WASPADA ISTIDRAJ !!!. KESUKSESAN DUNIAWI DAN KEMUSTAJABAN DOA YANG DATANG DARI KEMURKAAN TUHAN
Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
===
DAFTAR ISI :
- MAKNA ISTDRAJ
- KEPADA SIAPA SAJAKAH ISTIRAJ BISA MENIMPA ?
- CIRI-CIRI ORANG YANG TERKENA ISTIDRAJ
- MACAM-MACAM ISTIDRAJ
- CONTOH ORANG-ORANG DAHULU YANG TERKENA ISTIDRAJ DAN MACAMNYA
- ISTIDRAJ KESUKSESAN BERBISNIS DAN BERDAGANG . CONTOHNYA : KISAH ISTIDRAJ KESUKSESAN BISNISNYA QORUN :ISTIDRAJ KESUKSESAN USAHA BERKEBUN DAN BERCOCOK TANAM . CONTOHNYA : KISAH DALAM SURAT AL-KAHFI : TENTANG DUA ORANG BERSAHABAT YANG SALAH SATU-NYA TERKENA ISTIDRAJ KEKAYAAN
- ISTIDRAJ KEKUASAAN, KEKAYAAN DAN KEILMUAN
- CONTOH PERTAMA : ISTIDRAJ KEKUASAAN, KEKAYAAN DAN ILMU PENGETAHUAN PADA RAJA NAMRUD :
- CONTOH KEDUA : ISTIDRAJ KEKUASAAN DAN KAKAYAAN PADA FIR’AUN :
- ISTIDRAJ DOA MUSTAJAB, KAROMAH DAN ILMU KESAKTIAN
- CONTOH PERTAMA : KISAH ISTIDRAJ KEMUSTAJABAN DOA MUSA AS-SAAMIRY:
- CONTOH KEDUA : ISTIDRAJ KEMUSTAJABAN DO'A BAL'AM BIN BA'URA
- ISTIDRAJ SEMANGAT IBADAH LUAR BIASA, TAPI SOMBONG DAN MERASA SUCI
- CONTOH PERTAMA : ISTIDRAJ SEMANGAT IBADAHNYA IBLIS LAKNATULLAH
- CONTOH KEDUA : ISTIDRAJ SEMANGAT IBADAH KAUM KHAWARIJ
- LEBIH BAIK MENDUGA DIRINYA SENDIRI AHLI NERAKA, DARI PADA MENGKLAIM ORANG LAIN AHLI NERAKA, MESKIPUN AHLI MAKSIAT .
- KISAH AHLI MAKSIAT MASUK SYURGA :
- KISAH AHLI IBADAH YANG MASUK NERAKA
- KEKHAWATIRAN NABI ﷺ .
*****
بسم الله الرحمن الرحيم
-----
MAKNA ISTIDRAJ
Al-Qurthubi rahimahullah berkata:
"الِاسْتِدْرَاجُ هُوَ الْأَخْذُ بِالتَّدْرِيجِ، مَنْزِلَةً بَعْدَ مَنْزِلَةٍ. وَالدَّرَجُ: لَفُّ الشَّيْءِ، يُقَالُ: أَدْرَجْتُهُ وَدَرَّجْتُهُ. وَمِنْهُ أُدْرِجَ الْمَيِّتُ فِي أَكْفَانِهِ. وَقِيلَ: هُوَ مِنَ الدَّرَجَةِ، فَالِاسْتِدْرَاجُ أَنْ يَحُطَّ دَرَجَةً بَعْدَ دَرَجَةٍ إِلَى الْمَقْصُودِ".
"Pengertian 'al-istidrāj' adalah pengambilan secara bertahap, satu tingkat setelah tingkat lainnya. 'Ad-daraj': melipat sesuatu, disebut: 'adrájtu-hu wa darrájtu-hu'. Termasuk di dalamnya adalah mayit dimasukkan ke dalam kafan-kafannya. Dan dikatakan: ia datang dari tingkat, maka 'al-istidrāj' adalah menurunkan tingkat demi tingkat menuju tujuan yang diinginkan." Akhiri kutipan dari “Tafsir Al-Qurtubi” (7/329).
Diantara sunnah Allah Ta'ala terhadap hamba-hamba-Nya adalah: menguji mereka dengan istidraj kenikmatan [الاسْتِدْرَاجُ], peringatan kepada mereka dengan ancaman, kemudian menimpakan kepada mereka dengan adzab kepedihan.
Syeikh Muhammad Shaleh al-Munajjid berkata :
مِنْ أَعْظَمِ الْعَلَامَاتِ الَّتِي يَخَشَى عَلَى صَاحِبِهَا مِنْ اسْتِدْرَاجِ اللَّهِ لَهُ، وَمُكْرَهٌ بِهِ: أَنْ يُعْطِيَهُ الرِّزْقَ، عِنْدَ مَعْصِيَتِهِ بِهَا، وَإِعْرَاضِهِ عَنْهُ.
Salah satu tanda terbesar seseorang dikhawatirkan bahwa Allah menimpakan istidraj padanya dan orang tersebut tidak mampu lepas darinya adalah bahwa Allah memberinya rezeki ketika orang tersebut bermaksiat pada-Nya dan berpaling dari-Nya. [Islamqa : 198964].
Allah Ta'ala menunjukkan sunnah ilahi ini dalam firman-Nya:
﴿ وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ * وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِيّ مَتِينٌ ﴾
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menimpakan kepada mereka istidraj [kenikmatan dan keberhasilan yang menarik mereka dengan perlahan-lahan ke arah kebinasaan], dari arah yang tidak mereka sadari. Dan Aku memberi tangguh [waktu panjang] kepada mereka, sesungguhnya tipu daya-Ku amat teguh' (Surah Al-A'raf: 182-183).
Dan dalam ayat lain:
﴿ فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ * وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِيّ مَتِينٌ ﴾
Maka serahkanlah kepada-Ku (urusannya) dan orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur'an). Kelak akan Kami timpakan istidraj [kenikmatan yang menarik mereka dengan perlahan-lahan ke arah kebinasaan], dari arah yang tidak mereka sadari. Dan Aku memberi tangguh [waktu panjang] kepada mereka, sesungguhnya tipu daya-Ku amat teguh'. (QS. Al-Qalam: 44)
Al-Qurthubi rahimahullah ketika menafsiri ayat ini berkata:
قَالَ الضَّحَّاكُ: كُلَّمَا جَدَّدُوا لَنَا مَعْصِيَةً جَدَّدْنَا لَهُمْ نِعْمَةً. وَقِيلَ لِذِي النُّونِ: مَا أَقْصَى مَا يَخْدَعُ بِهِ الْعَبْدُ؟ قَالَ: بِالْأَلْطَافِ وَالْكَرَامَاتِ، لِذَلِكَ قَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:" سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ" نُسْبِغُ عَلَيْهِمُ النِّعَمَ وَنُنْسِيهِمُ الشُّكْرَ، وَأُنْشِدُوا:
أَحْسَنْتَ ظَنَّكَ بِالْأَيَّامِ إِذْ حَسُنَتْ … وَلَمْ تَخَفْ سُوءَ مَا يَأْتِي بِهِ الْقَدَرُ
وَسَالَمَتْكَ اللَّيَالِي فَاغْتَرَرْتَ بِهَا … وَعِنْدَ صَفْوِ اللَّيَالِي يَحْدُثُ الكُدْرُ.
Adh-Dhahak bin Muzahim berkata: [Allah SWT berfirman] : "Setiap kali mereka memperbaharui untuk kami suatu kemaksiatan, maka kami memperbaharui untuk mereka suatu kenikmatan."
Dan ditanyakan kepada Dhul-Nun: Dengan cara apakah, yang paling termudah agar seorang hamba bisa tertipu dan terpedaya?
Dia berkata: Dengan kebaikan-kebaikan dan karomah-karomah.
Oleh karena itu Allah berkata: “Nanti Kami akan menimpakan kepada mereka istidraj [kenikmatan dan keberhasilan yang menarik mereka dengan perlahan-lahan ke arah kebinasaan], dari arah yang tidak mereka sadari”
Kami melimpahkan nikmat kepada mereka dan Kami lupakan mereka untuk bersyukur.
Kondisi mereka sebagaimana digambarkan dalam syair :
Kamu senantia berprasangka yang terbaik dari hari-hari yang baik *** Dan kamu tidak ada rasa takut akan keburukan yang bisa terjadi
Kamu senantiasa merasa aman di malam hari dan kamu tertipu olehnya *** Dan saat kebahagiaan malam turun, maka tiba-tiba kesedihan terjadi
[Selesai kutipan dari "Tafsir al-Qurtubi" (7/329).
Dalam hadits ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiallahu ‘Anhu, disebutkan bahwa Nabi ﷺ dari bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ ” ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ} [الأنعام: 44]
Apabila engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba berupa nikmat dunia yang disukainya padahal dia suka bermaksiat, maka itu hanyalah “istidraj” belaka, lalu Rasulullah ﷺ membacakan ayat :
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”. (Al An’am: 44).
(HR. Ahmad No. 17311. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyatakan: HASAN. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 17311. Dan dishahihkan al-Albaani dalam Shahih al-Jami’ no. 561]
Hadits ini menunjukkan bahwa jika seorang hamba senantiasa melakukan dosa, maka pemberian Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada hamba tersebut, yang ia sukai dan dambakan, adalah istidraj.
Sedangkan jika hamba tersebut melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bersyukur, maka pemberian Allah Subhanahu wa Ta'ala kepadanya bukanlah istidroj. Maka pertimbangkanlah hal ini pada diri Anda sendiri, karena sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman:
{ بَلِ الْأِنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ }
'Bahkan manusia akan menjadi saksi atas dirinya sendiri.' (QS. Al-Qiyamah: 14).
"Ibnu Qayyim -semoga Allah merahmatinya- berkata dalam 'Madarij Al-Salikin' 1/189 :
"أَمَّا تَمْيِيزُ النِّعْمَةِ مِنَ الْفِتْنَةِ: فَلْيُفَرِّقْ بَيْنَ النِّعْمَةِ الَّتِي يُرَى بِهَا الْإِحْسَانُ وَاللُّطْفُ، وَيُعَانُ بِهَا عَلَى تَحْصِيلِ سَعَادَتِهِ الْأَبَدِيَّةِ، وَبَيْنَ النِّعْمَةِ الَّتِي يُرَى بِهَا الِاسْتِدْرَاجُ، فَكَمْ مِنْ مُسْتَدْرَجٍ بِالنِّعَمِ وَهُوَ لَا يَشْعُرُ، مَفْتُونٍ بِثَنَاءِ الْجُهَّالِ عَلَيْهِ، مَغْرُورٍ بِقَضَاءِ اللَّهِ حَوَائِجَهُ وَسَتْرِهِ عَلَيْهِ!".
“Adapun untuk membedakan antara nikmat dan cobaan [fitnah]: Maka hendaklah seseorang membedakan antara nikmat yang dengannya terlihat kebaikan dan kelembutan, dan dia dibantu dengannya untuk mencapai kebahagiaan abadi, dan antara nikmat yang dengannya terlihat Istidraj [tipu daya].
Seberapa banyak yang kena istidraj [ditipu oleh nikmat] yang tanpa dia sadari, lalu dia tergoda oleh pujian orang-orang bodoh terhadapnya, dan terpukau dengan keterpenuhan semua kebutuhannya dan Allah senantiasa menjaga aibnya! [Selesai]."
Syekh Bin Baaz rahimahullah berkata:
قَدْ يُبْتَلَى الْإِنْسَانُ بِالسُّرُورِ كَالْمَالِ الْعَظِيمِ وَالنِّسَاءِ وَالْأَوْلَادِ وَغَيْرِ ذَلِكَ فَلا يَنْبَغِي أَنْ يَظُنَّ أَنَّهُ بِذَلِكَ يَكُونُ مَحْبُوبًا عِنْدَ اللَّهِ إِذَا لَمْ يَكُنْ مُسْتَقِيمًا عَلَى طَاعَتِهِ ، فَقَدْ يَكُونُ مَنْ حَصَلَ لَهُ ذَلِكَ مَحْبُوبًا ، وَقَدْ يَكُونُ مُبْغِضًا ، وَالْأَحْوَالُ تَخْتَلِفُ ، وَالْمُحَبَّةُ عِنْدَ اللَّهِ لَيْسَتْ بِالْجَاهِ وَالْأَوْلَادِ وَالْمَالِ وَالْمُنَاصِبِ ، وَإِنَّمَا تَكُونُ الْمُحَبَّةُ عِنْدَ اللَّهِ بِالْعَمَلِ الصَّالِحِ ، وَالتَّقْوَى لِلَّهِ وَالْإِنَابَةِ إِلَيْهِ ، وَالْقِيَامِ بِحَقِّهِ ، وَكُلُّ مَنْ كَانَ أَكْمَلَ تَقْوَى ، كَانَ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ .
وَقَدْ رُوِيَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : ( إِنَّ اللَّهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الْإِيمَانَ إِلَّا مَنْ أَحَبَّ ) رَوَاهُ الْحَاكِمُ (94) وَصَحَّحَهُ ، وَوَافَقَهُ الذَّهَبِيُّ .
فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ ، وَمَنْ ابْتُلِيَ بِالْكُفْرِ وَالْمَعَاصِي فَهَذَا دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُ مُبْغِضٌ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى حَسَبِ حَالِهِ .
ثُمَّ أَيْضًا قَدْ يَكُونُ الِابْتِلَاءُ اسْتِدْرَاجًا فَقَدْ يُبْتَلَى بِالنِّعَمِ يُسْتَدْرَجُ بِهَا حَتَّى يَقَعَ فِي الشَّرِّ وَفِيمَا هُوَ أَسْوَأُ مِنْ حَالِهِ الْأُولَى ، قَالَ تَعَالَى : ( سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ * وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ ) الْأَعْرَاف/182-183 ، وَقَدْ يُبْتَلَى النَّاسُ بِالْأَسْقَامِ وَالْأَمْرَاضِ وَنَحْوِ ذَلِكَ ، لَا عَنْ بُغْضٍ وَلَكِنْ لِحِكْمَةٍ بَالِغَةٍ ، مِنْهَا : رَفْعُ الدَّرَجَاتِ ، وَحَطُّ الْخَطَايَا " .
“Seseorang bisa saja diuji dengan hal-hal yang menyenangkan, seperti harta yang banyak, para istri, anak-anak, dan lain-lain. Maka sebaiknya ia tidak boleh mengira bahwa dengan semua itu pertanda bahwa dirinya dicintai oleh Allah selama dia tidak berprilaku lurus diatas ketaatan kepada-Nya. Maka itu bisa jadi pertanda bahwa dia dicintai oleh Allah dan bisa jadi pula bahwa dirinya dimurkai oleh Allah . Dan keadaannya berbeda-beda.
Kecintaan di sisi Tuhan bukan dengan anugerah pangkat kedudukan, anak-anak, harta dan jabatan. Melainkan, kecintaan di sisi Allah adalah melalui amal shaleh, takwa kepada Allah, kembali mendekat diri kepada-Nya, dan menunaikan hak-hak-Nya.
Dan barangsiapa yang ketakwaannya paling sempurna, maka dia lebih dicintai Allah.
Diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ bahwa beliau bersabda : (Sesungguhnya Allah memberikan harta dunia kepada orang-orang yang Dia cintai dan kepada orang-orang yang tidak Dia cintai. Namun Dia tidak akan memberikan keimanan kecuali kepada orang-orang yang Dia cintai.)
Diriwayatkan oleh Al- Hakim (94) dan dishahikan oleh Adz-Dzahabi, dan Adz-Dzahabi sepakat dengannya dalam menshahihkannya .
Barangsiapa yang diberi agama oleh Allah maka Dia mencintainya. Dan barang siapa yang diuji dengan kekafiran dan perbuatn dosa, maka itu adalah bukti bahwa ia dibenci oleh Allah sesuai dengan keadaannya.
Kemudian juga bisa jadi ujian tersebut adalah astidraj. Maka terkadang diuji dengan kenikmatan, sebagai istidraj [penyesatan secara bertahap] sehingga membuatnya terjatuh dalam keburukan, yang mana lebih buruk dari kondisi sebelumnya . Allah Yang Maha Kuasa berfirman:
“Dan Aku memberi tangguh [waktu panjang] kepada mereka, sesungguhnya tipu daya-Ku amat teguh' (Surah Al-A'raf: 182-183).
"Dan manusia kadang-kadang diuji dengan penyakit dan berbagai macam penyakit, bukan karena kemurkaan, akan tetapi karena hikmah yang sangat dalam, di antaranya: meningkatkan derajat dan menghapus dosa-dosa."
[Kutipan akhir dari “Majmu’ Fataawa Syeikh Bin Baaz” (7/147-148)].
