Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

HADITS “NUR MUHAMMAD ﷺ” ADALAH PALSU DAN KHURAFAT BERKEMAS FILSAFAT, MENYESATKAN UMAT.

 HADITS “NUR MUHAMMAD ” ADALAH PALSU DAN KHURAFAT BERKEMAS FILSAFAT, MENYESATKAN UMAT

Di Tulis Oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

====


====

DAFTAR ISI :

  • HADITS-HADITS “NUR MUHAMMAD
  • PARA ULAMA SUFI YANG MENYEBUTKAN HADITS-HADITS NUR MUHAMMAD:
  • PARA ULAMA HADITS YANG MENILAINYA PALSU HADITS NUR MUHAMMAD :
  • HADITS NUR MUHAMMAD BERTENTANGAN DENGAN AL-QUR’AN DAN HADITS SHAHIH
  • PERNYATAAN SYEIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYAH :
  • PERNYATAAN SYEIKH YUSUF AL-QARADHAWI:
  • FATWA AL-LAJNAH AD-DAIMAH – SAUDI ARABIA :
  • IDEOLOGI “NUR MUHAMMAD” ADALAH KHURAFAT BERKEMAS FILSAFAT
  • KHURAFAT-KHURAFAT SUFI TERKAIT NUR MUHAMMAD :
  • PENGARUH FILSAFAT TERHADAP IDEOLOGI “NUR MUHAMMAD”
  • FILSAFAT PLATO TENTANG KETUHANAN DAN PROSES TERBENTUK-NYA ALAM SEMESTA:
  • BANTAHAN TERHADAP FILSAFAT MUTAWALLY ASY-SYA’RAWI TENTANG “NUR MUHAMMAD”.
  • KRITIKAN AL-ALBANI TERHADAP ASY-SYA’RAWI

 *****

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

====****====

HADITS-HADITS “NUR MUHAMMAD :

HADITS KE SATU :

Rasulullah   bersabda :

«أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ تَعَالَى نُورِي، أَنَا أَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ قَبْرٌ، آدَمُ وَمَنْ دُونَهُ تَحْتَ لِوَائِي، أَنَا سَيِّدُ الْمُرْسَلِينَ وَلَا فَخْرَ».

"Pertama yang diciptakan Allah Ta'ala adalah cahayaku, aku adalah orang pertama yang akan bangkit dari kubur, Adam dan orang-orang di bawahku berada di bawah panjiku, aku adalah pemimpin para rasul dan tidak ada kebanggaan." [ Baca: Tafsir an-Naisabury 1/407 karya Nodzomuddin an-Naysaaburi (w. 850 H)]

Abu Syakiib Muhammad Taqiyuddin al-Hilali berkata:

(( وَأَمَّا الحَدِيثُ ( أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ نُورِي ) فَقَدْ قَالَ السُّيُوطِيُّ فِي الحَاوِي ج 1 ص 325: لَيْسَ لَهُ إِسْنَادٌ يُعْتَمَدُ عَلَيْهِ، قَالَ الغُمَارِيُّ فِي المُغِيرِ عَلَى الجَامِعِ الصَّغِيرِ وَهُوَ حَدِيثٌ مَوْضُوعٌ، لَوْ ذُكِرَ بِتَمَامِهِ لَمَا شَكَّ الوَاقِفُ عَلَيْهِ فِي وَضْعِهِ وَبَقِيَّتُهُ تَقَعُ فِي نَحْوِ وَرَقَتَيْنِ كَبِيرَتَيْنِ مُشْتَمِلَتَيْنِ عَلَى أَلْفَاظٍ رَكِيكَةٍ وَمَعَانٍ مُنْكَرَةٍ ))

"Adapun hadits 'Yang pertama kali diciptakan Allah adalah cahayaku,' As-Suyuti dalam 'al-Hawi' jilid 1 halaman 325 mengatakan: Tidak ada sanad yang bisa diandalkan. Al-Ghumari dalam 'al-Mughir 'ala al-Jami' ash-Shaghir' menyebutkan bahwa ini adalah hadits palsu. Jika disebutkan secara lengkap, tidak ada keraguan bagi yang membacanya bahwa hadits ini palsu. Sisanya mencakup sekitar dua halaman besar yang dipenuhi dengan ungkapan yang lemah dan makna yang buruk." [Baca : Al-Hadiyyatul Haadiyah Ilaa ath-Tho’ifah at-Tijaniyah hal. 70].

Dan Syeikh Abdul Hay al-Laknawi dalam *Al-Atsar al-Marfu'ah* (hal. 43) berkata:

"وَهُوَ حَدِيثٌ لَمْ يَثْبُتْ بِهَذَا الْمَبْنَى، وَإِنْ وَرَدَ غَيْرُهُ مُوَافِقًا لَهُ فِي الْمَعْنَى".

'Ini adalah hadits yang tidak terbukti dengan bangunan ini, meskipun ada hadits lain yang sejalan dengan maknanya.'"

HADITS KE DUA :

Disebutkan :

إِنَّهُ كَانَ نُوْرًا حَوْلَ الْعَرْشِ فَقَالَ : " يَا جِبْرِيْلُ: أَنَا كُنْتُ ذَلِكَ النُّورَ "

Sesunggunya dia (Muhammad) dulu adalah cahaya yang ada di sekeliling Arsy. Kemudian beliau bersabda, “Wahai Jibril, aku dulu adalah cahaya itu”

Abul ‘Abbas Ahmad al-Qasthalani dalam al-Mawahib al-Laduniyyah 1/46-47 berkata :

وَفِي «الدُّرِّ النَّظِيمِ فِي مَوْلِدِ النَّبِيِّ الْكَرِيمِ» لِابْنِ طُغْرَ بَكِ الدِّمَشْقِيِّ التُّرْكِيِّ (ت 670 ه): وَيُرْوَى أَنَّهُ لَمَّا خَلَقَ اللهُ تَعَالَى آدَمَ، أَلْهَمَهُ أَنْ قَالَ: يَا رَبِّ، لِمَ كَنَّيْتَنِي أَبَا مُحَمَّدٍ؟ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا آدَمُ ارْفَعْ رَأْسَكَ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَرَأَى نُورَ مُحَمَّدٍ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فِي سُرَادِقِ الْعَرْشِ، فَقَالَ: يَا رَبِّ، مَا هَذَا النُّورُ؟ قَالَ: هَذَا نُورُ نَبِيٍّ مِنْ ذُرِّيَّتِكَ اسْمُهُ فِي السَّمَاءِ أَحْمَدُ، وَفِي الْأَرْضِ مُحَمَّدٌ، لَوْلَاهُ مَا خَلَقْتُكَ وَلَا خَلَقْتُ سَمَاءً وَلَا أَرْضًا.

**Dan dalam "Ad-Dur An-Nadziim fi Maulid An-Nabi Al-Karim" karya Ibnu Tughrabek Ad-Dimasyqi At-Turki (w. 670 H) : diriwayatkan bahwa ketika Allah Ta'ala menciptakan Adam, Dia mengilhamkan Adam untuk berkata: "Ya Rabb, mengapa Engkau menjulukiku dengan sebutan 'Abu Muhammad'?"

Allah Ta'ala menjawab: "Wahai Adam, angkatlah kepalamu." Maka Adam mengangkat kepalanya dan melihat **Nur (cahaya) Muhammad** di tiang Arsy.

Adam bertanya: "Ya Rabb, nur (cahaya) apa ini?"

Allah berfirman: "Ini adalah nur (cahaya) nabi dari keturunanmu, namanya di langit adalah Ahmad dan di bumi adalah Muhammad. Tanpanya, Aku tidak akan menciptakanmu, tidak pula menciptakan langit dan bumi."

Ibnu Taimiyah berkata :

هَؤُلَاءِ الضُّلَّالُ يَتَوَهَّمُونَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ حِينَئِذٍ مَوْجُودًا وَأَنَّ ذَاتَهُ خُلِقَتْ قَبْلَ الذَّوَاتِ، وَيَسْتَشْهِدُونَ عَلَى ذَلِكَ بِأَحَادِيثَ مُفْتَرَاةٍ مِثْلَ حَدِيثٍ فِيهِ: "‌أَنَّهُ ‌كَانَ ‌نُورًا ‌حَوْلَ ‌الْعَرْشِ" ‌فَقَالَ: "يَا جِبْرِيلُ أَنَا كُنْتُ ذَلِكَ النُّورَ" ، وَيَدَّعِي أَحَدُهُمْ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يَحْفَظُ القُرْآنَ قَبْلَ أَنْ يَأْتِيَهُ بِهِ جِبْرِيلُ

Mereka, orang-orang sesat ini berkhayal bahwa Nabi pada saat itu sudah ada, dan bahwa zat beliau diciptakan sebelum zat lainnya. Mereka menggunakan hadits-hadits palsu sebagai dalil, seperti hadits yang menyatakan bahwa :

"Nabi adalah cahaya di sekitar Arsy", kemudian beliau berkata, "Wahai Jibril, aku adalah cahaya itu."

Salah seorang dari mereka bahkan mengklaim bahwa Nabi sudah menghafal Al-Qur'an sebelum Jibril membawakannya kepada beliau. [Lihat : al-Istighotsah fii ar-Radd ‘Ala al-Bakri 99-100].

DR. Abdullah Dujain as-Sihli di Hamisy kitab al-Istighotsah hal. 100 berkata :

"حَدِيثٌ مَوْضُوعٌ نَسَبَهُ بَعْضُ الجُهَلَاءِ لِمُصَنَّفِ عَبْدِ الرَّزَّاقِ، وَلَمْ يَذْكُرْهُ فِي مُصَنَّفِهِ، وَلَا فِي تَفْسِيرِهِ، وَلَمْ يَذْكُرْهُ المُصَنِّفُونَ فِي المَوْضُوعَاتِ سِوَى العَلْجُونِيِّ فِي كَشْفِ الخَفَاءِ 1/ 265 - 266، مِمَّا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وُضِعَ مُتَأَخِّرًا مِنْ قِبَلِ ابْنِ عَرَبِي وَأَتْبَاعِهِ. 

اُنْظُرْ: تَنْبِيهُ الحُذَّاقِ عَلَى بُطْلَانِ مَا شَاعَ بَيْنَ الأَنَامِ فِي حَدِيثِ النُّورِ المَنْسُوبِ لِمُصَنَّفِ عَبْدِ الرَّزَّاقِ، تَأْلِيفُ: أَحْمَد عَبْد القَادِرِ الشِّنْقِيطِي ط. الثَّانِيَة 1402 دَارُ اليَقِينِ ص 6 وَمَا بَعْدَهَا".

“Hadits maudhu' (palsu) ini dinisbatkan oleh sebagian orang yang jahil kepada "Mushannaf" Abdul Razzaq, padahal ia tidak menyebutkan hadits tersebut dalam "Mushannaf"-nya, juga tidak dalam "Tafsir"-nya. Para penyusun kitab hadits palsu (maudhu'at) juga tidak menyebutkannya, kecuali Al-'Ajluni dalam "Kasyf al-Khafa" (1/265-266), yang menunjukkan bahwa hadits ini dibuat belakangan oleh Ibnu Arabi dan para pengikutnya.**

Lihat: "Tanbih al-Huddaq 'ala Buthlan ma Sya'a bayn al-Anam fi Hadits an-Nur al-Mansub li Mushannaf Abdul Razzaq", karya Ahmad Abdul Qadir Asy-Syinqithi, cetakan kedua 1402 H, Dar Al-Yaqin, hal. 6 dan seterusnya”.

Lihat pula : As-Silsilah adh-Dha’îfah 1/474 karya al-Albaani ]

HADITS KETIGA :

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallau ‘anhu, bahwa Rasulullah bersabda kepada Jabir :

"أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ نُورَ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ"

"Yang pertama kali diciptakan Allah adalah cahaya Nabimu, wahai Jabir."

Lengkapnya : Ismail bin Muhammad al-‘Ajluni (wafat 1162 H) dalam Kasyful Khofaa 1/26 no. 827 [Cet. Makatabah al-Qudsiy – Kairo] berkata:

رَوَاهُ عَبْدُ الرَّزَّاقِ بِسَندِهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بِلَفْظِ قَالَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، بِأَبِي أَنتَ وَأُمِّي، أَخْبِرْنِي عَنْ أَوَّلِ شَيْءٍ خَلَقَهُ اللهُ قَبْلَ الأَشْيَاءِ. قَالَ: يَا جَابِرُ، أَنَّ اللهَ تَعَالَى خَلَقَ قَبْلَ الأَشْيَاءِ نُورَ نَبِيِّكَ مِنْ نُورِهِ، فَجَعَلَ ذَلِكَ النُّورَ يَدُورُ بِالْقُدْرَةِ حَيْثُ شَاءَ اللهُ، وَلَمْ يَكُنْ فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ لَوْحٌ وَلَا قَلَمٌ وَلَا جَنَّةٌ وَلَا نَارٌ وَلَا مَلَكٌ وَلَا سَمَاءٌ وَلَا أَرْضٌ وَلَا شَمْسٌ وَلَا قَمَرٌ وَلَا جِنِّيٌّ وَلَا إِنْسِيٌّ، فَلَمَّا أَرَادَ اللهُ أَنْ يَخْلُقَ الْخَلْقَ قَسَمَ ذَلِكَ النُّورَ أَرْبَعَةَ أَجْزَاءٍ، فَخَلَقَ مِنَ الْجُزْءِ الأَوَّلِ الْقَلَمَ وَمِنَ الثَّانِي اللَّوْحَ وَمِنَ الثَّالِثِ الْعَرْشَ، ثُمَّ قَسَمَ الْجُزْءَ الرَّابِعَ أَرْبَعَةَ أَجْزَاءٍ فَخَلَقَ مِنَ الْجُزْءِ الأَوَّلِ حَمَلَةَ الْعَرْشِ وَمِنَ الثَّانِي الْكُرْسِيَّ وَمِنَ الثَّالِثِ بَاقِي الْمَلَائِكَةِ، ثُمَّ قَسَمَ الْجُزْءَ الرَّابِعَ أَرْبَعَةَ أَجْزَاءٍ فَخَلَقَ مِنَ الأَوَّلِ السَّمَاوَاتِ وَمِنَ الثَّانِي الْأَرْضِينَ وَمِنَ الثَّالِثِ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ، ثُمَّ قَسَمَ الرَّابِعَ أَرْبَعَةَ أَجْزَاءٍ فَخَلَقَ مِنَ الأَوَّلِ نُورَ أَبْصَارِ الْمُؤْمِنِينَ وَمِنَ الثَّانِي نُورَ قُلُوبِهِمْ وَهِيَ الْمَعْرِفَةُ بِاللَّهِ وَمِنَ الثَّالِثِ نُورَ إِنْسِهِمْ وَهُوَ التَّوحِيدُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ – الْحَدِيثُ. كَمَا فِي الْمَوَاهِبِ.

Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dengan sanadnya dari Jabir bin Abdillah dengan lafadz:

"Aku berkata: Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku, kabarkan kepadaku tentang hal pertama yang diciptakan Allah sebelum segala sesuatu."

Beliau berkata, "Wahai Jabir, sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan sebelum segala sesuatu cahaya nabimu dari cahaya-Nya. Allah menjadikan cahaya tersebut berputar dengan kekuasaan-Nya sesuai kehendak-Nya.

Pada waktu itu belum ada lauh, belum ada pena, belum ada surga, belum ada neraka, belum ada malaikat, belum ada langit, belum ada bumi, belum ada matahari, belum ada bulan, belum ada jin, dan belum ada manusia.

