kanan al-Mash’ad sampai Irak dari Mekah. Dan itu di atas Dzatu ‘Irq sampai al-Bustan (Bustan Ibnu Ma’mar). sejauh 9 mil.

(Cermati pula catatan kaki kitab “أخبار مكة” karya al-Azraqi : 1/126. Dan yang disebutkan oleh ‘Atiq Ghaits al-Biladiy dalam kitab “معجم المعالم الجغرافية في السيرة النبوية” hal. 318).

Ibnu Jarir at-Thobary berkata : Uzza adalah pohon yang di sekelilingnya  terdapat bangunan dan di tutupi oleh kain kelambu , yaitu di daerah Nakhlah, sebuah lokasi antara Makkah dan Thaif, dulu masyarakat Qureisy mengagungkannya.

Orang yang pertama kali menyeru untuk menyembahnya adalah Amr bin Rabi’ah dan al-Harits bin Ka’ab. Kemudian Amr mengatakan kepada orang-orang Quraisy, “Sesungguhnya Rabb kalian menjelma menjadi Latta pada musim panas karena dinginnya Thaif, dan menjelma menjadi Uzza di musim dingin karena panasnya Tihamah”. (Baca ; Akhbaru Makkah karya al-Azraqi: 1/126 ).

Ibnu Mundzir berkata : " Tidak ada sesuatu yang sangat di agungkan oleh masyarakat Qureisy Makkah dan masyarakat arab lainnya yang tinggal di Makkah seperti pengagungan mereka terhadap Al-Uzza , kemudian Al-Laata , kemudian Manah. Adapun Al-Uzza sangat di istimewakan sekali oleh masyarakat Qureisy daripada lainnya untuk di ziarahi dan dipersembahkan padanya hadiah sembelihan atau lainnya, mungkin karena lokasinya lebih dekat ke Makkah . Lain halnya dengan kabilah Tsaqif , mereka lebih mengistimewakan Al-Laata , karena kedekatannya . 

Begitu juga Manah lebih di istimewakan oleh Aus dan Khojroj masyarakat Madinah , karena lebih dekat ke Madinah. Namun demikian semuanya sama-sama dalam rangka mengagungkan serta mengkramatkan Al-Uzza " . (Lihat Al-Ashnam karya Ibnu Kalbi 1/4).

Disebutkan dalam sebuah kisah yang panjang mengenai hal ini, dan riwayat ini diriwayatkan oleh al-Azraqi dari jalur al-Kalbi dari Abu Shaleh dari Ibnu Abbas. Sudah diketahui bahwa al-Azraqi merupakan orang yang paling lemah bila meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Akan tetapi al-Azraqi sendiri meriwayatkan riwayat lain dari Ibnu Ishaq dengan riwayat yang hasan sanadnya, yang isinya sbb : “Bahwa Amr bin Luhai menjadikan Uzza dari pohon kurma. (Baca : Akhbaru Makkah karya Al-Azraqi : 1/126-127)

Orang-orang arab ketika sudah selesai haji dan thawaf mereka tidak langsung bertahalul, hingga mereka mendatangi Uzza. 

Mereka berthawaf mengelilingi Uzza dan bertahallul di sisinya, serta berdiam diri (I’TIKAF alias NYEPI) selama sehari di sampingnya. 

Orang-orang Khuza’ah, Quraisy dan Bani Kinanah seluruhnya mengagungkan Uzza bersama Khuza’ah dan seluruh kabilah Mudhor”. (Baca : Akhbaru Makkah karya Al-Azraqi : 1/126-127).

Abu Soleh berkata :

" Dulu orang-orang jahiliyah punya kebiasaan menggantungkan tali-tali kekang dan bulu-bulu ke atas pohon-pohon tsb ". Yang demikian itu sama seperti yang di riwayatkan oleh 'Abd bin Humeid dan Ibnu Jarir.

Imam Nasai dan Ibnu Mardaweh meriwayatkan dari Ibnu at-Thufeil , bahwa beliau berkata :

Ketika Rosulullah  menaklukkan Makkah , beliau mengutus Kholid bin Walid (RA) ke daerah Nakhlah – sebuah tempat di mana Uzza berada – dan di sana terdapat tiga pohon besar yang berduri , oleh Kholid (RA) ketiga pohon tsb ditebangnya , dan dia hancurkan bangunan rumah yang menaunginya . Setelah itu dia kembali menghadap Rosulullah  serta mengkhabarkannya .

Maka Rosulullah  berkata : " Kembalilah , sesungguhnya kamu belum melakukan sesuatu ! " .

Kholid pun kembali berangkat , maka ketika para kuncen melihat nya , mereka kabur sambil mengendap-endap ke gunung sembari memanggil-manggil : Ya Uzza ! Ya Uzza ! . Kemudian Kholid mendatangi Uzza , dan tiba-tiba nampak sesosok perempuan telanjang (syeitan) , rambutnya terjurai , kepalanya di penuhi debu , maka Kholid pun segera menebasnya dengan pedang , dengan demikian terbunuhlah , kemudian dia kembali menghadap Rosulullah  serta menceritaknnya , maka Rosulullah  berkata : " Itulah Uzza".  (Lihat Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir 2/243).

=====

POHON KRAMAT DZATU ANWATH “ذَاتُ أَنْوَاطِ” :

Gambar Illustrasi Berhala Pohon Kramat Dzatu Anwath

Dzaatu Anwaath artinya : Yang memiliki banyak cantolan (gantungan).

Sesembahan kaum jahiliyah lainnya yang mirip dengan Al-Uzza yaitu Dzatu Anwath di Thaif :

Dari Abi waqid al-Laytsy berkata :

خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ إِلَى حُنَيْنٍ وَنَحْنُ حَدِيثُو عَهْدِ بِجَاهِلِيَّةٍ، وَقَدْ كَانَتْ لِكُفَّارِ قُرَيْشٍ وَمَنْ سِوَاهُمْ مِنَ الْعَرَبِ شَجَرَةٌ عَظِيمَةٌ يُقَالُ لَهَا: ذَاتُ أَنْوَاطٍ يَأْتُونَهَا كُلَّ عَامٍ، فَيَعْلَقُونَ بِهَا أَسْلِحَتَهُمْ، وَيَرِيحُونَ تَحْتَهَا، وَيَعْكُفُونَ عَلَيْهَا يَوْمًا، فَرَأَيْنَا وَنَحْنُ نَسِيرُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ سَدْرَةً خَضْرَاءَ عَظِيمَةً فَتَنَادَيْنَا مِنْ جَنْبَاتِ الطَّرِيقِ فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ فَقَالَ: " اللَّهُ أَكْبَرُ قُلْتُمْ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ كَمَا قَالَ قَوْمُ مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ الْآيَةُ لَتَرْكَبَنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ". .

Kami telah keluar bersama Rosulullah  ke Hunain ( untuk berperang ) , sementara kami masih baru lepas dari kejahilayahan ( baru masuk Islam ) .

Dan sungguh saat itu orang-orang kafir Qureisy dan arab lainnya memiliki sebuah pohon raksasa , yang di sebut " DZATU ANWATH "  .

Mereka selalu mengunjunginya setiap tahun , maka mereka menggantungkan senjata-senjata mereka ke pohon tsb , dan mereka beristirahat di bawahnya sambil beri'tikaf ( nyepi ) kepadanya seharian .

Pada saat kami melintas bersama Rosulullah  dan kami melihat pohon SIDROH yang hijau dan besar , maka kami pun saling memanggil sesama yang lain dari sisi-sisi jalan , dan kami berkata :

“Ya Rosulullah , bikinkan lah buat kami DZATU ANWATH ! “.

Maka beliau terperanjat seraya berkata :

" Allahu Akbar !! kalian telah mengatakan nya , demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan Nya , persis seperti yang di katakan kaum Musa : (( Jadikanlah untuk kami sesembahan seperti halnya mereka ( orang-orang kafir ) memiliki sesembahan-sesembahan …. )) 

Kemudian Beliau  bersabda :

" Sungguh kalian benar-benar akan menapaki tilasi jejak-jejak ( sunah-sunah ) umat sebelum kalian ".

( HR. Turmudzi no. 2181 dan Thabroni 3/244 no. 3290 . Imam Thurmudzi berkata : " Ini hadits Hasan Sahih ).

KESIMPULAN :

Kesimpulan yang di ambil dari bentuk ibadah dengan alasan bertaqorrub dengan Al-Uzza ini adalah sbb :

·         Al-Uzza adalah tiga pohon besar berduri yang di kramatkan atau dikultuskan, di tutupi oleh kain kelambu dan di sekelilingnya  terdapat bangunan .

·         Di jaga oleh para kuncen .

·         Cara ibadahnya yaitu dengan berziarah dan mempersembahkan hadiah sembelihan atau lainnya .

·         Untuk mendapatkan barokah , kesuksesan , kesaktian dan keselamatan dari ke tiga pohon keramat itu , mereka menggantungkan benda-benda pribadinya yang ingin diberkahinya ke dahan-dahan nya , seperti mengantungkan senjata agar sakti mandra guna , tali kekang kuda agar kudanya menjadi kuat serta terpelihara dari mara bahaya dan bulu-bulu agar mendapatkan barokah .

·         Sudah pasti ibadah dengan cara ber'tikap ( nyepi ) di tempat itu dan haulan tidak bisa lepas dari kebiasaan mereka , sama halnya dengan kebiasan mereka terhadap pohon kramat Dzatu Anwath .

·         Pada hakikatnya mereka bertaqorrub atau bertawassul dengan pohon-pohon kramat tsb dan juga tidak menyembahnya , melainkan menyembah jin atau syeitan yang menghuni nya .

-------

POHON KRAMAT DALAM KITAB BIBLE

[ Yes ; 1:29 ] Sungguh, kamu akan mendapat malu a  karena pohon-pohon keramat b  yang kamu inginkan; dan kamu akan tersipu-sipu karena taman-taman c  dewa yang kamu pilih.

[ Yes 57:5 ] hai orang-orang yang terbakar oleh hawa nafsu dekat pohon-pohon keramat, z  di bawah setiap pohon yang rimbun, a  hai orang-orang yang menyembelih anak-anak b  di lembah-lembah, di dalam celah-celah bukit batu.

====

HUKUM MENENTUKAN LOKASI ITU MUSTAJAB DAN KRAMAT

Mustajab dan kramat adalah perkara ghaib , akal manusia tidak bisa di jadikan standar dan tidak berhak untuk menentukannya , hanya wahyu Allah yang bisa di jadikan patokan , karena Dia adalah 'Allaamul Ghuyuub ( Yang Maha Mengetahui Perkara-Perkara Ghaib ) dan Dia adalah pemilik dan penentu semua syariat atas segala umat hingga Hari Kiamat . Termasuk Nabi Muhammad  beliau juga tidak mengetahui perkara ghaib termasuk yang berkaitan dengan tempat-tempat mustajab , apalagi menentukan dan mengklaimnya . Allah Azza wa Jallaa berfirman :

) قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلا تَتَفَكَّرُونَ ( . 

" Katakanlah ( wahai Muhammad ) : "Aku tidak mengatakan kepada kalian , bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.  Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)? ". ( QS. Al-An'am : 50 )

Bagaimana kalau seandainya Nabi Muhammad  mengetahui perkara ghaib ? Allah telah menyatakan dalam firman Nya :

) قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (

Katakanlah ( wahai Muhammad ) : " Aku tidak berkuasa mendapatkan kemanfaatan untuk diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku telah memperbanyak kebajikan dan aku tidak akan pernah ditimpa keburukan . Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". ( QS. Al-A'raf : 188 ).

Hanya milik Allah kunci-kunci semua perkara ghaib , Allah SWT berfirman :

) وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (.

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz). ( QS. Al-An'am : 59 ).

Allah SWT berfirman,

قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

“Katakanlah, ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Allah,’ dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.” (QS. An-Naml: 65)

Beliau  kemudian bersabda,

فِيْ خَمْسٍ لاَ يَعْلَمُهُنَّ إِلاَّ اللهُ ثُمَّ تَلاَ ﷺ إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ

“’Lima perkara yang hanya Allah yang mengetahuinya.’ Kemudian beliau membaca firman Allah, ‘Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan….’” (QS. Luqman: 34)

Lengkapnya :

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [QS. Luqman (31): 34].