Syeikh al-Munajjid berkata :
وَالْعَبْدُ يَنْبَغِي أَنْ يَغْلِبَ جَانِبَ حُسْنِ الظَّنِّ بِاللَّهِ، عَلَى مَا أَعْطَاهُ مِنْ نِعَمٍ، لَكِنْ مَعَ الِاعْتِنَاءِ بِشُكْرِهِ فِيهَا، وَالْجَمْعِ بَيْنَ ذَلِكَ وَالْخَوْفِ مِنْ مَكْرِ اللَّهِ، فَيَجْمَعُ فِي سَيْرِهِ إِلَى اللَّهِ بَيْنَ الرُّهْبَةِ وَالرَّغْبَةِ، وَالرَّجَاءِ وَالْخَوْفِ، وَالْمَحَبَّةِ وَالْخَشْيَةِ. .
Seorang hamba seharusnya senantiasa mendominasi prasangka baik kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Namun tetap berusaha untuk selalu bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut.
Seorang hamba juga harus memadukan antara prasangka baik kepada Allah dan rasa takut akan tipu daya Allah [istidraj], sehingga dalam perjalanan hidupnya menuju Allah, ia menggabungkan antara rasa takut dan harapan, antara harapan dan ketakutan, antara cinta dan kekhawatiran”. [Islamqa no. 198964].
Al-Marrudzi berkata:
"قُلْتُ لأَبِي عَبْدِ اللَّهِ - يَعْنِي الإمامَ أَحْمَدَ -: مَا أَكْثَرَ الدَّاعِي لَكَ. قَالَ: 'أَخَافُ أَنْ يَكُونَ هَذَا اسْتِدْرَاجًا، بِأَيِّ شَيْءٍ هَذَا؟'."
"Saya berkata kepada Abu Abdullah - yaitu Imam Ahmad -: "Betapa banyaknya orang yang berdoa untukmu." Dia berkata: "Saya khawatir ini adalah istidraj (tipu daya Allah), dengan apa ini?" [Selesai kutipan dari "Tarikh al-Islam" (18/76)].
****
CIRI-CIRI ORANG YANG TERKENA ISTIDRAJ
Istidraj memiliki sejumlah ciri-ciri diantaranya yaitu:
1. Merasa semua kenikmatan yang didapatkan semata-mata karena hasil usaha sendiri, bukan anugerah dari Allah SWT.
2. Rezeki berlimpah walaupun tidak pernah mengingat Allah SWT.
3. Banyak mendapat kenikmatan, tapi keimanan menurun dan semakin jauh dari Allah SWT.
4. Merasa tenang walaupun tidak pernah beribadah dan sering melakukan maksiat.
5. Jarang terserang penyakit meskipun kerap kali melakukan maksiat.
6. Jarang tertimpa musibah walaupun tidak pernah mengingat Allah SWT.
7. Karir semakin meningkat, walau sering bermaksiat
8. Tidak berjalan diatas Syariat Allah SWT yang dibawa Nabi Muhammad (ﷺ).
9. Melakukan ritual-ritual bid'ah dan syirik .
10. Senang dipuji dan menyukai popularitas, terutama yang berkaitan dengan keshalihannya.
11. Sombong, ujub, takabbur dan merasa suci .
*****
KEPADA SIAPA SAJAKAH ISTIRAJ BISA MENIMPA ?
Istiraj ilahi terhadap manusia berlaku untuk individu maupun bangsa, dapat berupa nikmat jika diikuti dengan taubat, atau dapat menjadi azab dan kehancuran jika diakhiri dengan adzab dan kebinasaan.
Allah Ta'ala memiliki hujjah yang sempurna atas makhluk-Nya, dan Dia memiliki hikmah yang luar biasa dalam menyelami mereka saat Dia menimpakan istidraj pada mereka dengan memberikan nikmat-Nya. Dia telah mengirimkan peringatan kepada mereka, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk berkilah."
PERTAMA : ISTIDRAJ MENIMPA PADA ORANG-ORANG KAFIR:
Mereka dalam dunia diberi istidaraj dengan kenikmatan yang mengantarkan pada adzab di akhirat . Allah SWT berfirman :
﴿ وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ ﴾
“Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan”. (QS. Ali 'Imran: 178)
Dan Allah SWT berfirman :
﴿ لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلَادِ * مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ ﴾
Janganlah sekali-kali kamu terpukau oleh kebebasan orang-orang kafir berbuat apa saja di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya . (QS. Ali Imran: 196-197).
Dan Allah SWT berfirman :
﴿ فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا ﴾
Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (QS. At-Tariq: 17).
Istidraj juga bisa terjadi terhadap orang-orang zalim.
Dan kekufuran adalah kezaliman yang paling besar. Dan bisa jadi orang-orang yang yang melakukan kedzaliman akan ditunda adzabnya oleh Allah Ta'ala. Sebagaimana dalam firman-Nya :
﴿ وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ ﴾
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak ketakutan”. (QS. Ibrahim: 42).
Dan firman-Nya :
﴿ وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ الْمَصِيرُ ﴾
“Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu). (QS. Al-Hajj: 48).
Dan Nabi ﷺ bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِيُ لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ، ثُمَّ قَرَأَ : ﴿ وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ ﴾ [هُود: 102]".
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta 'ala akan menangguhkan siksaan bagi orang yang berbuat zhalim. Dan apabila Allah telah menghukumnya, maka Dia tidak akan pernah melepaskannya." Kemudian Rasulullah ﷺ membaca ayat yang berbunyi:
'Begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu sangat pedih dan keras.' ' (QS. Hud: 102).'
(Muttafaq 'alaih. Shahih Bukhori no. 4686 dan Muslim no. 2583)."
KEDUA : ISTIDRAJ MENIMPA PADA ORANG-ORANG MINAFIK :
Dan istidraj bagi orang-orang munafik, sebagaimana sebagaimana firman Allah Ta'ala:
﴿ أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُون ﴾
Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? ' [At-Tawbah: 126].
Maka Allah Ta'ala menguji mereka dengan musibah dan cobaan untuk memberi peringatan kepada mereka, kemudian memberi kesempatan kepada mereka agar Dia dapat menarik mereka. Namun, mereka tetap dalam sikap keras kepala dan terus tenggelam dalam kemunafikan mereka. Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya dengan firman-Nya yang mulia:
﴿ فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ ﴾
“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka membuat hatimu terkagum-kagum. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak mereka itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir”. [At-Tawbah: 55].
KETIGA : ISTIDRAJ MENIMPA KEPADA ORANG FASIK DAN PELAKU MAKSIAT
Dan istidraj juga berlaku bagi orang-orang yang berbuat kefasikan, maksiat, dan kekejian, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
﴿ أَفَرَأَيْتَ إِنْ مَتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ * ثُمَّ جَاءَهُمْ مَا كَانُوا يُوعَدُونَ * مَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يُمَتَّعُونَ ﴾
Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun. Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya. [Ash-Shu'ara: 205-207].
Dari Uqbah bin Amir radhiallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ، ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ﴿ فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ ﴾ [الْأَنْعَامِ: 44]
'Jika engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba dari dunia atas kemaksiatan-kemaksiatannya, yang disukainya, maka sesungguhnya itu adalah Istidraj. Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan ayat:
' Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus.' [Al-An'am: 44]."
KEEMPAT : SEMUA UMAT DAHULU YANG DITIMPA ADZAB ITU AKIBAT ISTIDRAJ
"Dan setiap umat terdahulu yang diazab itu terjadi setelah disusupi istidraj [tipu daya], dan sebelumnya mereka telah diberi peringatan. Sebagaimana yang Allah SWT firmankan :
﴿ وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ الْمَصِيرُ ﴾
Dan berapalah banyaknya kota yang Aku beri tangguh (azab-Ku) kepadanya, sedangkan penduduknya tetap berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu). [QS. Al-Hajj: 48]
Dan Allah SWT berfirman :
﴿وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتّٰى نَبْعَثَ رَسُوْلًا ﴾
“Dan Kami tidak akan menimpakan adzab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (QS. Al-Isra': 15)
Dan itulah sunah (ketetapan) yang tetap pada setiap umat terdahulu, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
﴿ وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا أَخَذْنَا أَهْلَهَا بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُونَ * ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتَّى عَفَوْا وَقَالُوا قَدْ مَسَّ آبَاءَنَا الضَّرَّاءُ وَالسَّرَّاءُ فَأَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ ﴾
Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri.
Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya”. [Al-A'raf: 94-95].
Inilah cara umat-umat itu disusupi istidraj [tipu daya] sebelum datang azab padanya.
Demikian pula, pada masing-masing individu, juga disusupi istidraj [tipu daya] dengan kenikmatan sebelum bala dan adzab menimpa mereka. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
﴿فَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ﴾
Maka apabila manusia merasakan kesusahan, dia berdoa kepada Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami, dia berkata: 'Sesungguhnya aku hanya diberi ini karena ilmu yang aku miliki.' Padahal itu hanya sebagai ujian, tetapi kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. [Az-Zumar: 49]."
*****
MACAM-MACAM ISTIDRAJ
Yakni anugerah dan kesuksesan yang secara perlahan dan bertahap membinasakan serta membawanya pada kemurkaan Tuhan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Pertama : Istidroj Sukes Usaha dan berbisnis :
Seseorang Sukses berbisnis, namun dia semakin jauh dari Allah SWT dan tidak berjalan diatas jalan syariat-Nya yang lurus dan benar. Contohnya seperti Qorun .
Kedua : Istidroj Sukses Menjadi Penguasa.
Seseorang dianugerahi kesuksesan dalam menggapai kekuasaan, namum kufur terhadap Tuhan-Nya Contohnya seperti Fir’aun, Namrud, Jalut dan lainnya .
Ketiga : Istidroj Kesehatan Badan , Gagah dan Kekuatan Fisik.
Seseorang dianugerahi kesehatan badan, kekuatan fisik yang dahsyat bahkan sukses berkuasa namun dzalim dan kufur pada Tuhan-nya . Contohnya seperti Namrud, Jalut dan lainnya.
Keempat : Istidraj menguasi ilmu pengetahuan, sains dan tekhnologi .
Seseorang diberi anugerah menguasai ilmu pengetahuan yang langka, sains dan tehnologi, namun semua itu telah membuatnya jauh dari Tuhannya dan berlaku sombong . Contohnya adalah Raja Namrud .
Kelima : Istiraj doa mustajab dan karomah
Seseorang dianugerahi kemutsataban doa , namun amal perbuatannya menyelisi ajaran para Nabi dan Rasul. Contohnya adalah Musa as-Saamiri dan Bal’am bin Ba’uurah .
Keenam : Istidraj menguasai Ilmu Sihir, Pelet, Pesugihan, Kesaktian dan Kedigdayaan.
Seseorang dianugerahi ilmu sihir, pelet, kesaktian dan kedigdayaan, tapi dia menjadi hamba jin khodam dan syeitan. Contohnya para tukang sihir Fir’aun sebelum bertaubat dan para tukang sihir Babilonia sehingga Allah SWT mengutus Harut dan Marut .
Ketujuh : Istidraj Semangat Ibadah Yang Luar Biasa, Tapi Sombong Dan Merasa Takjub Dengan Dirinya.
Seorang Hamba dianugerahi semangat Ibadah, namun dia merasa takjub dengan ibadahnya, serta sombong dan merasa suci . Contohnya Iblis dan Kaum Khawarij.
Kedelapan : Istidroj Popularitas, Masyhur Dan Terkenal Sebagai Ahli Ibadah Dan Ahli Ilmu Agama.
Seorang hamba yang sengaja tujuan dan niat ibadahnya, dakwahnya dan keilmuan agamanya demi untuk mengejar popularitas dan pujian manusia .
*****
CONTOH ORANG-ORANG DAHULU YANG TERKENA ISTIDRAJ DAN MACAMNYA
=====
ISTIDRAJ KESUKSESAN BERBISNIS DAN BERDAGANG
CONTOHNYA : KISAH ISTIDRAJ KESUKSESAN BISNISNYA QORUN :
Allah SWT berfirman :
وَمِمَّنِ اسْتُدْرِجُوا لِلْعَذَابِ قَارُونُ: ﴿ إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ ﴾ [الْقَصَصِ: 76]، فَكَانَ عَاقِبَةُ اسْتِدْرَاجِهِ مَعَ بَغْيِهِ: ﴿ فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ ﴾
Dan diantara mereka yang terkena Istidraj yang menyebabkannya masuk ke dalam siksa neraka adalah Qarun.
Allah SWT melimpahkan kekayaan dan kesuksesan duniawi dengan ilmu bisnis yang ia kuasai , namun ini semua telah membuat Qorun berlaku sombong dan tidak menyadarai bahwa itu semua adalah anugerah dari Allah SWT, maka dia tidak mau bersyukur kepada-Nya.
Allah SWT berfirman :
﴿ إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ ﴾
Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta [gudang-gudang harta] yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu berbangga diri; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". (QS. Al-Qasas: 76).
Sebagaimana yang Allah ceritakan dalam firman-Nya :
قَالَ اِنَّمَآ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْۗ اَوَلَمْ يَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهٖ مِنَ الْقُرُوْنِ مَنْ هُوَ اَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَّاَكْثَرُ جَمْعًا ۗوَلَا يُسْـَٔلُ عَنْ ذُنُوْبِهِمُ الْمُجْرِمُوْنَ
فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ فِيْ زِيْنَتِهٖ ۗقَالَ الَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا يٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ قَارُوْنُۙ اِنَّهٗ لَذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ
وَقَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللّٰهِ خَيْرٌ لِّمَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ۚوَلَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا الصّٰبِرُوْنَ
Dia (Karun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.
Maka keluarlah dia (Karun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, “Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Karun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”
Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, “Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Qasas: 78-80)
Akibat dari kesombongannya dan sewenang-wenangannya adalah:
فَخَسَفْنَا بِهٖ وَبِدَارِهِ الْاَرْضَ ۗفَمَا كَانَ لَهٗ مِنْ فِئَةٍ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖوَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ
Maka Kami benamkan dia (Karun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang mendapat pertolongan." (QS. Al-Qasas: 81).
Dan diantara mereka yang ditimpa Istidraj dari umat ini adalah ayahnya Khalid bin Walid, yang bernama Walid bin Mughirah al-Makhzumi. Dia mengingkari nikmat, mendustakan Nabi Muhammad ﷺ, dan menyakiti beliau. Dia biasa disebut sebagai orang yang unik, merasa paling hebat di kalangan kaumnya.
Ibnu Abbas berkata:
«كَانَ الْوَلِيدُ يَقُولُ: أَنَا الْوَحِيدُ بْنُ الْوَحِيدِ، لَيْسَ لِي فِي الْعَرَبِ نَظِيرٌ، وَلَا لِأَبِي الْمُغِيرَةِ نَظِيرٌ»، وَكَانَ يُسَمَّى الْوَحِيدَ، فَنَزَلَ فِيهِ قَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿ ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا * وَجَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَمْدُودًا * وَبَنِينَ شُهُودًا * وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا * ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ * كَلَّا إِنَّهُ كَانَ لِآيَاتِنَا عَنِيدًا * سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا ﴾
"Walid biasa mengatakan: 'Saya, al-Wahiid bin al-Wahiid, tak ada tandingan bagi saya di antara orang Arab, begitu pula ayahku, al-Mughirah.' Dan dia dinamai al-Wahiid, maka turunlah firman Allah tentangnya :
“Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian [12].
Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, [12]
Dan anak-anak yang selalu bersama dia, [13]
Dan Ku-lapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya [14]
Kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. [15]
Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al Quran). [16]
Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. [QS. Al-Muddatsir : 11-17]
[Lihat : Tafsir al-Qurthubi 19/71, al-Lubaab Fii ‘Ualumil Kitab karya Abu Hafash an-Nu’maani 19/507, As-Siroojul Muniir oleh al-Khothiib asy-Syarbiin asy-Syafi’i 4/429 dan Aysarut Tafaasiir oleh al-Jazaari 5/465 ].