Ketika Allah berkehendak menciptakan makhluk, Dia membagi cahaya tersebut menjadi empat bagian. Dari bagian pertama Dia menciptakan pena, dari bagian kedua Dia menciptakan lauh, dan dari bagian ketiga Dia menciptakan 'arsy.

Kemudian Dia membagi bagian keempat menjadi empat bagian, dari bagian pertama Dia menciptakan para pembawa 'arsy, dari bagian kedua Dia menciptakan kursi, dan dari bagian ketiga Dia menciptakan para malaikat yang tersisa.

Kemudian Dia membagi bagian keempat menjadi empat bagian, dari bagian pertama Dia menciptakan langit, dari bagian kedua Dia menciptakan bumi, dan dari bagian ketiga Dia menciptakan surga dan neraka.

Kemudian Dia membagi bagian keempat menjadi empat bagian, dari bagian pertama Dia menciptakan cahaya penglihatan orang-orang yang beriman, dari bagian kedua Dia menciptakan cahaya hati mereka yang merupakan pengenalan kepada Allah, dan dari bagian ketiga Dia menciptakan cahaya keakraban mereka yaitu tauhid 'Laa ilaha illallah Muhammadur Rasulullah'." – (Hadits). Sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Mawaahib al-Laduniyyah”.

Lafadz lain:

 أَوَّلُ مَا خَلَقَ الله تَعَالَى نُورَ مُحَمَّدٍ ﷺ

"Yang pertama kali diciptakan Allah Ta'ala adalah cahaya Muhammad ".

Sebagaiamana disebutkan oleh Ibnu Hajar al-Haitami dalam Asyraful Wasa’il Ilaa Fahmi al-Masa’il hal. 36 :

وَرَوَى عَبْدُ الرَّزَّاقُ فِي مُسْنَدِهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ اللهَ خَلَقَ ‌نُورَ ‌مُحَمَّدٍ قَبْلَ الْأَشْيَاءِ مِنْ نُورِهِ، فَجَعَلَ ذَلِكَ النُّورَ يَدُورُ بِالْقُدْرَةِ حَيْثُ شَاءَ اللهُ، وَلَمْ يَكُنْ فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ لَوْحٌ وَلَا قَلَمٌ...» الْحَدِيثُ بِطُولِهِ.

Diriwayatkan oleh Abdul Razzaq dalam Musnad-nya bahwa Nabi bersabda: "Sesungguhnya Allah menciptakan cahaya Muhammad sebelum segala sesuatu dari cahaya-Nya. Kemudian Allah menjadikan cahaya tersebut berputar dengan kekuasaan-Nya sesuai kehendak-Nya, dan pada waktu itu belum ada Loh (Al-Lauh Al-Mahfuzh) dan belum ada Pena (Al-Qalam)..." Hadits ini masih panjang”.

Di sebutkan pula oleh Ibnu Hajar al-Haitami dalam al-Fatawa al-Haditsiyyah hal. 206.

Ahmad bin Farid al-Maziidi berkata dalam hamisy Asyraful Wasa’il Ilaa Fahmi al-Masa’il karya Ibnu Hajar al-Haitsami hal. 36 :

الْحَدِيثُ غَيْرُ مَوْجُودٍ بِالْمُصَنَّفِ لِعَبْدِ الرَّزَّاقِ، وَمُسْنَدُهُ مَفْقُودٌ فِيمَا أَعْلَمُ.

“Hadits ini tidak ditemukan dalam kitab "Al-Mushannaf" karya Abdul Razzaq, dan Musnad-nya hilang sejauh yang saya ketahui”.

DERAJAT HADITS :

Hadits ini tidak diragukan lagi adalah PALSU, sebagaimana telah dinyatakan oleh para ulama.

MIRIP DENGAN DI BIBLE (INJIL) :

Mari kita bandingkan hadits Nur Muhammad ini dengan filsafat Injil (Bible) dalam Amsal 8:22-31 TB tentang nabi Isa alaihis salam :

“TUHAN telah menciptakan aku (Yesus) sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air”.

*****

PARA ULAMA SUFI YANG MENYEBUTKAN HADITS-HADITS NUR MUHAMMAD:

Hadits-hadits Nur Muhammad terkenal dalam kitab-kitab para ulama sufi. Di antara mereka yang menyebutkannya adalah sbb :

Ke 1 : Abdul Karim al-Jayli dalam "al-Insan al-Kamil" hal. 13 dan 34.

Ke 2 : Ibnu Hajar al-Haitami dalam "al-Fatawa al-Haditsiyah" hal. 59-60.

Ke 3 : Umar al-Fuuti dalam "Rimah Hizb ar-Rahim" 1/493.

Ke 4 : Hussein Hassan ath-Thomaa’i at-Tijaani dalam "Aqwa al-Adillah wa al-Burhan" hal. 5.

Ke 5 : Abdul Qadir al-‘Aidrus dalam "an-Nuur as-Safiir" hal. 22.**

====*****====

PARA ULAMA HADITS YANG MENILAINYA PALSU HADITS NUR MUHAMMAD :

Diantara para ulama pakar hadits yang menghukumi kepalsuan hadits Nur Muhammad adalah sebagai berikut :

Pertama : Muhammad Jamil Zainu, dia berkata :

فَهُوَ عِنْدَ أَهْلِ الْحَدِيثِ مَكْذُوبٌ وَمَوْضُوعٌ وَبَاطِلٌ

Maka menurut para ahli hadits, hadits tersebut dianggap **dusta (maudhu')** dan **palsu** serta **bathil**. [Lihat: Majmu’ah wa Rasaa’il at-Tawajihaat al-Ilamiyyah 3/458].

Kedua : Abdul Hamid Handawi dalam Hamisy kitab Kasyful Khofa 1/302 [cet. Al-Maktabah al-‘Asriyyah] berkata :

هَذَا الْخَبَرُ مِنَ الْأَبَاطِيلِ الْمَكْذُوبَةِ الَّتِي وَضَعَهَا الصُّوفِيَّةُ إِثْبَاتًا لِعَقَائِدِهِمُ الْفَاسِدَةِ.

Hadits ini termasuk kebohongan yang dibuat-buat oleh para sufi sebagai pembenaran untuk akidah mereka yang rusak”.

Ketiga : Abu Syakiib Taqiyuddin al-Hilaly berkata :

أَنَّهُ مَوْضُوعٌ؛ لَا يَحِلُّ أَنْ يُنْسَبَهُ أَحَدٌ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم إِلَّا مُقَرُونًا بِبَيَانِ وَضْعِهِ.

"Bahwa itu adalah hadits yang palsu; tidak boleh ada yang mengaitkannya dengan Nabi kecuali disertai dengan penjelasan tentang kepalsuan-nya." [ al-Hadiyyatul Hadiyah Ilaa ath-Thoifah at-Tijaniyyah hal. 80].

Dan Taqiyuddin al-Hilali berkata pula :

(( وَأَمَّا الحَدِيثُ ( أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ نُورِي ) فَقَدْ قَالَ السُّيُوطِيُّ فِي الحَاوِي ج 1 ص 325: لَيْسَ لَهُ إِسْنَادٌ يُعْتَمَدُ عَلَيْهِ، قَالَ الغُمَارِيُّ فِي المُغِيرِ عَلَى الجَامِعِ الصَّغِيرِ وَهُوَ حَدِيثٌ مَوْضُوعٌ، لَوْ ذُكِرَ بِتَمَامِهِ لَمَا شَكَّ الوَاقِفُ عَلَيْهِ فِي وَضْعِهِ وَبَقِيَّتُهُ تَقَعُ فِي نَحْوِ وَرَقَتَيْنِ كَبِيرَتَيْنِ مُشْتَمِلَتَيْنِ عَلَى أَلْفَاظٍ رَكِيكَةٍ وَمَعَانٍ مُنْكَرَةٍ ))

"Adapun hadits 'Yang pertama kali diciptakan Allah adalah cahayaku,' As-Suyuti dalam 'al-Hawi' volume 1 halaman 325 mengatakan: Tidak ada sanad yang bisa diandalkan. Al-Ghumari dalam 'al-Mughir 'ala al-Jami' al-Saghir' menyebutkan bahwa ini adalah hadits palsu. Jika disebutkan secara lengkap, tidak ada keraguan bagi yang membacanya bahwa hadits ini palsu. Sisanya mencakup sekitar dua halaman besar yang dipenuhi dengan ungkapan yang lemah dan makna yang buruk." [Al-Hadiyyatul Haadiyah hal. 70].

Keempat : Muhammad Abdus Salam Khidhr asy-Syuqairi al-Hawaamidi berkata:

وَمَسْأَلَةُ خَلْقِ كُلِّ شَيْءٍ مِنْ نُورِ النَّبِيِّ (ﷺ) الَّتِي جَعَلَهَا مَوْضُوعَ خُطْبَتِهِ السَّخِيفَةِ قَدْ أَوْضَحَهَا وَبَيَّنَ بُطْلَانَ حَدِيثِهَا صَاحِبُ الْمَنَارِ فِي الْمَجَلَّدِ الثَّامِنِ مِنْ صَفْحَةِ 865، فَقَدْ أَفَاضَ هُنَاكَ وَأَفَادَ وَأَجَادَ، فَجَزَاهُ اللَّهُ عَنْ تَحْقِيقِ الْخَيْرِ خَيْرَ الْجَزَاءِ. 

وَحَدِيثُ "أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ نُورَ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ" أَخْرَجَهُ عَبْدُ الرَّزَّاقِ وَلَا أَصْلَ لَهُ وَلَيْسَ فِيهِ تَعْظِيمٌ لِلنَّبِيِّ (ﷺ) بَلْ هُوَ مَثَارُ شُبُهَاتٍ وَشُكُوكٍ فِي الدِّينِ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ}، قَالَ: {قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ}، وَقَدْ قَالَ مُحَمَّدٌ بْنُ عُثْمَانَ الثَّقَفِيُّ الْبَصْرِيُّ: وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِنَّ عَبْدَ الرَّزَّاقِ كَذَّابٌ أهـ. 

بَلَاءٌ آخَر؛ وَشَرٌّ مُسْتَطِيرٌ.

Dan masalah penciptaan segala sesuatu dari cahaya Nabi () yang dijadikan sebagai topik khotbahnya yang konyol telah dijelaskan dan dibuktikan kebohongannya oleh penulis Al-Manar dalam volume kedelapan halaman 865. Dia telah menguraikannya dengan baik dan bermanfaat, semoga Allah membalasnya dengan balasan terbaik atas upayanya dalam kebaikan. 

Sedangkan hadits "Yang pertama kali Allah ciptakan adalah cahaya Nabi-Mu, wahai Jabir" diriwayatkan oleh Abdul Razak, dan tidak ada asalnya, serta tidak ada dalam hadits tersebut yang menunjukkan pengagungan terhadap Nabi (). Sebaliknya, hadits tersebut menjadi sumber keraguan dan kebimbangan dalam agama.

Allah berfirman: "Dan Muhammad tidak lain adalah seorang rasul; rasul-rasul sebelumnya telah berlalu."

Dan Allah juga berfirman: "Katakanlah: Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku."

Dan Muhammad bin Utsman Ats-Tsaqafi Al-Bashri berkata: "Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya Abdul Razak adalah seorang pendusta." 

Ini adalah malapetaka lainnya; dan sebuah keburukan yang menyebar.

[Sumber : As-Sunan wal Mubtadi’aat hal. 93].

Kelima : DR. Hisamuddin ‘Afaanah berkata :

"فَحَدِيثُ جَابِرٍ هَذَا المَنْسُوبُ إِلَى عَبْدِ الرَّزَّاقِ مَوْضُوعٌ لَا أَصْلَ لَهُ وَقَدْ عَزَاهُ غَيْرُ وَاحِدٍ إِلَى عَبْدِ الرَّزَّاقِ خَطَأً فَهُوَ غَيْرُ مَوْجُودٍ فِي مُصَنَّفِهِ وَلَا جَامِعِهِ وَلَا تَفْسِيرِهِ. وَمِنَ الَّذِينَ نَسَبُوهُ إِلَى عَبْدِ الرَّزَّاقِ ابْنُ العَرَبِيِّ الحَاتِمِيُّ فِي "تَلْقِيحِ الأَذْهَانِ" وَالدِّيَارُ بَكْرِيٌّ فِي كِتَابِ "الخَمِيسِ فِي تَارِيخِ أَنْفَسِ نَفِيسٍ" وَالعَجْلُونِيُّ فِي "كَشْفِ الخَفَاءِ" وَفِي "الأَوَائِلِ العَجْلُونِيَّةِ" وَقَالَ السُّيُوطِيُّ فِي الحَاوِي فِي الفَتَاوَى: أَمَّا حَدِيثُ أَوَّلِيَّةِ النُّورِ المُحَمَّدِيِّ فَلَا يُثْبَتُ. وَقَدْ حَكَمَ الشَّيْخُ عَبْدُ اللهِ بْنُ الصِّدِّيقِ فِي رِسَالَةِ "مُرْشِدِ الحَائِرِ لِبَيَانِ وَضْعِ حَدِيثِ جَابِرٍ" عَلَى هَذَا الحَدِيثِ بِالوَضْعِ وَقَدْ سَبَقَهُ إِلَى ذَلِكَ أَخُوهُ أَحْمَدُ بْنُ الصِّدِّيقِ فَلْيَتَنَبَّهْ إِلَى ذَلِكَ] شَرْحُ الزُّرْقَانِيِّ عَلَى المَوَاهِبِ 1/89. وَذَكَرَ الشَّيْخُ الأَلْبَانِيُّ أَنَّهُ بَاطِلٌ. السِّلْسِلَةُ الصَّحِيحَةُ 459 وَبَيَّنَ بُطْلَانَهُ الشَّيْخُ أَحْمَدُ الشِّنْقِيطِيُّ فِي رِسَالَتِهِ بِعُنْوَانِ تَنْبِيهِ الحُذَّاقِ عَلَى بُطْلَانِ مَا شَاعَ بَيْنَ الأَنَامِ مِنْ حَدِيثِ النُّورِ المَنْسُوبِ لِمُصَنَّفِ عَبْدِ الرَّزَّاقِ".

Hadits Jabir yang dinisbatkan kepada Abdul Razzaq adalah hadits maudhu' (palsu), dan tidak ada asal-usulnya. Banyak ulama yang salah menisbatkannya kepada Abdul Razzaq. Hadits tersebut tidak terdapat dalam "Mushannaf", "Jami'", maupun "Tafsir" Abdul Razzaq. Di antara ulama yang menisbatkannya kepada Abdul Razzaq adalah Ibnu Arabi Al-Hatimi dalam kitab "Talaqih al-Adzhan", Al-Diyar Bakri dalam "Al-Khamis fi Tarikh Anfas Nafis", dan Al-'Ajluni dalam "Kasyf al-Khafa" serta dalam "Al-Awa'il Al-'Ajluniyah".

As-Suyuthi dalam kitab "Al-Hawi" menyatakan bahwa hadits mengenai awal penciptaan cahaya Muhammad tidak dapat dipastikan keabsahannya.

Syeikh Abdullah bin Ash-Shiddiq dalam risalah "Murshid al-Ha'ir li Bayan Wad' Hadits Jabir" telah menilai hadits ini sebagai hadits maudhu'. Sebelumnya, saudaranya, Ahmad bin Ash-Shiddiq, juga telah menegaskan hal ini. Maka, hal ini harus diperhatikan.** [Penjelasan Az-Zarqani dalam "Syarh al-Mawahib", jilid 1 halaman 89].