Rabi’ binti Mu’awwadz bin ‘Afra’ radhiyallahu ‘anha menceritakan,

دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ ﷺ غَدَاةَ بُنِيَ عَلَيَّ، فَجَلَسَ عَلَى فِرَاشِي كَمَجْلِسِكَ مِنِّي، وَجُوَيْرِيَاتٌ يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ، يَنْدُبْنَ مَنْ قُتِلَ مِنْ آبَائِهِنَّ يَوْمَ بَدْرٍ، حَتَّى قَالَتْ جَارِيَةٌ: وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ. فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ : لاَ تَقُولِي هَكَذَا وَقُولِي مَا كُنْتِ تَقُولِينَ

”Nabi datang menemuiku pada pagi hari ketika aku menikah, lalu beliau duduk di atas tempat tidurku seperti kamu duduk di dekatku. Lalu gadis-gadis kecil kami memukul rebana dan mengenang kebaikan bapak-bapak kami yang gugur dalam perang Badar. Ketika salah seorang dari mereka mengatakan,

“ Dan di tengah kita ada seorang Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi besok “

Maka beliau bersabda : ’Tinggalkan (perkataan) itu, dan katakanlah apa yang telah engkau ucapkan sebelumnya.’”

(HR. Bukhari no. 4001, Abu Dawud no. 4922, dan Tirmidzi no. 1090)

====

KISAH HADITS AL-IFK [ حَدِيْثُ الإِفْكِ ] MENUNJUKKAN BAHWA NABI  TIDAK TAHU PERKARA GHAIB

Berikut ini kisah tentang berita Hoax yang menimpa keluarga Nabi  , dimana A’isyah RA di fitnah berzina dengan seorang Sahabat . Dalam kisah ini menunjukkan bahwa Rosulullah  tidak mengetahui perkara ghaib .

Dari ['Aisyah radliallahu 'anha] isteri Nabi  , ketika orang-orang penuduh berkata kepadanya seperti apa yang sudah mereka katakan lalu Allah membersihlan dirinya dari fitnah keji ini.

Berkata Az Zuhriy; dan semua mereka menceritakan kepadaku sekumpulan cerita 'Aisyah, sebagian mereka lebih cermat daripada sebagian lain dan lebih kuat kisahnya, lalu aku cermati hadis dari masing-masing mereka yang mereka ceritakan padaku dari 'Aisyah. Hadis-hadis tersebut satu sama lainnya saling menguatkan, mereka menduga bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha berkata:

"Adalah Rasulullah  bila berniat hendak mengadakan suatu perjalanan, Beliau mengundi diantara isteri-isteri Beliau. Bila nama seorang dari mereka keluar berarti dia ikut bepergian bersama Beliau. Pada suatu hari Beliau mengundi nama-nama kami untuk suatu peperangan yang Beliau lakukan, maka keluar namaku hingga aku turut serta bersama Beliau setelah turun ayat hijab, aku dibawa didalam sekedup dan ditempatkan didalamnya. Kami berangkat, hingga ketika Rasulullah  telah selesai dari peperangan tersebut kami kembali pulang.

Ketika hampir dekat dengan Madinah, Beliau mengumumkan untuk beristirahat malam. Maka aku keluar dari sekedup saat Beliau dan rambongan berhenti lalu aku berjalan hingga aku meninggalkan pasukan. Setelah aku selesai menunaikan keperluanku, aku kembali menuju rombongan namun aku meraba dadaku ternyata kalungku yang terbuat dari batu akik telah jatuh. Maka aku kembali untuk mencari kalungku. Kemudian orang-orang yang membawaku menuntun kembali unta yang aku tunggangi sedang mereka menduga aku sudah berada didalam sekedup. Memang masa itu para wanita berbadan ringan-ringan, tidak berat, dan mereka tidak memakan daging, yang mereka makan hanyalah sesuap makanan hingga orang-orang tidak dapat membedakan berat sekedup ketika diangkat apakah ada wanita didalamnya atau tidak.

Saat itu aku adalah wanita yang masih muda. Maka mereka menggiring unta-unta dan berjalan. Dan aku baru mendapatkan kembali kalungku setelah pasukan sudah berlalu. Maka aku datangi tempat yang semula rombongan berhenti namun tidak ada seorangpun disana, lalu aku kembali ke tempatku saat tadi berhenti dengan harapan mereka merasa kehilangan aku lalu kembali ke tempatku. Ketika aku duduk, aku merasa sangat ngantuk hingga akhirnya aku tertidur. Adalah Sofwan bin Al Mu'aththol as-Sulamiy adz-Dzakwan datang dari belakang rombongan pasukan hingga dia menghampiri tempatku dan dia melihat ada tanda orang sedang tidur. Maka dia mendatangiku. Dahulu sebelum turun ayat hijab, dia pernah melihat aku. Aku terbangun dengan sangat kaget ketika dia menghentikan hewan tunggangannya dan merundukkannya hingga aku menaiki tunggangannya itu lalu dia menuntunnya hingga kami dapat menyusul rombongan setelah mereka singgah untuk melepas lelah ketika siang berada di puncaknya.

Maka binasalah siapa yang binasa. Dan orang yang berperan menyebarkan tuduhan adalah 'Abdullah bin Ubay bin Salul. Kami tiba di Madinah dan aku menderita sakit selama satu bulan sementara orang-orang mulai terpengaruh dengan berita bohong (tuduhan) ini dan mereka membiarkan aku dalam kondisi sakit apalagi aku tidak melihat dari Nabi  kelembutan yang biasa aku dapatkan jika aku sakit. Beliau hanya menjenguk aku lalu memberi salam lalu bertanya tentang keadaanku hanya dengan memberi isyarat sedang aku tidak menyadari sedikitpun apa yang sedang terjadi.

Hingga ketika aku berangsur pulih dari sakit aku keluar bersama Ummu Misthoh menuju tempat kami biasa membuang hajat, kami tidak keluar kesana kecuali di malam hari, itu terjadi sebelum kami mengambil tabir dekat dengan rumah kami, kebiasaan kami saat itu yaitu kebiasaan orang-orang Arab dahulu (arab tradisional) bila berada diluar rumah atau di lapangan terbuka. Maka kami, aku dan Ummu Misthoh binti Abi Ruhum berjalan lalu dia tergelincir karena kainnya seraya dia mengumpat: "Celakalah Misthoh". Aku katakan: "Sungguh buruk apa yang kamu ucapkan tadi. Apakah kamu mencela seorang yang pernah ikut perang Badar?" Dia berkata: "Wahai baginda putri, apakah Baginda belum mendenar apa yang mereka perbincangkan?" Lalu dia mengebarkan kepadaku tentang berita bohong (tuduhan keji). Kejadian ini semakin menambah sakitku diatas sakit yang sudah aku rasakan. Ketika aku sudah kembali ke rumahku, Rasulullah  masuk menemuiku lalu memberi salam dan berkata: "Bagaimana keadaanmu?" Aku jawab: "izinkan aku untuk pulang ke rumah kedua orangtuaku".

'Aisyah berkata: "Saat itu aku ingin mencari kepastian berita dari pihak kedua orang tuaku". Maka Rasulullah  memberiku izin dan akhirnya aku menemui kedua orangtuaku lalu aku tanyakan kepada ibuku: "Apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang?"

Ibuku menjawab: "Wahai ananda, anggaplah ringankan urusan yang sedang menimpa dirimu ini. Sungguh demi Allah, sangat jarang seorang wanita yang tinggal bersama seorang suami yang dia mencintainya padahal ia mempunyai isteri lain, melainkan isteri-isteri lainnya akan menyebarluaskan aibnya".

Aku katakan: "Subhanallah, sungguh orang-orang sudah memperbincangkan masalah ini?"

Aisyah berkata:

"Maka aku melewati malam itu hingga pagi dengan air mata tak bisa lagi menetes karena habis dan aku tidak bisa tidur karenanya hingga ketika pagi hari, Rasulullah  memanggil 'Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid ketika wahyu belum juga turun untuk mengajak keduanya bermusyawarah perihal rencana menceraikan isteri-isteri Beliau. Adapun Usamah, ia memberi isyarat kepadanya dengan apa yang diketahuinya secara persis karena kecintaannya kepada rumah tangga Rasulullah.

Usamah berkata: "Keluarga Baginda wahai Rasulullah, demi Allah tidaklah kami mengenalnya melainkan kebaikan semata".

Sedangkan 'Ali bin Abi Thalib berkata: "Wahai Rasulullah, Allah tidak akan menyusahkan Baginda sebab masih banyak wanita-wanita lain selain dia dan tanyakanlah kepada sahaya wanitanya yang dia akan membenarkan baginda".

Maka Rasulullah  memanggil Barirah lalu berkata: "Wahai Barirah, apakah kamu melihat pada diri Aisyah sesuatu yang meragukan kamu tentangnya?"

Barirah menjawab: "Demi Dzat Yang mengutus Baginda dengan benar, sama sekali aku belum pernah melihat aib pada diri Aisyah yang bisa kugunakan untuk membongkar aibnya, kalaupun aku melihat sesuatu padanya tidak lebih dari sekedar perkara kecil, yang ketika dia masih sangat muda dia pernah ketiduran saat menjaga adonan rotinya, lantas ada hewan ternak datang dan memakan adonan tersebut".

Maka pada suatu hari Rasulullah  berdiri untuk kemudian meminta pertanggung jawaban 'Abdullah bin Ubay bin Salul.

Rasulullah  berkata: "Siapakah yang bisa mengemukakan pertanggungjawaban terhadapku terhadap seseorang yang telah kudengar telah menyakiti keluargaku?. Demi Allah, aku tidak mengetahui keluargaku melainkan kebaikan semata. Sungguh mereka telah menyebut-nyebut seseorang laki-laki (maksudnya Shofwan yang diisukan selingkuh) yang aku tidak mengenalnya melainkan kebaikan semata, yang dia tidak pernah mendatangi keluargaku melainkan selalu bersamaku".

Maka Sa'ad bin Mu'adz berdiri lalu berkata: "Wahai Rasulullah, aku akan membalaskan penghinaan ini buat anda. Seandainya orang itu dari kalangan suku Aus, kami akan penggal batang lehernya dan seandainya dari saudara-saudara kami suku Khazraj, perintahkanlah kami pasti akan kami laksanakan perintah Baginda tersebut".

Lalu beridirlah Sa'ad bin 'Ubadah, pimpinan suku Khazraj, yang sebelumnya dia adalah orang yang shalih namun hari itu terbawa oleh sikap kesukuan: "Dusta kamu, kamu tidak akan pernah bisa membunuhnya dan tidak akan bisa membalaskannya".

Kemudian Usaid bin Hudhoir berdiri seraya berkata: "Justru kamu yang dusta, kami pasti akan membunuhnya. Sungguh kamu sudah menjadi munafiq karena membela orang-orang munafiq".

Maka terjadilah perang mulut antara suku Aus dan Khazraj hingga sudah saling ingin melampiaskan kekesalannya padahal Rasulullah  masih berdiri di atas mimbar hingga akhirnya Beliau turun lalu menenangkan mereka hingga akhirnya mereka terdiam dan Beliau pun diam.

Maka aku menangis sepanjang hariku hingga air mataku tak bisa lagi menetes karena kering dan aku tidak bisa tidur karenanya hingga akhirnya kedua orangtuaku berada di sisiku sedangkan aku sudah menangis selama dua malam satu hari hingga aku menyangka hatiku jangan-jangan menjadi pecah".

Aisyah berkata: "Ketika kedua orantuaku sedang duduk di dekatku sementara aku terus saja menangis tiba-tiba ada seorang wanita Anshar yang meminta izin masuk lalu aku ijinkan kemudian dia duduk sambil menangis bersamaku.

Ketika dalam keadaan seperti itu tiba-tiba Rasulullah  datang lalu duduk, namun tidak duduk di dekat aku sebagaimana saat Beliau menyampaikan apa yang telah terjadi denganku sebelum ini, sedangkan peristiwa ini sudah berlalu selama satu bulan dan wahyu belum juga turun untuk menjelaskan perkara yang menimpaku ini".