****
ISTIDRAJ KESUKSESAN USAHA BERKEBUN DAN BERCOCOK TANAM
------
CONTOHNYA : KISAH DALAM SURAT AL-KAHFI : TENTANG DUA ORANG BERSAHABAT YANG SALAH SATU-NYA TERKENA ISTIDRAJ KEKAYAAN
Allah SWT berfirman :
﴿وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِاَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ اَعْنَابٍ وَّحَفَفْنٰهُمَا بِنَخْلٍ وَّجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا﴾
Dan berikanlah (Muhammad) kepada mereka sebuah perumpamaan, dua orang laki-laki, yang seorang (yang kafir) Kami beri dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara keduanya (kebun itu) Kami buatkan ladang. (QS. Al-Kahf: 32)
﴿كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ اٰتَتْ اُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِمْ مِّنْهُ شَيْـًٔا ۙ وَّفَجَّرْنَا خِلٰلَهُمَا نَهَرًا ﴾
Kedua kebun itu menghasilkan buahnya, dan tidak berkurang (buahnya) sedikit pun, dan di celah-celah kedua kebun itu Kami alirkan sungai, (QS. Al-Kahf: 33)
﴿وَّكَانَ لَهٗ ثَمَرٌ ۚ فَقَالَ لِصَاحِبِهٖ وَهُوَ يُحَاوِرُهٗٓ اَنَا۠ اَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَّاَعَزُّ نَفَرًا﴾
dan dia memiliki kekayaan besar, maka dia berkata kepada kawannya (yang beriman) ketika bercakap-cakap dengan dia, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.” (QS. Al-Kahf: 34)
﴿وَدَخَلَ جَنَّتَهٗ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚ قَالَ مَآ اَظُنُّ اَنْ تَبِيْدَ هٰذِهٖٓ اَبَدًا ﴾
Dan dia memasuki kebunnya dengan sikap merugikan dirinya sendiri (karena angkuh dan sombong); dia berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, (QS. Al-Kahf: 35)
﴿وَّمَآ اَظُنُّ السَّاعَةَ قَاۤىِٕمَةً وَّلَىِٕنْ رُّدِدْتُّ اِلٰى رَبِّيْ لَاَجِدَنَّ خَيْرًا مِّنْهَا مُنْقَلَبًا﴾
dan aku kira hari Kiamat itu tidak akan datang, dan sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada ini.” (QS. Al-Kahf: 36)
﴿قَالَ لَهٗ صَاحِبُهٗ وَهُوَ يُحَاوِرُهٗٓ اَكَفَرْتَ بِالَّذِيْ خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ سَوّٰىكَ رَجُلًا ﴾
Kawannya [yang sholeh] berkata kepadanya sambil bercakap-cakap dengannya, “Apakah engkau ingkar kepada (Tuhan) yang menciptakan engkau dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan engkau seorang laki-laki yang sempurna? (QS. Al-Kahf: 37)
﴿لٰكِنَّا۠ هُوَ اللّٰهُ رَبِّيْ وَلَآ اُشْرِكُ بِرَبِّيْٓ اَحَدًا ﴾
Tetapi aku (percaya bahwa), Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan Tuhanku dengan sesuatu pun. (QS. Al-Kahf: 38)
﴿وَلَوْلَآ اِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۙ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ ۚاِنْ تَرَنِ اَنَا۠ اَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَّوَلَدًا﴾
Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan ”Masya Allah, la quwwata illa billah” (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud), tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu. (QS. Al-Kahf: 39)
﴿فَعَسَىٰ رَبِّي أَن يُؤْتِيَنِ خَيْرًا مِّن جَنَّتِكَ وَيُرْسِلَ عَلَيْهَا حُسْبَانًا مِّنَ السَّمَاءِ فَتُصْبِحَ صَعِيدًا زَلَقًا﴾
“Maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari pada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu; hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin; [QS. Al-Kahfi : 40]
﴿أَوْ يُصْبِحَ مَاؤُهَا غَوْرًا فَلَن تَسْتَطِيعَ لَهُ طَلَبًا﴾
“ Atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi". [QS. Al-Kahfi : 41]
﴿وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَىٰ مَا أَنفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا﴾
Dan harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: "Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku". [QS. Al-Kahfi : 42]
﴿وَلَمْ تَكُن لَّهُ فِئَةٌ يَنصُرُونَهُ مِن دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مُنتَصِرًا﴾
“ Dan tidak ada bagi dia segolonganpun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya”. [QS. Al-Kahfi : 43]
=====
ISTIDRAJ KEKUASAAN, KEKAYAAN DAN KEILMUAN
------
CONTOH PERTAMA : ISTIDRAJ KEKUASAAN, KEKAYAAN DAN ILMU PENGETAHUAN PADA RAJA NAMRUD :
BIOGARFI SINGKAT NAMRUD
Ribuan tahun sebelum masehi ada tokoh supernatural yang dianggap sebagai dewa matahari namanya adalah Nimrod. Dalam bahasa Ibrani, arti nama Nimrod berasal dari "marad" yang berarti "ia memberontak kepada TUHAN".
Dia adalah dewa matahari yang paling terkenal dalam sejarah di dunia.
Namrudz adalah keturunan ke-5 dari Nuh. Silsilah lengkapnya adalah Namrudz bin Kanʻān bin Kush bin Ham bin Nuh. Raja Namrud (hidup sekitar tahun 2275 SM-1943 SM)
Ia memiliki gelar "a mighty hunter" yang berarti "pemburu yang hebat" atau "pemburu yang perkasa", karena kehebatannya dalam berburu.
Ia adalah orang yang berkuasa di Babilonia ( Mesopotamia kuno , kini dikenal negara Irak ) yang menjadi pusat peradaban dunia setelah banjir bah, yang wilayahnya meliputi Asia Barat dan Timur Tengah. Menurut catatan Kejadian 10:8-12, ia mendirikan kota-kota besar seperti Babel , Erekh , Akad yang kesemua kota itu terletak di tanah Sinear , lalu ia pergi ke Asyur dan mendirikan Ninewe , Rehobot-ir , Kalah dan Resen .
Namanya terkenal karena usahanya sebagai pendiri Menara Babel .
Sisa peninggalannya yang dapat ditemui berada terletak di GUNUNG NAMRUD, sekitar 150 km dari kota Adiyaman. Adiyaman terletak 1220 km dari Istanbul .
Sebelum ini Gunung Namrudz dapat ditemukan di Abul Gharah, Iraq, tempat Namrudz dan rakyatnya menyembah DEWA NABU yang mereka anggap sebagai anak dari DEWA MARDUK. Gunung Namrudz yang mencapai ketinggian 2100 m, terletak di Banda Antitorus. Kawasan ini pada masa lalu termasuk dalam wilayah kekuasaan Babilonia.
Satu lagi kuil dan istana Namrudz dapat ditemui lagi di Mosul, yang terletak 396 km dari Baghdad. Luas bekas kuil dan istana ini mencapai 26.000 m2. Beberapa bagian dari kuil ini masih jelas terlihat. Kuil dan istana ini sempat dibangun kembali oleh Kerajaan Assyria sekitar tahun 1883-1859 SM.
Ia adalah orang pertama yang mendeklarasikan diri sebagai raja atas seluruh manusia .
Nimrod merupakan seorang raja yang cerdas, namun kecerdasannya itu membuatnya bersikap sombong dan mengaku dirinya sebagai Tuhan .
Kecerdasan yang Allah berikan pada Namrud telah membuatnya sangat dipuja dan diagungkan oleh rakyat sendiri dan ini semua telah membuat dirinya semakin sombong terhadap Tuhannya . Namrud gunakan kemampuan itu untuk menyesatkan rakyatnya. Antara lain menggunakan ilmu falak untuk menciptakan berbagai sistem meramal nasib seperti horoskop dan meramal nasib palmistry. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa manusia tidak perlu Tuhan karena manusia mampu memprediksi dan mengubah nasibnya dengan sendiri.
Namrud dengan kecerdasannya dan kekuasaannya , dia membangun banyak bangunan dan berhala yang megah dan indah agar semakin dipuja dan diagungkan oleh rakyatnya . Menara Babel yang berarti "Pintu Gerbang yang Sempurna" merupakan kuil dimana pendeta-pendeta mengagungkan Namrud. Tujuan pembangunannya adalah seperti yang disebutkan oleh Ibnu Jarir ath-Thabari untuk menaikkan sebuah bangunan yang mampu mencapai kerajaan Tuhan nya Nabi Ibrahim di langit .
Ia berusaha mengajak seluruh manusia bersatu dalam membentuk satu jenis manusia dengan ikatan perjanjian hanya berbuat dosa terus-menerus dan melupakan Tuhan dengan membangun Menara Babel yang sangat menjulang tinggi dengan harapan siapapun yang melihat menara itu teringat dengan rencana tercela ini.
Menara Babel Namrud
Referensi :
Nimrod - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.wikipedia.org › wiki › Nimrod
NAMRUD MENIKAH DENGAN IBUNYA :
Ayah Namrud adalah Kan’an, sedangkan ibunya adalah Semiramis. Ibunya pada usia remaja telah menikah dengan ayahnya. Konon, sehari setelah berhubungan kelamin dengan Semiramis, ayahnya meninggal dunia. Oleh karena itu, saat Namrud lahir ia tidak mempunyai ayah. Ibunya adalah seorang wanita yang cantik dan bijaksana.
Setelah ia lahir, konon dia tidak pernah disentuh oleh manusia dan Namrudz dianggap anak yang suci. Ini telah menambah keyakinan Namrud bahwa ia adalah anak tuhan. Ketika ia dewasa, ia menjadi seorang yang tampan dan ibunya cemburu dengan teman wanitanya. Karena itu, Semiramis menikah dengan Namrud yaitu anaknya sendiri.
KEBERHASILAN DAN KESUKSESAN RAJA NAMRUD
Raja Namrud telah dianugerahi dengan daya intelektual yang tinggi dan menjadi ahli dalam berbagai bidang seperti seni desain, matematika dan ilmu falak.
Konon , Dia itu telah menemukan sistem sexagesimal yang membagi lingkaran ke 360 derajat, satu jam ke 60 menit dan 1 menit ke 60 detik. Selain itu dia menetapkan bahwa satu hari dibagi menjadi 24 jam setiap jam ke 60 menit dan 1 menit ke 60 detik. Menurut dia hari dimulai pada waktu tengah malam dan bukannya pada waktu matahari terbenam seperti yang dipercaya oleh kaum sebelumnya.
Disamping itu, Namrud mahir dalam perhitungan matematika dalam konstruksi bangunan-bangunan besar, jembatan, kuil, istana dan bendungan. Antara lain kontribusinya adalah konstruksi sistem saluran irigasi di lembah Tigris dan Euphrates. Dialah orang pertama yang menggunakan batu-bata dari tanah liat yang dibakar (burnt clay) sebagai bahan bangunan. Bahkan Namrud terkenal sebagai arsitek Menara Babel yaitu bangunan pencakar langit yang pertama di dunia.
Sumber :
https://safinapaper.blogspot.com/2019/01/kisah-raja-namrud-menikahi-ibu.html
http://islamdongeng.blogspot.com/2014/04/sejarah-raja-namrud.html
PEMBANGKANGAN RAJA NAMRUD TERHADAP DAKWAH NABI IBRAHIM -’alaihis salaam-
Kecerdasan yang Allah berikan pada Namrud telah membuatnya sangat dipuja dan diagungkan oleh rakyat sendiri dan ini semua telah membuat dirinya semakin sombong terhadap Tuhannya . Namrud gunakan kemampuan itu untuk menyesatkan rakyatnya. Antara lain menggunakan ilmu falak untuk menciptakan berbagai sistem meramal nasib seperti horoskop dan meramal nasib palmistry. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa manusia tidak perlu Tuhan karena manusia mampu memprediksi dan mengubah nasibnya dengan sendiri.
Namrud dengan kecerdasannya dan kekuasaannya , dia membangun banyak bangunan dan berhala yang megah dan indah agar semakin dipuja dan diagungkan oleh rakyatnya . Menara Babel yang berarti "Pintu Gerbang yang Sempurna" merupakan kuil dimana pendeta-pendeta mengagungkan Namrud. Tujuan pembangunannya adalah seperti yang disebutkan oleh Ibnu Jarir ath-Thabari untuk menaikkan sebuah bangunan yang mampu mencapai kerajaan Tuhan nya Nabi Ibrahim di langit .
Ia berusaha mengajak seluruh manusia bersatu dalam membentuk satu jenis manusia dengan ikatan perjanjian hanya berbuat dosa terus-menerus dan melupakan Tuhan dengan membangun Menara Babel yang sangat menjulang tinggi dengan harapan siapapun yang melihat menara itu teringat dengan rencana tercela ini.
Seorang penulis kristen yang bernama Yohanes dalam kitab Wahyu , dia menyebutkan bahwa: Babilon -sebagai kota- memang sudah hancur dan runtuh, seperti yang telah dinubuatkan para nabi (Yes. 15:19-22; Yer. 51&52). Tetapi meskipun kota Babilon sudah hancur, konsep dan kebiasaan dari agama Babilon tersebar diantara banyak bangsa di dunia.
Dalam salah satu referensi kristen , yaitu buku BABYLON MYSTERY RELIGION karya Ralph Woodrow ( ringkasannya hal. 3 ) disebutkan bahwa : Sistem dewa- dewi menyebar dari Babilon ke bangsa-bangsa lain, karena dari Babilonlah manusia tersebar ke seluruh dunia (Kej. 11:9). Disebutkan dalam agama palsu-Babilon orang berdoa kepada bermacam-macam ilah / tuhan ; ada kurang lebih 5000 dewa-dewi.
Ahmad Nizam menyatakan bahwa : Penyebaran konsep dewa-dewi dari Babilon ini berawal dari keinginan Namrud dan ibunya Semeramis ingin menguasai dunia di bawah satu pemerintahannya , itulah yang kini disebut sebagai New World Order.
Dan beliau juga berkata : “ Berdasarkan kesimpulan dari sejarah, legenda dan mitologi, maka Alexander Hislop menulis secara rinci bagaimana agama Babilonia berkembang menjadi tradisi yang berkaitan dengan Nimrod, Semiramis (isterinya) dan Tamuz (anak Semiramis dari Nimrod ) “.
H.W. Armstrong dalam bukunya The Plain Truth About Christmas, Worldwide Church of God, California USA, 1994, menjelaskan:
“ Namrud cucu Ham Anak nabi Nuh adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia kuno. Nama Nimrod dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata “Marad” yang artinya: “Dia membangkang atau Murtad” antara lain dengan keberaniannya mengawini ibu kandungnya sendiri bernama “Semiramis”.
Namun usia Namrud tidak sepanjang ibunya . Ketika Nimrod mati, tubuhnya dipotong-potong, kemudian dibakar dan disebar ke berbagai daerah. Praktek serupa juga disebutkan dalam Alkitab (Hak. 19:29; 1Sam. 11:7).
Kematiannya sangat menyedihkan masyarakat Babilon. Semiramis lalu menegaskan bahwa Nimrod adalah dewa matahari. Sementara Semiramis sendiri mengikrarkan dirinya dewi perawan surga .
Ralph Woodrow menyatakan pula dalam buku BABYLON MYSTERY RELIGIONpada hal. 4 bahwa : “ Dalam Alkitab ( Bibel / kitab agama Kristen ) , agama misterius yang muncul dari Babilon digambarkan sebagai wanita berpakaian merah darah yang dihiasi dengan emas dan batu permata dan mutiara, sambil memegang cawan yang penuh hujatan dan kenajisan akibat perzinahan (Why. 17:1- 6) “. Lalu Ralph Woodrow berkata : “ Tetapi lucunya dalam Al-kitab "wanita" adalah lambang dari gereja“.
DAKWAH IBRAHIM TERHADAP NAMRUD & KAUMNYA :
Raja Namrud atau Nimrod atau Nimroe hidup dan berkuasa menjelang kelahiran Nabi Ibrahim -’alaihis salaam- . Kemudian Allah SWT mengutus nabi Ibrahim kepada Namrud dan kaumnya untuk mendakwahinya .
Tragedi Pembunuhan Bayi-Bayi Yang Baru Lahir :
Ibnu Jarir Ath-Thobary dalam tafsirnya 11/481 no. 13464 dia berkata : Telah bercerita pada ku Muhammad bin Humeid , dia berkata : telah bercerita pada kami Salamah bin Fadlel , dia berkata : telah bercerita padaku Muhammad bin Ishaq tentang khabar yang telah di tuturkan pada kami :
“ Bahwasannya antara masa Nabi Nuh -’alaihis salaam- dan masa Nabi Ibrahim -’alaihis salaam- tidak ada nabi kecuali Nabi Hud dan Nabi Soleh . Maka ketika telah dekat zaman Nabi Ibrahim -’alaihis salaam- , datanglah para ahli nujum ( para normal ) menghadap Namrud , lalu mereka berkata kepadanya :
Pelajarilah ! sesungguhnya kami menemukan dalam ilmu pengetahuan kami bahwa seorang anak laki-laki akan lahir di negeri ini , dia diberi nama Ibrahim , dia memisahkan diri dari agama kalian dan akan menghancurkan berhala-berhala kalian , yaitu pada bulan ini dan itu , di tahun ini dan itu “ .
Maka ketika memasuki tahun yang telah diinformasikan oleh para ahli nujum kepada Namrud tadi , dia pun menyebarkan para pesuruhnya ke setiap wanita hamil di negerinya , lalu menahannya dan menempatkannya di sisinya kecuali calon ibu Nabi Ibrahim , istri Aazar, karena kehamilannya tidak diketahui , yang demikian itu disebabkan dia adalah seorang wanita yang masih sangat muda belia , jadi tidak ada yang mengetahui kehamilannya .
Namrud berniat untuk membunuh setiap anak lelaki yang lahir pada saat itu karena dia khawatir atas tahta kerajaannya . Ketika sudah tiba masa kelahiran yang ditunggu-tunggu yaitu di bulan dan tahun yang sudah ditetapkan , maka Namrud pun merealisasikan keinginanya , maka tidak ada seorangpun dari para wanita yang melahirkan anak laki-laki dalam bulan tsb kecuali dia memerintahkannya untuk menyembelihnya .
Sementara ibu Ibrahim yang sedang hamil ketika menemukan dirinya bebas , maka beliau segera keluar di malam hari menuju sebuah goa yang tidak jauh dari tempat tinggalnya , lalu beliaupun melahirkan Ibrahim dan merawat bayi itu sebagaimana layaknya merawat bayi yang baru lahir. Setelah melahirkan beliau menempatkan bayinya di dalam goa serta menutup pintunya rapat-rapat , lalu beliau pulang ke rumah .