Syeikh Al-Albani menyatakan bahwa hadits ini batil dalam kitab "As-Silsilah As-Shahihah" no. 459. Syeikh Ahmad Asy-Syinqithi juga menjelaskan kebatilannya dalam risalahnya yang berjudul "Tanbih al-Huddaq 'ala Buthlan ma Sya'a bayn al-Anam min Hadits an-Nur al-Mansub li Mushannaf Abdul Razzaq". [ Lihat : Fataawaa DR. Hisam Afanah 18/101]

Keenam : Syeikh Nashiruddin al-Albaani rahimahullah Ta’ala :

Hadits diatas dinyatakan sebagai hadits palsu oleh al-Albaani dalam adh-Dha’ifah 1/474.

Dan Syeikh Al-Albani dalam "Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah" 1/820 no. 458 setelah menyebutkan hadits:

(( خُلِقَتِ المَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ إِبْلِيسُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ وَخُلِقَ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ مِمَّا قَدْ وُصِفَ لَكُمْ ))

"Para malaikat diciptakan dari cahaya, dan Iblis diciptakan dari api yang menyala-nyala, dan Adam ‘alaihis salam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian" [HR. Muslim 8/226].

Dia berkata:

(( وَفِيهِ إِشَارَةٌ إِلَى بُطْلَانِ الحَدِيثِ المَشْهُور عَلَى أَلْسِنَةِ النَّاسِ: " أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ نُورَ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ "، وَنَحْوِهِ مِنَ الأَحَادِيثِ الَّتِي تَقُولُ بِأَنَّهُ ﷺ خُلِقَ مِنْ نُورٍ، فَإِنَّ هَذَا الحَدِيثَ دَلِيلٌ وَاضِحٌ عَلَى أَنَّ المَلَائِكَةَ فَقَطْ هُمُ الَّذِينَ خُلِقُوا مِنْ نُورٍ، دُونَ آدَمَ وَبَنِيهِ، فَتَنَبَّهْ وَلَا تَكُنْ مِنَ الغَافِلِينَ ))

"Ini menunjukkan kebatilan hadits yang terkenal di kalangan masyarakat: 'Yang pertama kali diciptakan Allah adalah cahaya Nabimu, wahai Jabir,' dan hadits serupa yang mengatakan bahwa Rasulullah diciptakan dari cahaya. Karena hadits ini jelas menunjukkan bahwa hanya malaikat yang diciptakan dari cahaya, bukan Adam dan keturunannya. Maka perhatikanlah dan janganlah menjadi orang yang lalai." [Hadits No. 458].

Dan Syeikh al-Albaani juga berkata :

الحَديثُ المَعروفُ: (‌أَوَّلُ ‌مَا ‌خَلَقَ ‌الله ‌نُورُ ‌نَبِيِّكَ ‌يَا ‌جَابِر!) فَنَقولُ: هَذا حَديثٌ لَيسَ لَهُ أَصْلٌ في كُتُبِ الأُمَّهَاتِ السِّتِّ المَشْهُورَةِ، وَلَا السُّنَنِ المَعْرُوفَةِ عِندَ أَهْلِ الحَدِيثِ، وَلَا غَيْرِهَا مِمَّا يَبْلُغُ المِئَاتِ مِنَ الكُتُبِ، فَهَذَا الحَدِيثُ لَيسَ لَهُ أَصْلٌ إِلَّا في أَذْهَانِ الجُهَّالِ، مِنَ الذِينَ اتَّخَذُوا مَدِيحَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بِالحَقِّ وَبِالبَاطِلِ مِهْنَةً يَعِيشُونَ مِنْ وَرَائِهَا، فَلَا يَجُوزُ عِندَ كَثِيرٍ مِنَ العُلَمَاءِ إِثْبَاتُ عَقِيدَةٍ بِحَدِيثٍ صَحِيحٍ، وَإِنَّمَا يُشْتَرَطُونَ في إِثْبَاتِ العَقِيدَةِ بِأَنْ يَكُونَ الحَدِيثُ مُتَوَاتِرًا، وَلَا يَكْفِي أَنْ يَكُونَ صَحِيحًا فَقَطْ، وَلَوْ كَانَ لَهُ طَرِيقَانِ أَوْ ثَلَاثَةٌ، لَا بُدَّ أَنْ يَكُونَ جَاءَ مِنْ عِشْرِينَ طَرِيقًا، أَي: عَن عِشْرِينَ صَحَابِيًّا؛ حَتَّى تَثْبُتَ العَقِيدَةُ بِذَلِكَ الحَدِيثِ، وَنَحْنُ وَإِنْ كُنَّا لَا نَتَبَنَّى هَذَا الرَّأْيَ؛ لِأَنَّنَا لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ مَا جَاءَنَا عَنِ الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِنْ عَقِيدَةٍ وَمَا جَاءَنَا عَنْهُ مِنْ حُكْمٍ، فَكُلُّ ذَلِكَ يَجِبُ اتِّبَاعُهُ وَالِاسْتِسْلَامُ لَهُ، وَلَكِنَّنَا نَذْكُرُ بِأَنَّ كَثِيرًا مِنَ العُلَمَاءِ لَمَّا اشْتَرَطُوا التَّوَاتُرَ في الحَدِيثِ الذِي يُرَادُ إِثْبَاتُ العَقِيدَةِ بِهِ، مَا اشْتَرَطُوا ذَلِكَ إِلَّا حِرْصًا عَلَى أَلَّا يَعْتَقِدَ المُسْلِمُ مَا قَدْ يَكُونُ وَهَمَ فِيهِ بَعْضُ الرُّوَاةِ، فَمَعَ الأَسَفِ نَجِدُ جَمَاهِيرَ النَّاسِ اليَوْمَ يَعْتَقِدُونَ عَقَائِدَ قَامَتْ عَلَى أَحَادِيثَ ضَعِيفَةٍ، بَلْ وَأَحَادِيثَ مَوْضُوعَةٍ، كَهَذَا الحَدِيثِ: (‌أَوَّلُ ‌مَا ‌خَلَقَ ‌الله ‌نُورُ ‌نَبِيِّكَ ‌يَا ‌جَابِر!) لِذَلِكَ فَلَا يَجُوزُ لِلمُسْلِمِ أَنْ يَعْتَقِدَ مِثْلَ هَذِهِ العَقِيدَةِ، لِعَدَمِ وُرُودِهَا في شَيْءٍ مِنَ الأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ.

Mengenai hadits yang terkenal ini, yaitu hadits : "Yang pertama kali diciptakan Allah adalah cahaya Nabimu, wahai Jabir!", maka kami katakan:

‘Hadits ini tidak memiliki asal dalam enam kitab hadits induk yang terkenal, maupun dalam sunah-sunah yang dikenal di kalangan ahli hadits, maupun dalam ratusan kitab lainnya.

Jadi, hadits ini tidak memiliki asal kecuali dalam pikiran orang-orang goblok yang menganggap pujian dan sanjungan kepada Nabi , baik yang benar maupun yang salah, sebagai profesi (mata pencaharian) yang mereka bisa hidup dari situ.

Oleh karena itu, banyak ulama tidak membenarkan penetapan akidah hanya sebatas dengan hadits sahih saja, akan tetapi mereka mensyaratkan bahwa dalam penetapan akidah, hadits tersebut harus mutawatir. Tidak cukup hanya dianggap sahih, meskipun memiliki dua atau tiga jalur. Harus ada dari dua puluh jalur, yaitu dari dua puluh sahabat, agar akidah dapat ditegakkan melalui hadits tersebut.

Meskipun kami tidak mengadopsi pendapat ini, karena kami tidak membedakan antara apa yang datang kepada kami dari Rasulullah dalam hal akidah dan apa yang datang kepada kami dalam hal hukum; semua itu harus diikuti dan diterima.

Namun, kami ingin mengingatkan bahwa banyak ulama ketika mensyaratkan mutawatir pada hadits yang ingin digunakan untuk menetapkan akidah, mereka tidak mengharuskan itu kecuali sebagai bentuk kehati-hatian agar seorang Muslim tidak mempercayai sesuatu yang mungkin salah di antara beberapa perawi.

Sayangnya, saat ini banyak orang yang mempercayai akidah yang didasarkan pada hadits-hadits lemah, bahkan hadits-hadits yang dipalsukan, seperti hadits ini: "Pertama kali yang diciptakan Allah adalah cahaya Nabimu, wahai Jabir!". Oleh karena itu, tidak boleh seorang Muslim meyakini akidah seperti ini, karena tidak ada dalil yang sah dari hadits yang benar. [Duruus al-Albaani 4/3]

*****

PERNYATAAN PENULIS :

Penulis katakan : Keyakinan bahwa Nabi diciptakan dari cahaya atau yang dikenal dengan "hakikat Muhammadiyah" bukanlah bagian dari akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, melainkan berasal dari akidah Syiah Ismailiyah. Muhammad Ziyad al-Taklah dalam kitabnya yang berharga *Majmu’ fi Kasyfi Haqiqati al-Juz’i al-Mafqud* berkata:

وَهَذَا حَدِيثٌ بَاطِلٌ لَا أَصْلَ لَهُ، لَعَنَ اللَّهُ وَاضِعَهُ، وَفِيهِ مَا هُوَ مُصَادِمٌ لِعِدَّةِ نُصُوصٍ صَرِيحَةٍ فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ وَالسُّنَّةِ الصَّحِيحَةِ فِي الخَلْقِ وَغَيْرِهِ، وَلَيْسَ فِي شَيْءٍ مِنْ كُتُبِ الإِسْلَامِ مُسْنَدًا.

وَكَانَ مُبْتَدَأُ أَمْرِ الحَدِيثِ عِنْدَ مُتَقَدِّمِي الإِسْمَاعِيلِيَّةِ البَاطِنِيَّةِ، فَفِي كُتُبِهِمُ القَدِيمَةِ الكَثِيرُ مِنَ الأَحَادِيثِ المَكْذُوبَةِ فِي أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ وَعَلِيًّا مِنْ نُورِ اللَّهِ، وَأَنَّ الشِّيعَةَ (يَقْصِدُونَ أَنْفُسَهُمْ) مِنْهُمَا.

"Ini adalah hadits batil yang tidak memiliki asal-usul, semoga Allah melaknat orang yang memalsukannya. Hadits ini bertentangan dengan beberapa nash yang jelas dalam Al-Qur'an dan sunnah yang sahih terkait penciptaan dan hal-hal lainnya, dan tidak ada dalam salah satu kitab Islam yang memiliki sanad."**

Permulaan penyebaran hadits ini terjadi pada kelompok awal Ismailiyah Bathiniyah. Dalam kitab-kitab mereka yang lama, terdapat banyak hadits palsu yang menyatakan bahwa Nabi dan Ali berasal dari cahaya Allah, dan bahwa Syiah (yang mereka maksud adalah diri mereka sendiri) berasal dari keduanya. (Lihat *Usul al-Isma'iliyah* karya Dr. Sulaiman bin Abdullah as-Salluumi 2/459).

Di antara yang menyebutkan sumber hadits yang mirip dengan ini adalah Ali bin Muhammad bin al-Walid al-Ismaili al-Bathini (wafat 612 H) dalam kitabnya *Taaj al-Aqa'id* (hal. 54, sebagaimana disebutkan dalam *Risalah al-‘Athaaya /رِسَالَةُ العَطَايَا*), tetapi dengan lafaz yang berbeda, yaitu:

"إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى خَلَقَنِي وَعَلِيًّا نُورًا بَيْنَ يَدَيْ العَرْشِ، نُسَبِّحُ اللَّهَ وَنُقَدِّسُهُ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ آدَمَ بِأَلْفَيْ عَامٍ، فَلَمَّا خَلَقَ آدَمَ أَسْكَنَنَا فِي صُلْبِهِ، ثُمَّ نَقَلَنَا مِنْ صُلْبٍ طَيِّبٍ إِلَى بَاطِنٍ طَاهِرٍ، لَا تَحْتَكُّ فِينَا عَاهَةٌ، حَتَّى أَسْكَنَنَا صُلْبَ إِبْرَاهِيمَ، ثُمَّ نَقَلَنَا مِنَ الأَصْلَابِ الطَّاهِرَةِ إِلَى الأَرْحَامِ الزَّكِيَّةِ، لَا يَمَسُّنَا عَارُ الجَاهِلِيَّةِ، حَتَّى أَسْكَنَنَا صُلْبَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، ثُمَّ افْتَرَقَ النُّورُ مِنْ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ثَلاثًا، ثُلُثَانِ فِي عَبْدِ اللَّهِ، وَثُلُثٌ فِي أَبِي طَالِبٍ، فَخَرَجْتُ مِنْ ظَهْرِ عَبْدِ اللَّهِ، وَخَرَجَ عَلِيٌّ مِنْ ظَهْرِ أَبِي طَالِبٍ، ثُمَّ اجْتَمَعَ النُّورُ مِنِّي وَمِنْ عَلِيٍّ فِي فَاطِمَةَ، فَخَرَجَ مِنْهَا الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ، فَهُمَا نُورَانِ مِنْ نُورِ رَبِّ الْعَالَمِينَ"!

"Sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan aku dan Ali sebagai cahaya di depan 'Arsy. Kami bertasbih kepada Allah dan mensucikan-Nya sebelum Allah menciptakan Adam selama dua ribu tahun.

Ketika Allah menciptakan Adam, Dia menempatkan kami di dalam sulbinya (tulang rusuknya), kemudian memindahkan kami dari sulbi yang baik ke dalam rahim yang suci, sehingga kami tidak terpengaruh oleh cacat apa pun, sampai Allah menempatkan kami di sulbi Ibrahim.

Kemudian Allah memindahkan kami dari sulbi-sulbi yang suci ke rahim-rahim yang bersih, kami tidak terpengaruh oleh noda jahiliah, hingga Allah menempatkan kami di sulbi Abdul Muttalib.

Kemudian cahaya itu terbagi dari Abdul Muththalib menjadi tiga bagian, dua pertiga berada di dalam Abdullah, dan sepertiga di dalam Abu Thalib.

Aku muncul dari sulbi Abdullah, dan Ali muncul dari sulbi Abu Thalib. Lalu cahaya itu bertemu dari diriku dan dari Ali pada Fatimah, kemudian lahirlah dari Fatimah Hasan dan Husain. Mereka berdua adalah cahaya dari cahaya Tuhan semesta alam!"**

Kemudian, hadits Bathiniyah (kebatinan) ini diterima oleh Ibnu Arabi al-Hatimi al-Andalusi, penganut paham *Wahdatul Wujud* (wafat 638 H) —yang memiliki pandangan Batiniyah dalam kepercayaan, sebagaimana disebutkan oleh muridnya yang juga penduduk sekitarnya, Al-Hafidz Ibnu Masdi— dan dia menyebutkannya dengan lafaz panjang dalam *Talqih al-Adzhaan / تَلْقِيحُ الأَذْهَانِ * (sebagaimana disebutkan dalam *Irsyad al-Haa’ir /إِرْشَادُ الحَائِرِ*, dan diriwayatkan oleh al-Himyari dari manuskrip *at-Talqiih* 128/أ), dan dalam *Al-Futuhaat al-Makkiyah* (1/119, sebagaimana disebutkan dalam *Risalah al-Athaaya*).