Aisyah berkata: "Maka Beliau bersaksi membaca dua kalimah syahadah kemudian berkata: "Wahai 'Aisyah, sungguh telah sampai kepadaku berita tentang dirimu begini begini. Jika kamu bersih tidak bersalah pasti nanti Allah akan membersihkanmu. Namun jika kamu jatuh pada perbuatan dosa maka mohonlah ampun kepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya karena seorang hamba bila dia mengakui telah berbuat dosa lalu bertobat maka Allah pasti akan menerima tobatnya".

Setelah Rasulullah  menyelesaikan kalimat yang disampaikan, air mataku mengering hingga tak kurasakan setetes pun. Lalu aku katakan kepada bapakku: "Jawablah kepada Rasulullah  tentang aku".

Bapakku berkata: "Demi Allah, aku tidak mengetahui apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah ".

Lalu aku katakan kepada ibuku: "Jawablah kepada Rasulullah  tentang aku dari apa yang barusan Beliau katakan".

Ibuku pun menjawab: "Demi Allah, aku tidak mengetahui apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah ".

'Aisyah berkata: "Aku hanyalah seorang anak perempuan yang masih muda yang aku tidak banyak membaca Al Qur'an".

Aku katakan: "Sesungguhnya aku, demi Allah, aku telah mengetahui bahwa kalian telah mendengar apa yang diperbincangkan oleh orang banyak dan kalian pun telah memasukkannya dalam hati kalian lalu membenarkan berita tersebut. Seandainya aku katakan kepada kalian bahwa aku bersih dan demi Allah, Dia Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti tidak akan membenarkan aku tentang ini. Dan seandainya aku mengakui kepada kalian tentang urusan ini padahal Allah Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti membenarkannya. Demi Allah, aku tidak menemukan antara aku dan kalian suatu perumpamaan melainkan seperti ayahnya Nabi Yusuf ketika dia berkata:

("Bersabarlah dengan sabar yang baik, dan Allah tempat meminta pertolongan dari segala yang kalian gambarkan").(QS. Yusuf 18).

Kemudian setelah itu aku pergi menuju tempat tidurku dengan berharap Allah akan membersihkan aku, akan tetapi demi Allah, aku tidak menduga kalau Allah menurunkan suatu wahyu tentang urusan yang menimpaku ini. Karena tidak pantas kalau Al Qur'an turun untuk membicarakan masalahku ini. Tetapi aku hanya berharap Rasulullah  mendapatkan wahyu lewat mimpi yang Allah membersihkan diriku.

Dan demi Allah, belum beliau menuju majelisnya dan belum pula dari Ahlu Bait yang keluarl, hingga diturunkan wahyu kepada Beliau. Maka Beliau menerima wahyu tersebut sebagaimana Beliau biasa menerimanya dalam keadaan demam sangat berat dengan bercucuran keringat. Setelah selesai wahyu turun kepada Beliau, nampak Beliau tertawa dan kalimat pertama yang Beliau ucapkan adalah saat Beliau berkata kepadaku:

"Wahai 'Aisyah, pujilah Allah, sungguh Allah telah membersihkan kamu".

Lalu ibuku berkata, kepadaku: "Bangkitlah untuk menemui Rasulullah".

Aku katakan kepada ibuku: "Demi Allah, aku tidak akan berdiri menemuinya dan tidak akan aku memuji siapapun selain Allah Ta'ala.

Maka Allah menurunkan ayat :

("Sesungguhnya orang-orang yang menyebarkan berita bohong diantara kalian adalah masih golongan kalian juga. Janganlah kalian menduganya sebagai keburukan bahkan dia merupakan kebaikan buat kalian…"). (QS. Annur 11).

Ketika turun ayat ini yang menjelaskan terlepasnya diriku dari segala tuduhan, Abu Bakar ash-Shiddiq radliallahu 'anhu yang selalu menanggung hidup Misthah bin Utsatsah karena memang masih kerabatnya berkata: "Demi Allah, setelah ini aku tidak akan lagi memberi nafkah kepada Misthah untuk selamanya karena dia sudah ikut menyebarkan berita bohong tentang 'Aisyah". Maka kemudian Allah menurunkan ayat:

("Dan janganlah orang-orang yang memiliki kelebihan dan kelapangan diantara kalian bersumpah untuk tidak lagi memberikan kepada …..hingga ayat…. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang") (QS. Annur 22)..

Maka Abu Bakar berkata: "Ya, demi Allah, sungguh aku sangat berkeinginan bila Allah mengampuniku". Maka Abu Bakar kembali memberi nafkah kepada Misthah sebagaimana sebelumnya. Dan Rasulullah  bertanya kepada Zainab binti Jahsy tentang masalah aku seraya berkata: "Wahai Zainab, apa yang kamu ketahui dan apa pendapatmu?" Maka Zainab berkata: "Wahai Rasulullah, aku menjaga pendengaran dan penglihatanku, demi Allah aku tidak mengeahui tentang dia melainkan kebaikan". Kata 'Aisyah: " Padahal Zainab orangnya sebelumnya merasa lebih mulia daripadaku, yang kemudian Allah menjaganya dengan kewara'an".  ( HR. Bukhori No. 2467 )

======

MENGKLAIM TEMPAT MUSTAJAB TANPA DALIL ADALAH DUSTA DAN KEDZALIMAN :

Jika ada manusia memaksakan diri mengaku-ngaku bahwa dirinya mampu memastikan informasi gaib , termasuk diantaranya mengklaim tempat tsb mustajab maka dia harus siap menanggung konsekwensi- konsekwensi sebagai berikut :

1. Dia telah berdusta dengan mengatas namakan Allah , yang mana dosa nya sama dengan mendustakan Allah dan ayat-ayat Nya.

2. Perbuatan tsb adalah kedzaliman yang paling dahsyat .

3. Dia seakan-seakan mendakwakan dirinya menerima wahyu dari Allah SWT .

4. Dia menanggung dosa semua orang-orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat .

5. Tempat kembalinya neraka Jahannam . 

Banyak sekali dalil-dalil yang menunjukkan hal-hal diatas . Diantaranya Firman Allah SWT :

وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاۤءَهٗ ۗ اَلَيْسَ فِيْ جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكٰفِرِيْنَ

Artinya : “ Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan kepada Allah atau orang yang mendustakan yang hak ketika (yang hak) itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahanam ada tempat bagi orang-orang kafir?”. (QS. Al-'Ankabut: 68)

Dan Allah SWT berfirman :

فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ يَنَالُهُمْ نَصِيْبُهُمْ مِّنَ الْكِتٰبِۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا يَتَوَفَّوْنَهُمْۙ قَالُوْٓا اَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗقَالُوْا ضَلُّوْا عَنَّا وَشَهِدُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا كٰفِرِيْنَ

Artinya : “ Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Mereka itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan dalam Kitab sampai datang para utusan (malaikat) Kami kepada mereka untuk mencabut nyawanya. Mereka (para malaikat) berkata, “Manakah sembahan yang biasa kamu sembah selain Allah?” Mereka (orang musyrik) menjawab, “Semuanya telah lenyap dari kami.” Dan mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir “. ( QS. Al-A’raf : 37 )

Dan Allah SWT berfirman :

]وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ قَالَ اُوْحِيَ اِلَيَّ وَلَمْ يُوْحَ اِلَيْهِ شَيْءٌ وَّمَنْ قَالَ سَاُنْزِلُ مِثْلَ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ ۗوَلَوْ تَرٰٓى اِذِ الظّٰلِمُوْنَ فِيْ غَمَرٰتِ الْمَوْتِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ بَاسِطُوْٓا اَيْدِيْهِمْ ۚ اَخْرِجُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اَلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ اٰيٰتِهٖ تَسْتَكْبِرُوْنَ[

Artinya : “ Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, “Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” (Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam kesakitan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu.” Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”. (QS. Al-An'am: 93)

Dan pada hakikatnya itu adalah mengikuti prasangka yang dibisikkan syeitan dan jin yang biasa mencampur aduk satu informasi kebenaran dengan seratus kebohongan .  Padahal Allah SWT sama sekali tidak pernah menurunkan pengetahuan tentang itu , mereka hanya mengikuti hawa dan prasangka yang mereka duga .

Jika kita mengikuti kebanyakan mereka , pasti kita akan ikut dalam kesesatan . Allah SWT berfirman :

) وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ . إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ مَنْ يَضِلُّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ  (

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk. ( QS. Al-An’aam ) .

Iblis dan bala tentaranya tiada henti-hentinya berusaha menyesatkan anak cucu Adam agar melakukan kemaksiatan , terutama dosa kesyirikan. Allah SWT menceritakan dalam Al-Quran tentang sumpah dan tekad mereka :

) قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83) قَالَ فَالْحَقُّ وَالْحَقَّ أَقُولُ (84) لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنْكَ وَمِمَّنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ أَجْمَعِينَ (85)(.

Iblis menjawab : "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan". Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. ( QS. Ash-Shaad : 82 – 85 ).

Mereka tahu betul , jika induk segala dosa adalah dosa syirik , karena dosa ini akan membatalkan semua amal baik pelakunya serta membuatnya kekal selama-lamanya dalam api neraka jika ia mati sebelum bertaubat dan dalam kondisi seperti itu .

) وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ( [الزمر: 65]

" Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi ". ( QS. Az-Zumar : 65 ).

) ... إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (72) ( .

" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun" . ( QS. Al-Maidah : 72 ).

====

PERBANDINGAN ANTARA TEMPAT-TEMPAT KRMAT DENGAN PADANG ARAFAH, AL-HIJR , BUKIT TSUR DAN GUNUNG UHUD:

Kalau kita telusuri sabda-sabda Rosulullah , akan kita temukan bahwa beliau tidak pernah berbicara tentang tempat-tempat mustajab , apalagi tempat yang di kramatkan . Kecuali jika penyebutan tempat tersebut di kaitkan dengan waktu tertentu seperti sabda beliau tentang hari Arafah di padang Arafah  :

« خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ » .

" Sebaik-baiknya doa adalah doa hari Arafah , dan sebaik-baiknya doa yang aku dan para nabi sebelumku ucapakan adalah : Tidak ada Ilah ( sesembahan ) yang berhak di sembah kecuali Allah , tidak ada sekutu baginya , dan baginya seluruh kekuasan serta segala pujian , dan Dia berkuasa terhadap segala sesuatu ". ( HR. Turmudzi no. 3538 . Di hasankan oleh Syeikh Al-Albaani ).

Selain hari Arafah Rosulullah  tidak pernah mengatakan bahwa tempat itu mustajab , padahal Arafah itu telah di ketahui akan keutamaannya semenjak zaman nabi Adam ‘alaihis salam, dan semua para nabi pasti pernah menjejakkan kakinya di atas tanah Arafah tsb , apalagi orang-orang saleh dan para wali . Apa tidak sebaiknya jika Rosulullah  menjadikannya sebagai tapakan kramat atau pesarean ? Jawabannya pasti tidak masuk akal jika beliau melakukannya , hanya pengikut hawa saja yang mau melakukannya .

Ketika Rosulullah  melintasi puing-puing perkampungan umat nabi Soleh , beliau memerintahkan para sahabatnya agar mempercepat jalannya , bukannya menyuruh mencari kuburan nabi Saleh atau tapakannnya . Dalam hadits yang diriwayatkan Ubay bin Ka'ab (RA) bahwa Rosulullah  melintasi ( perkampungan ) Hijr di lembah Tsamud , maka beliau berkata :

« أَسْرِعُوا السَّيْرَ ، وَلاَ تَنْزِلُوا بِهَذِهِ الْقَرْيَةِ الْمُهْلَكِ أَهْلُهَا » .

" Percepatlah jalannya , dan janganlah kalian singgah di desa ini yang penduduknya pernah di binasakan ". ( Hadist ini di sebutkan Al-Busyeiry dalam kitab Ittihaf Khiyaratul Maharoh 2/517 no. 2017 , dan dia berkata : Ahmad bin Manii' meriwayatkannya dengan sanad yang sahih ) .