Beliau pun tidak lupa untuk selalu menengok si jabang bayinya di goa tadi . Di saat beliau pertama kali menengoknya , beliau melihatnya dalam keadaan sedang mengisap - isap jempol tangannya . Wallahu a'lam . ( Riwayat Ibnu Jarir dlm Tafsirnya ).
Dakwah Nabi Ibrahim -’alaihis salaam- kepada Raja Namrud dan Kaumnya :
Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam al-Qu’ran :
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Artinya : “ Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan).
Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. ( QS. Al-Baqarah : 258 )
Nabi Ibrahim Di Bakar hidup-hidup oleh kaumnya setelah dia mendakwahinya serta membakar patung-patung berhala mereka . Allah swt berfirman :
فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا اِلَّا كَبِيْرًا لَّهُمْ لَعَلَّهُمْ اِلَيْهِ يَرْجِعُوْنَ ﴿58﴾
قَالُوْا مَنْ فَعَلَ هٰذَا بِاٰلِهَتِنَآ اِنَّهٗ لَمِنَ الظّٰلِمِيْنَ ﴿59﴾
قَالُوْا سَمِعْنَا فَتًى يَّذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهٗٓ اِبْرٰهِيْمُ ۗ ﴿60﴾
قَالُوْا فَأْتُوْا بِهٖ عَلٰٓى اَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُوْنَ ﴿61﴾
قَالُوْٓا ءَاَنْتَ فَعَلْتَ هٰذَا بِاٰلِهَتِنَا يٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۗ ﴿62﴾
قَالَ بَلْ فَعَلَهٗ كَبِيْرُهُمْ هٰذَا فَسْـَٔلُوْهُمْ اِنْ كَانُوْا يَنْطِقُوْنَ ﴿63﴾
فَرَجَعُوْٓا اِلٰٓى اَنْفُسِهِمْ فَقَالُوْٓا اِنَّكُمْ اَنْتُمُ الظّٰلِمُوْنَ ۙ ﴿64﴾
ثُمَّ نُكِسُوْا عَلٰى رُءُوْسِهِمْ ۚ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هٰٓؤُلَاۤءِ يَنْطِقُوْنَ ﴿65﴾
قَالَ اَفَتَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يَضُرُّكُمْ ۗ ﴿66﴾
اُفٍّ لَّكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗاَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ﴿67﴾
قَالُوْا حَرِّقُوْهُ وَانْصُرُوْٓا اٰلِهَتَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ فٰعِلِيْنَ ﴿68﴾
قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ ۙ ﴿69﴾
وَاَرَادُوْا بِهٖ كَيْدًا فَجَعَلْنٰهُمُ الْاَخْسَرِيْنَ ۚ ﴿70﴾
وَنَجَّيْنٰهُ وَلُوْطًا اِلَى الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْناَ فِيْهَا لِلْعٰلَمِيْنَ ﴿71﴾
وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ نَافِلَةً ۗوَكُلًّا جَعَلْنَا صٰلِحِيْنَ ﴿72﴾
وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِ ۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَ ۙ ﴿73﴾
Artinya :
Maka dia (Ibrahim) menghancurkan (berhala-berhala itu) berkeping-keping, kecuali yang terbesar (induknya); agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. (QS. Al-Anbiya': 58)
Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sungguh, dia termasuk orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya': 59)
Mereka (yang lain) berkata, “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya': 60)
Mereka berkata, “(Kalau demikian) bawalah dia dengan diperlihatkan kepada orang banyak, agar mereka menyaksikan.” (QS. Al-Anbiya': 61)
Mereka bertanya, “Apakah engkau yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?” (QS. Al-Anbiya': 62)
Dia (Ibrahim) menjawab, “Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka dapat berbicara.” (QS. Al-Anbiya': 63)
Maka mereka kembali kepada kesadaran mereka dan berkata, “Sesungguhnya kalian lah yang menzalimi (diri sendiri).” (QS. Al-Anbiya': 64)
Kemudian mereka menundukkan kepala (lalu berkata), “Engkau (Ibrahim) pasti tahu bahwa (berhala-berhala) itu tidak dapat berbicara.” (QS. Al-Anbiya': 65)
Dia (Ibrahim) berkata, “Mengapa kalian menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun, dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kalian? (QS. Al-Anbiya': 66)
Celakalah kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah! Tidakkah kalian mengerti?” (QS. Al-Anbiya': 67)
Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar hendak berbuat.” (QS. Al-Anbiya': 68)
Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” (QS. Al-Anbiya': 69)
Dan mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi. (QS. Al-Anbiya': 70)
Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam. (QS. Al-Anbiya': 71)
Dan Kami menganugerahkan kepadanya (Ibrahim) Ishak dan Yakub, sebagai suatu anugerah. Dan masing-masing Kami jadikan orang yang saleh. (QS. Al-Anbiya': 72)
Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah. (QS. Al-Anbiya': 73)
Ibnu Jarir dalam tafsirnya 18/465 berkata : telah bercerita pada kami Ibnu Humeid, dia berkata : telah bercerita kepada kami Salamah dari Ibnu Ishaq , dia berkata :
" Telah berkumpul Namrud dan kaumnya terhadap Ibrahim -’alaihis salaam- , lalu mereka berkata : "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak".
Maksudnya : Tidak ada cara lain untuk menolong berhala-berhala kalian darinya kecuali dengan cara membakarnya dengan api jika kalian betul-betul ingin menolongnya ".
Bukan hanya berhenti di situ Namrud pun terus berusaha mengejar dan menelusuri jejak keberadaan Tuhan yang di sembah oleh Nabi Ibrahim SWT .
Dalam Al-Quran surat Ibrahim Allah SWT berfirman :
) وَقَدْ مَكَرُوا مَكْرَهُمْ وَعِنْدَ اللَّهِ مَكْرُهُمْ وَإِنْ كَانَ مَكْرُهُم ْلِتَزُولَ مِنْهُ الْجِبَالُ( .
" Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya." ( QS. Ibrahim : 46 ).
AKHIR PERJALANAN NAMRUD :
Ibnu Jarir Ath-Thobary dalam tafsirnya meriwayatkan dari Said bin Jubeir tentang tafsir perbuatan makar dan pelakunya yang terdapat dalam ayat ini , Said berkata :
" Sesungguhnya Namrud pemilik burung-burung elang ( yang terlatih ) telah menyiapkan sebuah peti ( tabut ), maka dia masuk ke dalamnya bersama seseorang lainnya , kemudian memerintahkan burung-burung elang itu mengangkat peti itu naik ( untuk menelusuri keberadaan Tuhannya nabi Ibrahim ) , maka ketika sudah terangkat naik dia bertanya kepada seseorang yang ikut bersamanya : " Apa saja yang kamu lihat ? . Dia menjawab : Aku melihat air dan pulau-pulau .
Kemudian naik lagi , lalu bertanya lagi kepada seseorang tadi : " Apa saja yang kamu lihat ? " Dia menjawab : Kita semakin naik ke langit , malah semakin jauh . Lalu Namrud berkata : turunlah !.
Kemudian Ibnu Jarir dalam tafsirnya 17/132 meriwayatkan dengan sanadnya dari As-Suday, bahwa dia telah berkata :
" Burung-burung elang tsb terbang dari Baitul Maqdis dan turun di Gunung Dukhon . Setelah dia ( Namrud ) melihat dirinya tidak mampu menemukan Tuhannya Ibrahim dengan cara terbang dengan burung-burung elang tadi , maka dia mengambil cara lain , yaitu dengan membangun menara , lalu dia bangunlah menara itu sehingga ketika sudah menjulang tinggi ke langit , diapun naik keatasnya lalu memandang ke sekelilingnya barang kali di sana dia bisa menemukan Tuhannya Ibrahim . Maka dia adalah orang pertama kali yang mendirikan bangunan menara itu ".
Kemudian Allah SWT merobohkan menara itu dari dasar pondasi-pondasinya . Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman :
) قَدْ مَكَرَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَأَتَى اللَّهُ بُنْيَانَهُمْ مِنَ الْقَوَاعِدِ فَخَرَّ عَلَيْهِمُ السَّقْفُ مِن ْفَوْقِهِمْ وَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لايَشْعُرُونَ( .
" Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar, maka Allah menghancurkan bangunan-bangunan mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari. ( QS. An-Nahl : 26 ) .
Lalu Namrud yang sombong itu diadzab dan mati dengan cara yang mengenaskan . Yaitu dengan cara Allah U mengirim kepada Namrud seekor nyamuk , makhluk Allah yang amat kecil , lemah dan tak bertulang , kemudian ia masuk ke dalam hidungnya.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Abu Ubaidah :
bahwasannya telah ada salah seorang penguasa yang sombong dan lalim berkata : "Saya tidak akan berhenti sehingga aku bisa melihat orang yang ada di langit ( maksudnya Tuhannya Nabi Ibrahim SWT ) , maka ( Allah ) mengirim makhluknya yang paling lemah kepada nya , yaitu seekor nyamuk , lalu ia masuk ke dalam hidungnya , hingga merenggut nyawanya , sebelum meninggal dia berkata : Tolong , kalian pukullah kepalaku ! Maka mereka pun memukulnya sehingga otak dari kepalanya berceceran .
Dalam kisah israiliyat Ibnu Katsir dalam tafsirnya 4/566 meriwayatkan dari Abdur Razaq , dari Ma'mar , dari Zaid bin Aslam , dia berkata :
أولُ جَبَّارٍ كانَ فِي الأَرْضِ نَمْرُوْدُ ، فبعث الله عليه بَعُوضة ً، فدَخَلَتْ في منخرةٍ ، فمكَث أربعمائة ُسنةٍ يضرِبُ رأسَه بالمطارق، وأرحمُ الناسِ به مَنْ جَمَع يديه فضرب بهما رأسه، وكان جبارا أربعمائة سنة، فعذبه الله أربعمائة سنة كملكه، ثم أماته الله. وهو الذي كان بنى صرحًا إلى السماء، وهو الذي قال الله : ) فَأَتَى اللَّهُ بُنْيَانَهُمْ مِنَ الْقَوَاعِدِ(.
" Pertama ada penguasa yang lalim di permukaan bumi adalah Namrud , maka Allah mengutus seekor nyamuk kepadanya , maka ia masuk kedalam lubang hidungnya , selama 400 tahun dia memukuli kepalanya sendiri dengan palu-palu ( atau martil-martil ) , dan manusia yang paling belas kasihan pada dirinya adalah orang yang mengepalkan dua tangannya lalu memukuli kepala Namrud dengannya. Namrud ini, dia telah menjadi penguasa yang lalim selama 400 tahun , maka Allah mengadzabnya selama 400 tahun sama dengan masa kekuasaanya , kemudian Allah mewafatkannya .
Dan dialah orang yang pertama kali membangun menara tinggi menjulang ke langit, dan dia pula yang di maksud dalam firman Allah :
) فَأَتَى اللَّهُ بُنْيَانَهُمْ مِنَ الْقَوَاعِدِ(
" Maka Allah menghancurkan bangunan-bangunan mereka dari fondasi-fondasinya ". (Lihat tafsir Al-Qur'anul 'Adzim karya Ibnu Katsir 4/566 ).
Dalam versi agama kristen ketika Namrud mati, tubuhnya dipotong-potong, kemudian dibakar dan disebar ke berbagai daerah. Praktek serupa juga disebutkan dalam kitab suci agama Kristen Alkitab/Bibel (Hak. 19:29; 1Sam. 11:7). Kematiannya sangat menyedihkan masyarakat Babilon. Semiramis ibu Namrud yang juga istrinya dia menegaskan dan mengikrarkan bahwa Nimrod adalah dewa matahari.
Namrud si dewa matahari memang sudah mati , namun konsep , ajaran dan tradisinya terus diwarisi oleh para pemujanya yaitu rakyat Babylon , kemudian berkembang dan menyebar kemana-mana .
Setelah kepergian Namrud , negeri Babylon ini di samping sebagai sumber lahirnya agama dewa Matahari -Namrud- dan agama-agama sesat lainnya , Babylon juga adalah pusat merajalela dan berkembangnya Ilmu Sihir , kebatinan , kejadugan , ilmu pelet dan ilmu-ilmu syeitan lainnya , sehingga pada puncaknya Allah SWT mengutus dua malaikat Harut dan Marut seperti Yang Allah swt isyaratkan dalam surat al-Baqarah ayat 102 .
-----
CONTOH KEDUA : ISTIDRAJ KEKUASAAN DAN KAKAYAAN PADA FIR’AUN :
Diantara mereka yang terkena istidraj [tipu daya] yang mengantarkan mereka pada adzab dan kebinasaan adalah Fir'aun.
Sesungguhnya Allah telah memberikan kepadanya kekuasaan dan kekayaan serta telah mengirimkan kepadanya seorang Rasul untuk pemberi peringatan, yaitu Musa, akan tetapi dia tidak berpikir dan justru semakin bertambah dalam kesombongannya dan kedurhakaannya.
Fir’aun menantang Tuhan-nya Musa -alaihis salam- , sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Qashash :
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الأسْبَابَ (36) أَسْبَابَ السَّمَوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأظُنُّهُ كَاذِبًا وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلا فِي تَبَابٍ (37)
Dan berkatalah Fir’aun, "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.” Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.
Allah Swt. menceritakan tentang sikap Fir'aun yang melampaui batas, keingkarannya dan kebohongan yang dilakukannya dalam mendustakan Musa a.s. Disebutkan bahwa pada suatu hari ia memerintahkan kepada patihnya yang bernama Haman agar membangunkan sebuah menara tinggi untuknya. Bangunan yang tinggi (tower) tersebut terbuat dari batu bata alias tanah liat yang dibakar, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
فَأَوْقِدْ لِي يَاهَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا (38)
Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat; kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi. (Al-Qasas: 38)
Ibrahim An-Nakha'i mengatakan bahwa mereka tidak suka membuat bangunan dari batu bata, dan mereka hanya menjadikannya untuk kuburan mereka. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Firman Allah Swt. mengisahkan ucapan Fir'aun, yaitu:
لَعَلِّي أَبْلُغُ الأسْبَابَ أَسْبَابَ السَّمَوَاتِ
supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit. (Al-Mu’min: 36-37)
Sa'id ibnu Jubair dan Abu Saleh mengatakan bahwa yang dimaksud adalah pintu-pintu langit. Menurut pendapat yang lain ialah jalan-jalan menuju ke langit.
فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأظُنُّهُ كَاذِبًا
supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta. (Al-Mu’min: 37)
Ini menggambarkan kekafiran dan keingkarannya. Dia tidak percaya bahwa Musa a.s. diutus oleh Allah Swt. kepadanya. Dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:
وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ
Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar). (Al-Mu’min 37)
Yakni karena perbuatannya itu yang bertujuan untuk mengelabui rakyatnya, bahwa dia melakukan suatu upaya yang dijadikan sarana baginya untuk mendustakan Musa a.s. Karena itulah dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:
وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلا فِي تَبَابٍ
“Dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian”. (Al-Mu’min: 37)
Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan bahwa tabab artinya kerugian.
[Di kutip dari Tafsir Ibnu Katsir]
Allah SWT berfirman :
﴿ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ ﴾
“Maka Kami kirimkan kepada mereka angin angin taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas terperinci, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa” (QS. Al-A'raf: 133).
Nikmat-nikmat bagi keluarga Fir'aun terus bertambah dan melimpah , sebagai bentuk Istidraj [pengelabuan] dari Allah Yang Maha Tinggi, seperti yang terungkap dalam doa Nabi Musa atas mereka:
﴿ وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ * قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴾
Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami -- akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih".
Dia Allah berfirman, “Sungguh, telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan jangan sekali-kali kamu mengikuti jalan orang yang tidak mengetahui.” (QS. Yunus: 88-89)
Kemudian datanglah siksaan dengan tenggelamnya mereka:
﴿ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَكُلٌّ كَانُوا ظَالِمِينَ ﴾
"Dan Kami tenggelamkan keluarga Fir'aun, sedang semuanya adalah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Anfal: 54).
====
ISTIDRAJ DOA MUSTAJAB, KAROMAH DAN ILMU KESAKTIAN
-----
CONTOH PERTAMA : KISAH ISTIDRAJ KEMUSTAJABAN DOA MUSA AS-SAAMIRY:
Allah SWT berfirman mengisyaratkan tentang istidraj kemustajabaan doa Musa as-Saamiri:
قَالَ فَمَا خَطْبُكَ يَا سَامِرِيُّ (95) قَالَ بَصُرْتُ بِمَا لَمْ يَبْصُرُوا بِهِ فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِنْ أَثَرِ الرَّسُولِ فَنَبَذْتُهَا وَكَذَلِكَ سَوَّلَتْ لِي نَفْسِي (96)
Berkata Musa, "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?” Samiri menjawab, 'Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul, lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku.” ( QS. Toha : 95 & 96 ) .