Abdullah al-Ghumari dalam *Ishlah Abyat al-Burdah* (hal. 75) berkata:

"وَأَوَّلُ مَنْ شَهَرَ هَذَا الحَدِيثِ ابْنُ الْعَرَبِيِّ الْحَاتِمِيُّ، فَلَا أَدْرِي عَمَّنْ تَلَقَّاهُ! وَهُوَ ثِقَةٌ، فَلَا بُدَّ أَنْ أَحَدَ الْمُتَصَوِّفَةِ الْمُتَزَهِّدِينَ وَضَعَهُ".

"Orang pertama yang memopulerkan hadits ini adalah Ibnu Arabi al-Hatimi. Saya tidak tahu dari siapa dia menerimanya, padahal dia seorang yang tepercaya. Jadi, kemungkinan besar salah satu sufi yang penuh zuhud telah memalsukannya."

Kemudian, hadits ini menyebar dalam kitab-kitab tasawuf, syiah, dan sirah yang datang lebih belakangan tanpa sanad, tentu saja!

Yang paling parah, salah satu dari orang-orang belakangan yang tidak memiliki penguasaan ilmu hadits, dia melakukan kesalahan dengan merujuknya dari riwayat Imam Abdur Razak.

Abu Utsman dalam artikelnya **الِاسْتِدْلَالُ بِحَدِيثِ أَوَّلِ مَا خَلَقَ اللَّهُ نُورَ نَبِيِّكَ يَا جَابِرَ** berkata :

" وَأَقْدَمُ مَن وَقَفْتُ عَلَيْهِ عَزَاهُ لَهُ: القَسْطَلَانِيُّ فِي الْمَوَاهِبِ اللَّدُنِّيَّةِ (1/46) - بَيْنَمَا ذَكَرَ الْغُمَارِيُّ أَنَّ السُّيُوطِيَّ عَزَاهُ لَهُ فِي الْخَصَائِصِ، وَلَمْ أَهْتَدِ لَهُ فِيهِ - وَسَوَاءً كَانَ هَذَا أَوْ ذَاكَ، فَهُمَا تَوَفَّيَا فِي الْقَرْنِ الْعَاشِرِ، وَلَمْ يَذْكُرَا إِسْنَادَ عَبْدِ الرَّزَّاقِ. 

ثُمَّ جَاءَ الْعَجَلُونِيُّ فِي الْقَرْنِ الثَّانِي عَشَرَ وَعَزَاهُ فِي كَشْفِ الْخَفَاءِ (1/311) وَفِي الأَوَائِلِ الأَرْبَعِينَ (19) لِعَبْدِ الرَّزَّاقِ، وَنَصَّ فِي الْأَرْبَعِينَ أَنَّهُ لَمْ يَقِفْ عَلَى إِسْنَادِهِ تَبَعًا لِلْقَسْطَلَانِيِّ؛ الَّذِي ذَكَرَهُ بِلَا سَنَدٍ. 

ثُمَّ تَنَاقَلَ الْمُتَأَخِّرُونَ هَذَا الْعَزْوَ بَعْضُهُمْ مِن بَعْضٍ دُونَ نَظَرٍ وَلَا تَحْقِيقٍ؛ حَتَّى وَصَلَ الْأَمْرُ إِلَى أَسَافِلِ الْمُجْرِمِينَ فَأَحَبُّوا أَنْ يُلَفِّقُوا جُزْءًا يُدَسُّوهُ فِيهِ وَيَنْسِبُوهُ لِلْمُصَنِّفِ! فَكَانَ ذَٰلِكَ قِصَّةَ ظُهُورِ مُصَنِّفِ الْحَمِيرِيِّ هَذَا، وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ )) [ص 100 – 103]

Dan orang paling awal yang saya temui menyebutkannya adalah Al-Qastalani dalam *Al-Mawahib al-Laduniyyah* (1/46) - sementara Al-Ghumari menyebutkan bahwa Asy-Suyuthi merujuknya dalam *Al-Khashooish /الْخَصَائِصُ*, tetapi saya tidak menemukan referensi tersebut di sana. Baik ini atau itu, keduanya meninggal pada abad kesepuluh, dan tidak menyebutkan sanad Abdul Razak.

Kemudian, Al-‘Ajluni datang pada abad kedua belas dan merujuknya dalam *Kasyful Khofa* (1/311) dan dalam *Al-Awaa’il al-Arba'in* (19) kepada Abdul Razak, dan menegaskan dalam *Al-Arba'in* bahwa ia tidak menemukan sanadnya, dia hanya mengikuti jejak Al-Qastalani; yang menyebutkannya tanpa sanad.

Kemudian, orang-orang belakangan menyalin rujukan ini satu sama lain tanpa mempertimbangkan atau menyelidiki; hingga sampai kepada golongan terendah dari para penjahat yang ingin menyisipkan bagian yang mereka buat sendiri dan mengaitkannya kepada penulis! Maka itulah kisah munculnya penulis Al-Himyari ini, semoga Allah melindungi kita. [hal. 100–103]

====*****====

HADITS NUR MUHAMMAD BERTENTANGAN DENGAN AL-QUR’AN DAN HADITS SHAHIH.

Hadits : "Nur Nabimu, Ya Jabir" adalah Hadits Palsu dan Dusta.

Ada sebuah kaidah dalam Ilmu Hadits bahwa syarat sebuah hadits agar dapat dianggap sah adalah bahwa perawinya harus dari orang-orang yang adil dan dapat dipercaya, dan tidak boleh ada penyimpangan atau cacat, serta hadits tersebut tidak boleh bertentangan dengan ayat Al-Qur'an atau hadits yang disepakati, dan tidak boleh ada kelemahan dalam bahasa Arabnya. Ini adalah syarat untuk menganggap sebuah hadits.

Hadits Jabir bertentangan dengan hadits sahih, di mana Rasulullah bersabda:

« كَانَ اللهُ وَلَمْ يَكُن شَيءٌ غَيْرَهُ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ … »

"Allah adalah telah ada dan tidak ada sesuatu pun sebelum-Nya, dan Arsy-Nya ada di atas air…" (hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Al-Baihaqi, dan lainnya).

Hadits ini secara tegas menyatakan bahwa hanya Allah yang ada di masa awal dan tidak ada selain-Nya, dan bahwa yang pertama kali diciptakan Allah adalah air.

Hadits Nur Muhammad juga bertentangan dengan ayat al-Qur’an:

﴿ قُلْ إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثلُكُمْ ﴾

"Katakanlah, sesungguhnya aku adalah manusia seperti kalian" (QS. Al-Kahf, ayat 110).

Yang berarti bahwa Rasulullah diciptakan dari air mani kedua orang tuanya.

Dan ayat berikut ini:

﴿ وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَراً فَجَعَلَهُ نَسَباً وَصِهْراً وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيراً ﴾

"Dia lah yang menciptakan manusia dari air, lalu menjadikannya bersaudara dan menikah, dan Rabb-Mu adalah Maha Kuasa" (Surah Al-Furqan, ayat 54)

Ini adalah bukti jelas bahwa manusia diciptakan dari air dan bahwa Rasulullah adalah seorang manusia.

Hadits palsu, "Nur Nabimu, Ya Jabir," diriwayatkan oleh seseorang yang bernama Al-Ajluni, yang bukan termasuk dalam para huffaadz hadits.

Para ulama hadits telah memutuskan bahwa hadits ini adalah hadits yang dianggap palsu dan dusta.

Al-Hafidz As-Suyuthi memutuskan bahwa hadits ini tidak sahih. Dan Al-Hafidz Ahmad Al-Ghumari Al-Maghribi, yang merupakan salah satu huffaadz hadits, berkata:

« هَذَا الْحَدِيثُ مَوْضُوعٌ وَجَدِيرٌ أَنْ يَكُونَ مَوْضُوعًا لِأَنَّهُ مُخَالِفٌ لِلنَّصِّ الصَّحِيحِ وَلِأَنَّ فِيهِ رَكَاكَةً وَالرَّسُولُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لَا يَتَكَلَّمُ بِكَلَامٍ رَكِيكٍ ».

"Hadits ini adalah hadits palsu. Dan pantas untuk dianggap sebagai hadits palsu karena bertentangan dengan nash yang sahih dan karena adanya kelemahan dan kerendahan dalam bahasanya, dan Rasulullah tidak berbicara dengan kata-kata yang lemah dan rendahan".

Kelemahan tersebut terlihat jelas dari ungkapan yang mengatakan :

(أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ نُورُ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ)

"Yang pertama kali diciptakan Allah adalah Nur Nabimu, Ya Jabir."

Apa artinya ini? Artinya, menurut anggapannya, bahwa yang pertama kali diciptakan Allah adalah Nur Nabi. Kemudian dia berkata :

(خَلَقَهُ اللَّهُ مِنْ نُورِهِ قَبْلَ الأَشْيَاءِ)

"Allah menciptakannya dari Nur-Nya sebelum segala sesuatu,"

Dengan demikian maknanya, menurut anggapannya, ada Nur yang diciptakan sebelum Nur Muhammad sehingga dari Nur tersebut diciptakan Nur Muhammad. Karena jika (dari Nur-Nya) dikembalikan kepada kepemilikan, yaitu bahwa ia diciptakan dari Nur yang diciptakan Allah, maka itu berarti Nur Muhammad bukanlah yang pertama kali diciptakan Allah, melainkan yang pertama kali diciptakan Allah adalah Nur yang dijadikan sebagai Nur Muhammad. Ini merupakan penyangkalan terhadap kalimat pertama "Yang pertama kali diciptakan Allah adalah Nur Nabimu, Ya Jabir."

Jadi, ini adalah kelemahan yang nyata yang tidak layak diucapkan oleh Rasulullah . Dan tidak layak bagi Rasulullah untuk bertentangan dalam ucapannya, serta tidak boleh dalam ucapan beliau yang bertentangan dengan Al-Qur'an. Dengan demikian, hadits "Nur Nabimu, Ya Jabir" adalah hadits palsu dan dusta.

Hadits :

"أَوَّلُ مَا خَلَقَ الله نُورُ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ، خَلَقَهُ الله مِن نُورِهِ قَبْلَ الأَشْيَاءِ"

"Pertama yang diciptakan Allah adalah cahaya Nabi-mu, wahai Jabir, Allah menciptakannya dari cahaya-Nya sebelum segala sesuatu"

Ini adalah ungkapan yang lemah dan rendah (رَكِيكٌ، وَالرَّكَاكَةُ). Kelemahan ungkapan ini, menurut para ahli hadits, adalah tanda bahwa hadits tersebut palsu, karena Rasulullah tidak berbicara dengan kata-kata yang lemah maknanya.

Ungkapan lemah dan rendahan dalam hadits ini terletak pada kalimat pertama: "Yang pertama diciptakan Allah adalah cahaya Nabi-mu". Ungkapan ini menjadikan cahaya Nabi sebagai yang pertama di antara seluruh dunia dan makhluk secara mutlak.

Selanjutnya, kalimat : "Allah menciptakannya dari cahaya-Nya sebelum segala sesuatu" jika dianggap bahwa makna "dari cahaya-Nya" adalah cahaya yang diciptakan oleh Allah, dengan tambahan bahwa ini adalah tambahan kepemilikan dan bukan tambahan sifat kepada yang disifatkan, maka makna yang terkandung adalah bahwa yang pertama dari makhluk adalah cahaya tersebut, bukan cahaya Muhammad .

Ini bertentangan dengan kalimat pertama, karena kalimat pertama menunjukkan bahwa cahaya Muhammad adalah yang pertama di antara seluruh makhluk secara mutlak, sedangkan kalimat "Allah menciptakannya dari cahaya-Nya sebelum segala sesuatu" menunjukkan bahwa yang pertama dari makhluk adalah cahaya yang diciptakan dari cahaya Muhammad, yang datang setelah cahaya tersebut ada.

Adapun jika dianggap bahwa tambahan "dari cahaya-Nya" adalah tambahan sifat kepada yang disifatkan, maka maknanya adalah bahwa Muhammad adalah bagian dari sifat Allah. Ini adalah pernyataan bahwa Allah terdiri dari bagian-bagian, dan Allah Ta'ala Maha Suci dari segala bentuk pembagian, penyusunan, dan penguraian, serta ini adalah kekufuran (yakni pernyataan adanya bagian-bagian bagi Allah).

Dalam hal ini, jika diartikan demikian, akan ada pernyataan bahwa Allah terpecah-pecah, yang bertentangan dengan konsep tauhid, karena Allah adalah satu dalam zat dan sifat-Nya. Dengan demikian, sifat-Nya bukanlah sifat bagi selain-Nya, melainkan sifat-Nya adalah tetap bagi-Nya, dan tidak menjadi asal bagi yang lainnya, sebagaimana telah dijelaskan oleh para ahli tauhid dalam karya-karya mereka.

Kemudian, hadits ini bertentangan dengan dua hadits sahih. Salah satunya adalah hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Hibban, di mana Abu Hurairah berkata:

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي إِذَا رَأَيْتُكَ طَابَتْ نَفْسِي وَقَرَّتْ عَيْنِي فَأَنَبِئْنِي عَنْ كُلِّ شَيْءٍ. قَالَ: « إِنَّ اللهَ تَعَالَى خَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ مِنَ الْمَاءِ».

"Saya bertanya, wahai Rasulullah, ketika saya melihatmu, jiwaku merasa tenang dan mataku merasa puas, maka beritakanlah kepadaku tentang segala sesuatu." Rasulullah menjawab, "Sesungguhnya Allah menciptakan segala sesuatu dari air."

[Diriwayatkan oleh Ahmad (7932) dengan lafaz tersebut, dan oleh Al-Bazzar (9547) secara ringkas, serta oleh Ibnu Hibban (2559) dengan sedikit perbedaan. Di hukumi shahih oleh Ibnu Hibban dan Syu’aib al-Arna’uth dalam Takhrij al-Musnad].

Pertanyaan Abu Hurairah tentang asal mula dunia yang diciptakan dari apa ? Rasulullah menjawab bahwa itu adalah air. Hadits ini sahih.

Hadits lainnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok anak-anak sahabat dari ayah-ayah mereka, dari Rasulullah :

« إِنَّ اللّهَ تَعَالَى لَمْ يَخْلُقْ شَيْئًا مِمَّا خَلَقَ قَبْلَ الْمَاء »

"Sesungguhnya Allah tidak menciptakan sesuatu pun sebelum air."

Hadits ini disebutkan oleh Al-Hafizh Ibn Hajar sebagai hadits yang sahih atau hasan dalam Syarah Sahih Bukhari, dalam kitab Tauhid ketika menyebutkan hadits:

« كَانَ اللّهُ وَلَمْ يَكُن شَيْءٌ غَيْرُهُ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء »

"Allah ada dan tidak ada sesuatu pun selain-Nya, dan Arsy-Nya berada di atas air."

Hadits ini dapat dianggap sebagai hadits ketiga yang menunjukkan bahwa air adalah asal mula segala sesuatu.