----

BUKIT ATH-THUUR :

Diriwayatkan oleh Umar bin Abdurrahman bin Al-Harits , dia mengatakan : " Bahwa Abu Bashroh Al-Ghifaary berjumpa dengan Abu Hurairah yang baru pulang dari Ath-Thur ( gunung di lembah Sinai tempat Nabi Musa menerima kitab Taurat dan saat itu Allah SWT berbicara langsung kepadanya ) . Maka bertanyalah Abu Bashrah kepada Abu Hurairah : " Dari mana kamu datang ? " , Dia menjawab : " Dari Ath-Thur , dan aku sholat di sana ".  Lalu Abu Bashrah berkata : " Kalau seandainya aku ketemu kamu sebelum berangkat , kamu pasti tidak jadi berangkat , karena sesungguhnya aku telah mendengar Rosulullah  bersabda :

« لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إلَّا إلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ : الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ , وَمَسْجِدِي هَذَا , وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَى »

" Janganlah kalian bersusah payah melakukan perjalanan kecuali menuju ke tiga masjid , Masjidil Haram , Masjidku ini dan Masjidil Aqsha ".

( HR. Imam Ahmad 39/270 no. 23850 . Hadits ini sanadnya Sahih )

Di sini Abu Hurairah mendapat teguran Abu Bashrah yang sama-sama sahabat Nabi , dan Abu Hurairah (RA) menerimanya setelah mendengar sabda Nabi tadi , bahkan setelah itu Abu Hurairah ikut meriwayatkan hadist tsb .

Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari 3/78 berkata : " Maka menunjukkan bahwa Abu Bashrah memahami makna hadits tsb adalah umum atau menyeluruh , yang demikian itu di benarkan oleh Abu Hurairah ". 

Di riwayatkan pula dari Qoza'ah , dia berkata :

سألت ابن عمر : آتي الطور؟ فقال : « دع الطور ولا تأتها ! وقال : لا تشد الرحال إلا إلى ثلاثة مساجد » .

Aku bertanya kepada Ibnu Umar (RA) : Bolehkah aku mendatangi Ath-Thur ? beliau menjawab : " Tinggalkan Ath-Thur itu , dan janganlah kamu mendatanginya ! " lalu dia berkata : " Janganlah kalian bersusah payah melakukan perjalanan kecuali menuju ke tiga masjid ".

Atsar ini di riwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf nya 2/374 no. 7621 dan Al-Azroqy dalam kitabnya Akhbar Makkah hal. 304  . Dan sanadnya di sahihkan oleh Al-Albaani dalam kitab Tahdzirus Saajid ha. 139 . Dan perawi yang bernama Qoza'ah adalah Ibnu Yahya Al-Bashry , dan dia adalah Tsiqoh ( dipercaya ) seperti yang dikatakan Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab At-Taqrib hal. 801 .

Begitulah amalan para sahabat , tabiin dan tabiit tabiin , mereka tidak pernah melakukan bepergian ke tempat-tempat yang dianggap kramat .

Padahal bukit Thur Sinai ini sangat terkenal semenjak zaman Musa hingga zaman Nabi Muhammad  , bahkan Allah SWT berkali-kali mengisyaratkan dan menyebutkannya dalam Al-Quran , diantaranya .

) فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ يَا مُوسَى  إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى . وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى (

Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil : " Hai Musa, Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu ( sandalmu ) ; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan ( kepadamu ). ( QS. Thoha : 11-13 ).

Dalam surat lain jelas-jelas di sebutkan namanya :

) فَلَمَّا قَضَى مُوسَى الأجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لأهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ (29) فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الأيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (30)(

Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng ( bukit ) Ath-Thur , ia berkata kepada keluarganya: "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan".  Maka tatkala Musa sampai ke
( tempat ) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam .
 ( QS. Al-Qoshosh : 29-30 ).

Bahkan Allah SWT telah bersumpah dengan menyebutkan Ath-Thur ini , dalam surat At-Tiin Allah berfirman :

) وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ (1) وَطُورِ سِينِينَ (2) وَهَذَا الْبَلَدِ الأمِينِ (3)(

" Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun , dan demi bukit Thur Sinai , dan demi kota (Mekah) ini yang aman ". ( QS. At-Tiin : 1- 3 )

Dengan ayat-ayat diatas , maka tidak di ragukan lagi akan keistimewaan lembah Sinai tsb yang mana di sana terdapat bukit Ath-Thuur , dengan tegas Allah SWT menyatakannya sebagai tempat yang di sucikan dan di berkahi , bahkan Nabi Musa diperintahkan untuk mencopot kedua sandalnya .

Namun demikian Nabi tidak mengunjunginya , tidak menjadikannya pesarean dan tempat kramat , bahkan tidak pernah menyuruh para sahabat-sahabatnya untuk menziarahinya apalagi menyuruh nyepi atau I'tikaf di dalamnya .

Ini adalah sebuah pelajaran dan peringatan bagi orang-orang yang punya hati nurani , sesuai yang Allah firmankan :

) إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ (37) (

" Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya ".( QS. Qoof : 37 ).

-----

GUNUNG UHUD :

Gunung Uhud adalah nama salah satu gunung yang ada di Madinah , gunung yang paling terpanjang di sana . Gunung tsb banyak memiliki keistimewaan dan nilai-nilai sejarah .

Imam Bukhori no. 2889 , 4422 dan Imam Muslim no. 1393 , 1392 dalam sahihnya meriwayatkan dari Anas bin Malik  dan Abu Humeid bahwa Nabi ketika melihat gunung Uhud berkata :

« وَهَذَا أُحُدٌ جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ » .

" Dan ini adalah Uhud , gunung yang mencintai kami , dan kami pun mencintainya ".

Di lereng gunung Uhud pernah di jadikan lokasi pertempuran antara pasukan kaum muslimin yang dipimpin langsung oleh Rosulullah  melawan kaum musyrikin Qureish , yang kemudian di kenal dengan perang Uhud . Dalam peperangan tsb telah gugur sebagai dari pasukan kaum muslimin tujuh puluh sahabat Nabi termasuk diantaranya adalah paman kesayangan Nabi Hamzah bib Abdul Mutholib , dan saat itu pula beliau sempat terluka . Mereka para suhada Uhud telah di jamin masuk syurga atas kesaksian Allah dan Rosulnya , dan di sana pula para syuhada Uhud di makamkan .

Tidak ada keraguan sedikit pun bagi umat Islam akan keutamaan gunung Uhud tsb , bahkan mencintai gunung Uhud termasuk yang di syariatkan , namun demikian adakah Rosulullah  dan para sahabatnya bertabarruk dengannya atau mendirikan tempat-tempat pesarean di sekitar para syuhada Uhud ?

 Gunung Uhud adalah salah satu gunung yang akan ada di syurga kelak , Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 7/378 berkata :

ثبت في حديث أبي عبس بن جبر مرفوعا جبل أحد يحبنا ونحبه وهو من جبال الجنة أخرجه أحمد ولا مانع في جانب البلد من إمكان المحبة منه كما جاز التسبيح منها وقد خاطبه ﷺ مخاطبة من يعقل فقال لما اضطرب: «اسكن أحد»  الحديث .

((Telah ada ketetapan ( validasi ) dalam hadits Abu Abes bin Jabr hadits marfu' (dari sabda Rosulullah ) : 

" Gunung Uhud mencintai kami , dan kami mencintainya , dan ia termasuk dari gunung-gunung yang ada di syurga ". 

Hadits tsb di riwayatkan Imam Ahmad . Dengan demikian tidak menutup kemungkinan adanya rasa cinta yang datang dari sisi sebuah daerah , seperti halnya ucapan tsabih darinya , dan sungguh Nabi  telah berbicara kepada Uhud seperti pembicaraanya terhadap orang yang berakal , maka beliau pernah berkata kepada Uhud ketika ia bergetar : " Tenanglah Uhud ! " . Al-hadits )).

Yang di maksud Al-Hafidz Ibnu Hajar adalah hadits Anas (RA) , dia berkata :

صَعِدَ النَّبِيُّ ﷺ أُحُدًا وَمَعَهُ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ فَرَجَفَ وَقَالَ : « اسْكُنْ أُحُدُ ! -  أَظُنُّهُ ضَرَبَهُ بِرِجْلِهِ - فَلَيْسَ عَلَيْكَ إِلَّا نَبِيٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ » .

Nabi beserta Abu Bakar , Umar dan Utsman rodliyallahu 'anhum mendaki gunung Uhud , maka ia bergetar , lalu beliau berkata : " Tenanglah Uhud ! – aku mengira beliau sambil menjejakkan kakinya – jangan kau lakukan itu karena ada Nabi , Shiddiq dan dua orang ( calon mati ) syahid ". ( HR. Imam Bukhory no. 3699 ).

Dengan demikian sudah bisa dipastikan jika kedudukan gunung Uhud di sisi Allah Azza wa Jallaa jauh lebih mulia dari pada gunung Merapi , Kemukus , Kawi dan gunung Sembung .

=====

SARANA MUSTAJAB YANG SYAR’I

Sarana-sarana mustajab yang Rosulullah  sebutkan kebanyakan berkaitan dengan waktu , kondisi orang yang berdoa dan kalimat-kalimat tertentu dalam berdoa .

Contoh waktu-waktu mustajab : pada Hari Arafah dan di Arafah , malam Laylatul Qodar , setiap sepertiga malam akhir , setiap hari Jum'at terdapat satu saat mustajab, doa setelah adzan , doa setelah minum air Zamzam dan lain-lain .

Contoh kondisi orang yang Mustajab : doanya orang yang di dzalimi , doa orang tua untuk anaknya , doa orang saleh , doa saudaranya dari kejauhan dan lain-lain .

Contoh lafadz doa-doa mustajab seperti yang telah saya sebutkan pada pembahasan tawassul dengan amal saleh .

Islam mengajarkan kemandirian dalam berdoa dan bertawakkal sepenuhnya kepada Allah Ta'ala, tanpa harus adanya bantuan dan ikatan dengan tempat-tempat tertentu . Kapan saja dan di mana saja adanya , tanpa mengganggu aktifitas dan mengurangi kwalitas kemustajaban , praktis , simple dan sederhana .

Ringkasnya : berkeyakinan bahwa sebuah sarana itu di anggap mustajab harus berdasarkan wahyu Ilahi , berdasarkan keterangan dari Allah dan Rosul-Nya . Jika tidak , maka yang ditemukan adalah kemustajaban yang semu , istidroj dan pengelabuan Iblis yang sengaja dia kabulkan untuk menjebak dan menyesatkan umat manusia dari jalan Allah Azza wa Jallaa .

======

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBUAT DOA TIDAK MUSTAJAB  :

Dalam hadits yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah (RA) , Rosulullah  bersabda :

« أيُّهَا النَّاسُ ، إنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إلاَّ طَيِّباً ، وإنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِينَ . فقالَ تعالى : ) يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً ( [ المؤمنون : 51 ] ، وقال تعالى : ) يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ( [ البقرة : 172 ] . ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أشْعثَ أغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إلَى السَّمَاءِ : يَا رَبِّ يَا رَبِّ ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، ومَلبسُهُ حرامٌ ، وَغُذِّيَ بالْحَرَامِ ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ؟ » . رواه مسلم .

Artinya : " Hai manusia , sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik saja. Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman seperti apa yang Dia perintahkan kepada Para Rasul. Allah berfirman : Hai Rasul-rasul! Makanlah sebagian dari yang baik-baik dan berbuatlah amal yang baik. (surat al-Mukminun : 51) dan Allah berfirman : "Hai orang-orang beriman. Makanlah makanan yang baik yang Kami berikan kepada kalian." (al-Baqarah : 172).

Lalu Rasulullah  bercerita tentang seorang lelaki yang menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut dan kotor, iapun menadahkan kedua tangannya ke langit (sambil berseru) 'Ya Rob. Ya Rob' sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia kenyang dengan barang haram. Bagaimana mungkin doanya dikabulkan? " ( HR. Muslim dalam "Shahih"nya ).

Hadits ini menyatakan akan adanya sebagian manusia yang jika ia berdo'a susah dikabulnya di sebabkan faktor-faktor tadi . Dizaman sekarang ini jarang sekali di temukan manusia yang luput dan lolos dari semua itu . Karena sekarang ini sudah merebak dan membudaya berbagai macam bentuk bisnis dan transaksi yang non syar'i , sudah dianggap lumrah dan biasa yang namanya memakan uang riba
( bunga ) , memanfaatkan barang gadaian , suap menyuap , jual beli suara pemilu , uang preman atau keamanan yang sebenarnya preman itu sendiri penjahatnya , uang pelicin yang jika tidak ngasih maka akan dipersulit dan bertele-tele urusannya dan yang paling parah adalah memperjual belikan agama serta ayat-ayat Al-Quran .