Siapa kah MUSA AS-SAMIRI itu ??? :
Dia bernama Musa bin Zafar , tapi lebih terkenal dengan sebutan AS-SAAMIRI .
Ibnu Abbas berkata dlm hadits al-Futuun :
“As-Saamiri adalah seorang pria dari kaum yang menyembah sapi , tetangga bani Israail, dan dia bukan salah satu dari Bani Israel, lalu dia ikut numpang pergi bersama rombongan Musa -alaihissalaam- dan Bani Israel ketika mereka berangkat “.
Ia memiliki ilmu kebatinan dan sihir , sebuah ilmu yang ia dipelajari sewaktu berada di Mesir. Dia pemeluk agama paganisme yang terdapat di Mesir Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung kesimpulan ini adalah Samiri pernah membuat patung anak sapi betina terbuat dari emas dengan doa mustajabnya.
Samiri telah membuat berhala itu untuk bani Israel selama Musa pergi untuk mendapatkan wahyu. Oleh Samiri dimasukkan segumpal tanah, diyakini tanah itu bekas dilalui tapak kaki kuda malaikat Jibril ketika Musa dan pengikutnya menyeberangi Laut Merah. Sehingga mulut sapi betina itu bisa mengeluarkan suara.
Samiri membuat patung tersebut terpengaruh oleh agama paganisme Mesir Kuno, ia meniru dewa Hathor dan Aphis, dewa-dewi Mesir kuno, disembah sebagai sapi dewata dari akhir 2700 S.M. selama dinasti kedua.
Diantara doa Mustajab Musa as-Samiry . Dalam hadits al-Futuun, Ibnu Abbaas berkata :
فلمَّا رأى قومُ مُوسى عليه السَّلامُ أنَّه لم يرجِعْ إليهم للأجَلِ ساءَهم ذلك، وكان هارونُ عليه السَّلامُ قد خطَبَهم، فقال لهم: خرجْتُم مِن مِصْرَ ولقومِ فرعونَ عندي عواري وودائعُ، ولكم فيهم مثلُ ذلك، وأنا أرى أنْ تحتَسِبوا ما لكم عندهم، ولا أحلَّ لكم وديعةً اسْتُودِعْتُمُوها، ولا عاريَّةً، ولسنا برادِّين إليهم شيئًا مِن ذلك، ولا مُمْسِكيه لأنفُسِنا، فحفَرَ حفيرًا، وأمَرَ كلَّ قومٍ عليهم شَيءٌ مِن ذلك؛ مِن متاعٍ أو حِليةٍ أنْ يَقْذِفوه في ذلك الحفيرِ، ثمَّ أوقَدَ عليه النَّارَ، فأحرَقَه، فقال: لا يكونُ لنا، ولا لهم.
وكان السَّامريُّ رجلًا مِن قومٍ يَعْبُدون البقرَ جيرانٍ لهم، ولم يكُنْ مِن بني إسرائيلَ، فاحتملَ مع مُوسى عليه السَّلامُ وبني إسرائيلَ حين احْتملوا، فقُضِيَ له أنْ رأى أثرًا، فأخَذَ منه بقبْضَتِه، فمَرَّ بهارونَ،
فقال له هارونُ عليه السَّلامُ: يا سامريُّ، ألَا تُلْقي ما في يدَيْك؟ وهو قابضٌ عليه لا يَراه أحدٌ طوالَ ذلك،
فقال: هذه قبْضةٌ مِن أثرِ الرَّسولِ الَّذي جاوَزَ بكم البحرَ، ولا أُلْقيها لشَيءٍ إلَّا أنْ تَدْعُوَ اللهَ إذا ألقيْتُها أنْ تكونَ ما أُرِيدُ، فألْقاها، ودعا اللهَ هارونُ عليه السَّلامُ، فقال: أريدُ أنْ يكونَ عِجْلًا، واجتمَعَ ما كان في الحُفرةِ مِن متاعٍ له، أو حِلْيةٍ، أو نحاسٍ، أو حديدٍ، فصار عِجْلًا أجوفَ ليس فيه رُوحٌ، له خُوارٌ.
قال ابنُ عبَّاسٍ: لا واللهِ ما كان له صوتٌ قطُّ، إنَّما كانت الرِّيحُ تدخُلُ مِن دُبُرِه وتخرُجُ مِن فَمِه، فكان ذلك الصَّوتُ مِن ذلك. فتفرَّقَ بنو إسرائيلَ فِرَقًا؛
فقالت فِرقةٌ: يا سامريُّ، ما هذا فأنت أعلَمُ به؟ قال: هذا ربُّكم عَزَّ وجَلَّ، ولكنَّ مُوسى عليه السَّلامُ أضَلَّ الطَّريقَ.
وقالت فِرقةٌ: لا نُكذِّب بهذا حتَّى يرجِعَ إلينا مُوسى، فإنْ كان ربَّنا لم نكُنْ ضيَّعْناه وعجَزْنا فيه حِينَ رأيْناه، وإنْ لم يكُنْ ربَّنا، فإنَّا نتَّبِعُ قولَ مُوسى عليه السَّلامُ.
وقالت فِرقةٌ: هذا عمَلُ الشَّيطانِ، وليس بربِّنا، ولا نُؤْمِنُ، ولا نُصدِّقُ.
وأُشْرِبَ فِرقةٌ في قُلوبِهم التَّصديقَ بما قال السَّامريُّ في العجلِ، وأعْلَنوا التَّكذيبَ،
فقال لهم هارونُ عليه السَّلامُ: {يَا قَوْمِ إِنَّمَا فُتِنْتُمْ بِهِ} [طه: 90]، وإنَّ ربَّكم ليس هكذا،
قالوا: فما بالُ مُوسى عليه السَّلامُ؛ وعَدَنا ثلاثينَ يومًا ثمَّ أخلَفَنا، فهذه أربعونَ قد مَضَت؟!
فقال سُفهاؤُهم: أخطَأَ ربَّه، فهو يطلُبُه ويتبَعُه. فلمَّا كلَّمَ اللهُ عَزَّ وجَلَّ مُوسى عليه السَّلامُ وقال له ما قال، أخبَرَه بما لقِيَ قومُه بعده.
{فَرَجَعَ مُوسَى إِلَى قَوْمِهِ غَضْبَانَ أَسِفًا} [طه: 86]، وقال لهم ما سمِعْتُم في القُرآنِ وأخَذَ برأْسِ أخِيه، وألْقى الألواحَ مِن الغضَبِ، ثمَّ عذَرَ أخاه بعُذْرِه، واستغفَرَ له، وانصرَفَ إلى السَّامريِّ،
فقال له: ما حمَلَك على ما صنعْتَ؟
قال: قبَضْتُ قبضةً مِن أثرِ الرَّسولِ وفطِنْتُ لها، وعُمِّيَت عليكم، فقَذفْتُها؛ وكذلك سوَّلَت لي نَفْسي.
قَالَ فَاذْهَبْ فَإِنَّ لَكَ فِي الْحَيَاةِ أَنْ تَقُولَ لَا مِسَاسَ وَإِنَّ لَكَ مَوْعِدًا لَنْ تُخْلَفَهُ وَانْظُرْ إِلَى إِلَهِكَ الَّذِي ظَلْتَ عَلَيْهِ عَاكِفًا لَنُحَرِّقَنَّهُ ثُمَّ لَنَنْسِفَنَّهُ فِي الْيَمِّ نَسْفًا [طه: 97]، ولو كان إلهًا لم يُخْلَصْ إلى ذلك منه.
فاستيقَنَ بنو إسرائيلَ بالفتنةِ، واغْتَبَطَ الَّذين كان رأيُهم فيه مثلَ رأيِ هارونَ عليه السَّلامُ، فقالوا بجماعتِهم لمُوسى عليه السَّلامُ: سَلْ لنا ربَّك عَزَّ وجَلَّ أنْ يفتَحَ لنا بابَ توبةٍ نصنَعُها؛ فيُكَفِّرَ عنَّا ما عمِلْنا،
Ketika kaum Nabi Musa -alaihissalaam- melihat bahwa Musa -alaihissalaam- belum juga datang kembali kepada mereka pada waktu yang telah ditentukan , ini memperburuk pikiran mereka, dan Nabi Harun -alaihissalaam- pun berusaha menenangkannya dengan mengkhutbahi mereka, Lalu dia berkata kepada mereka : “ Kalian ini keluar dari Mesir , sementara kaumnya Firaun memiliki barang-barang simpanan (perhiasan dan lainnya) yang dititipkan kepada kalian dan juga barang-barang mereka yang kalian pinjam dari mereka . Begitu juga mereka sebaliknya terhadap barang-barang (perhiasan dan lainnya) milik kalian.
Dan saya lihat sebaiknya kalian memperhitungkan apa-apa yang kalian miliki pada mereka, dan tidak diperbolehkan bagi kalian untuk memiliki simpanan yang telah kalian titipkan pada mereka , begitu juga apa-apa yang kalian pinjamkan kepada mereka , dan kami juga tidak akan mengembalikan kepada mereka apapun dari semua itu, dan kami juga tidak menyimpannya untuk diri kami sendiri “.
Lalu beliau menggali lubang , dan memerintahkan atas setiap orang untuk melakukan sesuatu. Yaitu melempar barang-barang tsb ke dalam lubang itu, lalu menyalakan api di atasnya, lalu membakarnya, dan dia berkata: “ Barang-barang Itu bukan untuk kita, dan bukan untuk mereka “.
As-Saamiri adalah seorang pria dari kaum yang menyembah sapi , tetangga bani Iraail , dan dia bukan salah satu dari Bani Israel, lalu dia ikut numpang pergi bersama rombongan Musa -alaihissalaam- dan Bani Israel ketika mereka berangkat .
Lalu dia mengklaim bahwa dirinya melihat jejak Rosul , dan dia mengambil darinya dengan genggamannya. Maka dia lewat di depan Nabi Harun , lalu Harun berkata kepadanya : Wahai Samiri , tidak kah segera kau lemparkan apa yang ada di kedua tangan mu !
Dan sebetulnya dia itu sudah lama menggenggam nya akan tetapi selama itu pula tidak ada seorang pun yang melihatnya .
Dia berkata: Ini adalah genggaman dari jejak Rasul yang membantu kalian melewati laut, dan aku tidak akan melemparkannya untuk apa pun kecuali jika kamu berdoa kepada Allah bahwa jika aku melemparkannya , maka ia berubah menjadi apa yang kuinginkan, jika engkau bersedia maka aku siap melemparkannya.
Dan Nabi Harun pun berdoa kepada Allah SWT , dan as-Saamiri berkata : “ Aku ingin dari genggaman ini menjadi anak sapi “, dan semua yang ada di dalam lubang dari berbagai jenis barang baik perhiasan, tembaga, atau pun besinya terhimpun jadi satu, lalu itu semua berubah menjadi anak lembu yang berlubang yang tiada ruhnya namun mengeluarkan KHOAR ( خُوَار = suara sapi ) .
Ibn Abbas berkata: Tidak, demi Tuhan, dia tidak pernah bersuara, melainkan angin masuk dari duburnya dan keluar lewat mulutnya, dan suara itu berasal dari sana.
Maka Bani Israel terpecah menjadi beberapa kelompok
Sekelompok orang berkata : Hai Samiri, apa ini , dan kamu lebih alim dalam hal ini ? Dia berkata: Ini adalah Tuhanmu Yang Maha Mulia dan Maha Agung , akan tetapi Musa itu tersesat.
Dan sekelompok yang lain berkata: Kami tidak akan mendustakannya sampai Musa kembali kepada kami. Maka jika dia itu adalah Tuhan kami, kami tidak menyia-nyiakannya dan kami merasa tidak mampu terhadap nya ketika kami melihatnya . Dan jika dia bukan Tuhan kami, maka kami mengikuti perkataan Musa -alaihis salam -.
Sebuah kelompok berkata: Ini adalah pekerjaan Setan, dan itu bukan Tuhan kami, dan kami tidak mengimaninya dan tidak pula membenarkannya .
Dan ada sekelompok orang yang diresapkanlah ke dalam hati mereka itu rasa percaya terhadap apa yang di katakan Saamiri tentang patung anak sapi , bahkan mereka terang-terangan mendustakan Musa -alaihissalaam- .
Harun -alaihissalaam- berkata kepada mereka:
{يَا قَوْمِ إِنَّمَا فُتِنْتُمْ بِهِ}
“Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu hanya sekedar diberi cobaan (dengan patung anak sapi) itu" [Taha: 90],
Dan Tuhanmu tidak seperti itu.
Mereka berkata: Lalu Apa yang telah menimpa Musa, dia telah menjajikan kepada kami tiga puluh hari , kemudian dia menyelisihi kami, dan ini empat puluh hari telah berlalu ?!
Orang-orang bodoh berkata: Dia itu salah memilih tuhan, tapi dia masih terus mencarinya dan mengikutinya.
Maka ketika Allah Azza wa Jalla berbicara kepada Musa -alaihissalaam- , Dia mengatakan kepadanya apa yang di katakan oleh sebagian kaumnya , dan Dia memberi tahu kepadanya apa yang terjadi dengan kaumnya setelah kepergiannya .
{فَرَجَعَ مُوسَى إِلَى قَوْمِهِ غَضْبَانَ أَسِفًا}
“ Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati” (QS. Taha: 86)
Ibnu Abbas berkata : Dan dia memberi tahu mereka apa yang kamu dengar dalam Al-Qur'an dan dia memegang kepala saudara laki-lakinya dan melemparkan louh-louh itu karena marah, lalu dia memaafkan saudaranya setelah mendengar alasannya, dan
Musa memohonkan ampunan untuknya , dan mendatangi Samiri, lalu Musa -alaihissalaam- berkata kepadanya: Apa yang mendorongmu untuk melakukan ini ?
Samiri menjawab : aku ambil segenggam dari jejak rasul dan aku benar-benar melihatnya, sementara kalian dibutakan , lalu aku melemparkannya. Dan demikianlah nafsuku membujukku.”.
قَالَ فَاذْهَبْ فَإِنَّ لَكَ فِي الْحَيَاةِ أَنْ تَقُولَ لَا مِسَاسَ وَإِنَّ لَكَ مَوْعِدًا لَنْ تُخْلَفَهُ وَانْظُرْ إِلَى إِلَهِكَ الَّذِي ظَلْتَ عَلَيْهِ عَاكِفًا لَنُحَرِّقَنَّهُ ثُمَّ لَنَنْسِفَنَّهُ فِي الْيَمِّ نَسْفًا
Berkata Musa, "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan dunia ini (hanya dapat) mengatakan, "Janganlah menyentuh (aku).' Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan) ”. ( QS. Toha : 97 )
Jika dia itu benar tuhan, maka dia tidak akan bisa dilenyapkan olehnya.
Maka Bani Israel semakin yakin akan godaan itu, dan mereka yang sependapat dengan Nabi Harun merasa senang , lalu mereka dengan jemaahnya berkata kepada Musa -alaihissalaam- :
“ Mohonkanlah kepada Rabb mu Azza wa Jalla untuk kami agar Dia membukakan untuk kami pintu taubat agar kami melakukannya , lalu Dia menghapus dari kami dosa yang telah kami lakukan “.
[[Diriwayatkan oleh al-Imam al-Buushairy dalam kitab “إتحاف الخيرة المهرة” 6/234 dengan SANAD YANG SHAHIH menurutnya . Dan di sebutkan pula oleh Ibnu katsir dlm kitab “البداية والنهاية” 16/225]].
****
CONTOH KEDUA : ISTIDRAJ KEMUSTAJABAN DO'A BAL'AM BIN BA'URA
Dalam Surat Al-A'raf, ayat 175-177, Allah SWT berfirman :
{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176) سَاءَ مَثَلا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ (177) }
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. [QS. Al-A'raf : 175-177]
Al-Hafidz Ibnu Katsir menyebutkan dalam Tafsirnya 3/507 :
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Sufyan As-Sauri, dari Al-A'masy dan Mansur, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas'ud -radhiyallahu ‘anhu- sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi AlKitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu. (Al-A’raf: 175), hingga akhir ayat.
Dia adalah seorang lelaki dari kalangan Bani Israil, dikenal dengan nama panggilan :
“BAL'AM IBNU BA'URA”.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Syu'bah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, dari Mansur, dengan sanad yang sama.
Sa'id ibnu Abu Arubah mengatakan dari Qatadah, dari Ibnu Abbas : Bahwa telaki tersebut bernama “Saifi ibnur Rahib”.
Qatadah mengatakan, Ka'b pernah menceritakan : “Bahwa dia adalah seorang telaki dari kalangan penduduk Al-Balqa, mengetahui tentang Ismul Akbar [nama Allah yang Agung], dan tinggal di Baitul Maqdis dengan orang-orang yang angkara murka”.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhu- : “ Bahwa dia adalah seorang lelaki dari kalangan penduduk negeri Yaman, dikenal dengan nama Bal'am; ia dianugerahi pengetahuan tentang isi Al-Kitab, tetapi ia meninggalkannya”.