Selanjutnya, keutamaan bukanlah pada urutan keberadaan, yaitu keberadaan makhluk yang satu lebih dahulu dari yang lain, tetapi keutamaan itu adalah karena pilihan Allah. Meskipun air memiliki status sebagai yang pertama, tidak dapat dikatakan bahwa ia adalah makhluk yang paling utama. Adapun Rasulullah adalah makhluk yang paling utama tanpa harus menjadi yang pertama dalam penciptaan, baik dari segi fisiknya maupun cahaya-Nya. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Al-Busiri:

فَمَبْلَغُ الْعِلْمِ فِيهِ أَنَّهُ بَشَرٌ *** وَأَنَّهُ خَيْرُ خَلْقِ اللَّهِ كُلَّهُمْ

"Sebatas pengetahuan tentangnya adalah bahwa ia adalah seorang manusia. *** Dan ia adalah makhluk terbaik di antara seluruh ciptaan Allah."

Dan terkait dengan hadits yang dibicarakan ini, adalah apa yang diucapkan oleh sebagian muadzin di tanah Syam setelah adzan dengan suara keras :

"الصَّلاةُ والسَّلامُ عَلَيْكَ يا أَوَّلَ خَلْقِ اللهِ وَيا خَاتَمَ رُسُلِ اللهِ".

"Shalawat dan salam atasmu, wahai yang pertama diciptakan Allah dan wahai yang terakhir dari Rasul Allah."

Jika saja mereka mengatakan :

"الصَّلاةُ والسَّلامُ عَلَيْكَ يا خَاتَمَ رُسُلِ اللهِ"

"Shalawat dan salam atasmu, wahai yang terakhir dari Rasul Allah", maka ini adalah yang benar.

Dan di antara yang bathil yang bertentangan dengan nash Al-Qur'an dan hadits adalah ucapan sebagian penyanyi gambus Mesir :

 "رَبِّي خَلَقَ طَهَ مِن نُّور"

"Tuhanku menciptakan Thoha dari cahaya".

Ini tidak benar ; karena ini jelas bertentangan dengan firman Allah :

﴿ قُلْ إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثلُكُمْ ﴾

"Katakanlah (wahai Muhammad), sesungguhnya aku adalah manusia , sama seperti kalian" [Surat Al-Kahf Ayat 110]

Serta firman-Nya :

﴿ وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَراً فَجَعَلَهُ نَسَباً وَصِهْراً وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيراً ﴾

"Dan Dia-lah yang menciptakan dari air seorang manusia, lalu Dia menjadikannya berkeluarga dan bersaudara. Dan Tuhanmu Maha Kuasa" [Surat Al-Furqan Ayat 54].

*****

PERNYATAAN SYEIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYAH :

Syeikhul Islam Taqiyuddin Abu Al-Abbas Ibnu Taimiyah rahimahullah ditanya:

Apakah Nabi diciptakan dari cahaya?

Ia menjawab:

وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‌خُلِقَ ‌مِمَّا ‌يُخْلَقُ ‌مِنْهُ ‌الْبَشَرُ؛ ‌وَلَمْ ‌يُخْلَقْ أَحَدٌ مِنْ الْبَشَرِ مِنْ نُورٍ؛ بَلْ قَدْ ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: ﴿إنَّ اللَّهَ خَلَقَ الْمَلَائِكَةَ مِنْ نُورٍ؛ وَخَلَقَ إبْلِيسَ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ؛ وَخَلَقَ آدَمَ مِمَّا وَصَفَ لَكُمْ﴾ وَلَيْسَ تَفْضِيلُ بَعْضِ الْمَخْلُوقَاتِ عَلَى بَعْضٍ بِاعْتِبَارِ مَا خُلِقَتْ مِنْهُ فَقَطْ؛ بَلْ قَدْ يُخْلَقُ الْمُؤْمِنُ مِنْ كَافِرٍ؛ وَالْكَافِرُ مِنْ مُؤْمِنٍ؛ كَابْنِ نُوحٍ مِنْهُ وَكَإِبْرَاهِيمَ مِنْ آزَرَ؛ وَآدَمُ خَلَقَهُ اللَّهُ مِنْ طِينٍ: فَلَمَّا سَوَّاهُ؛ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ؛ وَأَسْجَدَ لَهُ الْمَلَائِكَةَ؛ وَفَضَّلَهُ عَلَيْهِمْ بِتَعْلِيمِهِ أَسْمَاءَ كُلِّ شَيْءٍ وَبِأَنْ خَلَقَهُ بِيَدَيْهِ؛ وَبِغَيْرِ ذَلِكَ. فَهُوَ وَصَالِحُو ذُرِّيَّتِهِ أَفْضَلُ مِنْ الْمَلَائِكَةِ؛ وَإِنْ كَانَ هَؤُلَاءِ مَخْلُوقِينَ مِنْ طِينٍ؛ وَهَؤُلَاءِ مِنْ نُورٍ.

وَإِنَّمَا يَظْهَرُ فَضْلُهُمْ إذَا دَخَلُوا دَارَ الْقَرَارِ: ﴿وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ﴾

وَالْآدَمِيُّ خُلِقَ مِنْ نُطْفَةٍ؛ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ؛ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ انْتَقَلَ مَنْ صِغَرٍ إلَى كِبَرٍ ثُمَّ مِنْ دَارٍ إلَى دَارٍ فَلَا يَظْهَرُ فَضْلُهُ وَهُوَ فِي ابْتِدَاءِ أَحْوَالِهِ؛ وَإِنَّمَا يَظْهَرُ فَضْلُهُ عِنْدَ كَمَالِ أَحْوَالِهِ؛ بِخِلَافِ الْمَلَكِ الَّذِي تَشَابَهَ أَوَّلُ أَمْرِهِ وَآخِرِهِ ....

وَسَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ هُوَ مُحَمَّدٌ - صَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - آدَمَ فَمَنْ دُونَهُ تَحْتَ لِوَائِهِ - قَالَ صَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ﴿إنِّي عِنْدَ اللَّهِ لَمَكْتُوبٌ خَاتَمُ النَّبِيِّينَ وَإِنَّ آدَمَ لَمُنْجَدِلٌ فِي طِينَتِهِ﴾ أَيْ كُتِبَتْ نُبُوَّتِي وَأُظْهِرَتْ لَمَّا خُلِقَ آدَمَ قَبْلَ نَفْخِ الرُّوحِ فِيهِ كَمَا يَكْتُبُ اللَّهُ رِزْقَ الْعَبْدِ وَأَجَلَهُ وَعَمَلَهُ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ إذَا خُلِقَ الْجَنِينُ قَبْلَ نَفْخِ الرُّوحِ فِيهِ …

وَأَمَّا إذَا حَصَلَ فِي ذَلِكَ غُلُوٌّ مِنْ جِنْسِ غُلُوِّ النَّصَارَى بِإِشْرَاكِ بَعْضِ الْمَخْلُوقَاتِ فِي شَيْءٍ مِنْ الرُّبُوبِيَّةِ كَانَ ذَلِكَ مَرْدُودًا غَيْرَ مَقْبُولٍ؛ فَقَدْ صَحَّ عَنْهُ صَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ:

﴿لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ فَقُولُوا: عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ﴾ [متفق عليه، «البخاري‏» برقم(3445) و«مسلم‏» برقم(1691) ].

وَقَدْ قَالَ تَعَالَى. ﴿يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إلَّا الْحَقَّ إنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إنَّمَا اللَّهُ إلَهٌ وَاحِدٌ﴾

وَاَللَّهُ قَدْ جَعَلَ لَهُ حَقًّا لَا يُشْرِكُهُ فِيهِ مَخْلُوقٌ فَلَا تَصْلُحُ الْعِبَادَةُ إلَّا لَهُ وَلَا الدُّعَاءُ إلَّا لَهُ وَلَا التَّوَكُّلُ إلَّا عَلَيْهِ وَلَا الرَّغْبَةُ إلَّا إلَيْهِ وَلَا الرَّهْبَةُ إلَّا مِنْهُ وَلَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْهُ إلَّا إلَيْهِ وَلَا يَأْتِي بِالْحَسَنَاتِ إلَّا هُوَ وَلَا يُذْهِبُ السَّيِّئَاتِ إلَّا هُوَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِهِ

﴿وَلَا تَنفَعُ الشَّفَاعَةُ عِندَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ﴾ [سبأ:23].

﴿مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إلَّا بِإِذْنِهِ﴾ .

﴿إنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا﴾

﴿لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا﴾

﴿وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا﴾

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ﴾

فَجَعَلَ الطَّاعَةَ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَجَعَلَ الْخَشْيَةَ وَالتَّقْوَى لِلَّهِ وَحْدَهُ وَكَذَلِكَ فِي قَوْلِهِ:

﴿وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إنَّا إلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ﴾

فَالْإِيتَاءُ لِلَّهِ وَالرَّسُولِ. وَأَمَّا التَّوَكُّلُ فَعَلَى اللَّهِ وَحْدَهُ وَالرَّغْبَةُ إلَى اللَّهِ وَحْدَهُ". انتهىٰ من «مجموع فتاوىٰ شيخ الإسلام‏» (11/94-99) بتصرف.

"Nabi diciptakan dari apa yang diciptakan dari manusia, dan tidak ada seorang pun dari manusia yang diciptakan dari cahaya.

Bahkan, telah ada ketetapan dalam hadits sahih dari Nabi bahwa ia berkata:

‏«إنَّ اللهَ خَلَقَ المَلائِكَةَ مِن نُورٍ، وَخَلَقَ إِبْلِيسَ مِن مَارِجٍ مِن نَارٍ، وَخَلَقَ آدَمَ مِمَّا وَصَفَ لَكُمْ»

'Sesungguhnya Allah menciptakan para malaikat dari cahaya, dan menciptakan Iblis dari api yang sangat panas, dan menciptakan Adam dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian.'

Dan tidak ada keutamaan sebagian makhluk atas sebagian yang lain hanya berdasarkan apa yang diciptakan darinya; tetapi bisa jadi orang beriman diciptakan dari orang kafir, dan orang kafir diciptakan dari orang beriman, seperti putra Nuh, dan seperti Ibrahim dari Azar. Adam diciptakan Allah dari tanah, kemudian ketika Dia menyempurnakannya, Dia meniupkan ruh-Nya ke dalamnya, dan para malaikat sujud kepadanya, dan Dia mengutamakannya atas mereka dengan mengajarinya nama-nama segala sesuatu, dan dengan menciptakannya dengan tangan-Nya, dan hal-hal lainnya.

Oleh karena itu, ia dan keturunan yang saleh lebih baik daripada para malaikat, meskipun yang ini diciptakan dari tanah, dan yang itu diciptakan dari cahaya... Dan keutamaan mereka akan tampak ketika mereka memasuki tempat kembali.

Allah berfirman: 'Dan para malaikat masuk menemui mereka dari setiap pintu, Salamun ‘alaikum bima sabartum fani'ma ‘uqba ad-dar.' [QS. Ar-Ra'd : 23-24].

Dan manusia diciptakan dari air mani, kemudian dari segumpal daging, kemudian dari segumpal darah, lalu berpindah dari kecil menjadi besar, kemudian dari satu tempat ke tempat yang lain, jadi keutamaannya tidak tampak ketika ia masih dalam tahap awal, tetapi keutamaannya akan tampak ketika ia mencapai tahap kesempurnaan, berbeda dengan malaikat yang awal dan akhirnya serupa..."

Dan penghulu anak-anak Adam adalah Muhammad . Adam dan yang selainnya berada di bawah panjinya.

Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya aku di sisi Allah telah tertulis sebagai penutup para nabi, sementara Adam masih terbaring dalam tanah liatnya." Artinya, kenabianku telah tertulis dan ditetapkan ketika Adam diciptakan, sebelum ditiupkan ruh kepadanya, sebagaimana Allah menuliskan rezeki, ajal, amal perbuatan, dan apakah seseorang akan celaka atau bahagia ketika janin diciptakan, sebelum ditiupkan ruh kepadanya...

Dan adapun jika terjadi sikap berlebihan seperti berlebihannya kaum Nasrani yang menjadikan sebagian makhluk sebagai sekutu dalam hal rububiyah, maka hal itu tertolak dan tidak diterima. Karena telah shahih dari Rasulullah bahwa beliau bersabda: 

"Jangan kalian menyanjungku seperti kaum Nasrani menyanjung Isa bin Maryam. Aku hanyalah hamba, maka katakanlah: 'Hamba Allah dan Rasul-Nya'" (Muttafaqun 'Alaih, diriwayatkan oleh Bukhari nomor 3445 dan Muslim nomor 1691). 

Dan Allah berfirman:

"Wahai Ahli Kitab, janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian, dan janganlah mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, Isa putra Maryam, hanyalah Rasul Allah dan (tercipta dari) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (diciptakan dengan) ruh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya dan janganlah kalian mengatakan 'tiga'. Berhentilah, itu lebih baik bagi kalian. Sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang Maha Esa" (QS. An-Nisa' [4]: 171). 

Allah telah memberikan hak kepada-Nya yang tidak boleh disekutukan oleh makhluk mana pun. Ibadah hanya untuk-Nya, doa hanya untuk-Nya, tawakal hanya kepada-Nya, harapan hanya kepada-Nya, rasa takut hanya kepada-Nya, dan tidak ada tempat berlindung dan keselamatan kecuali kepada-Nya. Tidak ada yang membawa kebaikan kecuali Dia, tidak ada yang menghapus keburukan kecuali Dia, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya. 

Allah Ta’ala berfirman : "Dan tidak berguna syafaat di sisi-Nya kecuali bagi orang yang Dia izinkan" (QS. Saba' [34]: 23). 

Dan Allah Ta’ala berfirman : "Siapa yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya?" (QS. Al-Baqarah [2]: 255). 

Dan Allah Ta’ala berfirman : "Tiada seorang pun di langit dan di bumi kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pengasih sebagai hamba" (QS. Maryam [19]: 93). 

Dan Allah Ta’ala berfirman : "Sesungguhnya Dia telah menghitung mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti" (QS. Maryam [19]: 94). 

Dan Allah Ta’ala berfirman : "Dan setiap dari mereka akan datang kepada-Nya pada hari kiamat dalam keadaan sendiri-sendiri" (QS. Maryam [19]: 95). 

Dan Allah Ta’ala berfirman: "Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung" (QS. An-Nur [24]: 52). 

Maka Allah menjadikan ketaatan kepada-Nya dan Rasul-Nya, serta rasa takut dan takwa hanya untuk Allah semata.

Demikian pula dalam firman-Nya: "Dan jika mereka ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, serta berkata, 'Cukuplah Allah bagi kami, Dia akan memberikan kepada kami dari karunia-Nya dan Rasul-Nya. Sesungguhnya kami hanya berharap kepada Allah'" (QS. At-Taubah [9]: 59). 

Maka pemberian adalah dari Allah dan Rasul-Nya, tetapi tawakal hanya kepada Allah saja, dan harapan hanya kepada Allah semata."

(Selesai kutipan dari *Majmu' Fatawa Syeikhul Islam* 11/94-99 dengan penyesuaian).

******

**PERNYATAAN SYEIKH YUSUF AL-QARADHAWI:**

===

**PERTANYAAN:**

هَلْ صَحِيحٌ أَنَّ النَّبِيَّ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَوَّلُ خَلْقِ اللهِ؟ وَأَنَّهُ خُلِقَ مِنْ نُورٍ؟ نَرْجُو رَأْيَكُمْ مُؤَيَّدًا بِالأَدِلَّةِ مِنَ الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ. 

Apakah benar bahwa Nabi adalah makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah? Dan apakah beliau diciptakan dari cahaya? Kami mohon pendapat Anda yang didukung dengan dalil dari Al-Qur'an dan Sunnah.