Dalam hadits Abu Hurairah (RA) , Rosulullah   bersabda :

«يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ مَا يُبَالِي الرَّجُلُ مِنْ أَيْنَ أَصَابَ الْمَالَ مِنْ حَلَالٍ أَوْ حَرَامٍ».

Artinya : " Akan datang kepada manusia suatu zaman dimana seseorang sudah tidak memperdulikan lagi dari mana dia mendapatkan harta , dari yang halal atau dari yang haram " . ( HR. Nasaai 7/234 dan di sahihkan oleh Al-Albaani ).

Sementara dalam hadits Kaab bin 'Ujroh (RA) , Rosulullah  bersabda :

«لَا يدْخُلُ الْجنَّة لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ وكلُّ لحَمٍ نبَتَ مِنْ سُحْتٍ فالنَّارُ أوْلى بِه»

Artinya : " Tidak masuk surga daging yang tumbuh dari yang haram . Dan setiap daging yang tumbuh dari yang haram , maka api neraka lebih berhak dengannya ". (HR. Tabrany 19/135 , Darimi 2/318 , Ibnu Hibban ( no. 1569 dan 1570 ) , Hakim 4/127 , Baihaqi di Sya'bul Iman 2/172/2 dan Imam Ahmad 3/321 dan 399 ) . Albany mengatakan di Silsilah Sahihah 6/108 : Sanadnya Jayyid / bagus sesuai syarat Muslim .

Hadits larangan jual beli suara . Dari Abu Hurairah (RA) , bahwa Rosulullah  bersabda :

«ثَلاثَةٌ لا يُكلِّمُهُمُ اللَّهُ يومَ القِيَامَةِ ، ولا يُزَكِّيهم ، ولهم عَذَابٌ أليم : رجلٌ بايعَ إمَاما، فَإِن أعطَاهُ وَفَى لَهُ ، وإن لم يُعْطِهِ ، لم يَفِ لَهُ».

" Ada tiga orang , di hari Kiamat Allah Azza wa Jallaa tidak mau berbicara padanya , dan tidak membersihkannya dari dosa-dosanya , dan baginya adzab yang pedih , yaitu seseorang yang membaiat imam ( memilih pemimpin ) , maka jika imam itu memberi sesuatu padanya , maka ia memenuhi janjinya , dan jika imam tadi tidak memberinya , maka ia tidak menepatinya ". ( HR. Bukhori , Muslim dan Turmudzi )".

Hadits ini menunjukkan pula ancaman terhadap orang-orang yang memperjual belikan hak dukungan dan suara dalam pemilihan para pemimpin .

Hukum membisniskan ayat-ayat Al-Qur'an dan memakan hasilnya . Dari Imran bin Hushain (RA) ia berkata: aku mendengar Rasulullah  bersabda :

« من قرأ القرآن فليسأل الله به فإنه سيأتى أقوام يقرءون القرآن ويسألون به الناس » .

" Barangsiapa membaca Al Quran maka hendaknya ia memohon kepada Allah dengan Al Quran itu, karena suatu saat akan datang sekelompok kaum yang membaca Al Quran lalu mereka meminta ( upah ) kepada manusia dengan Al Quran itu".

( HR. Ahmad , Turmudzi , Ibnu Abi Syaibah, Thabrani, Baihaqi dalam Syuabul Iman. Lihat: Al Jami' Al Kabir ). Hadits ini di sahihkan oleh Al-Albaani dalam kitab-kitabnya : Islahus Saajid hal. 106 , silsilah sahihan 1/461 , sahih Targhib no. 1433 , dan lainnya ).

Yang dikabarkan Rosulullah  dalam hadist diatas sudah terjadi pada masa sahabat-sahabat Nabi masih hidup , seperti dalam riwayat Turmudzi :

Dari Imran bin Hushain (RA) :

أنه مرَّ على قارئ يقرأ القرآن، ثم يسأل الناس به، فاسترجع عِمرانُ ، وقال : سمعتُ رسولَ الله ﷺ يقول : «مَن قرأَ القرآن، فليسأل الله به، فإنه سيجيء أقوام يقرؤون القرآن ويسألون به الناس».

" Suatu ketika ia melewati seorang qori sedang membaca Al-Qur'an , kemudian setelah membacanya meminta ( upah ) kepada orang-orang , maka Imran ber istirja’ , yakni mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi roojiuun , atau menyuruhnya untuk mengembalikan , lalu berkata : Aku mendengar Rosulullah  bersabda : " Barangsiapa membaca Al Quran maka hendaknya ia memohon kepada Allah dengan Al Quran itu, karena suatu saat akan datang sekelompok kaum yang membaca Al Quran lalu mereka meminta ( upah ) kepada manusia dengan ( bacaan ) Al Quran itu ".

( HR. Turmudzi no. 2917 dan beliau berkata : " Hadits Hasan ". Dan Syeikh Al-Albaani dalam sahih Targhib 2/80 no. 1433 mengatakan : " Sahih karena ada yang lainnya ". Dan dalam Sahih wa Dloif al-Jami' no. 11413 serta Shahih wa Dloif Sunan Turmudzi 6/417 no. 2917 beliau mengatakan : " Hasan " .

SEBAB-SEBAB YANG MEMBUAT DOA SESEORANG MUSTAJAB :

Faktor utama agar doa seseorang mustajab adalah dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah serta memperbanyak amal shaleh . Allah Azza wa Jallaa berfirman :

 ) وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (

" Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa , pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi , tetapi mereka
( mendustakan ayat-ayat Kami ) itu , maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya" . 
( QS. Al-A'raf : 96 ) .

Dalam firman-Nya yang lain :

 ) وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ مِنْهُمْ أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ  (

" Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan ( hukum ) Taurat , Injil dan ( Al-Qur'an ) yang di turunkan kepada mereka dari Tuhannya , niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka " . ( QS. Al-Maidah : 66 ) .

Maksudnya : Allah akan melimpahkan berkah dan rahmat-Nya dari langit dengan menurunkan hujan dan memunculkan berkah dan rahmat-Nya dari bumi dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang buahnya melimpah ruah .

Imam Bukhory meriwayatkan dari Abu Hurairah (RA) , bahwa Rosulullah  bersabda :

« إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ : مَنْ عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ بَارَزَنِى بِالْحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بَهَا وَلَئِنْ سَأَلَنِى عَبْدِى أَعْطَيْتُهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ  ».

Artinya : " Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah berfirman : " Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka ia telah menantangKu berperang . Dan apa saja yang hamba-Ku lakukan untuk mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku cintai daripada apa yang Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Maka jika aku telah mencintainya, Aku adalah pendengarannya di mana ia mendengar dengannya, Aku adalah penglihatannya di mana ia melihat dengannya, Aku adalah tangannya di mana ia bertindak dengannya, dan Aku adalah kakinya di mana ia berjalan dengannya. Jika ia meminta sesuatu kepada-Ku, Aku pasti memberi nya. Jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pasti melindunginya."

Berbakti pada kedua orang tua termasuk salah satu faktor yang membuat doa seseorang menjadi mustajab , seperti dalam hadits yang sangat populer diriwayatkan dalam kitab-kitab sahih yang menceritakan tentang tiga orang yang terperangkap di dalam goa :

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan , masing-masing dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda :

« بَيْنَمَا ثَلاَثَةُ رَهْطٍ يَتَمَشَّوْنَ أَخَذَهُمُ الْمَطَرُ فَأَوَوْا إِلَى غَارٍ فِى جَبَلٍ فَبَيْنَا هُمْ فِيهِ حَطَّتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَأَطْبَقَتْ عَلَيْهِمْ ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : انْظُرُوا أَفْضَلَ أَعْمَالٍ عَمِلْتُمُوهَا لِلَّهِ تَعَالَى فَسَلُوهُ بِهَا لَعَلَّهُ يُفَرِّجُ بِهَا عَنْكُمْ ! فَقَالَ أَحَدُهُمُ : اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَ لِى وَالِدَانِ كَبِيرَانِ وَكَانَتْ لِى امْرَأَةٌ وَوَلَدٌ صِغَارٌ ، وَكُنْتُ أَرْعَى عَلَيْهِمْ ، فَإِذَا رُحْتُ عَلَيْهِمْ ، بَدَأْتُ بِأَبَوَىَّ فَسَقَيْتُهُمَا ، فَنَأَى بِى يَوْمًا الشَّجَرُ فَلَمْ آتِ حَتَّى نَامَ أَبَوَاىَ ، فَطَيَّبْتُ الإِنَاءَ ثُمَّ حَلَبْتُ فِيهِ ثُمَّ قُمْتُ بِحِلاَبِى عِنْدَ رَأْسِ أَبَوَىَّ وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ رِجْلَىَّ أَكْرَهُ أَنْ أَبْدَأَ بِهِمْ قَبْلَ أَبَوَىَّ وَأَكْرَهُ أَنْ أَوْقِظَهُمَا مِنْ نَوْمِهِمَا،  فَلَمْ أَزَلْ كَذَلِكَ قَائِمًا حَتَّى أَضَاءَ الْفَجْرُ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّى فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا فُرْجَةً نَرَى مِنْهَا السَّمَاءَ فَفَرَجَ لَهُمْ فُرْجَةً رَأَوْا مِنْهَا السَّمَاءَ . وَقَالَ الآخَرُ : اللَّهُمَّ إِنَّهَا كَانَتْ لِى ابْنَةُ عَمٍّ فَأَحْبَبْتُهَا حَتَّى كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَىَّ فَسَأَلْتُهَا نَفْسَهَا ، فَقَالَتْ : لاَ حَتَّى تَأْتِينِى بِمِائَةِ دِينَارٍ،  فَسَعَيْتُ حَتَّى جَمَعْتُ مِائَةَ دِينَارٍ فَأَتَيْتُهَا بِهَا فَلَمَّا كُنْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا قَالَتِ : اتَّقِ اللَّهَ ، لاَ تَفْتَحِ الْخَاتَمَ إِلاَّ بِحَقِّهِ ،  فَقُمْتُ عَنْهَا ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّى فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا مِنْهَا فُرْجَةً فَفَرَجَ لَهُمْ مِنْهَا فُرْجَةً . وَقَالَ الثَّالِثُ : اللَّهُمَّ إِنِّى كُنْتُ اسْتَأْجَرْتُ أَجِيرًا بِفَرَقِ ذُرَةٍ ، فَلَمَّا قَضَى عَمَلَهُ عَرَضْتُهُ عَلَيْهِ فَأَبَى أَنْ يَأْخُذَهُ فَرَغِبَ عَنْهُ فَلَمْ أَزَلْ أَعْتَمِلُ بِهِ حَتَّى جَمَعْتُ مِنْهُ بَقَرًا وَرِعَاءَهَا فَجَاءَنِى ، فَقَالَ : اتَّقِ اللَّهَ وَأَعْطِنِى حَقِّى وَلاَ تَظْلِمْنِى فَقُلْتُ لَهُ  : اذْهَبْ إِلَى تِلْكَ الْبَقَرِ وَرِعَائِهَا فَخُذْهَا فَقَالَ : اتَّقِ اللَّهَ وَلاَ تَهْزَأْ بِى فَقُلْتُ : إِنِّى لاَ أَهْزَأُ بِكَ اذْهَبْ إِلَى تِلْكَ الْبَقَرِ وَرِعَائِهَا فَخُذْهَا فَذَهَبَ فَاسْتَاقَهَا ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّى فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا بَقِىَ مِنْهَا ، فَفَرَجَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْهُمْ فَخَرَجُوا يَتَمَاشَوْنَ ».

" Ketika tiga orang sedang berjalan-jalan, tiba-tiba hujan turun. Maka mereka berteduh di sebuah goa di gunung. Sebuah batu besar tiba-tiba menggelinding dari gunung menuju pintu goa dan menutupnya.

Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, 'Lihatlah amal shalih yang telah kamu kerjakan karena Allah, lalu berdoalah kepada Allah ( bertawassul ) dengannya . Semoga Allah memberi kemudahan bagi kalian.'

