Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

KEAGUNGAN AL-QURA’N SERTA KEUTAMAAN BAGI PEMBACANYA, PENGHAFALNYA DAN PENGAMALNYA.

KEAGUNGAN AL-QURA’N SERTA KEUTAMAAN BAGI PEMBACANYA, PENGHAFALNYA DAN PENGAMALNYA.

Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

----


****

DAFTAR ISI :

  • KALIMAT SINGKAT TENTANG AL-QURAN
  • UCAPAN SELAMAT UNTUK PARA PENGHAFAL AL-QUR'AN:
  • KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGHAFAL AL-QUR'AN
  • MANFAAT MENGAHAFAL DAN MEMBACA AL-QUR'AN:
  • DI DALAM AL-QUR’AN TERDAPAT PETUNJUK BAGI UMAT MANUSIA DAN PENJELASAN  AL-HUDAA WAL AL-FURQON.
  • BEBERAPA HADIS TENTANG KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR'AN:
  • BACA AL-QUR’AN DAN TILAWAHNYA ADALAH IBADAH & KENIKMATAN
  • MEMAHAMI DAN MENTADABBURI AL-QUR’AN ADALAH ANUGERAH ILAAHI
  • KEUTAMAAN AL-QUR'AN DIBANDINGKAN DENGAN SEGALA PERKATAAN YANG LAIN
  • TURUNNYA PARA MALAIKAT SAAT ORANG-ORANG BERKUMPUL MEMBACA AL-QUR'AN
  • KEAGUNGAN PAHALA AL-QUR'AN SETELAH KEMATIAN DAN KELAK DI AKHIRAT
  • PENGHAFAL AL-QUR'AN DAN PENGAMAL-NYA AKAN DIBERIKAN MAHKOTA KEAGUNGAN DI SURGA:
  • PENGELOMPOKAN MANUSIA BERDASARKAN PERLAKUAN MEREKA TERHADAP AL-QUR'AN
  • APA TUJUAN MUDAWAMAH MEMBACA AL-QUR'AN?"
  • JUMLAH APA YANG TERDAPAT DALAM KITAB ALLAH DARI SURAH, AYAT, DAN HURUF
  • QUR’AN MUSAILAMAH AL-KADZDZAAB (NABI PALSU)

====

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

******

KALIMAT SINGKAT TENTANG AL-QURAN:

Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan, bukan makhluk, yang diturunkan-Nya kepada Nabi-Nya Muhammad  dengan lafal dan makna. Al-Quran Al-Karim adalah kitab Islam yang abadi, mukjizatnya yang besar, dan petunjuk bagi seluruh manusia.

Allah berfirman :

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ

“Kitab yang Kami turunkan kepadamu (wahai Muhammad) agar kamu keluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.”

Dan sungguh, kami menyembah Allah dengan membacanya pada segala waktu, baik di malam hari maupun siang hari.

Allah berfirman :

" إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ "

“Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitab Allah, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka, baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan, mereka mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.”

Di dalamnya terdapat pembinaan perilaku dan penyusunan kehidupan. Barangsiapa yang berpegang teguh padanya, ia telah berpegang teguh pada tali yang kuat yang tidak akan putus. Dan barangsiapa yang berpaling daripadanya dan mencari petunjuk di tempat lain, maka sungguh, ia telah tersesat jauh.

Sungguh, Allah telah membuat manusia tidak mampu untuk menandingi surat yang paling pendek sekalipun darinya.

Allah berfirman :

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Dan jika kamu dalam keraguan tentang apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka datangkanlah satu surat yang serupa dengannya dan panggillah saksi-saksi selain Allah jika kamu orang-orang yang benar.”

Al-Quran ditulis di dalam mushaf, dihafal di dalam dada, dibaca dengan lidah, dan didengar dengan telinga. Maka, mendalami Al-Quran adalah salah satu ibadah yang terbaik dan bentuk ketaatan yang besar. Bagaimana hal itu tidak begitu, sedangkan setiap hurufnya dibalas dengan sepuluh kebaikan, baik dengan membacanya maupun merenungkan maknanya. Allah telah menyimpan di dalamnya pengetahuan tentang segala sesuatu, termasuk hukum-hukum, peraturan, perumpamaan, hikmah, pelajaran, sejarah, kisah-kisah, dan tata tertib alam semesta. Tidak ada satu pun aspek kehidupan yang dibiarkan tanpa penjelasan di dalamnya. Tidak ada satu pun peraturan dalam kehidupan yang diabaikan tanpa dijelaskan.

Rasulullah  bersabda :

" كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ نَبَأُ مَا قَبْلَكُمْ ، وَخَبَرُ مَا بَعْدَكُمْ ، وَحُكْمُ مَا بَيْنَكُمْ ، هُوَ الْفَصْلُ لَيْسَ بِالْهَزْلِ ، هُوَ الَّذِي مَنْ تَرَكَهُ مِنْ جَبَّارٍ قَصَمَهُ اللَّهُ ، وَمَنِ ابْتَغَى الْهُدَى فِي غَيْرِهِ أَضَلَّهُ اللَّهُ ، فَهُوَ حَبْلُ اللَّهِ الْمَتِينُ ، وَهُوَ الذِّكْرُ الْحَكِيمُ ، وَهُوَ الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ ، وَهُوَ الَّذِي لَا تَزِيغُ بِهِ الْأَهْوَاءُ ، وَلَا تَلْتَبِسُ بِهِ الْأَلْسِنَة ، وَلَا يَشْبَعُ مِنْهُ الْعُلَمَاءُ ، وَلَا يَخْلَقُ عَنْ كَثْرَةِ الرَّدِّ ، وَلَا تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ ، وَهُوَ الَّذِي لَمْ يَنْتَهِ الْجِنُّ إِذْ سَمِعَتْهُ أَنْ قَالُوا ( إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا ) ، هُوَ الَّذِي مَنْ قَالَ بِهِ صَدَقَ ، وَمَنْ حَكَمَ بِهِ عَدَلَ ، وَمَنْ عَمِلَ بِهِ أُجِرَ ، وَمَنْ دَعَا إِلَيْهِ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ "

“Al-Qur’an adalah yang menyampaikan berita tentang apa yang terjadi sebelum kalian, memberikan informasi tentang apa yang akan terjadi setelah kalian, dan memberikan hukum untuk masalah-masalah di antara kalian. Al-Qur’an adalah penetapan yang tidak boleh dianggap remeh.

Barangsiapa yang meninggalkannya karena sikap sombong, maka Allah akan memecahkannya. Dan siapa pun yang mencari petunjuk dari sumber selain Al-Qur’an, maka Allah akan menyesatkannya.

Al-Qur’an adalah tali Allah yang kuat, merupakan pengingat yang bijaksana, adalah jalan yang lurus, yang tidak bisa digoyahkan oleh hawa nafsu, tidak membuat lidah tersandung, tidak akan membuat para ulama merasa puas darinya, dan tidak akan habis oleh banyaknya penjelasan. Keajaiban-keajaibannya tidak akan pernah habis.

Ini adalah Al-Qur’an yang setan-sendiri belum pernah mendengar sesuatu yang mengagumkan seperti itu dan berkata: ‘Sesungguhnya kami telah mendengar sebuah Al-Qur’an yang sangat mengherankan.

Barangsiapa yang membenarkan Al-Qur’an, maka akan memperoleh kebenaran. Barangsiapa yang menjadikannya sebagai hukum, mak akan memperoleh keadilan. Barangsiapa yang mengamalkannya, akan mendapat pahala. Dan barangsiapa yang mengajak kepada Al-Qur’an, maka akan dipimpin kepada jalan yang lurus.”

TAKHRIJ HADITS :

Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam kitabnya (Sunan At-Tirmidzi) nomor 2906, Ibnu Abi Syaibah dalam Musannafnya (10/482), Ad-Darimi dalam Sunannya (2/435), Al-Bazzar dalam Musnadnya (3/71-72), Ad-Darqutni dalam kitab “I’laaluhu” (3/140-141), Al-Firyabi dalam “Fadhail Al-Qur’an” halaman 81, Abu Bakr Al-Anbari dalam “I’idah Al-Waqfi Wal Ibtidaa” (1/5-6), Muhammad bin Nashr Al-Marozi dalam “Qiyam Al-Lail” halaman 157, Yahya bin Al-Husain Asy-Syajari dalam “Al-Amaal” (1/91), dan Al-Baihaqi dalam “Asy-Syu’ab” (4/496-497) melalui jalan Hamzah Az-Ziyat dengan sanad ini, namun sanadnya lemah karena kelemahan Harits bin Abdullah.

At-Tirmidzi berkata:

"هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إلَّا مِنْ حَدِيثِ حَمْزَةَ الزِّيَاتِ وَإِسْنَادُهُ مَجْهُولٌ، وَفِي حَدِيثِ الْحَارِثِ مَقَالٌ ".اهْـ

“Hadith ini adalah hadith gharib yang kita tidak mengetahuinya kecuali dari riwayat Hamzah Az-Ziyat dan sanadnya tidak diketahui. Dalam hadith Harits terdapat perbincangan.”

Dan disebutkan dari jalur Sa’id bin Sinan Al-Barjami dari Urwah bin Murrah dari Sa’id bin Firuz dari Al-Harith Al-A’war dengannya.

Diriwayatkan oleh Ad-Darimi (2/435-436), Al-Firyabi dalam “Fadail Al-Qur’an” (79), Al-Bazzar (3/70-71), Abu Al-Fadhl Ar-Razi dalam “Fadail Al-Qur’an” (35).

Diriwayatkan pula oleh Ahmad (1/91), Abu Ya’la (1/302-303), dan Al-Bazzar (3/70) dari jalur Ibnu Ishaq dari Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi dari Al-Harith dengannya.

Diriwayatkan juga oleh Al-Khatib dalam “Tarikh Baghdad” (8/321) dari jalur Abu Hashim dari seseorang yang mendengar dari Ali...