**JAWABAN SYEIKH AL-QARADHAWI**

بِسْمِ اللهِ، وَالحَمْدُ للهِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَىٰ رَسُولِ اللهِ، وَبَعْدُ: 

المَعْرُوفُ أَنَّ الأَحَادِيثَ الَّتِي جَاءَتْ تُعْلِنُ أَنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ كَذَا أَوْ كَذَا… إلَخ لَمْ يَصِحَّ مِنْهَا حَدِيثٌ وَاحِدٌ كَمَا قَرَّرَ عُلَمَاءُ السُّنَّةِ… وَلِذَلِكَ نَجِدُ بَعْضَهَا يُنَاقِضُ بَعْضًا، فَحَدِيثٌ يَقُولُ: إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ القَلَمُ… وَحَدِيثٌ ثَانٍ: أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ العَقْلُ… وَشَاعَ بَيْنَ العَامَّةِ مِمَّا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ مِنْ قِصَصِ المَوَالِدِ المَعْرُوفَةِ أَنَّ اللهَ قَبَضَ قَبْضَةً مِنْ نُورِهِ، وَقَالَ لَهَا: كُونِي مُحَمَّدًا، فَكَانَتْ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ، وَمِنْهَا خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ… إلَخ. وَمِنْ هَذَا شَاعَ قَوْلُهُمْ: "الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا أَوَّلَ خَلْقِ اللهِ" حَتَّىٰ أَلْصَقَهَا بَعْضُهُمْ بِالأَذَانِ الشَّرْعِيِّ كَأَنَّهَا جُزْءٌ مِنْهُ. 

وَهَذَا كَلاَمٌ لَمْ يَصِحَّ بِهِ نَقْلٌ، وَلاَ يُقِرُّهُ عَقْلٌ، وَلاَ يَنْتَصِرُ لَهُ دِينٌ، وَلاَ تَنْهَضُ بِهِ دُنْيَا.. 

فَأَوَّلِيَّتُهُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ لِخَلْقِ اللهِ لَمْ تَثْبُتْ، وَلَوْ ثَبَتَتْ مَا كَانَ لَهَا أَثَرٌ فِي أَفْضَلِيَّتِهِ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ وَمَكَانِهِ عِنْدَ اللهِ، وَحِينَمَا مَدَحَهُ اللهُ تَعَالَىٰ فِي كِتَابِهِ مَدَحَهُ بِمِنَاطِ الفَضْلِ الحَقِيقِيِّ فَقَالَ: ﴿وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ﴾ (القلم: 4). 

وَالثَّابِتُ بِالتَّوَاتُرِ أَنَّ نَبِيَّنَا عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ هُوَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ المُطَّلِبِ الهَاشِمِيُّ القُرَشِيُّ المَوْلُودُ مِنْ أَبَوَيْهِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ المُطَّلِبِ وَآمِنَةَ بِنْتِ وَهْبٍ بِمَكَّةَ فِي عَامِ الفِيلِ، وُلِدَ كَمَا يُولَدُ البَشَرُ، وَنَشَأَ كَمَا يَنْشَأُ البَشَرُ، وَبُعِثَ كَمَا يُبْعَثُ مَنْ قَبْلَهُ أَنْبِيَاءٌ وَمُرْسَلُونَ، فَلَمْ يَكُنْ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ، وَعَاشَ مَا عَاشَ ثُمَّ اخْتَارَهُ اللهُ إِلَيْهِ ﴿إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ﴾ (الزمر: 30)، وَسَيُسْأَلُ يَوْمَ القِيَامَةِ كَمَا يُسْأَلُ المُرْسَلُونَ: ﴿يَوْمَ يَجْمَعُ اللهُ الرُّسُلَ فَيَقُولُ مَاذَا أُجِبْتُمْ قَالُواْ لاَ عِلْمَ لَنَا إِنَّكَ أَنْتَ عَلاَّمُ الغُيُوبِ﴾ (المائدة: 109).

وَلَقَدْ أَكَّدَ القُرْآنُ بَشَرِيَّةَ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي غَيْرِ مَوْضِعٍ، وَأَمَرَهُ اللهُ أَنْ يُبَلِّغَ ذَلِكَ لِلنَّاسِ فِي أَكْثَرَ مِنْ سُورَةٍ: ﴿قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ﴾ (الكهف: 110)، ﴿قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنتُ إِلَّا بَشَرًا رَّسُولًا﴾ (الإسراء: 93)، فَهُوَ بَشَرٌ مِثْلُ سَائِرِ النَّاسِ لا يَمْتَازُ إِلَّا بِالوَحْيِ وَالرِّسَالَةِ.

وَأَكَّدَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ مَعْنَى بَشَرِيَّتِهِ وَعُبُودِيَّتِهِ لِلهِ، وَحَذَّرَ مِنِ اتِّبَاعِ سُنَنِ مَنْ قَبْلَنَا مِنْ أَهْلِ الأَدْيَانِ فِي التَّقْدِيسِ وَالإِطْرَاءِ: "لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَىٰ عِيسَىٰ بْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ" (رَوَاهُ البُخَارِيُّ).

وَإِذَا كَانَ النَّبِيُّ العَظِيمُ بَشَرًا كَالْبَشَرِ، فَلَيْسَ مَخْلُوقًا مِنْ نُورٍ، وَلَا مِنْ ذَهَبٍ، وَإِنَّمَا خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ. هَذَا مِنْ حَيْثُ المَادَّةِ الَّتِي خُلِقَ مِنْهَا مُحَمَّدٌ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ.

أَمَّا مِنْ حَيْثُ رِسَالَتِهِ وَهُدَاهُ فَهُوَ نُورٌ مِنَ اللهِ، وَسِرَاجٌ وَهَّاجٌ؛ أَعْلَنَ ذَلِكَ القُرْآنُ فَقَالَ يُخَاطِبُهُ: ﴿يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا * وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا﴾ (الأحزاب: 45-46)، وَقَالَ يُخَاطِبُ أَهْلَ الكِتَابِ: ﴿قَدْ جَاءَكُم مِّنَ اللهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ﴾ (المائدة: 15) فَالنُّورُ فِي الآيَةِ هُوَ رَسُولُ اللهِ، كَمَا أَنَّ القُرْآنَ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَيْهِ نُورٌ، قَالَ تَعَالَىٰ: ﴿فَآمِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنزَلْنَا﴾ (التغابن: 8)، ﴿وَأَنزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُّبِينًا﴾ (النِّسَاء: 174)، وَقَدْ حَدَّدَ اللهُ وَظِيفَتَهُ بِقَوْلِهِ: ﴿لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ﴾ (إِبْرَاهِيمَ: 1).

وَقَدْ كَانَ دُعَاؤُهُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: "اللَّهُمَّ اجْعَلْ لِي فِي قَلْبِي نُورًا، وَفِي سَمْعِي نُورًا، وَفِي بَصَرِي نُورًا، وَفِي لَحْمِي نُورًا، وَفِي عَظْمِي نُورًا، وَفِي شَعْرِي نُورًا، وَعَنْ يَمِينِي نُورًا، وَعَنْ شِمَالِي نُورًا… وَمِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي..) الحَدِيثُ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ) فَهُوَ نَبِيُّ النُّورِ وَرَسُولُ الهِدَايَةِ، جَعَلَنَا اللهُ مِنَ المُهْتَدِينَ بِنُورِهِ المُتَّبِعِينَ لِسُنَّتِهِ، آمِينَ.

Dengan menyebut nama Allah, segala puji bagi Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah , dan setelahnya:

Diketahui bahwa hadits-hadits yang menyebutkan bahwa makhluk pertama yang diciptakan adalah ini atau itu, tidak ada satu pun yang sahih, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama Ahlus Sunnah. Oleh karena itu, kita menemukan beberapa di antaranya saling bertentangan. Misalnya, ada hadits yang menyebutkan bahwa makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah adalah pena. Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa yang pertama diciptakan Allah adalah akal.

Telah tersebar di kalangan masyarakat umum melalui kisah-kisah maulid yang terkenal bahwa Allah mengambil segenggam cahaya-Nya dan berkata kepadanya, “Jadilah engkau Muhammad,” lalu jadilah Muhammad sebagai makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah, dan dari cahaya itu Allah menciptakan langit dan bumi, dan seterusnya. Dari sinilah tersebar ungkapan mereka: “Shalawat dan salam atasmu, wahai makhluk pertama Allah,” yang bahkan dijadikan bagian dari adzan oleh sebagian orang, seakan-akan itu adalah bagian dari syariat adzan.

Ini adalah pernyataan yang tidak ada sumber sahih yang mendukungnya, tidak dapat diterima oleh akal, tidak dibenarkan oleh agama, dan tidak didukung oleh dunia nyata.

Klaim bahwa Rasulullah adalah makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah tidak terbukti shahih. Dan sekalipun terbukti shahih, hal itu tidak mempengaruhi kedudukan dan keutamaan beliau di sisi Allah. Ketika Allah memuji Rasulullah dalam Al-Qur'an, Dia memujinya berdasarkan keutamaan yang sebenarnya, yaitu melalui firman-Nya:

“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4).

Yang telah terbukti secara mutawatir adalah bahwa Nabi kita adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, keturunan Hasyim dari suku Quraisy, yang dilahirkan dari kedua orang tuanya, Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahb di Mekah pada Tahun Gajah. Beliau dilahirkan sebagaimana manusia lainnya, tumbuh sebagaimana manusia lainnya, dan diutus sebagaimana nabi dan rasul sebelumnya diutus. Beliau bukanlah pengecualian dari para rasul, hidup selama yang Allah tentukan, lalu Allah memanggilnya, sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka juga akan mati.” (QS. Az-Zumar: 30).

Beliau juga akan ditanya pada hari kiamat sebagaimana para rasul lainnya, sebagaimana firman Allah:

“Pada hari ketika Allah mengumpulkan para rasul, lalu Dia berfirman, ‘Apa jawaban yang kalian terima (dari umat-umat kalian)?’ Mereka berkata, ‘Kami tidak memiliki pengetahuan (tentang hal itu); sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.’” (QS. Al-Maidah: 109).

Al-Qur'an menegaskan kemanusiaan Muhammad di beberapa ayat, dan Allah memerintahkan beliau untuk menyampaikan hal ini kepada manusia dalam lebih dari satu surah:

**"Katakanlah: Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku."** (QS. Al-Kahfi: 110),

**"Katakanlah: Mahasuci Tuhanku, apakah aku ini selain manusia yang menjadi rasul?"** (QS. Al-Isra': 93).

Jadi, beliau adalah manusia seperti manusia lainnya, yang membedakannya hanyalah wahyu dan risalah.

Dan Nabi sendiri menegaskan bahwa dirinya adalah manusia sama seperti manusia lainnya dan dirinya sebagai hamba Allah, serta memperingatkan agar tidak mengikuti cara-cara umat terdahulu dalam hal pengagungan dan pujian yang berlebihan pada dirinya .

Beliau bersabda:** "Janganlah kalian memujiku sebagaimana kaum Nasrani memuji Isa putra Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah hamba Allah dan Rasul-Nya." (HR. Al-Bukhari).

Jika Nabi yang mulia ini adalah manusia seperti manusia lainnya, maka beliau tidak diciptakan dari cahaya, tidak pula dari emas, melainkan diciptakan dari air mani yang terpancar, yang keluar dari antara tulang belakang dan tulang dada. Ini adalah dari segi bahan yang digunakan untuk menciptakan Nabi Muhammad .

Adapun dari segi risalah dan petunjuknya, beliau adalah cahaya dari Allah dan pelita yang bersinar terang. Al-Qur'an menegaskan hal ini saat menyapanya:

**"Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, dan penyeru kepada Allah dengan izin-Nya serta sebagai pelita yang menerangi."** (QS. Al-Ahzab: 45-46).

Dan khithob yang disampaikan kepada Ahli Kitab, Allah berfirman: **"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menjelaskan."** (QS. Al-Maidah: 15).

Cahaya dalam ayat ini adalah Rasulullah , sebagaimana Al-Qur'an yang diturunkan kepada beliau juga disebut sebagai cahaya.

Allah berfirman: **"Maka berimanlah kalian kepada Allah, Rasul-Nya, dan cahaya yang telah Kami turunkan."** (QS. At-Taghabun: 8).

Dan **"Kami turunkan kepada kalian cahaya yang jelas."** (QS. An-Nisa': 174).

Allah juga menetapkan tugasnya dengan firman-Nya: **"Agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya."** (QS. Ibrahim: 1).

Doa Nabi adalah:

**"Ya Allah, jadikanlah dalam hatiku cahaya, di pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya, di dagingku cahaya, di tulangku cahaya, di rambutku cahaya, di sebelah kananku cahaya, di sebelah kiriku cahaya... dan di hadapanku dan di belakangku cahaya."** (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu Abbas).

Beliau adalah Nabi cahaya dan Rasul petunjuk. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk dengan cahayanya dan mengikuti sunnahnya, amin”.

*****

FATWA AL-LAJNAH AD-DAIMAH – SAUDI ARABIA :

=====

**هَلْ خُلِقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِن نُورٍ**

Apakah Nabi Diciptakan Dari Cahaya?

-----

TANYA JAWAB KE SATU:

PERTANYAAN :

قَرَأْتُ فِي كِتَابَيْنِ أَنَّ النَّبِيَّ الْمُصْطَفَى كَانَ أَوَّلَ مَنْ خَلَقَ اللَّهُ وَقَدْ خَلَقَهُ اللَّهُ مِن نُورٍ وَكَانَ هُوَ السَّبَبَ الْوَحِيدَ الَّذِي خَلَقَ اللَّهُ بَقِيَّةَ الْخَلْقِ لِأَجْلِهِ. أَنَا غَيْرُ مُتَأَكِّدٍ مِنْ هَذَا فَأَرْجُو أَنْ تُوَضِّحَ وَشُكْرًا. 

Saya membaca dari dua kitab bahwa Nabi Al-Musthafa adalah orang yang pertama kali diciptakan oleh Allah. Allah telah menciptakannya dari cahaya dan menjadi satu-satunya sebab diciptakannya makhluk-makhluk lain. Saya tidak yakin tentang hal ini, maka saya harapkan penjelasan anda - terimakasih

JAWABAN :

الحمد لله.  وَرَدَ مِثْلُ هَذَا السُّؤَالِ عَلَى اللَّجْنَةِ الدَّائِمَةِ لِلِإِفْتَاءِ وَهَذَا نَصُّهُ: 

السُّؤَالُ: إِنَّ جُلَّ النَّاسِ يَعْتَقِدُونَ أَنَّ الْأَشْيَاءَ خُلِقَتْ مِن نُورِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَّ نُورَهُ خُلِقَ مِن نُورِ اللَّهِ وَيَرْوُونَ: "أَنَا نُورُ اللَّهِ وَكُلُّ شَيْءٍ مِن نُورِي" وَيَرْوُونَ أَيْضًا: "أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ نُورُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ" فَهَلْ لِذَٰلِكَ مِن أَصْلٍ؟ 

وَيَرْوُونَ: "أَنَا عَرَبٌ بِلَا عَيْنٍ أَي رَبٍّ أَنَا أَحْمَدُ بِلَا مِيمٍ أَي أَحَدٍ" فَهَلْ لِذَٰلِكَ مِن أَصْلٍ؟ 

الْجَوَابُ: 

الحمد لله . وَصَفَ الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَنَّهُ نُورٌ مِن نُورِ اللَّهِ إِنْ أُرِيدَ بِهِ أَنَّهُ نُورٌ ذَاتِيٌّ مِن نُورِ اللَّهِ فَهُوَ مُخَالِفٌ لِلْقُرْآنِ الدَّالِّ عَلَى بَشَرِيَّتِهِ، وَإِنْ أُرِيدَ بِهِ أَنَّهُ نُورٌ بِاعْتِبَارِ مَا جَاءَ بِهِ مِنَ الْوَحْيِ الَّذِي صَارَ سَبَبًا لِهُدَى مَن شَاءَ مِنَ الْخَلْقِ فَهَذَا صَحِيحٌ. 