Salah seorang dari mereka berkata, 'Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orang tua yang telah berusia lanjut, istri dan beberapa anak yang masih kecil. Aku yang menggembala untuk mereka. Jika aku pulang di sore hari, aku memerah susu, lalu memberi minum kedua orang tuaku terlebih dahulu sebelum anak-anakku. 

Suatu hari aku menggembala cukup jauh dari desa. Aku tidak pulang kecuali hari telah sore, dan aku mendapati mereka berdua telah tidur. Aku memerah susu seperti biasa. Aku membawa bejana susu kepada keduanya dan berdiri menunggu di atas kepala mereka berdua. Aku tidak ingin membangunkan kedunya dari tidur dan aku tidak ingin memberi minum anak-anakku sebelum keduanya minum. Sementara anak-anak menangis kelaparan di bawah kakiku. Aku tetap melakukan apa yang aku lakukan dan anak-anak juga demikian sampai terbit fajar. Jika engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu hanya demi mencari wajah-Mu, maka bukalah pintu goa ini sedikit sehingga kami bisa melihat langit.' Lalu Allah membuka pintu goa sedikit dan mereka melihat langit.

Yang lain berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai sepupu perempuan, dan aku sangat mencintainya seperti laki-laki mencintai perempuan. Aku meminta dirinya, tetapi dia menolak sampai aku bisa memberinya seratus dinar. Aku bekerja keras hingga aku berhasil mengumpulkan seratus dinar. Aku menyerahkan kepadanya. Manakala aku telah duduk di antara kedua kakinya, dia berkata, '"Wahai hamba Allah, bertaqwalah kepada Allah, jangan membuka cincin kecuali dengan haknya.' Maka aku meninggalkannya. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu karena mencari Wajah-Mu, maka bukalah pintu goa sedikit.' Maka pintu goa terbuka agak lebar.

Yang ketiga berkata, 'Ya Allah, sesungguhnya aku menyewa seorang pekerja dengan imbalan satu faraq besar. Selesai menunaikan pekerjaaannya, dia berkata, 'Berikan hakku.' Lalu aku menyodorkan faraq-nya, tetapi dia menolaknya ( dan pergi tanpa mengambil upahnya ) . Seterusnya aku mengelola atau mengembangkan upah yang di tinggalkannya sehingga dari faraq besar tsb aku bisa mengumpulkan beberapa sapi sekaligus pengembalanya darinya. Dia datang lagi dan berkata, 'Bertakwalah kepada Allah, jangan menzhalimi hakku.' Aku berkata, 'Pergilah kepada sapi-sapi itu berikut penggembalanya. Ambillah.' Dia menjawab, 'Jangan mengolok-olokku, bertakwalah kepada Allah.' Aku berkata, 'Aku tidak mengolok-olok dirimu. Ambillah sapi-sapi itu dan pengembalanya.' Lalu dia mengambil dan pergi. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan hal itu demi mendapakan wajah-Mu, maka bukakanlah sisanya.' Maka Allah membuka apa yang tersisa , dan mereka keluar kemudian pergi ". ( Sahih Bukhori no. 2482 , 3482 dan Sahih Muslim , Al-Birr no. 7,8).

Kisah kemustajaban seorang Tabii yang bernama Uweis Al-Qorny, salah satu faktor kemustajaban doanya adalah berbakti kepada ibunya .

Imam Muslim dalam Sahihnya no. 2542 meriwayatkan dari Usair bin Jabir , dia berkata: 

كان عمرُ بنُ الخطَّابِ إذا أتى عليه أمْدادُ أهل اليمنِ سألهم : أفيكم أُوَيسُ بنُ عامر ؟ حتى أتى على أُويس ، فقال: أنت أُوَيسُ بن عامر ؟ قال : نعم ، قال : من مُراد ، ثم من قَرَن ؟ قال : نعم، قال : فكان بك بَرَص فَبَرَأتَ منه ، إلا موضعَ دِرْهَم ؟ قال : نعم ، قال : لك والدة ؟ قال : نعم ، قال : سمعتُ رسولَ الله ﷺ  يقول : يأتي عليكم أُوَيسُ بن عامر مع أمْدَادِ أهل اليمن من مُراد ، ثم من قَرَن ، وكان به برص فَبَرأ منه ، إلا موضع درهم ، له والدة هو بها بَرّ ، لو أقْسَم على الله لأبَرَّه ، فإن استطعتَ أن يَسْتَغْفِر لَكَ فافعَلْ ، فاسْتَغْفِرْ لي ، فاسْتَغْفَر له ، فقال له عمر : أين تريد ؟ قال : الكوفةَ ، قال : ألا أكتبُ لك إلى عاملها ؟ قال : أكونُ في غَبْراءِ النَّاسِ أحبُّ إليَّ ، قال : فلما كان من العام المقبل حَجَّ رجل من أشرافهم ، فوافق عمر ، فسأله عن أُوَيس، قال : تركته رَثَّ البَيْتِ ، قَليلَ المتاع ، قال : سمعتُ رسولَ الله ﷺ يقول : يأتي عليكم أُوَيس بن عامر مع أمداد أهل اليمن ، من مُراد ثم من قَرَن ، كان به بَرَص فبرأ منه إلا موضع درهم ، له والدة هو بها بَرّ ، لو أقسم على الله لأبرَّهُ ، فإن استطعتَ أن يستغفر لك فافعل ، فأتى أُوَيسا ، فقال : استغفرْ لي ، قال : أنت أحْدثُ عهدا بسفَر صالح ، فاستغفرْ لي ، قال : استغفر لي ، قال : أنت أحدثُ عهدا بسفر صالح، فاستغفرْ لي ! قال : لقيتَ عمر ؟ قال : نعم ، فاسْتَغْفَرَ له، فَفَطِنَ له الناسُ ، فانطلق على وجهه ، قال أُسَيْر : وكسوتُه بُردة ، فكان كلما رآه إنسان ، قال : من أينَ لأُوَيْس هذه البردة ؟.

“ Telah ada Umar bin Al-Khotthob jika datang kepadanya amdad ( pasukan perang penolong yang datang untuk membantu pasukan kaum muslilimin dalam peperangan ) dari negeri Yaman maka Umar bertanya kepada mereka, “Apakah ada diantara kalian Uwais bin ‘Amir ?”, hingga akhirnya ia bertemu dengan Uwais dan berkata kepadanya, “Apakah engkau adalah Uwais bin ‘Amir?”, ia berkata, “Iya”.

Umar berkata, “Apakah engkau berasal dari Murod , kemudian dari Qoron ?”. Ia berkata, “Benar”. Umar berkata, “Engkau dahulu terkena penyakit kulit memutih (albino) kemudian engkau sembuh kecuali seukuran dirham?”. Ia berkata, “Benar”. Umar berkata, “Engkau memiliki ibu?”, ia menjawab, “Iya”, Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah  bersabda,

(( Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit kulit memutih ( albino ) kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham , ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia ( berdoa kepada Allah dengan ) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia memohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah )) ".

Lalu Umar berkata : " oleh karenanya mohonlah kepada Allah ampunan untukku !".

Maka Uwaispun memohon kepada Allah ampunan untuk Umar . Lalu Umar bertanya kepadanya, “Kemanakah engkau hendak pergi?”, ia berkata, “Ke Kufah (Irak)”, Umar berkata, “Maukah aku tuliskan sesuatu kepada pegawaiku di Kufah untuk kepentinganmu?”, ia berkata, “Aku berada diantara orang-orang yang lemah lebih aku sukai”.

Pada tahun depannya datang seseorang dari pemuka mereka ( pemuka penduduk Yaman ) dan ia bertemu dengan Umar, lalu Umar bertanya kepadanya tentang kabar Uwais, orang itu berkata, “Aku meninggalkannya dalam keadaan miskin dan sedikit harta”. Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah  bersabda,

(( Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit kulit memutih ( albino ) kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia ( berdoa kepada Allah dengan ) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia meohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah )) .

Maka orang itupun mendatangi Uwais dan berkata kepadanya, “:Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”, Uwais berkata, “Engkau ini baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka ( mestinya ) engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”, orang itu berkata, “:Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”, Uwais berkata, “Engkau ini baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka (mestinya) engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”, Orang itu berkata, “Engkau bertemu dengan Umar?”, Uwais menjawab, “Iya”, orang itu berkata, “Mohon ampunlah kepada Allah untuk Umar” . Lalu orang-orangpun mengerti apa yang terjadi lalu iapun pergi (menyembunyikan diri ) .

Usair berkata : " Aku memberinya kain Burdah untuk menutupi tubuhnya . Maka setiap ada orang yang melihatnya ia berkata : Darimanakah Uwais memperoleh burdah itu?".

Selain diatas masih banyak lagi faktor-faktor yang menjadikan doa seseorang mustajab . Ada yang berkaitan dengan waktu seperti di waktu sepertiga malam akhir , malam laylatul Qodar , di hari Jumat jika bertepatan dengan waktu yang mustajab dan lain-lainnya .

Dan adapula yang berkaitan dengan tempat dan waktu tertentu seperti ketika wukuf di padang Arafah di hari Arafah bagi yang melaksanakan haji dan lain-lain sebagainya .

===****====

KETIGA : TAFSIR KALIMAT MANAH :
( nama patung di pesisir yang dikultuskan )


[Berhala Manaah terbuat dari batu keras]

[Berhala Manaah terbuat dari batu keras]
========

Imam Bukhori berkata di dalam hadits 'Urwah dari 'Aisyah radliyallahu 'anha : " Sesungguhnya Manah itu adalah berhala yang berada antara Makkah dan Madinah".

Kenapa di namakan Manah ? Ada yang mengatakan karena diambil dari kata Mina ( tempat di tumpahkannya darah ) .

قيل: سميت مناة لكثرة ما يمنى، أي: يراق عندها من الدماء للتبرك بها

Artinya : " Dinamakan Manah karena banyaknya darah yang di tumpahkan " , yakni : tempat tsb adalah tempat menyembelih bintang sembelihan untuk mendapatkan barokah dengannya ". ( Lihat : Taysir Azizil Hamid 4/225 ).

Berhala ini yang terbuat dari batu keras milik Bani Hudzail . Berhala tsb terpancang di pantai laut merah arah Musyallal , di daerah Qudeid , lokasinya antara Makkah dan Madinah .

Al-Biladi mengatakan, “Qudaid dengan tanda dhammah di atas huruf Qaf dan fathah di atas huruf Dal. Lembah Fuhl termasuk lembah Hijaz at-Tihamiyah. Berada di tempat tak berpasir dan dinamakan bagian atasnya Sitaroh dan bawahnya Qudaid. Dipisahkan oleh jalan dari Mekah ke Madinah sepanjang 120 km”.

( Perhatikan yang disebutkan oleh al-Biladi dalam Mu’jam Ma’alim al-Jughrafiyah dalam as-Siroh an-Nabawiyah hal. 249 ).

Dan yang di maksud dengan al-Musyallal adalah bukit yang berada di bawah Qudaid bagian selatan. Jika anda berada di daerah Sha’bar antara Rabigh dan al-Qadhimah. Al-Musyallal adalah tempat terbitnya matahari agak condong ke utara. Di sanalah terdapat berhala Manat”. ( Lihat yang disebutkan oleh al-Biladiy dalam Mu’jam Ma’alim al-Jughrafiyah dalam as-Siroh an-Nabawiyah hal. 298 )

Berhala Manat di tepi pantai Qudaid itu terletak di sebuah lembah tepi laut Merah antara Yanbu’ dan Rabigh. Lembah itu merupakan salah satu pemberhentian jama’ah haji dari Mesir pada zaman dahulu.

(Lihat catatan kaki Akhbaru Makkah karya al-Azraqi yang ditulis oleh Ustadz Rusydi  Shalih Malhas).