Sanad ini lemah karena terdapat orang yang tidak disebutkan namanya, dan nampaknya orang itu adalah Al-Harith.

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam “Fadhail Al-Qur’an” halaman 17-18 setelah menyebutkan riwayat-riwayat ini dan membahasnya:

 وَقَصَارَى هَذَا الْحَدِيثِ أَنْ يَكُونَ مِنْ كَلَامِ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَقَدْ وَهمَ بَعْضُهُمْ فِي رَفْعِهِ، وَهُوَ كَلَامٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.

“Inti dari hadis ini adalah bahwa itu adalah perkataan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, dan beberapa orang menyangka bahwa hadis ini diragukan, padahal itu adalah perkataan yang baik dan sahih.”

Dan dia memiliki saksi dari hadis Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh Abu Ubaid dalam “Fadail Al-Qur’an” halaman 21, Ibnu Ad-Durais 58, Al-Hakim (1/555), Al-Ajurri dalam “Akhlaq Hamalat Al-Qur’an” (11), Ibnu Hibban dalam “Al-Majruhin” (1/100), Abu Ash-Shaikh dalam “Tabaqat As-Shafiyyin” (4/252), Abu Al-Fadhl Ar-Razi 30, Abu Nu’aim dalam “Akhbar Asbahan” (2/278), Ibnu Al-Jauzi dalam “Al-‘Ilal” (1/101-102), Yahya bin Al-Husain Asy-Syajari dalam “Al-Amali” (1/88), dan Al-Baihaqi dalam “Asy-Syu’ab” (4/550).

Sanadnya dinilai lemah karena ada Ibrahim bin Muslim Al-Hijri, dan dia lemah dalam meriwayatkan hadis. Namun, Al-Hakim telah menshahihkan hadis tersebut .

Dan Adz-Dzahabi berkata: “Ibrahim bin Muslim lemah.”

Ibnu Al-Jauzi berkata:

يُشْبِهُ أَنْ يَكُونَ مِنْ كَلَامِ ابْنِ مَسْعُودَ.

“Nampaknya ini adalah perkataan Ibnu Mas’ud.”

Ibnu Katsir berkata dalam “Fadhail Al-Qur’an” halaman 17-18:

وَهَذَا غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ، وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ مُسْلِمٍ هُوَ أَحَدُ التَّابِعِينَ، وَلَكِنْ تَكَلَّمُوا فِيهِ كَثِيرًا، وَقَالَ أَبُو حَاتِمِ الرَّازِيُّ: لَيْنٌ لَيْسَ بِالْقَوِيِّ. وَقَالَ أَبُو الْفَتْحِ الْأَزْدِيُّ: رَفَّاعٌ كَثِيرُ الْوَهْمِ.

“Ini adalah sesuatu yang ghorib [asing] dari sisi ini, dan Ibrahim bin Muslim adalah salah satu dari Tabi’in, namun banyak yang berbicara tentangnya. Abu Hatim Ar-Razi berkata: ‘Lemah, bukan yang kuat.’ Abu Al-Fath Al-Azdi berkata: ‘Suka memarfu’kan hadits dan banyak wahm [menduga-duga].’

Ibnu Katsir berkata:

فَيُحْتَمَلُ – وَاللَّهُ أَعْلَمُ – أَنْ يَكُونَ وَهْمًا فِي رَفْعِ هَذَا الْحَدِيثِ وَإِنَّمَا هُوَ مِنْ كَلَامِ ابْنِ مَسْعُودٍ وَلَكِنْ لَهُ شَاهِدٌ مِنْ وَجْهٍ آخَرٍ وَاللَّهُ أَعْلَمُ.

‘Mungkin – wallaahu a’lam – bahwa itu adalah wahm [menduga-duga] dalam memarfu’kan hadis ini, padahal sebenarnya ini adalah perkataan Ibnu Mas’ud, akan tetapi ada saksi dari sisi lainnya. Wallaahu a’lam.’”

Riwayat yang mawquuf pada Ibnu Mas’ud diriwayatkankan oleh Ad-Darimi (2/431), Ath-Thabrani dalam “Al-Kabir” (9/139), Abu Nu’aim dalam “Akhbar Asbahan” (2/272), Abu Al-Fadhl Ar-Razi 31 dan 32, dan Al-Baihaqi dalam “Asy-Syu’ab” (4/549).

Dan baginya memiliki saksi dari hadis Abu Sa’id Al-Khudri yang disampaikan oleh Ath-Thabari dalam “Al-Kabir” (7570) dan dalam riwayat ini ada Athiyyah Al-‘Aufi, yang lemah, dan yang lebih dekat kebenarannya dalam hadis-hadis ini adalah bahwa mawquf pada para sahabat ini, radhiyallaahu ‘anhu .

Adz-Dzahabi mengingkari bahwa hadis ini marfu’ kepada Nabi  . Sedangkan Ibnu Katsir membenarkan bahwa hadis tersebut Mawquf (perkataan sahabat), dan ini adalah pendapat yang paling kuat menurutnya. Walaahu a’lam.

[Takhrij hadits selesai]

LANJUT :

Al-Quran ini adalah kitab kami, konstitusi kami dan sumber cahaya bagi kami. Jika kita, umat Islam, tidak membacanya, maka apakah kita akan menunggu umat Yahudi, umat Nasrani dan umat lainnya untuk membacanya?

Allah berfirman :

﴿وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلًا﴾

Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan (penuh tadabbur) kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. [Al Isra: 106]

Betapa besar pahala bagi siapa yang membaca Kitabullah, sungguh-sungguh dan fokus dalam menghafalnya, karena baginya pada setiap hurufnya mendapatkan sepuluh kebaikan, dan Allah melipatgandakan pahala bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui

*****

UCAPAN SELAMAT UNTUK PARA PENGHAFAL AL-QUR’AN:

Selamat bagi kalian yang menjaga Al-Qur’an yang Mulia dengan cara menghafalnya , selamat bagi kalian atas pahala yang besar dan balasan yang banyak.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah  bersabda:

«مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ»

“Tidaklah sekelompok orang berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya di antara mereka kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat menyelubungi mereka, para malaikat meliputi mereka, dan Allah menyebutkan mereka di antara orang-orang yang berada di sisinya” (HR. Muslim).

Kalian adalah keluarga Allah dan khusus-Nya. Kalian adalah yang paling berhak mendapatkan penghormatan dan kemuliaan. Abu Musa Al-Asy’ari berkata: Rasulullah  bersabda:

إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ تَعَالَى إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ، وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرَ الْغَالِي فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ.

“Sesungguhnya di antara pengangungan kepada Allah adalah menghormati seorang muslim yang telah beruban , dan menghormati pembawa Al-Qur’an yang tidak melampaui batas dengannya, dan tidak menjauhkan diri darinya, dan menghormati penguasa yang adil”

(HR. Abu Dawud no. 4843. Ibnu Muflih dalam al-Adab asy-Syar’iyyah 2/315 menyatakan bahwa sanadnya Jayyid. Dan dihasankan oleh syeikh al-Albaani dalam Shahih Abu Daud.

Kalian adalah yang terbaik di antara manusia. Kalian telah mendapatkan pujian ini dari Nabi kalian . Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah  bersabda:

« خَيركُم مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعلَّمهُ » .

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Al-Bukhari).

Para penghafal firman Allah, kalian adalah yang paling besar pahalanya dan paling banyak pahalanya. Bagaimana tidak, kalian membawa dalam dada-dada kalian firman Tuhan kalian, dan kalian berjalan dengan cahaya Tuhan kalian, Sang Pencipta kalian. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah  bersabda:

« الَّذِي يَقرَأُ القُرْآنَ وَهُو ماهِرٌ بِهِ معَ السَّفَرةِ الكرَامِ البررَةِ ، والذي يقرَأُ القُرْآنَ ويتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُو عليهِ شَاقٌّ له أجْران »

“Orang yang membaca Al-Qur’an dan mahir dalam membacanya akan bersama para malaikat yang mulia dan bersih, dan orang yang membaca Al-Qur’an dan terbata-bata dalam membacanya sementara ia sulit untuk melakukannya, baginya dua kali pahala” (Muttafaqun ‘alaih).

Bersukacitalah, hai para ahli Al-Qur’an! Aku sampaikan kabar gembira kepada kalian, berdasarkan hadis Nabi al-Hudaa . Di dalamnya, tergambar dialog Al-Qur’an dan syafaat bagi pemiliknya di hari kiamat.

Dari Abu Hurairah dari Nabi , ia berkata:

" يَجِيءُ الْقُرْآنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، فَيَقُولُ يَا رَبِّ حَلِّهِ ، فَيُلْبَسُ تَاجَ الْكَرَامَةِ ، ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ زِدْهُ ، فَيُلْبَسُ حُلَّةَ الْكَرَامَةِ ، ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ ارْضَ عَنْهُ ، فَيَرْضَى عَنْهُ ، فَيُقَالُ لَهُ : اقْرَأْ وَارْقَ وَتُزَادُ بِكُلِّ آيَةٍ حَسَنَةً "

“Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat, lalu berkata, ‘Wahai Tuhanku, perindahlah dia.’ Lalu ia diberi mahkota kehormatan. Kemudian berkata, ‘Wahai Tuhanku, tambahkanlah kepadanya.’ Maka diberi pakaian kehormatan. Kemudian berkata, ‘Wahai Tuhanku, ridhoilah dengannya.’ Maka diridhai. Lalu dikatakan kepadanya, ‘Bacalah dan naiklah, dan untuk setiap ayat kamu diberi kebaikan’ “

(HR. At-Tirmidzi dan dia berkata: Hadis ini hasan shahih).

Dan hal ini juga diteguhkan oleh hadis Abu Umamah, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah  bersabda:

« اقْرَؤُوا القُرْآنَ فإِنَّهُ يَأْتي يَوْم القيامةِ شَفِيعاً لأصْحابِهِ »

“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pembela [pemberi syafa’at] bagi pemiliknya” (HR. Muslim).