Malik ibnu Dinar mengatakan :
“Bahwa orang itu adalah salah seorang ulama Bani Israil, terkenal sebagai orang yang mustajab doanya; mereka datang kepadanya di saat-saat kesulitan. Kemudian Nabi Musa -’alaihis salaam- mengutusnya ke raja negeri Madyan untuk menyerukan agar menyembah Allah. Tetapi Raja Madyan memberinya sebagian dari wilayah kekuasaannya dan memberinya banyak hadiah. Akhirnya ia mengikuti agama raja dan meninggalkan agama Nabi Musa -’alaihis salaam-
Sufyan ibnu Uyaynah telah meriwayatkan dari Husain, dari Imran ibnul Haris, dari Ibnu Abbas, bahwa orang tersebut adalah Bal'am ibnu Ba'ura. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Ikrimah .....
Adapun asar yang termasyhur yang melatarbelakangi turunnya ayat yang mulia ini hanyalah menceritakan perihal seorang lelaki di masa dahulu, yaitu di zaman kaum Bani Israil, seperti yang telah disebutkan oleh Ibnu Mas'ud dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa dia adalah seorang lelaki dari kota orang-orang yang gagah perkasa, dikenal dengan nama Bal'am. Dia mengetahui Asma Allah Yang Mahabesar....
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ketika Nabi Musa dan orang-orang yang bersamanya turun istirahat di tempat mereka (yakni negeri orang-orang yang gagah perkasa), maka Bal'am (yang bertempat tinggal di negeri itu) kedatangan anak-anak pamannya dan kaumnya.
Lalu mereka berkata : "Sesungguhnya Musa adalah seorang lelaki yang sangat perkasa dan mempunyai bala tentara yang banyak. Sesungguhnya dia jika menang atas kita, niscaya dia akan membinasakan kita. Maka berdoalah kepada Allah, semoga Dia mengusir Musa dan bala tentaranya dari kita”.
Bal'am menjawab, "Sesungguhnya jika aku berdoa kepada Allah memohon agar Musa dan orang-orang yang bersamanya dikembalikan, niscaya akan lenyaplah dunia dan akhiratku."
Mereka terus mendesaknya hingga akhirnya Bal'am mau berdoa. Maka Allah melucuti apa yang ada pada dirinya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya:
{فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ }
kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai ia tergoda). (Al-A'raf: 175), hingga akhir ayat.
As-Saddi mengatakan bahwa setelah selesai masa empat puluh tahun, seperti apa yang disebutkan di dalam firman Nya :
{فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ أَرْبَعِينَ سَنَةً}
“Maka sesungguhnya negeri ini diharamkan atas mereka [Bani Israil] selama empat puluh tahun”. (Al-Maidah: 26) .
Maka Allah mengutus Yusya' ibnu Nun sebagai seorang nabi, lalu Yusya' menyeru kaum Bani Israil (untuk menyembah Allah) dan memberitahukan kepada mereka bahwa dirinya adalah seorang nabi, dan Allah telah memerintahkannya agar memerangi orang-orang yang gagah perkasa. Lalu mereka berbaiat kepadanya dan mempercayainya .
Kemudian ada seorang lelaki dari kalangan Bani Israil yang dikenal dengan nama Bal'am berangkat dan menemui orang-orang yang gagah perkasa. Dia adalah orang yang mengetahui tentang Ismul A'zam yang rahasia (apabila dibaca, maka semua permintaannya dikabulkan seketika). Tetapi ia kafir dan berkata kepada orang-orang yang gagah perkasa :
"Janganlah kalian takut kepada Bani Israil. Karena sesungguhnya jika kalian berangkat untuk memerangi mereka, maka saya akan mendoakan untuk kehancuran mereka, dan akhirnya mereka pasti hancur."
Bal'am hidup di kalangan mereka dengan mendapatkan semua perkara duniawi yang dikehendakinya, hanya saja dia tidak dapat berhubungan dengan wanita karena wanita orang-orang yang gagah perkasa itu terlalu besar baginya. Maka Bal'am hanya dapat menggauli keledainya. Kisah inilah yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{فَانْسَلَخَ مِنْهَا}
“Kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu” (Al-A'raf: I75)
Adapun Firman Allah Swt.:
{فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ}
“Lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda)”. (Al-A'raf: 175)
Maka artinya, setan telah menguasai dirinya dan urusannya; sehingga apabila setan menganjurkan sesuatu kepadanya, ia langsung mengerjakan dan menaatinya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan :
{فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ}
makajadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. (Al-A'raf: 175)
Ia termasuk orang-orang yang binasa, bingung, dan sesat.
Lalu Ibnu Katsir dalam Tafsirnya 3/509 berkata :
Firman Allah Swt.:
{وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ}
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah. (Al-A'raf: 176)
Sedangkan firman Allah Swt.:
{وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا}
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu. (Al-A'raf: 176)
Maksudnya, niscaya Kami mengangkatnya dari pencemaran kekotoran duniawi dengan ayat-ayat yang telah Kami berikan kepadanya.
{وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ}
tetapi dia cenderung kepada dunia. (Al-A'raf: 176)
Yakni cenderung kepada perhiasan kehidupan dunia dan kegemerlapannya. Dia lebih menyukai kelezatan, kenikmatan, dan bujuk rayunya. Dia teperdaya oleh kesenangan duniawi sebagaimana teperdaya orang-orang yang tidak mempunyai pandangan hati dan akal.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan : bahwa, kisah yang menyangkut lelaki ini antara lain ialah apa yang telah diceritakan kepada kami oleh Muhammad ibnu Abdul A'la. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir, dari ayahnya yang ditanya mengenai makna ayat ini, yaitu firman-Nya:
{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا }
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi AlKitab). (Al-A'raf: 175)
Maka ayahnya menceritakan kisah yang pernah ia terima dari Sayyar :
Bahwa dahulu kala ada seorang lelaki yang dikenal dengan nama Bal'am. Bal'am adalah orang yang doanya mustajab [senantiasa dikabulkan]. Kemudian Nabi Musa berangkat dengan pasukan kaum Bani Israil menuju negeri tempat Bal'am berada, atau negeri Syam.
Lalu penduduk negeri tersebut merasa sangat takut dan gentar terhadap Musa -’alaihis salaam- Maka mereka mendatangi Bal'am dan mengatakan kepadanya :
"Doakanlah kepada Allah untuk kehancuran lelaki ini (yakni Nabi Musa -’alaihis salaam-) dan bala tentaranya."
Bal'am menjawab, "Tunggulah sampai aku meminta saran dari Tuhanku, atau aku diberi izin oleh-Nya."
Bal'am meminta saran dari Tuhannya dalam doanya yang memohon untuk kehancuran Musa dan pasukannya. Maka dijawab, "Janganlah kamu mendoakan buat kehancuran mereka, karena sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Ku, dan di antara mereka terdapat nabi mereka."
Maka Bal'am melapor kepada kaumnya, "Sesungguhnya aku telah meminta saran kepada Tuhanku dalam doaku yang memohon untuk kehancuran mereka, tetapi aku dilarang melakukannya”.
Maka mereka memberikan suatu hadiah kepada Bal'am dan Bal'am menerimanya. Kemudian mereka kembali kepada Bal'am dan mengatakan kepadanya : "Doakanlah untuk kehancuran mereka".
Bal'am menjawab : 'Tunggulah, aku akan meminta saran kepada Tuhanku."
Lalu Bal’am meminta saran Kepada Nya, ternyata Dia tidak memerintahkan sesuatu pun kepadanya. Maka Bal'am berkata (kepada kaumnya) :
"Sesungguhnya aku telah meminta saran kepada Tuhanku, tetapi Dia tidak memerintahkan sesuatu pun kepadaku."
Kaumnya berkata : "Sekiranya Tuhanmu tidak suka engkau mendoakan untuk kehancuran mereka, niscaya Dia akan melarangmu pula sebagaimana Dia melarangmu pada pertama kalinya.”
Bal'am terpaksa berdoa untuk kebinasaan mereka. Tetapi apabila ia mendoakan untuk kehancuran mereka (Musa dan pasukannya), maka yang terucapkan oleh lisannya justru mendoakan untuk kehancuran kaumnya. Dan apabila ia mendoakan untuk kemenangan kaumnya, justru lisannya mendoakan untuk kemenangan Musa dan pasukannya atau hal yang semacam itu, seperti apa yang dikehendaki oleh Allah.
Maka kaumnya berkata, "Kami tidak melihatmu berdoa melainkan hanya untuk kehancuran kami."
Bal'am menjawab : "Tiada yang terucapkan oleh lisanku melainkan hanya itu. Sekiranya aku tetap mendoakan untuk kehancurannya, niscaya aku tidak diperkenankan. Tetapi aku akan menunjukkan kepada kalian suatu perkara yang mudah-mudahan dapat menghancurkan mereka. Sesungguhnya Allah murka terhadap perbuatan zina, dan sesungguhnya jika mereka terjerumus ke dalam perbuatan zina, niscaya mereka akan binasa; dan aku berharap semoga Allah membinasakan mereka melalui jalan ini."
Bal'am melanjutkan ucapannya : "Karena itu, keluarkanlah kaum wanita kalian untuk menyambut mereka. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang sedang musafir, mudah-mudahan saja mereka mau berzina sehingga binasalah mereka."
Kemudian mereka melakukan hal itu dan mengeluarkan kaum wanita mereka menyambut pasukan Nabi Musa -’alaihis salaam- Tersebutlah bahwa raja mereka mempunyai seorang anak perempuan - perawi menyebutkan perihal kebesaran tubuhnya wallaahu a’lam -.
Lalu ayahnya atau Bal'am berpesan kepadanya : "Janganlah engkau serahkan dirimu selain kepada Musa."
Akhirnya pasukan Bani Israil terjerumus ke dalam perbuatan zina. Kemudian datanglah kepada wanita tadi seorang pemimpin dari salah satu kabilah Bani Israil yang menginginkan dirinya. Maka wanita itu berkata, "Saya tidak mau menyerahkan diri saya selain kepada Musa."
Pemimpin suatu Kabilah menjawab “Sesungguhnya kedudukanmu adalah anu dan anu, dan keadaanku anu dan anu."
Akhirnya si wanita mengirim utusan kepada ayahnya meminta saran darinya. Maka ayahnya berkata kepadanya : "Serahkanlah dirimu kepadanya."
Lalu pemimpin kabilah itu menzinainya. Ketika mereka berdua sedang berzina, datanglah seorang lelaki dari Bani Harun seraya membawa tombak, lalu menusuk keduanya.
Allah memberinya kekuatan yang dahsyat sehingga keduanya menjadi satu tersatekan oleh tombaknya, kemudian ia mengangkat keduanya dengan tombaknya itu, sehingga semua orang melihatnya. Maka Allah menimpakan penyakit ta'un kepada mereka, sehingga matilah tujuh puluh ribu orang dari kalangan pasukan Bani Israil.
Abul Mu'tamir mengatakan, Sayyar telah menceritakan kepadanya bahwa Bal'am mengendarai keledainya hingga sampai di suatu tempat yang dikenal dengan nama Al-Ma'luli atau suatu jalan yang menuju Al-Ma'luli. Lalu Bal'am memukuli keledainya, tetapi keledainya itu tidak mau maju, bahkan hanya berdiri saja di tempat.
Lalu keledai itu berkata kepadanya, "Mengapa engkau terus memukuliku? Tidakkah engkau melihat apa yang ada di hadapanmu ini?"
Tiba-tiba setan menampakkan diri di hadapan Bal'am. Lalu Bal'am turun dan bersujud kepada setan itu. Inilah yang disebutkan oleh firman Allah Swt.:
{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176)
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. [Surat Al-A'raf, ayat 175-176]
Al-Hafidz Ibnu Katsir lalu menyebutkan riwayat lainnya :
Muhammad ibnu lshaq ibnu Yasar telah meriwayatkan dari Salim Abun Nadr; ia pernah menceritakan :
Bahwa Musa -’alaihis salaam- ketika turun di negeri Kan'an—bagian dari wilayah Syam—maka kaum Bal'am datang menghadap kepada Bal'am dan mengatakan kepadanya :
"Musa ibnu Imran telah datang bersama dengan pasukan Bani Israil. Dia datang untuk mengusir kita dari negeri kita dan akan membunuh kita, lalu membiarkan tanah ini dikuasai oleh Bani Israil. Dan sesungguhnya kami adalah kaummu yang dalam waktu yang dekat tidak akan mempunyai tempat tinggal lagi, sedangkan engkau adalah seorang lelaki yang doanya mustajab dan selalu dikabulkan Tuhan. Maka keluarlah engkau dan berdoalah untuk kehancuran mereka."
Bal'am menjawab : "Celakalah kalian! Nabi Allah ditemani oleh para malaikat dan orang-orang mukmin, maka mana mungkin saya pergi mendoakan untuk kehancuran mereka, sedangkan saya mengetahui Allah tidak akan menyukai hal itu?"
Mereka mengatakan kepada Bal'am, "Kami tidak akan memiliki tempat tinggal lagi."
Mereka terus-menerus meminta dengan memohon belas kasihan dan berendah diri kepada Bal'am untuk membujuknya. Akhirnya Bal'am terbujuk. Lalu Bal'am menaiki keledai kendaraannya menuju ke arah sebuah bukit sehingga ia dapat melihat perkemahan pasukan kaum Bani Israil, yaitu Bukit Hasban.
Setelah berjalan tidak begitu jauh, keledainya mogok, tidak mau jalan. Maka Bal'am turun dari keledainya dan memukulinya hingga keledainya mau bangkit dan berjalan, lalu Bal'am menaikinya.
Tetapi setelah berjalan tidak jauh, keledainya itu mogok lagi, dan Bal'am memukulinya kembali, lalu menjewer telinganya. Maka secara aneh keledainya dapat berbicara - memprotes tindakannya - seraya mengatakan :
"Celakalah kamu. hai Bal’am, ke manakah kamu akan pergi. Tidakkah engkau melihat para malaikat berada di hadapanku menghalang-halangi jalanku? Apakah engkau akan pergi untuk mendoakan buat kehancuran Nabi Allah dan kaum mukminin?"
Bal'am tidak menggubris protesnya dan terus memukulinya, maka Allah memberikan jalan kepada keledai itu setelah Bal'am memukulinya. Lalu keledai itu berjalan membawa Bal'am hingga sampailah di atas puncak Bukit Hasban, di atas perkemahan pasukan Nabi Musa dan kaum Bani Israil.
Setelah ia sampai di tempat itu, maka ia berdoa untuk kehancuran mereka. Tidak sekali-kali Bal'am mendoakan keburukan untuk Musa dan pasukannya, melainkan Allah memalingkan lisannya hingga berbalik mendoakan keburukan bagi kaumnya. Dan tidak sekali-kali Bal'am mendoakan kebaikan buat kaumnya, melainkan Allah memalingkan lisannya hingga mendoakan kebaikan buat Bani Israil.
Maka kaumnya berkata kepadanya : "Tahukah engkau, hai Bal'am, apakah yang telah kamu lakukan? Sesungguhnya yang kamu doakan hanyalah untuk kemenangan mereka dan kekalahan kami."
Bal'am menjawab, "Ini adalah suatu hal yang tidak saya kuasai, hal ini merupakan sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah."
Maka ketika itu lidah Bal'am menjulur keluar sampai sebatas dadanya, lalu ia berkata kepada kaumnya : "Kini telah lenyaplah dariku dunia dan akhiratku, dan sekarang tiada jalan lain bagiku kecuali harus melancarkan tipu muslihat dan kilah yang jahat. Maka aku akan melancarkan tipu muslihat buat kepentingan kalian. Sekarang percantiklah wanita-wanita kalian dan berikanlah kepada mereka berbagai macam barang dagangan. Setelah itu lepaskanlah mereka pergi menuju tempat perkemahan pasukan Bani Israil untuk melakukan jual beli di tempat mereka, dan perintahkanlah kepada kaum wanita kalian agar jangan sekali-kali ada seorang wanita yang menolak bila dirinya diajak berbuat mesum dengan lelaki dari kalangan mereka. Karena sesungguhnya jika ada seseorang dari mereka berbuat zina, maka kalian akan dapat mengalahkan mereka."
Lalu kaum Bal'am melakukan apa yang telah diperintahkan.
Ketika kaum wanita itu memasuki perkemahan pasukan Bani Israil seorang wanita dari Kan'an (kaum Bal'am) yang dikenal dengan nama Kusbati, anak perempuan pemimpin kaumnya bersua dengan seorang lelaki dari kalangan pembesar kaum Bani Israil. Lelaki tersebut bernama Zumri ibnu Syalum, pemimpin kabilah Syam'un ibnu Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim.
Ketika Zumri melihat Kusbati, ia terpesona oleh kecantikannya. Lalu ia bangkit dan memegang tangan Kusbati, kemudian membawanya menghadap kepada Nabi Musa.
Zumri berkata : "Sesungguhnya aku menduga engkau akan mengatakan bahwa ini diharamkan atas dirimu, janganlah kamu mendekatinya."
Musa -’alaihis salaam- berkata : "Dia haram bagimu!"
Zumri menjawab : "Demi Allah, saya tidak mau tunduk kepada perintahmu dalam hal ini."