Disebutkan dalam kitab “أخبار مكة” karangan Abul Walid al-Azraqi dengan sanad yang hasan sampai kepada Ibnu Ishaq, beliau mengatakan,

“Manat berada di tepi pantai sebelah Qudaid. Berhala itulah yang dipergunakan untuk berhaji dan diagungkan oleh suku Azd dan Ghassan. Apabila mereka thawaf di Ka’bah, meninggalkan Arafah dan selesai dari Mina, mereka tidak mencukur rambut kecuali di sisi Manat. Mereka mempersembahkan baginya, dan barangsiapa yang memberi persembahan kepadanya maka tidak thawaf di antara Shafa dan Marwah karena kedudukan dua berhala yang berada di sana, Nahika Mujawidur Riih (di shofa), dan Muth’imuth Thoir ( di Marwah ) . Dahulu daerah ini menyembah Manat. Manat diperuntukan untuk suku Aus dan Khazraj dan Ghassan dari al-Azd dan orang-orang yang beragama dengan agama mereka dari kalangan orang-orang Yatsrib dan Syam. Manat menghadap kearah tepi pantai dari sisi al-Musyallal di daerah Qudaid”.

(Baca : Al-Azraqi, Akhbaru Makkah: 1/124,125. Cermati yang dikatakan oleh Ibnu Hisyam dalam as-Siroh an-Nabawiyah:1/107 bersama ar-Raudh)

Seluruh mayarakat arab terutama kabilah Khuzaah , Aus , Khojroj dan orang-orang yang berdomisili di Madinah , Makkah dan daerah-daerah sekitarnya sangat mengkultuskannya , mereka mempersembahkan sembelihan dan hadiah-hadiah untuk Manah . Tidak ada yang melibihi kabilah Aus dan Khajraj dalam mengagungkan sesembahan Manah ini .  Dan mereka ber ihlal / mulai ibadah haji dari tempat tsb .

Abu Mundzir meriwayatkan dengan sanadnya dari 'Ammar bin Yasir : " Dulu Kabilah Aus dan Khajraj serta masyarakat arab penduduk Yatsrib ( Madinah ) dan lainnya , mereka ketika berhaji dan selesai menunaikan semua amalan yang berkaitan dengan ibadah haji , mereka tidak langsung menggunduli kepalanya ( Tahallul ) , mereka setelah nafar ( mabit Mina dan melempar jumroh ) datang ke berhala Manah , maka disanalah mereka membotaki kepalanya ( tahallul ) , mereka berkeyakinan hajinya tidak sempurna kecuali dengan itu . ( Lihat Al-Ashnam karya Ibnu Kalby 1/2 ).

Lalu Rasulullah  mengutus Sa’id bin ‘Ubaid al-Asyhali untuk menghancurkan berhala Manat yang ada di al-Musyallal.  (Lihat yang disebutkan oleh al-Azraqi dalam Akhbaru Makkah : 1/131 )

Sementara Ibnu Hisyam berkata : Rosulullah  mengutus Ali (RA) untuk menghancurkannya ketika penaklukan kota Makkah .

KESIMPULAN :

Kesimpulan dari keterangan di atas adalah sbb :

-                     Manah adalah nama sesembahan yang berbentuk patung yang di kramatkan dan di kultuskan . Terpancang di pantai laut merah arah Musyallal , di daerah Qudeid , lokasinya antara Makkah dan Madinah .

-                     Bentuk Ibadah kepadanya adalah dengan cara mengkultuskannya , menjadikannya sebagai miqot haji ( tempat mulai ibadah haji ) , tempat tahallul haji
( tempat mengakhiri ibadah haji ) dan tempat berkurban atau mempersembahkan sesajian dan hadiah .

-                     Manah juga di jadikan sebagai pengganti Mina . Yang mestinya menyembelih kurban di Mina , melainkan mereka lakukan di Manah . Mereka sengaja memindahkannya di sisi Manah , karena ingin mendapatkan barokahnya .

=====

ANTARA BATU PATUNG MANAH DENGAN BATU HAJAR ASWAD :

Hajar Aswad adalah batu hitam yang paling mulia di Dunia ini, dan semua umat Islam mengetahui akan kemuliannya, bahkan masyarakat arab jahiliyah hampir saja terjadi pertumpahan darah, mereka berebutan, masing-masing kabilah merasa berhak untuk mengembalikan Hajar Aswad pada tempatnya semula setelah selesai merenovasi Ka'bah yang roboh diterjang banjir dan menghanyutkan Hajar Aswad, mereka bukan berebutan untuk memiliki nya, tetapi untuk memuliakannya .

Sekitar 16 tahun sebelum Hijrah (606 M), ketika suku Quraisy melakukan pemugaran Ka’bah, hampir saja terjadi pertumpahan darah antar empat kabilah dalam suku Quraisy. Pangkal persoalannya berasal dari perselisihan mengenai siapa yang paling berhak mengangkat dan meletakkan Hajar Aswad setelah pemugaran selesai.

Dalam situasi genting tersebut, salah satu pemimpin kabilah Abu Umayyah bin Mughirah mengusulkan persoalan ini diserahkan kepada orang pertama yang masuk kompleks Masjidil Haram. Usulan itu diterima pemimpin kabilah yang sedang berselisih.

Keesokan harinya, orang yang pertama kali masuk adalah Muhammad bin Abdullah (35 tahun) sebelum diangkat menjadi rasul. Muhammad yang saat itu sudah bergelar al-amin diberi kepercayaan untuk mengatasi masalah itu.

Muhammad bin Abdullah kemudian melangkah menuju tempat penyimpanan Hajar Aswad, membentangkan serbannya, dan meletakkan batu tersebut di tengah kain serban. Beliau kemudian menyuruh wakil dari masing-masing kabilah memegang ujung serban dan mengangkat Hajar Aswad hingga mendekati Ka’bah. Setelah itu, Muhammad kembali meletakkannya ke tempat semula di lubang pojok Ka’bah. Melalui cara itu, perselisihan antar kabilah suku Quraisy pun dapat diatasi.

Setelah kita mengetahui akan keistimewaan Hajar Aswad ini , bagaimanakah para sahabat Nabi  memperlakukannya ?

Imam Muslim dalam Sahihnya no. 1270 meriwayatkan dari Ibnu Umar (RA) bahwa ayahnya Umar bin Khoththob (RA) suatu ketika mencium Hajar Aswad , lalu berkata :

« أَمَ وَاللَّهِ لَقَدْ عَلِمْتُ أَنَّكَ حَجَرٌ – وفي رواية عبد الرزاق (9034)  : وأَنَّك لا تَضُرُّ وَلا تَنْفَع - وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ »

" Demi Allah , sungguh aku tahu bahwa kamu adalah batu , dan sesungguhnya kamu tidak bisa menghilangkan madlorot dan tidak bisa mendatangkan manfaat , kalau seandainya aku tidak melihat Rosulullah  menciummu maka akupun tidak sudi menciummu ".

Jelaslah jika Umar bin Khoththob (RA) mau mencium Hajar Aswad bukan karena beliau ingin bertabarruk dengan fisik / dzat Hajar Aswad, melainkan beliau bertabarruk dengan mengamalkan sunnah Rosulullah . Dengan demikian mencium Hajar Aswad adalah termasuk ibadah jika menciumnya dengan niat mengikuti sunnah Nabi  dan sesuai dengan cara yang syar'i, tapi jika karena niat lain apalagi dengan cara yang tidak syar'i maka bukanlah termasuk ibadah yang syar'i, bahkan bisa masuk dalam katagori perbuatan syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan Hajar Aswad jika disertai keyakinan bahwa Hajar Aswad bisa mendatangkan maslahat dan menolak madhorot.  

Oleh karena itu termasuk yang di syariatkan adalah bertawassul kepada Allah dengan mencium Hajar Aswad, jika niat dan tujuannya mengikuti sunnah Nabi , dikarenakan itu adalah termasuk amal saleh, akan tapi tidaklah di syariatkan bertawassul dengan Hajar Aswad jika tujuannya karena fisik hajar aswad dan disertai dengan keyakinan bahwa hajar aswad bisa mendatangkan keberuntungan dan menangkal musibah.

Standart-nya sama seperti sujudnya para malaikat kepada Adam 'alaihis salam. Mereka sujud kepada Adam ; karena sebagai bentuk ketaatan, kepatuhan dan ke-islam-an mereka terhadap perintah Allah SWT, bukan karena nabi Adam 'alaihis-salam . 

Iblis tidak pernah merasa keberatan untuk bersujud kepada Allah SWT, bahkan dia dikenal dikalangan para malikat sebagai makhluk yang paling kuat ibadahnya kepada Allah Azza wa Jalla, ibadahnya bisa mengalahkan ibadah para malaikat. Namun Iblis telah membangkang alias tidak mentaati perintah Allah SWT untuk sujud kepada Adam 'alaihis salam, maka dia dikutuk oleh Allah SWT dan terusir dari syurga.   

Allah SWT berfirman :

﴿وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ﴾

"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia membangkang dan sombong . Dan ia adalah termasuk golongan orang-orang yang kafir". [Baqarah: 34].

Begitu pula dengan Nabi Ibrahim alaihis salam ketika menyembelih putra kesayangannya Ismail alaihis salam. Dan juga kerelaan Nabi Ismail alaihis salam untuk disembelih oleh ayahnya. Itu, sengaja mereka berdua lakukan karena sebagai bentuk ketaatan, kepatuhan, penghambaan dan keislaman mereka berdua kepada Allah SWT. Ibrahim melakukannya bukan karena Ismail. Begitu juga Ismail menerimanya bukan karena ayahnya Ibrahim alaihima as-salam. Melainkan karena perintah Allah SWT semata . 

﴿فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ . فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ . وَنَادَيْنَاهُ أَن يَا إِبْرَاهِيمُ . قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ . إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ . وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

 Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)

Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu . Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. [QS. Ash-Shaaffaat: 102-107]

Jika dengan fisik Hajar Aswad saja demikian hal-nya, lalu bagaimana jika dengan selain-nya termasuk dengan batu patung Manah?

=====

SYARAT-SYARAT DIPERBOLEHKAN-NYA NGALAP BAROKAH (TABARUK)

Ada Tiga Syarat Tabarruk Yang syar’i . Yaitu adalah Sebagai Berikut :

PERTAMA :

Harus ada keterangan dari Allah dan Rosulnya bahwa sesuatu yang hendak di tabarrukinya itu ada barokahnya .

KEDUA :

Harus ada keterangan bahwa Allah dan Rosul-Nya mengizinkan atau menganjurkan ngalap barokah dari sesuatu yang ditabarruki-nya dengan cara-cara yang di syariatkan pula  .

Contohnya Air Zamzam :

Dalam Hadits Jabir (RA) di sebutkan bahwa Rosulullah  bersabda :

« مَاءُ زَمْزَمَ لَمَّا شُرِبَ لَهُ » .قَالَ :  ثُمَّ أَرْسَلَ النَّبِىُّ ﷺ وَهُوَ بِالْمَدِينَةِ قَبْلَ أَنْ تُفْتَحَ مَكَّةَ إِلَى سُهَيْلِ بْنِ عَمْرٍو أَنِ أَهْدِ لَنَا مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ وَلاَ يَتِرُكَ قَالَ فَبَعَثَ إِلَيْهِ بِمَزَادَتَيْنِ.

" Air Zamzam sesuai dengan tujuan meminumnya ". Jabir berkata : Kemudian Nabi ketika beliau di Madinah sebelum penaklukan Makkah mengutus Suhail bin Amr agar membawakan hadiah kepada kami berupa air Zamzam, dan berpesan agar jangan sampai ketinggalan, maka ia mengirimnya kepada beliau dua mazadah .

( HR. Baihaqi no. 10280 . Dan di riwayatkan pula oleh Ibnu Majah no. 3062 tanpa adanya kisah tambahan , dan di sahihkan oleh syeikh Al-Albaani . Lihat : Ash-Shohihah no. 883).

Keberkahan Hajar Aswad :

Imam Muslim dalam Sahihnya no. 1270 meriwayatkan dari Ibnu Umar (RA) bahwa ayahnya Umar bin Khoththob (RA) suatu ketika mencium Hajar Aswad , lalu berkata :

« أَمَ وَاللَّهِ لَقَدْ عَلِمْتُ أَنَّكَ حَجَرٌ – وفي رواية عبد الرزاق (9034)  : وأَنَّك لا تَضُرُّ وَلا تَنْفَع - وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ »

" Demi Allah , sungguh aku tahu bahwa kamu adalah batu , dan sesungguhnya kamu tidak bisa menghilangkan madlorot dan tidak bisa mendatangkan manfaat , kalau seandainya aku tidak melihat Rosulullah menciummu maka akupun tidak sudi menciummu ".