“Wahai penjaga Al-Qur’an dengan hafalannya, di mana pun kalian berada, mata Allah selalu menjaga kalian. Ahli Al-Qur’an adalah orang-orang yang tidak suka berbuat maksiat atau dosa, tidak suka berbuat aib dan munkar, karena Al-Qur’an menahan mereka, lafadz-lafadznya mencegah mereka, huruf-hurufnya menghalangi mereka, dan ayat-ayatnya mengingatkan mereka.

Di dalamnya terdapat janji surga dan ancaman neraka, peringatan dan ancaman. Maka, biarkan lidah kalian tersibukkan dengan membaca Al-Qur’an yang agung, biarkan bumi bergema dengan tilawah Al-Qur’an yang mulia, dan biarkan suara bacaan kalian terdengar seperti gemuruh suara lebah, sebagaimana yang disampaikan oleh Nuwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah  bersabda:

«يُؤْتى يوْمَ القِيامةِ بالْقُرْآنِ وَأَهْلِهِ الذِين كانُوا يعْمَلُونَ بِهِ في الدُّنيَا تَقدُمهُ سورة البقَرَةِ وَآل عِمرَانَ ، تحَاجَّانِ عَنْ صاحِبِهِمَا»

“Al-Qur’an beserta ahlinya yang dulu mengamalakannya akan didatangkan pada hari kiamat, surah Al-Baqarah dan Ali ‘Imran akan maju mendahuluinya dan berargumentasi membela pemilik keduanya.” (HR. Muslim).

Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah  bersabda:

«إنَّ الَّذي لَيس في جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ القُرآنِ كالبيتِ الخَرِبِ »

“Sesungguhnya orang yang tidak memiliki apa pun dari Al-Qur’an dalam hatinya seperti rumah yang telah hancur.” (Tirmidzi, katanya: Hadits hasan sahih).

Dan wasiat beliau  untuk umatnya secara umum, dan khususnya untuk para penghafal Al-Qur’an, adalah untuk selalu mengamalkan Al-Qur’an secara terus-menerus.

Beliau  bersabda:

تَعَاهَدُوا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنْ الْإِبِلِ فِي عُقُلِهَا

Biasakanlah kalian membaca al-Qur’an, Demi Allah yang nyawaku ada ditanganNya, hafalan al-Qur’an itu lebih mudah lepas dari seekor onta dari ikatannya . [ al-Bukhari (no. 5033) dan Muslim (no. 791)].

Siapa pun yang merenungkan hadits agung ini, dan memperhatikan maknanya, akan menyadari betapa besar wasiat ini, dan akan menyadari pentingnya menjaga untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an, serta mengamalkannya, agar menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat.

Disunnahkan untuk mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an setiap bulan, kecuali jika seseorang merasa memiliki energi yang cukup, maka dia dapat menyelesaikannya setiap minggu, namun sebaiknya tidak kurang dari itu, agar pembacaannya itu disertai penuh dengan tadabbur dan tafakkur, dan untuk menghindari beban yang tidak dapat ditanggung oleh diri sendiri, karena dalam hadits shahih dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:

اقْرَأِ القُرْآنَ في كُلِّ شَهْرٍ قالَ قُلتُ: إنِّي أَجِدُ قُوَّةً، قالَ: فَاقْرَأْهُ في عِشْرِينَ لَيْلَةً قالَ قُلتُ: إنِّي أَجِدُ قُوَّةً، قالَ: فَاقْرَأْهُ في سَبْعٍ وَلَا تَزِدْ علَى ذلكَ.

Rasulullah  bersabda kepadaku: “Bacalah Al-Qur’an dalam satu bulan.” Saya berkata: Saya mampu. Rasulullah  berkata: “Bacalah dalam tujuh (hari), dan jangan kurangi daripada itu.” [HR. Bukhori no. 1978 dan Muslim no. 1159].

“Saya menasihati semua Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, untuk menghafal Kitab Allah Ta’ala sejauh yang mereka mampu, dan hendaklah mereka waspada terhadap godaan setan dan halangan semangat. Hari ini adalah kesehatan, besok mungkin sakit; hari ini adalah kehidupan, besok adalah kematian; hari ini adalah waktu senggang, besok adalah kesibukan. Maka manfaatkanlah hidup dunia ini untuk mendekatkan diri kepada Allah sebanyak yang kalian bisa. Kalian bertanggung jawab atas waktu, perbuatan, dan perkataan kalian.

Waspadalah terhadap meninggalkan Kitab Allah, karena Allah menurunkannya agar kita membacanya, merenungkan ayat-ayatnya, dan mengambil pelajaran dari nasihat-nasihatnya.

Allah berfirman :

﴿وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا﴾

“Dan Rasul berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini mahjuuro [sebagai sesuatu yang diabaikan atau tidak dipedulikan].” [QS. Al Furqan ayat 30]

Ada orang-orang yang hanya mengenal Al-Qur’an pada bulan Ramadan saja, betapa buruknya orang-orang yang hanya mengenal Al-Qur’an pada bulan Ramadan.

Ada pula yang hanya mengingat Kitab Allah saat dihadapkan pada cobaan dan musibah, kemudian setelah itu kembali lalai.

Mereka adalah orang-orang yang berada pada derajat terendah. Maka jangan biarkan diri kalian menjadi seperti itu. Berjuanglah untuk menjaga dan mempelajari Kitab Allah serta memahami maknanya. Allah tidak akan bosan memberi hingga kalian bosan menerima.

Bagi yang tidak mampu menghafal Kitab Allah Ta’ala, dan bagi yang tidak memiliki anak-anak di lingkungan tahfidz al-Qur’an, maka segeralah berusaha sebelum waktu dan umur habis. Penyesalan tidak akan bermanfaat nanti. Medan perlombaan masih terbuka, dan Allah akan menguji siapa di antara kalian yang melakukan amal terbaik.”

*****

KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGHAFAL AL-QUR’AN

Membaca dan menghafal Al-Qur’an adalah salah satu amal shalih yang paling dicintai oleh Allah SWT yang dapat mendekatkan hamba kepada-Nya dan meraih keridhaan-Nya. Menghafal Al-Qur’an dan terus-menerus membacanya memiliki banyak keutamaan dan manfaat, serta pahala yang besar. Ini merupakan sebab untuk menjalani kehidupan yang baik, memasuki surga, serta terhindar dari neraka. Selain itu, Al-Qur’an juga merupakan sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat.

*****

MANFAAT MENGAHAFAL DAN MEMBACA AL-QUR’AN:

Pertama : Dalam membaca Al-Qur’an, kita mengikuti perintah Allah SWT yang berfirman:

 فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْاٰنِۗ

“Bacalah apa yang mudah (bagi kalian) dari Al-Qur’an” . (QS. Al-Muzzammil: 20).

Dan juga mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW yang memperhatikan dan menjaga Al-Qur’an.

Kedua. Membaca Al-Qur’an dengan baik akan memperkuat iman seseorang. Allah SWT berfirman :

﴿الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاَوَتِهِ أُوْلَـئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمن يَكْفُرْ بِهِ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ﴾.

“Orang-orang yang Kami berikan Al Kitab kepada mereka, mereka membacanya dengan sebenar-benar bacaan, mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an. Dan siapa yang ingkar kepada Al Qur’an, mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Baqarah: 121).

Ketiga : Membaca Al-Qur’an adalah sebab untuk meraih kesuksesan, keberuntungan, dan keuntungan di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman :

﴿إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ﴾ .

“Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat serta menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka dengan sembunyi atau terang-terangan, mereka mengharapkan perniagaan yang tidak akan pernah merugi.” (QS. Fathir: 29).

Keempat : Allah SWT memuji orang-orang yang membaca ayat-ayat-Nya :

﴿لَيْسُواْ سَوَاء مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَآئِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللّهِ آنَاء اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ﴾

Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (yakni shalat)”. (QS. Ali Imran: 113).

Semoga kita semua menjadi orang-orang yang tekun dalam membaca dan menghafal Al-Qur’an serta mengambil manfaat dari ayat-ayat-Nya.

*****

DI DALAM AL-QUR’AN TERDAPAT PETUNJUK BAGI UMAT MANUSIA
DAN PENJELASAN  AL-HUDAA WAL-FURQON.

Allah Ta’ala berfirman:

﴿ شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ﴾

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. [QS. Al Baqarah ayat 185]

Di dalamnya terdapat petunjuk hidayah dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dengan pahala yang besar.

Allah Ta’ala berfirman:

﴿إِنَّ هَـذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً﴾ .

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS. Al-Isra: 9).

Menghafal dan membaca Al-Qur’an adalah sebab bagi seorang Muslim untuk mendapatkan syafa’at Al-Qur’an di hari Kiamat. Hal ini dianggap lebih baik daripada dunia dan segala macam kenikmatan dan kesenangan di dalamnya.

Dengan demikian, seorang Muslim akan mencapai derajat menjadi bagian dari ahli Allah dan diistimewakan oleh-Nya dari kalangan manusia.

Di dalam kitab Allah Ta’ala terdapat penyembuhan dan rahmat, sebagaimana firman-Nya:

﴿وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إَلاَّ خَسَاراً﴾ .

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar [kesembuhan] dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidak menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Isra: 82).