Lalu Zumri membawa Kusbati masuk ke dalam kemahnya dan menyetubuhinya. Maka Allah Swt. mengirimkan penyakit ta'un kepada kaum Bani Israil di perkemahan mereka. Pada saat Zumri ibnu Syalum melakukan perbuatan mesum itu Fanhas ibnul Aizar ibnu Harun —pengawal pribadi Musa— sedang tidak ada di tempat.
Penyakit ta'un datang melanda mereka, dan tersiarlah berita itu. Lalu Fanhas mengambil tombaknya yang seluruhnya terbuat dari besi, kemudian ia memasuki kemah Zumri yang saat itu sedang berbuat zina, lalu Fanhas menyate keduanya dengan tombaknya. Ia keluar seraya mengangkat keduanya setinggi-tingginya dengan tombaknya. Tombaknya itu ia jepitkan ke lengannya dengan bertumpu ke bagian pinggangnya, sedangkan batangnya ia sandarkan ke janggutnya.
Dia (Fanhas) adalah anak pertama Al-Aizar. Kemudian ia berdoa : "Ya Allah, demikianlah pembalasan yang kami lakukan terhadap orang yang berbuat durhaka kepada Engkau."
Maka ketika itu juga penyakit ta'un lenyap. Lalu dihitunglah orang-orang Bani Israil yang mati karena penyakit ta'un sejak Zumri berbuat zina dengan wanita itu hingga Fanhas membunuhnya, ternyata seluruhnya berjumlah tujuh puluh ribu orang.
Sedangkan menurut perhitungan orang yang meminimkan jumlahnya dari kalangan mereka, dua puluh ribu jiwa telah melayang dalam jarak waktu satu jam di siang hari.
Sejak saat itulah kaum Bani Israil memberikan kepada anak-anak Fanhas dari setiap korban yang mereka sembelih, yaitu bagian leher, kaki depan, dan janggut korbannya, serta anak yang pertama dari ternak mereka dan yang paling disayangi, karena Fanhas adalah anak pertama dari ayahnya yang bernama Al-Aizura.
Sehubungan dengan Bal'am ibnu Ba'ura ini, kisahnya disebutkan oleh Allah Swt.:
{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176)
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. [Surat Al-A'raf, ayat 175-176]
Dari Abu Sa'id Al Khudri dari Nabi ﷺ bersabda:
إنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وإنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كيفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ؛ فإنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ في النِّسَاءِ.
"Sesungguhnya dunia itu manis. Dan sesungguhnya Allah telah menguasakannya kepada kalian sekalian. Kemudian Allah memperhatikan apa yang kalian kerjakan (di dunia itu).
Oleh karena itu, maka kalian takutlah [waspadalah] terhadap dunia dan takutlah [waspadalah] terhadap wanita, karena sesungguhnya awal fitnah [bencana] menimpa pada Bani Isarail adalah karena wanita." [HR. Muslim no. 2742].
Lalu Ibnu Katsir dalam Tafsirnya 3/509 berkata :
Adapun firman Allah Swt.:
{فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ}
“Maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga)“. (Al-A'raf: 176)
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya. Menurut teks Ibnu Ishaq, dari Salim, dari Abun Nadr, lidah Bal'am terjulur sampai dadanya. Lalu dia diserupakan dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya dalam kedua keadaan tersebut, yakni jika dihardik menjulurkan lidahnya, dan jika dibiarkan tetap menjulurkan lidahnya.
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah 'Bal'am menjadi seperti anjing dalam hal kesesatannya dan keberlangsungannya di dalam kesesatan serta tidak adanya kemauan memanfaatkan doanya untuk keimanan.
Perihalnya diumpamakan dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya dalam kedua keadaan tersebut, jika dihardik menjulurkan lidahnya, dan jika dibiarkan tetap menjulurkan lidahnya tanpa ada perubahan. Demikian pula keadaan Bal'am, dia tidak memanfaatkan pelajaran dan doanya buat keimanan; perihalnya sama dengan orang yang tidak memilikinya”. [Tafsir Ibnu Katsir 3/509]
KISAH ORANG YANG DIANUGERAHI 3 DOA MUSTAJAB :
Ibnu Katsir dalam Tafsirnya 3/509 berkata :
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Namir, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Sa'id Al-A'war, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175)
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi AlKitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu (Al-A'raf: 175)”
Bahwa dia adalah seorang lelaki yang dianugerahi tiga doa mustajab, dan ia mempunyai seorang istri yang memberinya seorang anak laki-laki. Lalu istrinya berkata, "Berikanlah sebuah doa darinya untukku."
Ia menjawab, "Saya berikan satu doa kepadamu, apakah yang kamu kehendaki?"
Si istri menjawab, "Berdoalah kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku wanita yang tercantik di kalangan Bani Israil."
Maka lelaki itu berdoa kepada Allah, lalu Allah menjadikan istrinya seorang wanita yang tercantik di kalangan kaum Bani Israil. Setelah si istri mengetahui bahwa dirinyalah yang paling cantik di kalangan mereka tanpa tandingan, maka ia membenci suaminya dan menghendaki hal yang lain.
Akhirnya si lelaki berdoa kepada Allah agar menjadikan istrinya seekor anjing betina, akhirnya jadilah istrinya seekor anjing betina.
Dua doanya telah hilang. Kemudian datanglah anak-anaknya, lalu mereka mengatakan, "Kami tidak dapat hidup tenang lagi, karena ibu kami telah menjadi anjing betina sehingga menjadi cercaan orang-orang. Maka doakanlah kepada Allah semoga Dia mengembalikan ibu kami seperti sediakala."
Maka lelaki itu berdoa kepada Allah, lalu kembalilah ujud istrinya seperti keadaan semula. Dengan demikian, ketiga doa yang mustajab itu telah lenyap darinya, kemudian wanita itu diberi nama Al Basus. [Atsar ini gharib].
*****
ISTIDRAJ SEMANGAT IBADAH LUAR BIASA, TAPI SOMBONG DAN MERASA SUCI
------
CONTOH PERTAMA : ISTIDRAJ SEMANGAT IBADAHNYA IBLIS [AZAZIL]
Ada riwayat yang mengatakan bahwa Azaazil [Iblis] menyembah Allah selama 1000 tahun, lalu Allah swt mengangkatnya ke langit pertama. Di langit pertama, Azazil beribadah menyembah Allah swt selama 1000 tahun. Kemudian dia diangkat ke langit kedua. Dan begitu seterusnya hingga akhirnya dia diangkat menjadi imam dan penghulu para malaikat . Ibadahnya kepada Allah paling banyak hingga mengalahkan ibadah para malaikat al-Muqorrobiin.
Ada riwayat yang menyatakan Azazil beribadah kepada Allah selama 80,000 tahun dan tiada tempat di dunia ini yang tidak dijadikan tempat sujudnya ke hadrat Allah.
Dan Azaaziil pun berhasil menduduki posisi yang paling tinggi di atas para malaikat .
Dalam lubuk hati Azazil ada rasa ujub dan takabbur, timbul rasa sangat bangga , merasa sangat mulia , dan berkeyakinan bahwa tidak akan ada seorang pun yang mampu melakukan apa yang telah dia lakukan , dan tidak akan ada orang yang bisa sampai pada kemampuan seperti dirinya dalam segi kemuliaan dan ilmu pengetahuan serta kedudukannya di sisi Rabb semesta alam .
Kaab bin al-Ahbaar berkata : Nama Azaaziil ini di langit dunia di kenal sebgai al-‘Aabid [ahli ibadah] . Di langit kedua sebagai az-Zaahid [ahli zuhud] . Di langit ke tiga sebagai al-‘Aarif [Ahli ma’rifat] . Di langit ke empat sebagai al-Waliy [Kekasih Allah] . Di langit keenam sebagai al-Khoozin [Penjaga Perbendaharaan Surga]. Di langit ke tujuh sebagai Azaazil . Dan di Lauh Mahfudz sebagai Iblis . Dan kata Iblis sendiri dari bahasa ajam bukan dari bahasa arab. Dari asal kata al-Iblaas ( الإبْلاَسُ ) yakni (الإِبْعَادُ ) terjauhkan atau terusir.
Tidak ada yang mengetahui apa-apa yang tersimpan dalam jiwa Azaaziil kecuali Allah swt . Adapun para malaikat maka mereka tidak tahu sama sekali . Kemudian terjadi sesuatu yang di luar perkiraan , yaitu Azazil menemukan dalam setiap tempat sujudnya tulisan : Iblis diusir, Iblis dikutuk , Iblis dihinakan , dan dia melihat tulisan terpampang di atas lingkaran pintu surga :
“ Sesungguhnya Aku memiliki seorang hamba dari kalangan al-Muqorrobiin , Aku telah menyuruhnya , tapi dia tidak mau melaksanakan perintah-Ku , melainkan dia bermaksiat dan bermaksiat , maka aku mengusirnya , mengutuknya dan menjadikan semua ketaatan dan amalnya bagaikan debu yang beterbangan “.
Azazil kaget dan bertanya-tanya , lalu berkata : Siapakah Iblis yang terusir ini ? Kami berlindung kepada Allah dari hal itu ! . Kemudian dia menghadap kepada Allah dan berkata: Wahai Rabb-ku Hamba-Mu yang manakah yang berani menentang perintah-Mu, sungguh aku ikut mengutuknya , izinkanlah aku untuk mengutuknya !Maka Dia mengizinkannya . Lalu Azazil pun mengutuknya seribu kali .
Azazil tidak sadar bahwa tulisan di pintu syurga itu boleh menimpa kepada sesiapa saja, termasuk dirinya.
Bukan hanya Azazil yang melihat perkara ini , ternyata dan bahkan para malaikat pun mengetahuinya dari malaikat Isrofil , yaitu ketika Israfil memperhatikan ke arah Lauh Mahfudz dia mendapati perkataan yang sama , maka setelah melihat itu dia menangis tersedu-sedu sehingga para malaikat merasa kasihan dan iba terhadapnya , maka mereka berkumpullah dan menanyakannya apa yang membuatnya menangis ???
Israfil menjawab : “Aku telah menemukan sebuah rahasia dari rahasia-rahasia Rabb ku“.
Lalu dia mengkisahkannya kepada mereka , maka para malaikat pun semuanya menangis , dan mereka berteriak :
“ Tidak ada pilihan bagi kita kecuali kita harus pergi mendatangi Azazil , karena sesungguhnya dialah satu-satunya orang yang mustajab doanya dan termasuk orang-orang yang dekat kedudukannya di sisi Allah , mari kita minta bantuan kepadanya agar dia berkenan berdo’a kepada Allah untuk kita !”.
Maka para malaikatpun bersegera mendatangi Azaaziil dan menceritakan nya . Lalu Azaazil mengangkat kedua tangannya seraya berdoa :
“Wahai Rabb , amankan lah mereka dari pemutusan rahmat mu ! “.
Azaaziil hanya mendoakan mereka dan lupa mendoakkan dirinya karena dia terkelabui oleh perasaan ujubnya sendiri karena merasa dirinya berada pada derajat yang menurutnya tidak mungkin , mustahil bahkan tidak tergambarkan sedikitpun dalam benaknya bahwa dirinya itu adalah iblis yang terusir dan terkutuk itu …. .
Allah swt mengabulkan doa Azazil untuk para malaikat dan Allah menandai iblis dengan sebuah tanda celaka .
Dan ketika adanya ketakaburan atau kesombongan dalam diri Azazil sementara para malaikat tidak ada yang mengetahuinya , maka Allah yang maha bijak lagi maha adil berkehendak mengungkap niat dan tujuan yang sebenarnya ibadah Azazil selama ini serta kesombangannya , yaitu dengan cara Allah menciptakan Adam . Dengan tujuan kelak nanti Azazil dan seluruh malaikat diuji kepatuhan dan ketulusannya kepada Allah dengan perintah sujud kepada Adam.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam al-Quran Surat al-Hijr 26-40 :
{ وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (26) وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ (27),وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (28).فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (29) فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (30) إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ أَنْ يَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ ( 31 ) قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ (32) قَالَ لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (33) قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ ( 34 ) وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ ( 35 )}
Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama , Kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu.
Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?"
Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk".
Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk,
Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat".(QS. Al-Hijr : 26 – 35)
Dan Allah SWT berfirman :
﴿وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ ۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا﴾
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. [QS. Al-Kahfi : 50]
[ Baca : Konsep Dewa Dewi oleh Abu Haitsam Fakhry]
-------
CONTOH KEDUA : ISTIDRAJ SEMANGAT IBADAH KAUM KHAWARIJ
Tidak diragukan lagi bahwa Khawarij adalah orang-orang yang sangat kuat dan extrem dalam ketaatan dan rajin beribadah. Mereka sangat bersemangat dalam memegang teguh agama dan menerapkan hukum-hukumnya, serta menjauhi semua yang dilarang oleh Islam. Mereka juga sangat berhati-hati untuk tidak terlibat dalam perbuatan dosa atau kesalahan apa pun yang bertentangan dengan Islam.
Hal ini menjadi ciri khas yang sangat mencolok dalam kelompok ini, yang tidak ada yang bisa menandinginya dalam hal ini. Bahkan, tidak ada dalil tentang ciri khas ini yang lebih jelas dari perkataan Rasulullah ﷺ:
" يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ بِشَيْءٍ وَلَا صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ بِشَيْءٍ وَلَا صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ بِشَيْءٍ ".
'Mereka membaca Al-Quran, yang mana bacaan kalian sama sekali tidak ada apa-apanya dibanding dengan bacaan mereka, dan mereka berpuasa, yang mana puasa kalian sama sekali tidak ada apa-apanya dibanding dengan puasa mereka .'[HR. Muslim no. 1066]
Lafadz lain :
"(لَيْسَ صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ بِشَيْءٍ وَلَا صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ بِشَيْءٍ وَلَا قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ بِشَيْءٍ)"
"Shalat kalian sama sekali tidak ada apa-apanya dibanding dengan shalat mereka, puasa kalian sama sekali tidak ada apa-apanya dibanding dengan puasa mereka, dan bacaan al-Qur'an kalian sama sekali tidak ada apa-apanya dibanding dengan bacaan mereka. (Sebagaimana dalam shahih Muslim no. 2467 dari Ali bin Abi Thalib).
Dan dalam riwayat lain, disebutkan :
تَحْقِرُونَ صَلَاتَكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ".
"Bahwa shalat kalian dianggap remeh dan hina dibandingkan dengan shalat mereka".
Dan Ibnu Abbas (ra) bercerita :
فَدَخَلْتُ عَلَى قَوْمٍ لَمْ أَرَ أَشَدَّ اجْتِهَادًا مِنْهُمْ، أَيْدِيهِمْ كَأَنَّهَا ثِفَنُ الْإِبِلِ [أيْ غَلِيْظَة]، وَوُجُوهُهُمْ مُعَلَّمَةٌ مِنْ آثَارِ السُّجُودِ
Lalu aku pun masuk ke tengah-tengah kaum yang aku tidak pernah melihat orang yang puncak semangat dan kesungguhan dalam ibadahnya yang melebihi mereka, tangan-tangan mereka seperti lutut unta (kasar), dan wajah-wajah mereka terdapat tanda-tanda BEKAS SUJUD.
[Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam al-Mushannaf 10/157 no. 18678 dan Baihaqi dalam al-Kubra 8/179 ]. Al-Haytsami berkata dalam Al-Majma’ 6/239:
" رَوَاهُ الطَّبَرَانِي وَأَحْمَد بِبَعْضِهِ وَرِجَالُهُمَا رِجَالُ الصَّحِيْح ".
" Diriwayatkan oleh Al-Tabarani dan Ahmad dengan sebagiannya, dan perawi mereka adalah para perawi kitab Ash-Shahih".
Lihat pula : Fathul Baari 12/289 , al-Bahr al-Muhith ats-Tsajjaaj 20/228 dan Masyaariqul Anwaar al-Wahhaajah 3/492 .
Dalam riwayat lain Ibnu Abbas berkata :
فَدَخَلْتُ عَلَى قَوْمٍ لَمْ أَرَ قَوْمًا قَطُّ أَشَدَّ مِنْهُمُ اجْتِهَادًا، جِبَاهُهُمْ قَرِحَتْ مِنَ السُّجُودِ، وَأَيْدِيهِمْ كَأَنَّهَا بَقَرُ الْإِبِلِ، وَعَلَيْهِمْ قُمُصٌ مرحضَةٌ، مُشَمِّرِينَ، مُسْهَمَةٌ وُجُوهُهُم مِنَ السُّهْرِ"
"Kemudian saya masuk ke suatu kaum yang tidak pernah saya lihat sebelumnya orang yang lebih tekun daripada mereka. Dahi mereka berbekas karena sujud, tangan mereka seperti lutut unta, dan mereka mengenakan pakaian yang sudah jelek dan lusuh, mencingkrangkan pakaian, dan wajah mereka pucat karena kurang tidur malam ."
[Diriwayatkan oleh Abu Yausuf al-Fasawi dalam al-Ma'rifat wat Taarikh 1/522 dan Ibnu al-Jauzi dalam Takbiis Ibliis hal. 83]
Makna : مُشَمَّرُوْن :
"(مُشَمِّر الإِزَار) إِزَارُهُ مَرْفُوع عَنْ كَعْبِهِ".