وَقَدْ صَدَرَ مِنَ اللَّجْنَةِ فَتْوًى فِي ذَٰلِكَ هَذَا نَصُّهَا: لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُورٌ هُوَ نُورُ الرِّسَالَةِ وَالْهَدَايَةِ الَّتِي هَدَى اللَّهُ بِهَا بَصَائِرَ مَن شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ، وَلَا شَكَّ أَنَّ نُورَ الرِّسَالَةِ وَالْهَدَايَةِ مِنَ اللَّهِ. قَالَ تَعَالَى: 

"وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِن وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِّن أَمْرِنَا مَا كُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَن نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ أَلَا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الْأُمُورُ" سُورَةُ الشُّورَى الآيَةُ 73، 

وَلَيْسَ هَذَا النُّورُ مُكْتَسَبًا مِنْ خَاتَمِ الْأَوْلِيَاءِ كَمَا يَزْعُمُ بَعْضُ الْمُلَاحِدَةِ، أَمَّا جِسْمُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُوَ دَمٌ وَلَحْمٌ وَعَظْمٌ .. إِلَخ، خُلِقَ مِنْ أَبٍ وَأُمٍّ وَلَمْ يَسْبِقْ لَهُ خَلْقٌ قَبْلَ وِلَادَتِهِ وَمَا يُرَوَى أَنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ نُورَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ أَنَّ اللَّهَ قَبَضَ قَبْضَةً مِنْ نُورِ وَجْهِهِ وَأَنَّ هَذِهِ الْقَبْضَةَ هِيَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَظَرَ إِلَيْهَا فَتَقَاطَرَتْ فِيهَا قَطَرَاتٌ فَخُلِقَ مِنْ كُلِّ قَطْرَةٍ نَبِيٌّ أَوْ خُلِقَ الْخَلْقُ كُلُّهُ مِن نُورِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهَذَا وَأَمْثَالُهُ لَمْ يَصِحَّ مِنْهُ شَيْءٌ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمِنْ خِلَالِ الْفَتْوَى السَّابِقَةِ يَظْهَرُ أَنَّهُ اعتِقَادٌ بَاطِلٌ. 

وَأَمَّا مَا يُرَوَى: "أَنَا عَرَبٌ بِلَا عَيْنٍ" فَلَا أَسَاسَ لَهُ مِنَ الصَّحَّةِ وَهَكَذَا: "أَنَا أَحْمَدُ" بِلَا مِيمٍ. 

وَصِفَةُ الرُّبُوبِيَّةِ وَالِانْفِرَادُ مِنَ الصِّفَاتِ الْمُخَصَّصَةِ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَلَا يَجُوزُ أَنْ يُوَصَفَ أَحَدٌ مِنَ الْخَلْقِ بِأَنَّهُ الرَّبُّ وَلَا أَنَّهُ أَحَدٌ عَلَى الْإِطْلَاقِ، فَهَذِهِ الصِّفَاتُ مِنِ اخْتِصَاصِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَلَا يُوَصَفُ بِهَا الرُّسُلُ وَلَا غَيْرُهُمْ مِنَ الْبَشَرِ. 

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. 

اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ لِلْبُحُوثِ الْعِلْمِيَّةِ وَالإِفْتَاءِ. فَتَاوى اللَّجْنَةِ الدَّائِمَةِ 1/310

Alhamdulillah. Pernah ada pertanyaan seperti ini yang ditujukan kepada Lajna Da'imah Lil Ifta, berikut petikannya.

Pertanyaan :"Sesungguhnya banyak orang yang meyakini bahwa segala sesuatu diciptakan dari Nur (cahaya) Muhammad , dan cahayanya diciptakan dari cahaya Allah. Mereka meriwayatkan (satu hadits):

"Aku adalah cahaya Allah dan segala sesuatu berasal dari cahayaku."

Mereka pun meriwayatkan hadits:

"Aku adalah 'arab tanpa huruf 'ain, maksudnya Rab. Dan aku adalah ahnmad tanpa huruf mim maksudnya ahad." Apakah riwayat ini ada asalnya ?

Jawaban : Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Rasulullah telah menerangkan tentang sifat dirinya bahwa dia adalah cahaya dari cahaya Allah. Kalau maksud perkataan itu adalah bahwa dia cahaya ayang berupa zat dari cahaya Allah, maka ini menyimpang dari Al-Quran yang menunjukan kemanusiaan beliau. Tapi apabila maksudnya bahwa dia adalah cahaya dalam arti ajaran yang dibawanya berupa wahyu menjadi sebab ditunjukinya orang-orang yang Allah kehendaki dari kalangan makhluknya, maka ini benar.

Ada fatwa dari Lajnah tentang hal itu sebagai berikut : Nabi mempunyai cahaya yaitu cahaya risalah dan hidayah. Allah memberikan hidayah dengan cahaya itu oarang-orang yang dikehendaki dari kalangan hamba-hamba-Nya. Tidaklah diragukan lagi bahwa cahaya risalah dan hidayah adalah dari Allah. Allah berfirman:

"Dan tidak ada dari seorang manusiapun bahwa Allah akan berbicara kepadanya, kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang hijab atau dengan mengutus seorang utusan lalu diwahyukan kepadanya dengan izinnya apa-apa yang dikehendakinya. Sesungguhnya dia maha tinggi dan maha bijaksana.

Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Quran) dari perintah kami. Sebelumnya kamu tidak mengetahui apakah kitab (Al-Quran) itu dan apakah iman itu, akan tetapi kami jadikan dia sebagai nur (cahaya). Kami memberi petunjuk dengan cahaya itu orang-orang yang kami kehendaki dari kalangan hamba-hamba kami.

Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, yaitu jalan Allah, yang kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Ingatlah kepada Allahlah kembali segala urusan." (Q.S. Asy-Syura : 51-53).

Nur (cahaya) yang dimaksud disini bukanlah hasil usaha dari penutup para wali (Nabi Muhammad ) sebagaimana yang diduga oleh orang-orang sesat. Adapun jasad Nabi maka dia terdiri dari darah, daging, tulang dan seterusnya.

Beliau diciptakan melalui seorang bapak dan ibu. Adapun apa yang diriwayatkan bahwa yang pertama diciptakan Allah adalah nur (cahaya) Nabi , atau bahwa Allah mencabut sebagian dari cahaya wajahnya, dan bagian cahaya yang dicabut ini adalah Muhammad , lalu Allah memandang kepada cahaya itu kemudian meneteslah beberapa tetesan, lalu diciptakanlah dari setiap tetesan itu seorang nabi, atau diciptakanlah seluruh makhluk dari cahaya Nabi .

Maka riwayat ini dan yang semisalnya tidak benar dari Nabi sedikitpun.

Dari fatwa tadi jelaslah bahwa hal tersebut merupakan keyakinan yang bathil.

Adapun apa yang diriwayatkan bahwa "aku adalah 'arab tanpa huruf 'ain," maka ini tidak ada dasar sama sekali. Demikian pula "aku ahmad tanpa huruf mim." Sifat Rububiyah dan keesaan sifat-sifat yang dikhususkan untuk Allah, tidak boleh disifatkan kepada seorangpun dari kalangan makhluk-Nya bahwa dia rab atau dia ahad secara mutlak. Maka sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang dikhususkan bagi Allah dan tidak boleh disifatkan kepada para rasul, atau manusia lainnya.

Dan semoga shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para shahabatnya.

(Lajnah Da'imah lil Buhuts Al-Ilmiyah wal Ifta / Fatawa Lajnah Da'imah : 1/310).

=====

TANYA JAWAB KEDUA

PERTANYAAN :

هَلْ يُقَالُ أَنَّ اللَّهَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لِأَجْلِ خَلْقِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا مَعْنَى "لَوْلَاكَ لَمَا خَلَقَ الْأَفْلَاكَ" هَلْ هَذَا حَدِيثٌ أَصْلًا هَلْ صَحِيحٌ أَمْ لَا؟ بَيِّن لَنَا حَقيقَتَهُ؟ 

Bolehkah dikatakan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi karena penciptaan Nabi . dan apakah arti "seandainya bukan karenamu (Muhammad) maka tidaklah diciptakan bintang-bintang." Apakah hadits ini ada asalnya? apakah shahih atau tidak ? terangkanlah hakikat hal ini kepada kami !

JAWABAN :

الحمد لله . لَمْ تُخْلَقِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ مِنْ أَجْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ خُلِقَ لِمَا ذَكَرَهُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ مِنْ قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ: "اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا". 

أَمَّا الْحَدِيثُ الْمَذْكُورُ فَهُوَ مُكَذَّبٌ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا أَسَاسَ لَهُ مِنَ الصَّحَّةِ. 

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. 

اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ لِلْبُحُوثِ الْعِلْمِيَّةِ وَالإِفْتَاءِ.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Langit dan bumi tidaklah diciptakan karena nabi Muhammad bahkan mereka diciptakan sebagaimana yang diterangkan Allah dalam firman-Nya:

"Allah yang menciptakan tujuh langit dan menciptakan bumi seperti itu, yang perintah Allah turun antara keduanya agar kalian mengetahui bahwa Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan ilmu Allah meliputi segala sesuatu."

Adapun hadits yang disebutkan tadi maka itu hadits dusta atas nama Rasul yang tidak ada dasar kebenarannya sama sekali. Dan semoga shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, para shahabatnya dan keluarganya.

(Lajnah Da'imah lil Buhuts Al-Ilmiyah wal Ifta / Fatawa Lajnah Da'imah : 1/312)

==****===

IDEOLOGI “NUR MUHAMMAD” ADALAH KHURAFAT BERKEMAS FILSAFAT

Keyakinan dan perkara ghaib apa saja yang tidak bersumber dari al-Qur’an dan hadits yang shahih, maka itu hanya spekulasi atau imajinasi, yang dalam bahasa Antropologi disebut dengan mitos (myth), dan dalam bahasa Islam disebut dengan takhayyul (hayalan) atau khurafat (cerita yang sumbernya tidak jelas).

Agar keyakianan khurafat ini nampak syar’i dibuatkanlah hadits palsu, lalu agar nampak logis dan memukau serta menarik, maka dikemas-lah dengan filsafat.

Mari kita bandingkan dengan filsafat Injil (Bible) dalam Amsal 8:22-31 TB tentang nabi Isa alaihis salam :

“TUHAN telah menciptakan aku (Yesus) sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air”.

Jadi Fix bahwa cerita cerita Nur Muhammad itu di ambil dari kitabnya orang kristen. Bukan hadist dari Rosululloh.

Puncak dari keyakinan sesat yang timbul sebagai konsekuensi dari hadis nur Muhmaad tersebut adalah keyakinan wihdatul wujud, yaitu keyakinan bahwasanya Dzat Allah bersatu dengan semua makhluk-Nya. Mereka mengatakan bahwa Muhammad  diciptakan dari cahaya Allah, kemudian dari cahayanya  diciptakanlah seluruh makhluk selainnya. Jadi, semua makhluk pada hakikatnya adalah berasal dari cahaya Allah Ta’ala. Keyakinan ini (wihdatul wujud) sangat jelas kebatilannya. Bahkan, para ulama menyebutkan bahwa keyakinan orang Nasrani tentang tuhannya lebih baik dari keyakinan tersebut, karena Nasrani hanya mengatakan bahwa Dzat Allah menyatu dengan Isa ‘alaihis salam. Maha Suci Allah dari apa-apa yang mereka katakan. (lihat Muasuu’atur radd ‘ala shufiyyah)

PERNYATAAN SYEIKH BIN BAAZ :

Syeikh Bin Bâz rahimahullah berkata tentang aqidah Nur Muhammad :

“Sehubungan dengan perkataan sebagian manusia dan **AHLI KHURAFAT**, serta kalangan Sufi bahwa ‘beliau (Nabi Muhammad ) diciptakan dari cahaya’ atau ‘yang pertama kali diciptakan adalah cahaya Muhammad , ini semua kabar (riwayat) yang tidak ada asalnya, seluruhnya kebatilan, merupakan berita palsu yang tidak ada dasarnya (sama sekali) sebagaimana telah disebutkan di muka”.

Beliau rahimahullah juga mengatakan :

“(Pernyataan) bahwa dunia diciptakan karena (Nabi) Muhammad , kalau tidak ada Muhammad maka dunia tidak akan pernah ada, juga tidak akan diciptakan makhluk (lainnya), ini merupakan kebatilan, tidak ada asalnya, ini perkataan yang rusak. Allâh Azza wa Jalla menciptakan dunia agar Dia k dikenal, diketahui dan diibadahi (oleh makhluk, manusia). Allâh Azza wa Jalla menciptakan dunia dan seluruh makhluk agar dikenal melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya, kekuasaan dan ilmu-Nya, agar ibadahi, tidak ada sekutu bagi-nya, bukan karena (Nabi) Muhammad , (Nabi) Nuh Alaihissalam, ataupun (Nabi) Isa Alaihissallam maupun karena nabi lainnya. Allâh menciptakan seluruh makhluk agar mereka beribadah kepada-Nya. Allâh berfirman:

*****

KHURAFAT-KHURAFAT SUFI TERKAIT NUR MUHAMMAD :

Berikut ini adalah beberapa informasi terkait Nur Muhammad: 

[1[ Nur Muhammad adalah istilah yang merujuk pada cahaya yang Allah ciptakan sebelum menciptakan apapun. 

[2] Nur Muhammad dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Quran yang dimaknai sebagai Nabi Muhammad diibaratkan sebagai cahaya. 

[3] Ahli teolog Muqatil pada abad ke enam masehi pertama kali memperkenalkan ayat cahaya tersebut yang dikaitkan dengan Nabi Muhammad

[4] Dalam tradisi Sufisme, Nur Muhammad bersumber dari Allah dan bersifat "qadim". 

[5] Naskah “Nur Muhammad” dibacakan setiap bulan, biasanya tanggal 27 bulan Rajab, yakni acara peringatan Isra' dan Mi'raj. 

[6] Allah membagi Nur Muhammad menjadi empat bagian, yaitu Lauhul Mahfud, Qalam, Arasyi, dan terakhir untuk menciptakan Nabi Muhammad. 

[7] Jika Nabi Muhammad mati, maka mati hanyalah sebatas tubuh, namun hakekat nūr Muammad masih tetap hidup. 

===****===

PENGARUH FILSAFAT TERHADAP IDEOLOGI “NUR MUHAMMAD”

R.A Nicholshon mengumumkan bahwasannya Tuhan adalah Pencipta dunia, tetapi ia tidak lagi memerintah dunia dalam arti langsung. la bersifat transenden mutlak, dan karena gerakan dari lapisan-lapisan langit tidak sesuai. dengan kesatuannya, maka fungsi itu ditugaskan kepada seorang yang memerintah lapisan-lapisan itu, yaitu Muta. Muta tidak identik dengan Tuhan, karenanya ia harus seorang ciptaan, mewakili jiwa arketip dari Muhammad, manusia luhur yang diciptakan sesuai dengan bayangan Tuhan, dianggap sebagai suatu daya kosmik tempat bergantung tata susunan dan pemeliharaan alam semesta.