****

BEBERAPA HADIS TENTANG KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR’AN:

1] Dari Abu Umamah, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah  bersabda:

« اقْرَؤُا القُرْآنَ فإِنَّهُ يَأْتي يَوْم القيامةِ شَفِيعاً لأصْحابِهِ »

“Bacalah Al-Qur’an, karena dia akan datang di hari Kiamat sebagai pemberi syafaat bagi penghafalnya.” (Muslim)

2] Dari An-Nawwas bin Sam’an, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah  bersabda:

«يُؤْتى يوْمَ القِيامةِ بالْقُرْآنِ وَأَهْلِهِ الذِين كانُوا يعْمَلُونَ بِهِ في الدُّنيَا تَقدُمهُ سورة البقرة وَ آل عمران ، تحَاجَّانِ عَنْ صاحِبِهِمَا»

“Pada hari Kiamat, Al-Qur’an akan datang bersama para pembacanya yang mengamalkannya di dunia, surah Al-Baqarah dan Ali ‘Imran datang lebih awal, keduanya akan berdebat membela pemiliknya.” (Muslim)

3] Dari Utsman bin ‘Affan, dia berkata: Rasulullah  bersabda:

« خَيركُم مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعلَّمهُ»

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (Bukhari)

4] Dari ‘Aisyah, dia berkata: Rasulullah  bersabda:

« الَّذِي يَقرَأُ القُرْآنَ وَهُو ماهِرٌ بِهِ معَ السَّفَرةِ الكرَامِ البررَةِ ، والذي يقرَأُ القُرْآنَ ويتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُو عليهِ شَاقٌّ له أجْران »

“Orang yang membaca al-Qur’an dan ia mahir membacanya, akan bersama malaikat yang mulia nan baik-baik; sedangkan orang yang membaca al-Qur’an namun masih terbata-bata, maka ia akan memperoleh 2 (dua) pahala” (Muttafaqun ‘alaih) 

5] Dari Abu Musa Al-Asy’ari, dia berkata: Rasulullah  bersabda:

« مثَلُ المؤمنِ الَّذِي يقْرَأُ القرآنَ مثلُ الأُتْرُجَّةِ : ريحهَا طَيِّبٌ وطَعمُهَا حلْوٌ ، ومثَلُ المؤمنِ الَّذي لا يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمثَلِ التَّمرةِ: لا رِيح لهَا وطعْمُهَا حلْوٌ ، ومثَلُ المُنَافِق الذي يَقْرَأُ القرْآنَ كَمثَلِ الرِّيحانَةِ : رِيحها طَيّبٌ وطَعْمُهَا مرُّ ، ومَثَلُ المُنَافِقِ الذي لا يَقْرَأُ القرآنَ كَمَثلِ الحَنْظَلَةِ : لَيْسَ لَها رِيحٌ وَطَعمُهَا مُرٌّ »

“Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti Utrujjah, baunya harum dan rasanya manis.

Dan perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti kurma, tidak berbau dan rasanya manis.

Dan perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti Raihanah, baunya harum namun rasanya pahit.

Dan perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti Handzalah, tidak berbau dan rasanya pahit.” (Muttafaqun ‘alaih)

6] Dari Umar bin Khaththab, dia berkata: Rasulullah  bersabda:

« إِنَّ اللَّه يرفَعُ بِهذَا الكتاب أَقواماً ويضَعُ بِهِ آخَرين »

“Sesungguhnya Allah akan meninggikan derajat beberapa golongan dengan Al-Qur’an ini dan akan merendahkan yang lain.” (Muslim)

7] Dari [Abu Hurairah] bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ فَسَمِعَهُ جَارٌ لَهُ فَقَالَ لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الْحَقِّ فَقَالَ رَجُلٌ لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ

“Tidak diperbolehkan hasad kecuali pada dua perkara, yaitu; Seseorang yang telah diajari Al Qur`an oleh Allah, sehingga ia membacanya di pertengahan malam dan siang, sampai tetangga yang mendengarnya berkata, ‘Duh.., sekiranya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si Fulan, niscaya aku akan melakukan apa yang dilakukannya.’ Kemudian seseorang diberi karunia harta oleh Allah, sehingga ia dapat membelanjakannya pada kebenaran, lalu orang pun berkata, ‘Seandainya aku diberi karunia sebagaimana si Fulan, maka niscaya aku akan melakukan sebagaimana yang dilakukannya.’” [HR. Bukhori no. 4638]

Dari Ibnu Umar, dari Nabi , beliau bersabda:

« لا حَسَدَ إلاُّ في اثنَتَيْن : رجُلٌ آتَاهُ اللَّه القُرآنَ ، فهوَ يقومُ بِهِ آناءَ اللَّيلِ وآنَاءَ النَّهَارِ ، وَرجُلٌ آتَاهُ اللَّه مالا ، فهُو يُنْفِقهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النهارِ »

“Tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara: seseorang yang diberikan kepandaian Al-Qur’an oleh Allah, lalu ia membaca dan mengamalkannya pada malam dan siang hari, dan seseorang yang diberi harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya pada malam dan siang hari.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 5025 dan Muslim, no. 815]

 Kata “waktu siang dan malam” merujuk pada segala waktu.

8] Dari Buraidah bin Azib, dia berkata:

كَانَ رَجلٌ يَقْرَأُ سورة الكهف ، وَعِنْدَه فَرسٌ مَربوطٌ بِشَطَنَيْنِ فَتَغَشَّته سَحَابَةٌ فَجَعَلَت تَدنو ، وجعلَ فَرسُه ينْفِر مِنها . فَلَمَّا أَصبح أَتَى النَّبِيَّ ﷺ . فَذَكَرَ له ذلكَ فقال : « تِلكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلتْ للقُرآنِ »

Ada seorang laki-laki membaca surat Al Kahfi, sementara di sampingnya terdapat seekor kuda yang terikat dengan dua tali ikatan. Tiba-tiba ia dinaungi oleh gumpalan awan. Awan tersebut kemudian berputar-putar dan mendekat, hingga kuda itu pun lari. Ketika pagi, laki-laki itu mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menuturkan hal itu kepada beliau, maka beliau pun bersabda: “Itulah As sakinah (ketenangan) yang turun bagi (pembaca) Al Qur`an.” (Muttafaqun ‘alaih)

9] Dari Ibnu Mas’ud, dia berkata: Rasulullah  bersabda:

«منْ قرأَ حرْفاً مِنْ كتاب اللَّهِ فلَهُ حسنَةٌ ، والحسنَةُ بِعشرِ أَمثَالِهَا لا أَقول : الم حَرفٌ ، وَلكِن : أَلِفٌ حرْفٌ، ولامٌ حرْفٌ ، ومِيَمٌ حرْفٌ »

“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan: Alif Lam Mim adalah satu huruf, tetapi Alif adalah satu huruf, Lam adalah satu huruf, dan Mim adalah satu huruf.” (Tirmidzi)

Tirmidzi berkata : “Ini adalah Hadits Hasan”.

9] Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Rasulullah  bersabda:

«إنَّ الَّذي لَيس في جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ القُرآنِ كالبيتِ الخَرِبِ »

“Seseorang yang dalam dadanya tidak ada sesuatu pun dari Al-Qur’an, seperti rumah yang kosong dan terlantar.” (Tirmidzi)

Tirmidzi berkata : “Ini adalah Hadits Hasan”.

10] Dari Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash, dari Nabi , beliau bersabda:

« يُقَالُ لِصاحبِ القرآن : اقْرأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَما كُنْتَ تُرَتِّلُ في الدُّنْيَا ، فَإنَّ منْزِلَتَكَ عِنْد آخِرِ آيةٍ تَقْرَؤُهَا »

“Pemilik Al-Qur’an akan dihadapkan dengan perintah: Bacalah dan terus naiklah (ke surga) serta bacalah dengan tartil seperti engkau dahulu membacanya dengan tartil di dunia, karena kedudukanmu akan bergantung pada ayat terakhir yang kau baca.” (Abu Dawud dan Tirmidzy ).

Tirmidzi berkata : “Ini adalah Hadits Hasan Shahih ”.

*****

BACA AL-QUR’AN DAN TILAWAHNYA ADALAH IBADAH & KENIKMATAN

Pembacaan Al-Quran dan pengucapannya adalah ibadah di antara ibadah-ibadah lainnya, dan ia merupakan bagian dari dzikir yang memberi pahala kepada pembaca. Oleh karena itu, Rasulullah  mendorong kita untuk membacanya dan menunjukkan betapa besar pahalanya.

Banyak membaca Al-Quran menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi seorang Muslim yang menikmati bacaannya, memberikan ketenangan jiwa dan kedamaian dalam hati, sebagaimana Allah berfirman:

﴿ الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴾

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d: 28).

Dengan membaca Al-Quran secara berulang-ulang dengan penuh kesenangan, pembaca akan berusaha memahami apa yang dibacanya dengan kesadaran dan pemahaman yang mendalam. Apabila pemahaman tercapai, tanpa keraguan dia akan memasuki tingkat tadabbur dan tafakkur, dan mulai merenungkan ayat-ayat Allah dalam Al-Quran. Pada saat itulah ia akan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya dengan pengetahuan, kesadaran, dan pemahaman yang utuh.

Orang yang membaca Al-Quran tanpa menikmati bacaannya dan tanpa berusaha memahami maksud Allah dari ayat-ayat yang dibacanya, maka ia hanya sebatasa mendapatkan pahala bacaan saja, akan tetapi ia tidak bisa menghayatinya, mentadabburinya dan mentafakkuri kandungannya. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang Muslim untuk mengetahui kandungan al-Qur’an dan manfaat keilmuan yang terdapat di dalamnya untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT,

serta mendapatkan pahala besar yang telah Allah sediakan bagi orang yang mentadabburi Al-Quran.

*****

MEMAHAMI DAN MENTADABBURI AL-QUR’AN ADALAH ANUGERAH ILAAHI

Pemahaman dan tadabbur terhadap Al-Quran adalah karunia dari Allah Yang Maha Pemberi, Dia memberikannya kepada siapa saja yang sungguh-sungguh mencarinya dan mengikuti jalan-jalan yang mengarah kepadanya dengan sungguh-sungguh dan tekun. Sedangkan bagi mereka yang duduk-duduk serta tenggelam dalam kemewahan dunia dan sibuk dengan keinginan duniawi, lalu mereka ingin memahami Al-Quran tanpa perjuangan maka sungguh itu sangatlah sulit, bahkan mustahil, meskipun mereka berharap kepada Allah untuk itu.

Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasul kita Muhammad , dan itu adalah mukjizat abadi-Nya. Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa ia meriwayatkan hadis dari Nabi , di antaranya hadis mengenai Al-Quran :

" كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ نَبَأُ مَا قَبْلَكُمْ ، وَخَبَرُ مَا بَعْدَكُمْ ، وَحُكْمُ مَا بَيْنَكُمْ ، هُوَ الْفَصْلُ لَيْسَ بِالْهَزْلِ ، هُوَ الَّذِي مَنْ تَرَكَهُ مِنْ جَبَّارٍ قَصَمَهُ اللَّهُ ، وَمَنِ ابْتَغَى الْهُدَى فِي غَيْرِهِ أَضَلَّهُ اللَّهُ ، فَهُوَ حَبْلُ اللَّهِ الْمَتِينُ ، وَهُوَ الذِّكْرُ الْحَكِيمُ ، وَهُوَ الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ ، وَهُوَ الَّذِي لَا تَزِيغُ بِهِ الْأَهْوَاءُ ، وَلَا تَلْتَبِسُ بِهِ الْأَلْسِنَة ، وَلَا يَشْبَعُ مِنْهُ الْعُلَمَاءُ ، وَلَا يَخْلَقُ عَنْ كَثْرَةِ الرَّدِّ ، وَلَا تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ ، وَهُوَ الَّذِي لَمْ يَنْتَهِ الْجِنُّ إِذْ سَمِعَتْهُ أَنْ قَالُوا ( إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا ) ، هُوَ الَّذِي مَنْ قَالَ بِهِ صَدَقَ ، وَمَنْ حَكَمَ بِهِ عَدَلَ ، وَمَنْ عَمِلَ بِهِ أُجِرَ ، وَمَنْ دَعَا إِلَيْهِ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ "

“Al-Qur’an adalah yang menyampaikan berita tentang apa yang terjadi sebelum kalian, memberikan informasi tentang apa yang akan terjadi setelah kalian, dan memberikan hukum untuk masalah-masalah di antara kalian. Al-Qur’an adalah penetapan yang tidak boleh dianggap remeh.

Barangsiapa yang meninggalkannya karena sikap sombong, maka Allah akan memecahkannya. Dan siapa pun yang mencari petunjuk dari sumber selain Al-Qur’an, maka Allah akan menyesatkannya.

Al-Qur’an adalah tali Allah yang kuat, merupakan pengingat yang bijaksana, adalah jalan yang lurus, yang tidak bisa digoyahkan oleh hawa nafsu, tidak membuat lidah tersandung, tidak akan membuat para ulama merasa puas darinya, dan tidak akan habis oleh banyaknya penjelasan. Keajaiban-keajaibannya tidak akan pernah habis.

Ini adalah Al-Qur’an yang setan-sendiri belum pernah mendengar sesuatu yang mengagumkan seperti itu dan berkata: ‘Sesungguhnya kami telah mendengar sebuah Al-Qur’an yang sangat mengherankan.

Barangsiapa yang membenarkan Al-Qur’an, maka akan memperoleh kebenaran. Barangsiapa yang menjadikannya sebagai hukum, mak akan memperoleh keadilan. Barangsiapa yang mengamalkannya, akan mendapat pahala. Dan barangsiapa yang mengajak kepada Al-Qur’an, maka akan dipimpin kepada jalan yang lurus.”

[Takhrijnya telah disebutkan diatas]

Allah SWT telah berfirman tentang Al-Qur’an Al-Karim di Surah Al-Baqarah, setelah “A’udhu billahi min ash-shaytanir-rajim,” :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ﴿ الم ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ ﴾

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (1) Alif, Lam, Mim. (2) Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” (Al-Baqarah: 1-2).

Dan Allah juga berfirman di Surah Al-Isra’:

﴿ إِنَّ هَذَا الْقُرْآَنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا ﴾

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal saleh, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” (Al-Isra’: 9).

Allah SWT menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah perkataan yang paling indah :

﴿ اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ ﴾

“Allah telah menurunkan (perkataan-perkataan) yang paling indah dalam bentuk suatu kitab yang mutasyabihat lagi bertekanan, yang gemetar dari padanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian kulit dan hati mereka pun menjadi lembut dengan mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan petunjuk itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya,” (Az-Zumar: 23).

Karena Al-Qur’an adalah mukjizat yang kekal dan abadi dari Nabi Muhammad , serta sebagai penyempurna, maka Al-Qur’an dijaga oleh janji Allah untuk dijaga. Allah berfirman:

﴿ إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ ﴾

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an ini, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya,” (Al-Hijr: 9).

Tidak ada yang berkurang atau bertambah dari Al-Qur’an sejak diturunkan kepada Rasulullah  hingga sekarang. Siapa pun yang mengatakan bahwa Al-Qur’an tidak utuh atau telah dimanipulasi, maka dia telah mendustakan ayat ini, termasuk di antaranya Syi’ah Rafidhah Dua Belas Imam.

Para ulama Salaf dan mereka yang datang setelah mereka sangat menekankan untuk mempertahankan penulisan Al-Qur’an sesuai dengan penulisan dalam mushaf Utsman radhiyallahu ‘anhu, bahkan meskipun ada penulisan beberapa kata yang berbeda dengan ejaan huruf di abad-abad akhir ini.

*****

KEUTAMAAN AL-QUR’AN DIBANDINGKAN DENGAN SEGALA PERKATAAN YANG LAIN

Terdapat banyak hadis yang menjelaskan keutamaan Al-Qur’an dibandingkan dengan perkataan manusia. Al-Qur’an adalah perkataan Allah. Diantaranya, dari Syahr bin Hawshab, ia berkata: Rasulullah  bersabda:

يَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ : "مَنْ شَغَلَهُ الْقُرْآنُ وَذِكْرِي عَنْ مَسْأَلَتِي أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ مَا أُعْطِي السَّائِلِينَ وَفَضْلُ كَلَامِ اللَّهِ عَلَى سَائِرِ الْكَلَامِ كَفَضْلِ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ".

“Rabb Azza wa Jalla berfirman; “Barangsiapa disibukkan oleh Al Qur`an dan berdzikir kepadaku untuk memohon kepadaKu, maka Aku akan memberikan kepadanya sesuatu yang terbaik dari yang Aku berikan kepada orang-orang yang memohon.

Dan kelebihan kalamullah (Al Qur`an) dari seluruh kalam adalah seperti kelebihan Allah dari seluruh makhlukNya.”

[ HR. Tirmidzi no. 2850 . Abu Isa Tirmidzi berkata; Hadits ini hasan gharib.

Hadis yang disebutkan pula dalam Sunan Ad-Darimi 2/533, nomor hadis 3357. Hussein Salim Asad mengatakan: “Sanadnya hasan dan ia bersifat mursal.”].

Dan Ibnu Abi Hatim berkata : “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Fadl bin Musa, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mansur Al-Makki Al-Jawwaz, ia berkata::

"رَأَيْتُ سُفْيَانَ بْنَ عُيَيْنَةَ وَسَأَلَهُ رَجُلٌ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ مَا تَقُولُ فِي الْقُرْآنِ؟ فَقَالَ: كَلَامُ اللَّهِ مِنْهُ خَرَجَ وَإِلَيْهِ يَعُودُ".

Saya melihat Sufyan bin ‘Uyaynah, dan seseorang bertanya kepadanya: “Wahai Abu Muhammad, apa pendapatmu tentang Al-Qur’an?” Maka ia menjawab: “Al-Qur’an adalah perkataan Allah yang keluar dari-Nya dan kepada-Nya kembali.”

[Lihat : “مُخْتَصَرُ الْعُلُوِّ لِلْعَلِيِّ الْغَفَّارِ” oleh Al-Hafizh Adz-Dzahabi, Penerbit: Maktabah Islamiah, Beirut, Edisi: Kedua – 1412 H. Di tahqiq dan ditakhrij oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Sheikh Al-Albani berkata:

صَحِيحٌ.. وَلَكِنَّهُ لَمْ يُذْكَرْ إِنْ كَانَ الْكَلَامُ حَدِيثًا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -ﷺ- أَوْ أَنَّهُ مِنْ كَلَامِ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ

Sahih.. Namun, tidak disebutkan apakah perkataan itu adalah hadis dari Rasulullah -  - atau merupakan perkataan Sufyan bin ‘Uyainah].

Imam Bukhari meriwayatkan dari Utsman radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi  bersabda:

"خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” [HR. Bukhori no. 4739]

Dan dari Aisyah, ia meriwayatkan dari Nabi  berkata:

"مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَمَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ وَهُوَ يَتَعَاهَدُهُ وَهُوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ فَلَهُ أَجْرَانِ

“Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an sambil memelihara hafalan adalah bersama para malaikat mulia dan benar. Dan perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an dan sambil terbata-bata dalam membacanya sedangkan ia merasa berat, maka baginya dua pahala.” [HR. Bukhori no. 4653]

Dan dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah  bersabda:

"الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعَتَّعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌ لَهُ أَجْرَانِ"

“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an bersama para malaikat mulia dan benar. Dan orang yang membaca Al-Qur’an dan terbata-bata dalam membacanya dan merasa berat, maka baginya dua pahala.” [HR. Muslim no. 798]

Imam An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Al-Hakim meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah  bersabda:

"إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنْ النَّاسِ"، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ: مَنْ هُمْ؟ قَالَ:"هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ

“Sesungguhnya Allah mempunyai para keluarga di antara manusia.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah mereka?” Beliau bersabda, “Mereka adalah keluarga al-Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.”

[HR. Ibnu Majah 1/78, No. 215. Sheikh Al-Albani mengatakan dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib: “Shahih”. Al-Mustadrak 1/743, No. 2046.

Dan dari Ibnu Umar, ia berkata:

سُئِلَ النَّبِيُّ ﷺ : مَنْ أَحْسَنُ النَّاسِ صَوْتًا بِالْقُرْآنِ؟ قَالَ: "مَنْ إِذَا سَمِعْتَ قِرَاءَتَهُ رَأَيْتَ أَنَّهُ يَخْشَى اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ

Nabi  ditanya, “Siapakah orang yang paling baik suaranya dalam membaca Al-Quran?” Beliau menjawab, “Orang yang ketika kamu mendengar bacaannya, kamu merasa bahwa dia takut kepada Allah yang Maha Mulia.”