Jelaslah jika Umar bin Khoththob (RA) mau mencium Hajar Aswad bukan karena beliau ingin bertabarruk dengan fisik / dzat Hajar Aswad , melainkan beliau bertabarruk dengan tujuan mengamalkan sunnah Rosulullah . Dengan demikian mencium Hajar Aswad adalah termasuk ibadah jika menciumnya dengan niat mengikuti sunnah Nabi  dan prakteknya sesuai dengan cara yang syar'i. 

Adapun jika tidak ada idzin atau anjuran dari Allah dan Rasul-Nya; maka tidak diperbolehkan ngalap barokah dari sesuatu apapun, meskipun sesuatu itu jelas ada berkahnya berdasarkan dalil yang shahih.

Contohnya Wadi al-Aqiiq.

Sebagaimana dalam hadits shahih dari Umar Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi bersabda:

أتاني الليلةَ آتٍ من ربِّي وأنا بِالعَقِيقِ أنْ صَلِّ في هذا الوَادِي المُبارَكِ

"Malam ini aku didatangi Jibril yang merupakan utusan dari tuhanku sedang aku berada di Wadi al-Aqiiq, ia berkata : hendaknya engkau sholat di lembah yang penuh berkah ini ".

(HR. Bukhori no. 1534 dan Ibnu Majah no. 2976. Dan ini adalah lafadz Ibnu Majah )

Hadits diatas, hanya menunjukkan disyariatkan bertabarruk dengan melakukan shalat di sana Wadi al-Aqiiq ini, adapun selain itu seperti  bertabarruk dengan debu, bebatuan atau benda lainnya yang ada di sana untuk tujuan-tujuan tertentu yang tidak ada dalilnya ; maka itu semua tidak diperbolehkan ; karena tidak ada idzin atau anjuran dari Allah dan Rasul-nya untuk selain shalat.

Keberkahan Air Hujan :

Begitu juga halnya bertabarruk dengan air hujan yang penuh berkah . Maka tidak boleh ngalap berkah darinya dengan tujuan dan cara-cara yang tidak disyariatkan .

Allah SWT berfirman tentang keberkahan air hujan:

وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam [QS. Qoof : 9]

KETIGA :

Harus berkeyakinan bahwa sesuatu yang di tabarruki tersebut hanyalah sebatas sebab atau wasiilah yang di syariatkan oleh Allah SWT, yang pada hakikatnya sumber keberkahan itu dari Allah SWT dan Dia pulalah yang melimpahkan-nya.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :

"مَنْ قَصَدَ بُقْعَةً يَرْجُو الْخَيْرَ بِقَصْدِهَا، وَلَمْ تَسْتَحِبَّ الشَّرِيعَةُ ذَلِكَ، فَهُوَ مِنَ الْمُنْكَرَاتِ، وَبَعْضُهُ أَشَدُّ مِنْ بَعْضٍ، سَوَاءٌ كَانَتِ الْبَقْعَةُ شَجَرَةً، أَوْ عَيْنَ مَاءٍ، أَوْ قَنَاةً جَارِيَةً، أَوْ جَبَلاً، أَوْ مَغَارَةً، وَسَوَاءٌ قَصَدَهَا لِيُصَلِّيَ عِنْدَهَا، أَوْ لِيَدْعُوَ عِنْدَهَا، أَوْ لِيَقْرَأَ عِنْدَهَا أَوْ لِيَذْكُرَ اللَّهَ سُبْحَانَهُ عِنْدَهَا، أَوْ لِيَتَنَسَّكَ عِنْدَهَا، بِحَيْثُ يُخْصُّ تِلْكَ الْبَقْعَةَ بِنَوْعٍ مِنَ الْعِبَادَةِ الَّتِي لَمْ يُشْرَعْ تَخْصِيصُ تِلْكَ الْبَقْعَةِ بِهِ لَا عَيْنًا وَلَا نَوْعًا".

"Barangsiapa yang mengunjungi suatu tempat dengan maksud mendapatkan kebaikan [keberkahan] di dalamnya, namun syariat tidak menganjurkan perbuatan tersebut, maka itu termasuk perbuatan mungkar, dan ada sebagian perbuatan lebih buruk dari yang lain, baik tempat tersebut berupa pohon, mata air, aliran sungai, gunung, atau gua, serta baik dia mengunjungi tempat tersebut untuk bersembahyang di sana, berdoa di sana, membaca al-Qur’an di sana, berdzikir kepada Allah di sana, atau melakukan nusuk [ibadah seperti haji dan umroh] di sana, sehingga menjadikan tempat tersebut sebagai tempat khusus untuk jenis ibadah yang tidak pernah disyariatkan pengkhususan bagi lokasi tersebut, baik tempatnya maupun jenisnya." [Sumber: Iqtidhaa' al-Shiraat al-Mustaqiim (2/158)].

DR. Amin bin Abdullah As-Saqoowi berkata :

"الْأَمَاكِنُ الْمُبَارَكَةُ كَمَكَّةَ، الْمَدِينَةِ، الشَّامِ، الْيَمَنِ، وَادِي الْعَقِيقِ، وَادِي طُوَى، الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، الْمَسْجِدِ النَّبَوِيِّ، الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى . فَمَنْ سَكَنَ فِي مَكَّةَ أَوْ الْمَدِينَةِ أَوْ الشَّامِ أَوْ الْيَمَنِ مُلْتَمِسًا لِبَرَكَاتِ اللَّهِ فِي تِلْكَ الْبُقَاعِ، سَوَاءٌ مِنْ زِيَادَةِ أَرْزَاقِهَا، أَوْ دَفْعِ الْفِتَنِ عَنْهَا، فَقَدْ وَفَّقَ إِلَى خَيْرٍ، أَمَّا مَنْ زَادَ عَلَى الْحَدِّ الْمَشْرُوعِ فِي طَلَبِ بَرَكَتِهَا إِلَى وَسَائِلَ لَيْسَتْ مَشْرُوعَةً، فَقَدْ ابْتَدَعَ فِي دِينِ اللَّهِ.

وَمِنْ هَذِهِ الْوَسَائِلِ عَلَى سَبِيلِ الْمِثَالِ أَنْ يَتَمَسَّحَ بِتُرَابِهَا، أَوْ أَحْجَارِهَا، أَوْ أَشْجَارِهَا، أَوْ الصَّلَاةِ وَالدُّعَاءِ وَالذِّكْرِ عِنْدَ بَعْضِ الْبُقَاعِ وَالْمَوَاضِعِ الَّتِي لَمْ يُشْرَعْ فِيهَا ذَلِكَ، فَإِنَّ هَذَا كُلُّهُ مِنْ مَظَاهِرِ الْبِدْعَةِ، لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَلَمْ يَفْعَلْهُ الصَّحَابَةُ مِنْ بَعْدِهِ".

Tempat-tempat yang diberkahi seperti Mekah, Madinah, Syam, Yaman, Wadi Aqiq, Wadi Thawa, Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid Al-Aqsa. Barang siapa yang tinggal di Mekah, Madinah, Syam, atau Yaman dengan maksud mencari berkah Allah di tempat-tempat tersebut, baik untuk peningkatan rezeki atau untuk menjauhkan dari fitnah dengan tinggal di tempat-tempat tersebut, maka dia telah mendapatkan kebaikan. Namun, barang siapa yang melampaui batas dari hal yang disyariatkan dalam mencari berkah di tempat-tempat tersebut dengan cara-cara yang tidak disyari’atkan, maka dia telah mengada-adakan dalam agama Allah.

Salah satu contoh cara yang tidak diizinkan adalah : ngalap berokah dengan mengusap-usap debu tanahnya, atau batunya, atau pepohonannya, atau melakukan shalat, doa, dan dzikir di beberapa tempat yang tidak disyariatkan untuk itu. Semua ini merupakan bentuk bid'ah, yang tidak dilakukan oleh Rasulullah -shalallahu 'alaihi wasallam- dan para sahabat setelahnya”.

[Baca : الْأَمَاكِنُ الْمُبَارَكَةُ، وَهَلْ تَشْرَعُ زِيَارَتُهَا وَالتَّبَرُّكُ بِهَا؟ ]

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :

مِثْلُ مَنْ يَذْهَبُ إِلَى حِرَاءَ لِيُصَلِّيَ فِيهِ، وَيَدْعُو، أَوْ يَذْهَبُ إِلَى الطُّورِ الَّذِي كَلَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ مُوسَى- عَلَيْهِ السَّلَامُ -لِيُصَلِّيَ فِيهِ وَيَدْعُو، أَوْ يُسَافِرُ إِلَى غَيْرِ هَذِهِ الأَمْكِنَةِ مِنَ الجِبَالِ، وَغَيْرِ الجِبَالِ الَّتِي يُقَالُ فِيهَا مَقَامَاتُ الأَنْبِيَاءِ، أَوْ غَيْرِهِمْ، أَوْ مَشْهَدٍ مَبْنِيٍّ عَلَى آثَارِ نَبِيٍّ مِنَ الأَنْبِيَاءِ، وَمَثَلُ مَا فِي جَبَلِ قَاسِيُونَ، وَجَبَلِ الفَتْحِ، وَجَبَلِ طُورِ زَيْتَا الَّتِي بَبَيْتِ الْمَقْدِسِ، وَنَحْوِ هَذِهِ البُقَاعِ، فَهَذَا مِمَّا يَعْلَمُ كُلُّ مَنْ كَانَ عَالِمًا بِحَالِ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَحَالِ أَصْحَابِهِ مِنْ بَعْدِهِ أَنَّهُمْ لَمْ يَكُونُوا يَقْصُدُونَ شَيْئًا مِنْ هَذِهِ الأَمَكِنَةِ، وَلَمَّا هَاجَرَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - هُوَ وَأَصْحَابُهُ لَمْ يَكُونُوا يَسِيرُونَ إِلَى غَارِ حَرَاءَ وَنَحْوِهِ لِلصَّلَاةِ فِيهِ وَالدُّعَاءِ، وَلَا شَرَّعَ لأُمَّتِهِ زِيَارَةَ مَوْضِعِ بَيْعَةِ العَقَبَةِ الَّذِي خَلْفَ مُنَى، وَمَعْلُومٌ أَنَّهُ لَوْ كَانَ هَذَا مُشْرُوعًا يُثِيبُ اللَّهُ عَلَيْهِ ؛ لَكَانَ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَعْلَمَ النَّاسَ بِذَلِكَ ؛ وَلَكَانَ يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ ذَلِكَ

"...  Misalnya seperti orang yang pergi ke gua Hira untuk berdoa di sana, atau pergi ke Bukit Tursina tempat Allah berbicara kepada Musa - alaihis salam - untuk berdoa di sana, atau melakukan perjalanan ke tempat-tempat di luar dari pegunungan ini, dan bukan pegunungan yang dikatakan sebagai maqom para nabi, atau tempat lainnya, atau tempat yang dibangun atas tapakan seorang nabi dari para nabi, seperti apa yang ada di Gunung Qoosiyun, Bukit Al-Fath, Gunung Thur Zaita di dekat Baitul Maqdis, dan sejenisnya, maka ini adalah suatu hal yang telah dimaklumi oleh setiap orang yang mengetahui kondisi Rasulullah dan kondisi para sahabat setelahnya bahwa mereka tidak pernah mengunjungi tempat-tempat seperti ini.

Ketika Rasulullah telah hijrah bersama para sahabatnya ke Madinah, setelah itu mereka tidak pernah pergi ke Gua Hira atau tempat-tempat sejenisnya untuk berdoa di sana atau berdzikir. Tidak ada perintah bagi umatnya untuk mengunjungi tempat di mana Bai'at Aqabah dilakukan, yang berada di belakang Mina.

Dan hal yang maklum adalah bahwa jika ini adalah sesuatu yang dianjurkan oleh Allah, maka sungguh Nabi pasti akan lebih mengetahuinya dan beliau akan memberitahukan kepada para sahabatnya." [Baca : Iqtidhaa' al-Shiraat al-Mustaqiim, hal. 331-335].

BERSAMBUNG 

Posting Komentar

0 Komentar