(Menyingsingkan sarung) artinya kain sarungnya diangkat atau diikat lebih tinggi dari mata kakinya [ Baca : Ta'liq Shahih al-Bukhori oleh Mustafa al-Baghoo 4/163 no. 4351 Cet. as-Sulthaniyyah].
Dan dari Jundub radhiyallahu 'anhu , dia berkata:
" لَمَّا فَارَقَتِ الْخَوَارِجُ عَلِيًّا خَرَجَ فِي طَلَبِهِمْ، وَخَرَجْنَا مَعَهُ، فَانْتَهَيْنَا إِلَى عَسْكَرِ الْقَوْمِ، وَإِذَا لَهُمْ دَوِيٌّ كَدَوِيِّ النَّحْلِ مِنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، وَإِذَا فِيهِمْ أَصْحَابُ الثَّفِنَاتِ، وَأَصْحَابُ الْبَرَانِسِ".
Ketika kaum Khawarij memisahkan diri meninggalkan Ali (radhiyallahu 'anhu), maka beliau pergi mengejar mereka, dan kami pergi bersamanya, hingga kami tiba di tempat pasukan kaum Khawarij , tiba-tiba terdengar dari mereka suara seperti suara dengung lebah dari gemuruh suara mereka baca Al-Qur'an, ternyata tangan-tangan mereka kasar seperti dengkul unta dan memakai baju burnus ( baju luar panjang bertutup kepala). [Al-Haytsami dalam al-Majma' 6/242 no. 10451 ]
YAKNI : mereka adalah orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam ibadah, mereka mengira bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah murni untuk beribadah, menghabiskan waktunya dan mengorbankan segalanya untuk Allah , karena begitu besar semangatnya dalam beribadah, terutama ibadah shalat dan banyak bersujud sehingga membuat telapak tangan dan lututnya menjadi kasar seperti dengkul unta .
Dan tanpa mereka sadari bahwa doktrin-doktrin mereka membawa kehancuran pada umat manusia pada umumnya dan perpecahan umat Islam pada khsususnya. Jadi, kaum Khawarij ini menggabungkan antara kebaikan lahiriah dan kerusakan batiniyiah.
Kebaikan yang nampak dalam ibadah yakni dalam hal apa yang ada antara dia dan Allah. Adapun apa yang ada di antara dia dan manusia adalah membuat keretakan dan kehancuran.
Dan apa yang ada antara dia dan Allah adalah 'aqidah ghuluww [keyakinan ekstrem], meskipun ada unsur ibadah di dalamnya, namun itu ghuluww [berlebihan].
Itulah sebabnya Rasulullah ﷺ berkata tentang mereka:
فَاقْتُلُوهُمْ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
" Maka bunuhlah mereka ! mereka adalah makhluk yang paling buruk".
Rosulullah ﷺ pernah berjanji jika berjumpa dengan kelompok yang bermanhaj seperti ini akan membantai-nya sebagaimana Allah SWT membinasakan kaum 'Aad dan Tsamud.
Dan Rosulullah ﷺ bersabda :
" لَئِنْ أَنَا أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ ".
"Seandainya aku bertemu dengan mereka pasti aku akan bunuh mereka sebagaimana kaum 'Aad dibantai". [HR. Bukhari no. 3344 dan Muslim no. 1064]
Dalam lafazd riwayat lain :
«لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ ثَمُودَ».
"Seandainya aku hadir pada masa itu, aku akan membunuh mereka sebagaimana bangsa Tsamud dibinasakan." [ HR. Bukhori no. 7432 dan Muslim no. 1064].
Syekh al-Islam Ibnu Taimiyah berkata:
"وَلِهَذَا يَحْتَاجُ الْمُتَدَيِّنُ الْمُتَوَرِّعُ إلَى عِلْمٍ كَثِيرٍ بِالْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَالْفِقْهِ فِي الدِّينِ وَإِلَّا فَقَدَ يُفْسِدُ تَوَرُّعُهُ الْفَاسِدَ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُهُ كَمَا فَعَلَهُ الْكُفَّارُ وَأَهْلُ الْبِدَعِ مِنْ الْخَوَارِجِ وَالرَّوَافِضِ وَغَيْرِهِمْ".
“Untuk itu, bagi orang yang bertaqwa [Waroo'] perlu memiliki banyak pengetahuan tentang Kitab, Sunnah, dan fikih dalam agama. Jika tidak, maka keshalehannya yang rusak dapat merusak lebih parah dari pada yang memperbaikinya , seperti yang dilakukan oleh orang-orang kafir dan para ahli bid'ah dari Khawarij, Rawafidh dan lainnya. [ Majmu al-Fataawaa 20/141-142]
Sejarah mereka dipenuhi dengan pemberontakan terhadap pemimpin Islam dan membiarkan para penyembah berhala. (Referensi: Al-Khawarij fi al-Ashr al-Umawi 108 & 125 oleh Dr. Suhair al-Qalamawi)
Kesimpulannya :
Mereka sangat keras beribadah dan sangat bersungguh-sungguh, akan tetapi dengan kejahilan dan minimnya fiqih. Mereka mengkafirkan siapa saja yang melakukan dosa besar dari kaum muslimin. Demikianlah ciri-ciri mereka sebagaimana disebutkan beberapa hadits dan disebutkan para ulama.
Namun demikian seseorang tidak boleh menuduh orang lain sebagai khawarij , yang semata-mata karena dia berbeda pendapat dengannya atau semata karena dia memandang bahwa orang tersebut cenderung punya sifat keras.
Tidak semua yang dianggap keras lantas disebut khawarij jika sejalan dengan pemahaman salafush shaleh .
Golongan khawarij terpecah menjadi beberapa golongan kecil , yang masing-masing mempunyai prinsip mereka sendiri-sendiri, selain prinsip itu mereka terpecah belah kedalam beberapa aliran yang saling bertentangan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya perbedaan pendapat diantara mereka, yang kadang-kadang hanya masalah sepele, dan masing-masing mempertahankan pendapatnya.
====
LEBIH BAIK MENDUGA DIRINYA SENDIRI AHLI NERAKA, DARI PADA MENGKLAIM ORANG LAIN AHLI NERAKA, MESKIPUN AHLI MAKSIAT .
KISAH AHLI MAKSIAT MASUK SYURGA :
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi (ﷺ) bersabda:
"كَانَ رَجُلٌ يُسْرِفُ عَلَى نَفْسِهِ فَلَمَّا حَضَرَهُ الْمَوْتُ قَالَ لِبَنِيهِ إِذَا أَنَا مُتُّ فَأَحْرِقُونِي ثُمَّ اطْحَنُونِي ثُمَّ ذَرُّونِي فِي الرِّيحِ فَوَاللَّهِ لَئِنْ قَدَر عَلَيَّ رَبِّي لَيُعَذِّبَنِّي عَذَابًا مَا عَذَّبَهُ أَحَدًا فَلَمَّا مَاتَ فُعِلَ بِهِ ذَلِكَ فَأَمَرَ اللَّهُ الْأَرْضَ فَقَالَ اجْمَعِي مَا فِيكِ مِنْهُ فَفَعَلَتْ فَإِذَا هُوَ قَائِمٌ فَقَالَ مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ قَالَ يَا رَبِّ خَشْيَتُكَ فَغَفَرَ لَهُ وَقَالَ غَيْرُهُ مَخَافَتُكَ يَا رَبِّ ".
"Ada seseorang yang melampaui batas atas dirinya (banyak dan berlebihan dalam berbuat dosa) dan ketika kematiannya sudah hampir dekat dia berpesan kepada anak-anaknya;
"Jika nanti aku meninggal dunia, bakarlah jasadku lalu tumbuklah menjadi debu kemudian terbangkanlah pada angin. Demi Allah, seandainya Rabbku telah menetapkan pasti aku akan disiksa dengan siksaan yang tidak akan ditimpakan kepada seorangpun".
Ketika orang itu meninggal dunia, perintahnya pun dilaksanakan. Kemudian Allah memerintahkan bumi dengan berfirman: "Kumpulkanlah apa yang ada padamu".
Maka bumi melaksanakan perintah Allah dan orang tadi berdiri menghadap, lalu Allah Ta'ala bertanya kepadanya: "Apa yang mendorongmu melakukan itu?".
Orang itu menjawab: "Wahai Rabb, karena aku takut kepada-Mu". Allah Ta'ala pun mengampuninya".
Dan perawi yang lain berkata; "Karena takut kepada-Mu, wahai Rabb". (menggunakan kata khauf sebagai ganti kata khasyyah). [[HR. [Bukhori no. 7508 dan Muslim no. 2756]]
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkomentar tentang hadits ini dengan mengatakan:
“Orang ini meragukan kekuasaan Allah dan ragu bahwa Allah akan memulihkannya jika jenazahnya tercerai-berai. Bahkan dia berkeyakinan bahwa dia tidak akan dibangkitkan, yang mana itu adalah merupakan kekufuran menurut kesepakatan umat Islam. Akan tetapi dia itu bodoh dan tidak tahu tentang itu. Namun demikian, dia adalah seorang mukmin yang takut bahwa Allah akan mengazab-nya, maka Allah memaafkannya dan mengampuninya karena itu.
Dengan demikian: Seorang penta'wil yang memenuhi syarat untuk melakukan ijtihaad dan dia tulus dalam keinginannya untuk mengikuti Rasul (SAW) maka dia lebih pantas mendapatkan pengampunan daripada orang seperti dalam hadits itu". [Akhiri kutipan]. (Majmu’ Fataawaa Ibn Taymiyyah, 3/231)
----
KISAH AHLI IBADAH YANG MASUK NERAKA
Berikut ini : Hadits tentang Ahli Ibadah yang masuk Neraka karena tidak bisa menjaga mulut dan hatinya :
Diriwayatkan dari Dhamdham bin Jaus al-Yamami beliau berkata:
Aku masuk ke dalam masjid Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam, di sana ada seorang lelaki itu tua yang diinai rambutnya, putih giginya. Bersama-samanya adalah seorang anak muda yang tampan wajahnya, lalu lelaki tua itu berkata:
يَا يَمَامِيُّ تَعَالَ ، لاَ تَقُولَنَّ لِرَجُلٍ أَبَدًا : لاَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ ، وَاللَّهِ لاَ يُدْخِلُكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ أَبَدًا
Wahai Yamami, mari ke sini. Janganlah engkau berkata selama-lamanya kepada seseorang: Allah tidak akan mengampuni engkau, Allah tidak akan memasukkan engkau ke dalam syurga selamanya.
Aku bertanya: Siapakah engkau, semoga Allah merahmati engkau?
Lelaki tua itu menjawab:
Aku adalah Abu Hurairah. Aku pun berkata: Sesungguhnya perkataan seumpama ini biasa seseorang sebutkan kepada sebahagian keluarganya atau pembantunya apabila dia marah.
Abu Hurairah pun berkata: Janganlah engkau menyebutkan perkataan sebegitu. Sesungguhnya Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
" كَانَ رَجُلَانِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَوَاخِيَيْنِ ، أَحَدُهُمَا مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ ، وَالْآخَرُ مُذْنِبٌ ، فَأَبْصَرَ الْمُجْتَهِدُ الْمُذْنِبَ عَلَى ذَنْبٍ ، فَقَالَ لَهُ : أَقْصِرْ ، فَقَالَ لَهُ : خَلِّنِي وَرَبِّي ، قَالَ : وَكَانَ يُعِيدُ ذَلِكَ عَلَيْهِ ، وَيَقُولُ : خَلِّنِي وَرَبِّي ، حَتَّى وَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ ، فَاسْتَعْظَمَهُ ، فَقَالَ : وَيْحَكَ أَقْصِرْ قَالَ : خَلِّنِي وَرَبِّي ، أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيبًا ؟ فَقَالَ : وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ أَبَدًا ، أَوْ قَالَ : لَا يُدْخِلُكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ أَبَدًا ، فَبُعِثَ إِلَيْهِمَا مَلَكٌ فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا ، فَاجْتَمَعَا عِنْدَهُ جَلَّ وَعَلَا ، فَقَالَ رَبُّنَا لِلْمُجْتَهِدِ : أَكُنْتَ عَالِمًا ؟ أَمْ كُنْتَ قَادِرًا عَلَى مَا فِي يَدِي ؟ أَمْ تَحْظُرُ رَحْمَتِي عَلَى عَبْدِي ؟ اذْهَبْ إِلَى الْجَنَّةِ يُرِيدُ الْمُذْنِبَ وَقَالَ لِلْآخَرِ : اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ
"Ada dua orang laki-laki dari bani Isra'il yang saling berbeda arah. Salah seorang dari mereka suka berbuat dosa sementara yang lain giat dalam beribadah. Orang yang giat dalam beribdah itu selalu melihat saudaranya berbuat dosa hingga ia berkata, "Berhentilah."
Lalu pada suatu hari ia kembali mendapati suadaranya berbuat dosa, ia berkata lagi, "Berhentilah."
Orang yang suka berbuat dosa itu berkata, "Biarkanlah aku bersama Tuhanku, apakah engkau diutus untuk selalu mengawasiku!"
Ahli ibadah itu berkata, "Demi Allah, sungguh Allah tidak akan mengampunimu, atau tidak akan memasukkanmu ke dalam surga."
Allah kemudian mencabut nyawa keduanya, sehingga keduanya berkumpul di sisi Rabb semesta alam.
Allah kemudian bertanya kepada ahli ibadah: "Apakah kamu lebih tahu dari-Ku? Atau, apakah kamu mampu melakukan apa yang ada dalam kekuasaan-Ku?"
Allah lalu berkata kepada pelaku dosa: "Pergi dan masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku." Dan berkata kepada ahli ibadah: "Pergilah kamu ke dalam neraka."
Abu Hurairah berkata,
فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَوْبَقَتْ دُنْيَاهُ وَآخِرَتَهُ
"Demi Dzat yang jiwaku ada dalam tangan-Nya, sungguh ia telah mengucapkan satu ucapan yang mampu merusak dunia dan akhiratnya."
( HR. Abu Daud 4318 Ibnu Hibban 5804 Abdullah bin al-Mubaarok dlm al-Musnad No. 36. Di shahihkan oleh Ibnu Hibban dan Syeikh Muqbil al-wadi’i )
----
KEKHAWATIRAN NABI ﷺ .
Dari Huzaifah ibnul Yaman -radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:
"إن مِمَّا أَتَخَوَّفُ عَلَيْكُمْ رجُل قَرَأَ الْقُرْآنَ، حَتَّى إِذَا رُؤِيَتْ بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ وَكَانَ رِدْء الْإِسْلَامِ اعْتَرَاهُ إِلَى مَا شَاءَ اللَّهُ، انْسَلَخَ مِنْهُ، وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ". قَالَ: قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ : الْمَرْمِيُّ أَوِ الرَّامِي؟ قَالَ: "بَلِ الرَّامِي".
“Sesungguhnya di antara hal yang saya takutkan terhadap kalian ialah seorang lelaki yang pandai membaca Al-Qur’an, hingga manakala keindahan Al-Qur’an telah dapat diresapinya dan Islam adalah sikap dan perbuatannya, lalu ia tertimpa sesuatu yang dikehendaki oleh Allah, maka ia melepaskan diri dari Al-Qur’an. Dan Al-Qur'an ia lemparkan di belakang punggungnya (tidak diamalkannya), lalu ia menyerang tetangganya dengan senjata dan menuduhnya telah musyrik”.
Huzaifah ibnul Yaman bertanya : "Wahai Nabi Allah, manakah di antara keduanya yang lebih musyrik, orang yang dituduhnya ataukah si penuduhnya?"
Rasulullahﷺ menjawab : "Tidak, bahkan si penuduhlah (yang lebih utama untuk dikatakan musyrik)."
[ Abu Ya'la Al-Mausuli dalam Musnad-nya (Tafsir Ibnu Katsir 3/509) dan Al-Bazzar dalam Musnadnya no. (175) .
Al-Haitsami berkata dalam Al-Majma' (1/188): 'Sanadnya hasan.'"
Ibnu Katsir berkata :
"هَذَا إِسْنَادٌ جَيِّدٌ. وَالصَّلْتُ بْنُ بَهْرَامَ كَانَ مِنْ ثِقَاتِ الْكُوفِيِّينَ، وَلَمْ يُرْمَ بِشَيْءٍ سِوَى الْإِرْجَاءِ، وَقَدْ وَثَّقَهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَيَحْيَى بْنُ مَعِينٍ، وَغَيْرُهُمَا".
Sanad hadis ini berpredikat jayyid [bagus]. Ash-Shilt ibnu Bahram termasuk ulama tsiqah dari kalangan penduduk Kufah, dia tidak pernah dituduh melakukan sesuatu hal yang membuatnya cela selain dari Irja (salah satu aliran dalam mazhab tauhid). Imam Ahmad ibnu Hambal menilainya tsiqah, demikian pula Yahya ibnu Ma'in dan lain-lainnya. (Tafsir Ibnu Katsir 3/509)
0 Komentar