[HR. At-Tabarani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath, 2/311, Nomor 2074].

****

TURUNNYA PARA MALAIKAT SAAT ORANG-ORANG BERKUMPUL MEMBACA AL-QUR’AN:

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahihnya dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah  bersabda:

"وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di dalam rumah dari rumah-rumah Allah untuk membaca kitabullah dan mempelajarinya bersama-sama kecuali turun kepada mereka ketenangan, dihampiri oleh rahmat, dan dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah menyebut mereka di antara yang ada di sisinya” [HR. Muslim no. 2699].

[11]

[12] Al-Bukhari 4/1920, nomor 4743. Muslim 1/543, nomor 789.

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih mereka dari Abdullah bin Umar: Dari Nabi , dia berkata:

"لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ".

“Tidak boleh ada hasad kecuali pada dua orang : pada seorang yang Allah beri Al-Qur’an lalu dia membacanya pada malam dan siang hari, dan pada seorang yang Allah beri harta lalu dia menginfakkannya pada malam dan siang hari” [Al-Bukhari No. 7091 dan Muslim No. 815].

Rasulullah  telah mendorong kita untuk membaca dan menghafal Al-Qur’an. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkannya dalam kitab Shahih mereka dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah  bersabda:

"إِنَّمَا مَثَلُ صَاحِبِ الْقُرْآنِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْإِبِلِ الْمُعَقَّلَةِ، إِنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أَمْسَكَهَا وَإِنْ أَطْلَقَهَا ذَهَبَتْ

“Sesungguhnya perumpamaan orang yang memiliki Al-Qur’an seperti perumpamaan pemilik unta betina yang terikat. Jika ia memeliharanya, maka ia akan memegangnya. Dan jika ia membiarkannya, maka ia akan pergi” [Al-Bukhari No. 4743 dan Muslim No. 789].

Artinya, unta tersebut diikat dengan tali kekang, dan dia memeliharanya berarti dia sering menaruh perhatian dan menjaganya.

*****

KEAGUNGAN PAHALA AL-QUR'AN SETELAH KEMATIAN DAN KELAK DI AKHIRAT:

Dari Abdullah bin Amr bin Al-'Ash, dari Nabi , beliau bersabda:

« يُقَالُ لِصاحبِ القرآن : اقْرأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَما كُنْتَ تُرَتِّلُ في الدُّنْيَا ، فَإنَّ منْزِلَتَكَ عِنْد آخِرِ آيةٍ تَقْرَؤُهَا »

"Pemilik Al-Qur'an akan dihadapkan dengan perintah: Bacalah dan terus naiklah (ke surga) serta bacalah dengan tartil seperti engkau dahulu membacanya dengan tartil di dunia, karena kedudukanmu akan bergantung pada ayat terakhir yang kau baca."

(Ahmad 2/192, nomor 6799, Abu Dawud no. 1464, Tirmidzy no. 3141, an-Nasaa’i dalam al-Kubroo no. 8002 dan Ibnu Hibbaan no. 766).

Tirmidzi berkata : “Ini adalah Hadits Hasan Shahih ”.

Syu'aib al-Arna’uth dalam Takhrij Abu Daud 2/592 berkata : “Sahih lighoirihi dan sanad ini hasan”.

Dan diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir dari Abdullah bin Mas'ud, beliau berkata: Rasulullah  bersabda:

"الْقُرْآنُ شَافِعٌ مُشَفَّعٌ، وَمَاحِلٌ مُصَدَّقٌ، مَنْ جَعَلَهُ أَمَامَهُ قادَهُ إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَهُ سَاقَهُ إِلَى النَّارِ"

“Al-Quran adalah pemberi syafaat yang syafaatnya diterima dan sebagai penuntut yang tuntutannya dibenarkan. Siapa saja menjadikan Al-Quran di depannya, maka ia akan membawanya ke surga dan siapa saja meletakannya di belakang, ia akan mencampakannya ke dalam neraka”.

TAKHRIJ HADITS:

HR. Ath-Thabarani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir 10/198 nomor 10450.

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Ibnu Hibban dalam kitabnya al-Shahih, lihat al-Ihsan (1/332, no. 124). Hadis ini sanadnya dinyatakan jayyid (baik) oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits al-Shahihah (5/31) dan penilaian yang sama disebutkan oleh al-Arnauth dalam tahkiknya terhadap Sahih Ibn Hibban (1/332).

الْمَاحِلُ: الْمُجَادَلُ لِصَاحِبِهِ لِمَا يَتْبَعُ مَا فِيهِ.

Al-Mahil: Pendebat untuk membela pemiliknya terkait hal yang diikutinya.

*****

PENGHAFAL AL-QUR'AN DAN PENGAMAL-NYA AKAN DIBERIKAN MAHKOTA KEAGUNGAN DI SURGA:

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah  bersabda:

"إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

"Sesungguhnya dari amal yang akan mengejar seorang mukmin setelah kematiannya adalah ilmu yang diajarkan dan disebarkan, anak yang shalih yang ditinggalkannya, mushaf Al-Qur'an yang dia wariskan, masjid yang dia bangun, atau rumah untuk musafir yang dia bangun, atau sungai yang dia alirkan, atau sedekah yang dia keluarkan dari hartanya pada saat sehat dan hidupnya, maka amal-amal ini akan mengejarnya setelah kematiannya.".

"[Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya 1/88 nomor 242. Sheikh Al-Albani mengatakan: Sahih, dan juga diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman 3/247 nomor 3448]."

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah  bersabda:

"إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ؛ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ".

"Apabila seorang manusia meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah yang terus mengalir, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang shalih yang mendoakan untuknya." [HR. Muslim 3/1255 nomor 1631]."

Dan salah satu tanda-tanda kebaikan anak adalah ketaatannya kepada Allah, membaca Al-Qur'an, dan amal saleh lainnya.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya dari Nabi Muhammad  yang bersabda :

"تَعَلَّمُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلَا يَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ" (البطلة وهم السحرة). قَالَ (الراوي) ثُمَّ مَكَثَ سَاعَةً ثُمَّ قَالَ: "تَعَلَّمُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ وَآلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا الزَّهْرَاوَانِ يُظِلَّانِ صَاحِبَهُمَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ.. أَوْ فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ، وَإِنَّ الْقُرْآنَ يَلْقَى صَاحِبَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِينَ يَنْشَقُّ عَنْهُ قَبْرُهُ كَالرَّجُلِ الشَّاحِبِ فَيَقُولُ لَهُ هَلْ تَعْرِفُنِي فَيَقُولُ مَا أَعْرِفُكَ فَيَقُولُ لَهُ هَلْ تَعْرِفُنِي فَيَقُولُ مَا أَعْرِفُكَ فَيَقُولُ أَنَا صَاحِبُكَ الْقُرْآنُ الَّذِي أَظْمَأْتُكَ فِي الْهَوَاجِرِ وَأَسْهَرْتُ لَيْلَكَ وَإِنَّ كُلَّ تَاجِرٍ مِنْ وَرَاءِ تِجَارَتِهِ، وَإِنَّكَ الْيَوْمَ مِنْ وَرَاءِ كُلِّ تِجَارَةٍ فَيُعْطَى الْمُلْكَ بِيَمِينِهِ، وَالْخُلْدَ بِشِمَالِهِ وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ وَيُكْسَى وَالِدَاهُ حُلَّتَيْنِ لَا يُقَوَّمُ لَهُمَا أَهْلُ الدُّنْيَا فَيَقُولَانِ بِمَ كُسِينَا هَذِهِ؟ فَيُقَالُ بِأَخْذِ وَلَدِكُمَا الْقُرْآنَ.. ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: اقْرَأْ وَاصْعَدْ فِي دَرَجَةِ الْجَنَّةِ وَغُرَفِهَا، فَهُوَ فِي صُعُودٍ مَا دَامَ يَقْرَأُ هَذًّا كَانَ أَوْ تَرْتِيلًا

"Pelajarilah oleh kalian Surat Al-Baqarah karena mengambilnya akan mendatangkan berkah dan meninggalkannya akan menimbulkan penyesalan. Orang-orang yang tidak mampu melakukannya adalah para penyihir."

Lalu beliau diam sesaat, kemudian bersabda :

"Pelajari oleh kalian Surat Al-Baqarah dan Ali Imran karena keduanya adalah az-Zahrawaan (dua bunga yang bercahaya) yang akan menaungi pembacanya seakan-akan keduanya seperti dua awan atau dua kawanan burung yang membentangkan sayapnya .

Dan Al-Qur'an akan datang menemui pembacanya pada hari kiamat, ketika kuburnya terbelah, seperti seorang pria yang pucat ketakutan, lalu dikatakan padanya:

'Apakah kamu mengenalku?' Dia menjawab, 'Aku tidak mengenalimu.'

Lalu dikatakan kepadanya, 'Apakah kamu mengenaliku?' Dia menjawab, 'Aku tidak mengenalimu.'

Lalu dikatakan kepadanya, 'Aku adalah Al-Qur'anmu yang telah membuatmu haus di siang hari dan memaksamu untuk begadang di malam hari. Setiap pedagang memiliki keuntungan dari perdagangannya, dan hari ini kamu memiliki keuntungan dari setiap perdaganganmu.'

Maka, diambilkanlah baginya kerajaan dengan tangan kanannya, dan keabadian dengan tangan kirinya, dan dihiasi baginya dengan mahkota kemuliaan, serta kedua orang tuanya diberi pakaian yang tidak pernah dikenakan oleh orang-orang di dunia.

Lalu, keduanya bertanya : 'Dari mana kami mendapatkan pakaian ini?'

Mereka dijawab, 'Dengan membimbing anak-anak kalian untuk mempelajari Al-Qur'an.'

Kemudian, dia diinstruksikan, 'Bacalah dan terus naik ke tingkat-tingkat surga dan kamar-kamarnya. Dia akan terus naik selama dia membaca, entah itu dengan cepat atau dengan lambat [Tartiil]."

[ HR. Ahmad 5/348 nomor 23000. Komentar Syu’aib Al-Arna'ut:

إِسْنَادُهُ حَسَنٌ فِي الْمُتَابَعَاتِ وَالشَّوَاهِدِ.

Sanadnya baik dalam mutaba’aat dan syahid-syahid"].

Makna "dengan cepat" adalah bahwa seseorang mempercepat pembacaan Al-Qur'an. Hal ini juga dikenal sebagai "hadran / حَدْراً" di kalangan pembaca Al-Qur'an.

*****

PENGELOMPOKAN MANUSIA BERDASARKAN PERLAKUAN MEREKA TERHADAP AL-QUR'AN

Dari Abu Musa Al-Asy'ari, dia berkata: Rasulullah  bersabda:

« مثَلُ المؤمنِ الَّذِي يقْرَأُ القرآنَ مثلُ الأُتْرُجَّةِ : ريحهَا طَيِّبٌ وطَعمُهَا حلْوٌ ، ومثَلُ المؤمنِ الَّذي لا يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمثَلِ التَّمرةِ: لا رِيح لهَا وطعْمُهَا حلْوٌ ، ومثَلُ المُنَافِق الذي يَقْرَأُ القرْآنَ كَمثَلِ الرِّيحانَةِ : رِيحها طَيّبٌ وطَعْمُهَا مرُّ ، ومَثَلُ المُنَافِقِ الذي لا يَقْرَأُ القرآنَ كَمَثلِ الحَنْظَلَةِ : لَيْسَ لَها رِيحٌ وَطَعمُهَا مُرٌّ »

"Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur'an adalah seperti Utrujjah, baunya harum dan rasanya manis.

Dan perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti kurma, tidak berbau dan rasanya manis.

Dan perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-Qur'an adalah seperti Raihanah, baunya harum namun rasanya pahit.

Dan perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti Handzalah, tidak berbau dan rasanya pahit." (Muttafaqun 'alaih)

Dalam riwayat Al-Tabrani dalam Mu’jamnya:

"مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآَنَ وَلا يَعْمَلُ بِهِ كَمَثَلِ رَيْحَانَةٍ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَلا طَعْمَ لَهَا، وَمَثَلُ الَّذِي يَعْمَلُ بِالْقُرْآنِ وَلا يَقْرَؤُهُ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلا رِيحَ لَهَا، وَمَثَلُ الَّذِي يَتَعَلَّمُ الْقُرْآَنَ وَيُعَلِّمُهُ كَمَثَلِ الأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ، وَمَثَلُ الَّذِي لا يَقْرَأُ الْقُرْآَنَ وَلا يَعْمَلُ بِهِ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا خَبِيثٌ وَرِيحُهَا خَبِيثٌ".

"Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur'an tetapi tidak mengamalkannya seperti perumpamaan buah Raihanah yang baunya harum tetapi tidak memiliki rasa.

Dan perumpamaan orang yang mengamalkan Al-Qur'an tetapi tidak membacanya seperti perumpamaan kurma yang rasanya enak tetapi tidak memiliki aroma.

Dan perumpamaan orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya seperti perumpamaan Utrujjah yang rasanya enak dan memiliki aroma yang harum.

Dan perumpamaan orang yang tidak membaca Al-Qur'an dan tidak mengamalkannya seperti perumpamaan pohon binahong yang rasanya pahit dan baunya busuk."

[Al-Tabrani, Al-Mu'jam Al-Kabir, 9/136, Nomor 8670.]

 Al-Atrujah: Salah satu jenis buah dari keluarga jeruk yang memiliki penampilan yang indah, rasa dan aroma yang enak, serta tekstur yang lembut, dengan aroma yang mirip dengan jeruk, berkulit hijau kekuningan, bagian dalamnya yang putih dimakan, dan rasanya sangat lezat.

Ar-Raihanah: Salah satu jenis tumbuhan yang memiliki aroma harum. (Raihan adalah sejenis pohon kecil yang dikenal di Yaman yang ditanam di atap rumah-rumah, berwarna antara abu-abu dan keabu-abuan).

Al-Handzalah: Salah satu jenis buah dari pohon-pohon gurun dengan ukuran sebesar jeruk dan memiliki rasa yang sangat pahit. [Mu’jam al-Wasith]

*****

APA TUJUAN MUDAWAMAH MEMBACA AL-QUR'AN?"

Tujuan dari konsistensi dalam membaca Al-Qur'an adalah untuk mencapai pemahaman terhadapnya, merenungkan ayat-ayatnya, dan mengamalkan perintah-perintahnya serta menjauhi larangan-larangannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita termasuk golongan yang mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar. Allah SWT telah menunjukkan ciri-ciri orang-orang yang diberi petunjuk oleh-Nya, dengan firman-Nya:

﴿ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴾

"Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang terbaik di antaranya, mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal" (QS. Az-Zumar: 18).

Jika tujuan dan maksud dari membaca Al-Qur'an adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan membaca ayat-ayat dari kitab-Nya yang mulia, hal ini tidak dapat tercapai kecuali dengan memahami apa yang dibaca, merenungkan apa yang diucapkan, sehingga pembaca dapat memahami makna-makna ayat, memperoleh hikmah dan pelajaran darinya, mengenali keyakinan, ibadah, hukum-hukum, etika dan keutamaan, halal dan haram, kisah-kisah dan berita-berita, serta sebagai pengingat dan pelajaran.

Jika tujuan dari membaca tidak tercapai, yaitu pemahaman dan renungan, maka tidak ada kebaikan dalam membaca tersebut kecuali hanya pahala baca al-Qur’an.

"Allah SWT tidak menurunkan kitab-Nya kecuali agar para pembacanya merenungkan dan memahaminya, serta memperoleh pemahaman dari yang dibacanya. Allah SWT berfirman:

﴿ كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴾

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. [QS. Shaad : 29]

Membaca Al-Qur'an dengan pemahaman dan merenungkan akan menimbulkan pengaruh dalam jiwa pembaca dan ketaatan dalam hati, serta ketakutan kepada Allah Yang Maha Mulia dan Rendah Hati, serta harapan akan rahmat-Nya, serta rindu untuk bertemu-Nya. Inilah hasil dari pemahaman dan merenungkan ketika membaca dan melantunkan ayat-ayat-Nya.

Allah SWT telah menurunkan Al-Qur'an Al-Karim untuk memberikan kepada umat manusia hukum-hukum yang paling sempurna, fakta-fakta ilmiah yang paling menakjubkan, dan ayat-ayat kosmis yang paling jelas. Agar mereka dapat melakukan studi-studi yang tak tertandingi di dalamnya, dan membangun kekayaan pengetahuan yang luar biasa dari Al-Qur'an yang akan tetap menjadi satu-satunya asas bagi kebangkitan peradaban dunia yang tak tertandingi, yang akan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi umat manusia dalam segala tingkatan, bentuk, dan jenisnya, dengan kebahagiaan dan kehidupan yang lebih makmur. Oleh karena itu, pemahaman dan penerapannya adalah suatu kebutuhan darurat yang mutlak."

Allah telah memerintahkan Rasul-Nya untuk membaca Al-Qur'an pada awal turunnya Al-Qur'an, sebagaimana firman-Nya kepada Rasul-Nya :

﴿ وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا ﴾

"Dan bacakanlah Al-Qur'an dengan tartil." (QS. Al-Muzzammil: 4).

Setiap perintah kepada Rasul  adalah perintah bagi semua orang yang beriman hingga hari kiamat kecuali jika itu merupakan perintah khusus bagi Rasul. Membaca Al-Qur'an dan melafazhkannya adalah ibadah yang akan memberi pahala kepada setiap muslim seperti halnya ibadah-ibadah lainnya, bahkan pahalanya akan berlipat ganda lebih banyak jika dibaca dengan memahami maknanya. Oleh karena itu, Rasulullah  mendorong kita untuk membacanya dan menunjukkan kepada kita besarnya pahala membacanya. Rasulullah  bersabda:

"مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ: (الم) حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

"Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan yang semisal dengannya. Aku tidak mengatakan bahwa 'Alif Lam Mim' adalah satu huruf, tetapi 'Alif' adalah satu huruf, 'Lam' adalah satu huruf, dan 'Mim' adalah satu huruf."

[HR. At-Tirmidzi dalam Sunannya dari Abdullah bin Mas'ud. (Sunan At-Tirmidzi, 5/175, Nomor 2910)].

*****

JUMLAH APA YANG TERDAPAT DALAM KITAB ALLAH DARI SURAH, AYAT, DAN HURUF

Catatan: Jumlah ayat, kata, dan huruf adalah perkiraan, dan yang dikenal adalah apa yang telah kami tetapkan.

Sekarang mari kita lihat bagaimana seorang mukmin dapat mendapatkan jutaan kebaikan dengan usaha minimal: Dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah  bersabda:

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ مَأْدُبَةُ اللَّهِ فَاقْبَلُوا مِنْ مَأْدُبَتِهِ مَا اسْتَطَعْتُمْ

"Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah meja makan Allah, maka terimalah sebanyak yang kalian mampu dari meja makan-Nya."

Dalam lafadz al-Hakim : “فَتَعَلَّمُوا” : maka kalian ambillah ilmu.

Dikeluarkan oleh Ibnu Shahin dalam "Al-Targhib fi Fada'il al-A'mal" (202), Al-Hakim (2040), dan Al-Baihaqi dalam "Syu'ab al-Iman" (1933) dengan panjang lebar.

Di Shahihkan al-Hakim, namun dihukumi dho’if oleh al-Albaani dalam as-Silsilah ad-Dho’ifah no. 4862.

Jika jumlah perkiraan huruf dalam Al-Qur'an adalah 323.015 huruf, maka seorang muslim yang membaca satu mushaf dalam sebulan pada hari-hari biasa akan mendapatkan sepuluh kebaikan untuk setiap huruf, yakni tiga juta dua ratus tiga puluh ribu seratus lima puluh kebaikan...

Allah akan melipatgandakan pahala di bulan Ramadan dan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah bagi siapa yang Dia kehendaki...

Allah adalah Pemilik Karunia yang Agung. Dan akhir doa kami adalah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

******

QUR’AN MUSAILAMAH AL-KADZDZAAB (NABI PALSU)

Diantara ayat-ayatnya adalah sbb :

«الْفِيلُ وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْفِيلُ، لَهُ ذَنَبٌ وَبِيلٌ، ولَهُ خُرْطُومٌ طَوِيلٌ»،

"Gajah, dan apa yang membuatmu tahu tentang gajah, baginya ekor dan cara berjalan, dan dia memiliki belalai yang panjang."

«يَا ضَفْدَعُ بِنْتَ الضَّفْدَعَيْنِ.. نَقْى مَا تَنْقِينَ، لَا الْمَاءَ تَكْدُرِينَ وَلَا الشَّارِبَ تَمْنَعِينَ رَأْسَكِ فِي الْمَاءِ، وَذَنَبُكِ فِي الطِّينِ».

"Wahai katak, putri dari dua katak... Bersihkanlah dirimu, janganlah keruhkan air dan jangan menghalangi air minum, dan janganlah kamu tenggelamkan kepalamu dalam air, tapi ekormu di dalam lumpur."

«وَاللَّيْلِ الْأَطْحَمِ، وَالذِّئْبِ الْأَدْلَمِ، وَالْجُذْعِ الْأَزْلَمِ، مَا انْتَهَكْتَ أَسَيْدٌ مِنْ مُحَرَّمٍ وَاللَّيْلِ الدَّامِسِ وَالذِّئْبِ الهَامِسِ مَا قَطَعَتْ أَسَدٌ مِنْ رَطَبٍ وَلَا يَابِسٍ».

"Malam yang gelap gulita, dan serigala yang berbulu hitam, dan batang pohon yang gelap gulita, tidak menghalangi singa dari haram, dan malam yang kelam dan serigala yang menyusup diam-diam tidak menghalangi singa dari segala jenis daging, baik basah maupun kering."

«وَالطَّاحِنَاتِ طَحْنًا، فَالْعَاجِنَاتِ عَجْنًا، فَالْخَابِزَاتِ خَبْزًا، وَالْآكِلَاتِ أَكْلًا، فَاللَّاقِمَاتِ لَقْمًا، إِهَالَةً وَسَمْنًا».

"Penggilingan menghasilkan penggilingan, pembuat adonan menghasilkan adonan, dan pemanggang menghasilkan roti, dan yang makan adalah pemakan, dan yang menyusui adalah penyuap, lemak dan rendah kalori."

Itu adalah sebagian dari apa yang disebut "Al-Qur'an Musailamah", seorang pria yang mengklaim kenabian dan menyusun sebuah Al-Qur'an yang berusaha meniru gaya bahasa Al-Qur'an yang indah dengan kata-kata yang bercacat dan tidak membawa makna yang jelas, tetapi meskipun demikian, kata-katanya masih menemukan pendengar yang terpengaruh dan pengikut yang siap untuk mengorbankan diri mereka sendiri demi pembuatnya. Tidak mengherankan jika orang-orang mengikuti mereka yang memiliki retorika dan kefasihan dalam berbicara, serta pesona bahasa, yang merupakan deskripsi yang diberikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada beberapa perkataan, beliau bersabda:

إِنَّ مِنَ الْبَيَانِ لَسِحْرًا

"Sesungguhnya sebagian dari penjelasan itu terdapat sihir."

Namun yang mengherankan, dan yang membuat seseorang dalam keadaan terkejut, adalah pengikutannya oleh massa kepada orang yang kekurangan standar logika atau bahkan kefasihan berbicara dan pesona bahasa.

Bahkan, mungkin Anda akan menemukan lidahnya yang dia kuasai digunakan untuk mengungkapkan kebohongan dan kekonyolan dirinya sendiri, seperti yang terjadi pada Musailamah yang tidak mungkin seorang bijak diperdaya oleh perkataan dari jenis perkataannya. Sebaliknya, siapa pun yang memperhatikan Al-Qur'an yang dia klaim akan merasa bahwa Allah telah menundukkan lidahnya sehingga dia mengucapkan kata-kata yang mengungkapkan kebohongan, kekonyolan, ketidakberesan gaya bahasanya, dan kekosongan pikirannya.

Kata-katanya adalah contoh yang menakjubkan dari penundukan lidah, dan mungkin itu adalah salah satu manifestasi dari nama Allah, Al-Qahhar, yang menundukkan lidah para pendusta, sehingga mereka mengucapkan apa yang mengungkapkan kebohongan dan kecurangan mereka, dan mengungkapkan hakikat mereka kepada ciptaan, sehingga mereka yang akan binasa, binasa dengan bukti yang jelas.

Telah disebutkan bahwa 'Amr bin al-'Ash radhiyallahu 'anhu telah bertemu dengannya sebelum Islamnya, maka Musailamah sang pembohong membacakannya salah satu wahyu yang katanya turun padanya yang menyatakan:

أَنَّ عَمْرُو بْنَ الْعَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَدْ لَقِيَهُ قَبْلَ إِسْلَامِهِ فَتَلَى عَلَيْهِ مُسَيْلِمَةُ الْكَذَّابُ إِحْدَى خُزَعْبِلَاتِهِ يَقُولُ فِيهَا: يَا وَبَرُ إِنَّمَا أَنْتَ أُذُنَانِ وَصُدْرٌ، وَسَائِرُكَ حَقْرٌ نَقْرٌ، ثُمَّ سَأَلَهُ: كَيْفَ تَرَى يَا عَمْرُو؟ فَقَالَ لَهُ سَيِّدُنَا عَمْرُو: وَاللَّهِ إِنَّكَ لَتَعْلَمُ أَنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ تَكْذِبُ.

"Wahai burung unta, sesungguhnya engkau hanyalah dua telinga dan dada, dan sisanya adalah hinaan dan caci maki."

Kemudian dia bertanya, "Bagaimana pendapatmu, wahai 'Amr?"

Maka 'Amr menjawab, "Demi Allah, engkau tahu bahwa aku tahu bahwa engkau berdusta."

'Amr bin al-'Ash mengetahui hal itu, dan banyak yang mengetahui kebohongan-kebohongannya yang memalukan, namun meskipun demikian, dia masih menemukan pengikut yang bahkan bersedia mengorbankan diri dan darah mereka untuknya karena sesuatu yang disebut "hawa nafsu".

Hawa nafsu itu buta terhadap segala sesuatu yang lain. Dari hawa nafsu itu bermunculan segala bentuk fanatisme, perpecahan, dan ideologi yang busuk yang hanya peduli pada kepentingan mereka, tidak peduli bagaimana cara mencapai kepentingan itu. Oleh karena itu, mereka menyatakan dengan jelas:

وَإِنَّ كَذَّابَ رَبِيعَةٍ أَحَبَّ إِلَيْنَا مِنْ صَادِقٍ مُضَرٍّ

"Dan sesungguhnya, kebohongan Rabi'ah lebih kami sukai daripada kejujuran Mudhar."

Seolah-olah mereka mengatakan dengan jujur dan sebenarnya:

سَنَتَبِعُهُ رَغْمَ عِلْمِنَا بِكَذِبِهِ وَسُفَاهَتِهِ.

"Kami akan mengikuti dia meskipun kami tahu kebohongannya dan kebodohannya."

Mereka telah mengakui kebohongannya seperti yang mereka akui kejujuran Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam yang selama ini dikenal dengan kejujurannya dan terlihat dalam perkataannya dan lebih terlihat lagi melalui wahyu yang diturunkan dari Rabbnya yang dibacakan kepada mereka dan mereka mendengarkannya dan mempengaruhi mereka hingga salah satu dari mereka mengatakan tentang wahyu tersebut,

"إِنَّ لَهُ لَحْلَوَةً وَإِنَّ عَلَيْهِ لَطْلَوَةً وَإِنَّ أَعْلَاهُ لَمُثْمِرٌ وَإِنَّ أَسْفَلَهُ لَمُغْدَقٌ وَإِنَّهُ يَعْلُو وَلَا يُعْلَىٰ عَلَيْهِ"

"Sungguh, wahyu itu memiliki keharuman, sungguh, ia memiliki kesegaran, sungguh, bagian atasnya subur, sungguh, bagian bawahnya kering, sungguh, ia meninggi dan tidak ada yang melebihi."

Kata-kata ini diucapkan tentang Al-Qur'an oleh seorang musyrik, namun dia, meskipun menggambarkan keindahan Al-Qur'an, tidak mengikutinya dan memilih mengikuti hawa nafsunya, dan dominasi kesombongannya seperti yang didominasi oleh kaum Fir'aun yang Allah berfirman tentang mereka :

﴿وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا ۚ فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ﴾

“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan”. [Naml: 14]

Mereka meyakini kebenaran pesan Musa dalam diri mereka sendiri, tetapi mereka tetap menolaknya di hadapan publik dan mengikuti perintah seseorang yang meremehkan mereka, sama seperti yang dilakukan oleh beberapa generasi setelah mereka terhadap Musailamah. Dan setiap Musailamah hanya untuk sesuatu yang tidak lain adalah hawa nafsu yang mereka sembah, kepentingan yang mereka cari, dan fanatisme yang mereka anut, meskipun motto para pengikutnya:

«الْفِيلُ وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْفِيلُ، لَهُ ذَنَبٌ وَبِيلٌ، ولَهُ خُرْطُومٌ طَوِيلٌ»،

"Gajah, dan apa yang membuatmu tahu tentang gajah, baginya ekor dan cara berjalan, dan dia memiliki belalai yang panjang."

Posting Komentar

0 Komentar