Ketika kita menilik konsep Nur Muhammad dalam kajian filsafat Yunani mereka mengagap melalui berbagai jalur, masuk ke dalam pembentuk pemikiran Islam. Pengaruh Helenistik yang paling menonjol adalah dalam bidang filsafat. Para filsuf di zaman Islam juga menghadapi isu-isu teologis seperti permasalahan zat Tuhan dan sifat-sifat-Nya, teori kenabian, etika dan berbagai permasalahan mengenai hubungan filsafat dan wahyu.

Terkait dengan asal-usul Nur Muhammad, ada yang berpendapat bahwa konsep ini bersumber dari mitos Manichean tentang penciptaan. Dimana menurut mereka, Sang Pencipta lantaran adanya penyerangan dari prinsip kejahatan (dimana dualisme menganggap prinsip kejahatan ini adalah absolut sebagaimana absolutnya Tuhan), menciptakan alam dan menjadikan "diri" Tuhan sendiri sebagai bagian dari partikel cahaya yang kemudian terhambur menjadi ciptaan, dalam rangka mencari perlindungan dari serangan prinsip kejahatan tersebut, yang merupakan sisi lain dari Yang Absolut.

Menurut paham Manicheanisme, cahaya ini merupakan Tuhan sendiri yang dibebaskan dan dipertahankan melalui "Elect" (yakni orang-orang yang membebaskan cahaya yang terpenjara didalam sifat dan diri mereka melawan penyelamatan universal oleh kalangan "Knower" pada akhir zaman).

Bagi kalangan dualis, bahwa konsep cahaya ini mengandung pengertian yang paling luas dan paling dalam, dan bahkan merupakan pengertian yang asli, ia dibawa ke dalam Islam ketika dualisme mengambil bentuk Islamnya sebagaimana yang dikembangkan oleh gerakan Syi'ah Tujuh."

Sepanjang sejarahnya, pembahasan Nur Muhammad pasti berkaitan dengan pembicaraan tentang kejadian atau penciptaan alam semesta.

Dalam kaitan ini, sangat boleh jadi Nur Muhammad dapat "dipersentuhkan" dengan teori Plotinus tentang asal-usul alam semesta. Alam dipandang sebagai wujud yang dihasilkan atau dipancarkan dari hakikat kesejatian Tuhan secara kekal.

Alam tidak lagi di-pandang sebagai suatu wujud yang diciptakan dari materi yang ada sejak semula; kekal bersama-sama dengan Tuhan (sebagaimana pandangan Plato). Alam juga tidal lagi dipandang sebagai wujud keseluruhan dan kesempurnaannya kekal bersama-sama dengan Tuhan (sebagaimana Aristoteles)."

Filsafat helenik memiliki pengaruh yang sangat menonjol bagi pembentukan tradisi kefilsafatan Islam, juga menghadirkan sebuah warisan yang merefleksikan realitas metafisika, dunia fisik dan keberadaan manusia.

Ini sangat berdampak pada ketidak murnian dalam pemikiran ideologi Islam dan tasawuf. Dan ini juga merupakan tantangan fundamental terhadap wahyu al-Qur'an sebagai sumber kebenaran yang paling komplit dan tidak mungkin salah.

Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika ada dua versi tentang Nur Muhammad dalam pandangan para pengusungnya, apakah Nur Muhammad itu makhluk pertama ciptaan Allah, atau ia adalah bagian dari Nur Allah, yang Qodim tanpa permulaan dan kekal abadi ?.

Konsep Ideologi yang menyatakan bahwa Nur Muhammad sebagai wujud yang dihasilkan atau dipancarkan dari Nur Ilahi Yang Qodim dan Kekal, ini bersumber dari Filsafat Plato (teori emanasi plotinus atau al-Faidh = الْفَيْضُ) dan ini sangat mirip dengan ungkapan yang ada dalam Injil (Bible) Yohana ( 1:13,4 ) : Rasul Yohana berkata :

"(YESUS) Pada awalnya adalah sebuah kalimat (FIRMAN), dan kalimat itu telah ada di sisi Allah, dan kalimat itu adalah Allah ".

CONTOH DAMPAK NEGATIF FILSAFAT PADA IDEOLOGI “NUR MUHAMMAD” :

**Contoh pertama : dampak negatif dari Filsafat Yanani .**

Penafsiran Nur Muhmmad versi Yûsuf Ismâil an-Nabhâni salah satu tokoh sufi pembela ideologi nur Muhammad, penafsirannya ada kesamaan persis dengan teori emanasi plotinus (Platonisme) dari Yunani yang di kenal dengan konsep pelimpah ruahan (al-faidh) atau pancaran Ilahi, yakni terbentuknya alam semesta itu dihasilkan atau dipancarkan dari hakikat Ilahi Yang Qodim dan Kekal, yang seakan-akan seperti akibat proses banjir yang terus meluap dan melimpah, bukan karena proses penciptaan atau diciptakan. Luapan dan limpahan tersebut terus berkembang, lalu membentuk dan memunculkan alam semesta.  

Yûsuf Ismâil an-Nabhâni menjelaskan makna istilah Nur Muhammad dengan berkata :

“Ketahuilah, bahwasannya tatkala kehendak al-Haq (Allâh) berhubungan dengan penciptaan para makhluk-Nya, Allâh Azza wa Jalla telah menampakkan haqiqat Muhammad dari cahaya-cahaya-Nya, kemudian dengan sebabnya tersingkaplah seluruh alam dari atas hingga bawahnya …….kemudian terpancarlah darinya sumber ruh-ruh, sedangkan dia (Muhammad) merupakan jenis (ruh) yang paling tinggi di atas segala jenis dan sebagai induk terbesar bagi seluruh makhluk yang ada.” [Al-Anwâr al-Muhammadiyyah hlm. 9 ]

Sementara teori emanasi plotinus (Platonisme) yang di kenal dengan proses pelimpah ruahan (al-faidh), mengatakan :

Sesungguhnya wujud yang pertama kali ada adalah Allah , lalu Allah mengamati Dzat-Nya , maka Dia menjadi berakal , sadar dan mengetahui akan keberadaan diri-Nya , pada saat itulah muncul satu ujud lain yaitu Akal , dan akal ini adalah bentuk gambaran Allah, akan tetapi dia bukan Allah .

Dan Akal ini kembali mengamati dirinya, maka muncullah ujud lain yaitu Jiwa Universal yang memenuhi Alam semesta .

Dan Jiwa Universal ini kembali mengamati dalam Akal Pertamanya , maka bermunculan darinya wujud-wujud lain yaitu Jiwa-Jiwa gugusan planet dan bintang  …. kemunculan-kemunculan wujud-wujud itu terus berlanjut , maka muncul pula wujud-wujud lain yang lebih sedikit mirip dengan Akal Pertama yang absolut (yang lepas dari unsur benda) dan lebih banyak berhubungan dengan sesuatu yang bisa di rasakan , sehingga setelah itu muncullah benda yang pertama kali ada ( الْهَيُولَى ) , dan ia adalah tingkatan-tingkatan kemunculan yang paling terendah (أَدْنَى دَرَكَاتِ الْفَيْضُ) , karena ia adalah benda mutlaq ( tanpa batas ) yang kaca balau dan sama sekali tidak berbentuk .

Demikian lah konsep Plato tentang kemunculan (الْفَيْضُ) , dan sesungguhnya konsep tsb tiada lain kecuali penyama rataan dan pensejajaran antara konsep riwayat agama-agama tentang terbentuknya Alam dan konsep filsafat , dan khususnya konsep Aristoteles.

(Baca : Al-Harokaatul Bathiniyah fil 'Alamil Islami karya DR. Muhammad Ahmad Al-Khothiib hal. 38).

Dari konsep dan keyakinan ini maka lahirlah ideologi bahwa alam itu qodim alias tidak ada permulaannya, sama dengan Allah SWT . 

Dan dari konsep ini lahir pula ideologi wihdatul wajud bahwa Allah SWT menyatu dengan alam semesta. Maka muncullah Fir’aun yang mengatakan : Aku adalah tuhan kalian yang maha tinggi”.

**Contoh kedua : dampak negatif dari Filsafat dalam Bible, kitab umat Kristen :**

Makna Nur Muhammad versi selain dari Yûsuf Ismâil an-Nabhâni,  yaitu : bahwa penciptaan alam semesta berawal dari Nur Muhmmad, sebagaimana dalam hadits palsu yang telah disebutkan diatas : 

Yaitu hadits Jabir bin Abdillah radhiyallhu ‘anhu, dia berkata :

"Aku berkata: Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku, kabarkan kepadaku tentang hal pertama yang diciptakan Allah sebelum segala sesuatu."

Beliau berkata, "Wahai Jabir, sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan sebelum segala sesuatu cahaya nabimu dari cahaya-Nya. Allah menjadikan cahaya tersebut berputar dengan kekuasaan-Nya sesuai kehendak-Nya.

Pada waktu itu belum ada lauh, belum ada pena, belum ada surga, belum ada neraka, belum ada malaikat, belum ada langit, belum ada bumi, belum ada matahari, belum ada bulan, belum ada jin, dan belum ada manusia.

Ketika Allah berkehendak menciptakan makhluk, Dia membagi cahaya tersebut menjadi empat bagian. Dari bagian pertama Dia menciptakan pena, dari bagian kedua Dia menciptakan lauh, dan dari bagian ketiga Dia menciptakan 'arsy.

Kemudian Dia membagi bagian keempat menjadi empat bagian, dari bagian pertama Dia menciptakan para pembawa 'arsy, dari bagian kedua Dia menciptakan kursi, dan dari bagian ketiga Dia menciptakan para malaikat yang tersisa.

Kemudian Dia membagi bagian keempat menjadi empat bagian, dari bagian pertama Dia menciptakan langit, dari bagian kedua Dia menciptakan bumi, dan dari bagian ketiga Dia menciptakan surga dan neraka.

Kemudian Dia membagi bagian keempat menjadi empat bagian, dari bagian pertama Dia menciptakan cahaya penglihatan orang-orang yang beriman, dari bagian kedua Dia menciptakan cahaya hati mereka yang merupakan pengenalan kepada Allah, dan dari bagian ketiga Dia menciptakan cahaya keakraban mereka yaitu tauhid 'Laa ilaha illallah Muhammadur Rasulullah'." – (Hadits)

Hadits ini sangat mirip dengan filsafat Injil (Bible) dalam Amsal 8:22-31 TB tentang Nabi Isa alaihis salam, yaitu :

“TUHAN telah menciptakan aku (YESUS) sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air”.

**Contoh ketiga : dampak negatif dari Filsafat dalam Bible, kitab umat Kristen :**

Ungkapan hadits Qudsi Palsu : “ Kalau bukan karena Nur Muhammad, maka kami tidak akan menciptakan alam semesti”.

Ungkapan ini sebagaimana yang di sebutkan dalam "Ad-Dur An-Nadziim fi Maulid An-Nabi Al-Karim" karya Ibnu Tughrabek Ad-Dimasyqi At-Turki (w. 670 H), diriwayatkan :

“Bahwa ketika Allah Ta'ala menciptakan Adam, Dia mengilhamkan Adam untuk berkata: "Ya Rabb, mengapa Engkau menjulukiku dengan sebutan 'Abu Muhammad'?"

Allah Ta'ala menjawab: "Wahai Adam, angkatlah kepalamu." Maka Adam mengangkat kepalanya dan melihat **Nur (cahaya) Muhammad** di tiang Arsy.

Adam bertanya: "Ya Rabb, nur (cahaya) apa ini?"

Allah berfirman: "Ini adalah nur (cahaya) nabi dari keturunanmu, namanya di langit adalah Ahmad dan di bumi adalah Muhammad. Tanpa Nur-nya, Aku tidak akan menciptakanmu, tidak pula menciptakan langit dan bumi." [al-Mawahib al-Laduniyyah 1/46-47].

Ungkapan diatas ini mirip dengan yang terdapat dalam Injil Yohana ( 1:13,4 ) : Rasul Yohana berkata :

" ( Yesus ) Pada awalnya adalah sebuah kalimat ( firman ) , dan kalimat itu telah ada di sisi Allah , dan kalimat itu adalah Allah ... segala sesuatu tercipta dengan-Nya , dan tanpa dengan-Nya tidak akan pernah tercipta , dan kalimat itu menjadi jasad dan menyatu diantara kita , dan kami melihat keagungan-Nya benar-benar agung ... ". 

Bukan hal yang diragukan lagi akan kepalsuan ayat Injil ini, apalagi bersumber dari Injil riwayat Yohanes , Injil yang sangat berbahaya , satu-satu nya Injil yang mengandung banyak paragraf-paragraf yang dengan jelas menyatakan ketuhanan nabi Isa ‘alaihis salam. Para uskup abad kedua banyak yang mengingkari penisbatan Injil ini kepada Yohanes Al-Hawaary, termasuk diantaranya Arinius murid Bulikarib murid Yohanes Al-Hawaary. Bulikarib tidak pernah mendengar bahwa Injil itu dari gurunya Yohanes , kalau seandainya itu benar pasti dia mengakuinya, dan muridnya juga Arinius pasti akan mendengarnya dan menyampaikannya .

Perlu di waspadai bahwa kata-kata dalam Injil Yohana ( 1:13,4 ) diatas , yaitu: Rasul Yohana berkata :

" ... segala sesuatu tercipta dengan-Nya ( Yesus ) , dan tanpa dengan-Nya tidak akan pernah tercipta ...". 

Perkataan Yohana ini sangat mirip dengan perkataan palsu yang di nisbatkan kepada sabda Nabi Muhammad oleh sebagian umat Islam , yaitu seperti berikut ini :

Diantaranya hadist qudsi , Allah Azza wa Jalla berfirman :

{ لَوْلاَكَ لَمَا خَلَقْتُ الأَفْلاَكَ }

Artinya : “ Kalau bukan kerana engkau (Muhammad) Aku tidak menciptakan tata surya ”.

Tentang kedustaan hadits qudsi ini As-Syaukani menyebutkan di dlm "al-Fawa'id al-Majmu'ah fi al-Ahadith al-Maudhu'ah" (hal. 326) , beliau mengatakan : Telah berkata as-Son'aani : Maudhu' (hadith ini palsu).  Berkata al-Albani di dlm "al-Silsilah adh-Dho'iifah" (282) : Maudhu' (hadith ini palsu) .

Dan diantaranya lagi apa yang diriwayatkan al-Hakim dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma : 

(( أَوْحَى اللهُ إلَى عِيْسَى عليه السلام : يَا عِيْسَى آمِنْ بِمُحَمَّدٍ ، وَأْمُرْ مَنْ أَدْرَكَهُ مِنْ أُمَّتِكَ أَنْ يُؤْمِنُوْا بِهِ ، فَلَوْلاَ مُحَمَّدٌ مَا خَلَقْتُ آدَمَ ، ولولا محمدٌ ما خَلقتُ الجنةَ والنارَ ، وَلَقَدْ خَلقتُ العَرْشَ علَى الماءِ فاضْطَرَبَ فكَتَبْتُ عَلَيْهِ : لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهً مُحَمَّدٌ رسولُ اللهِ ، فَسَكَنَ )) .

Allah mewahyukan kepada 'Isa alaihis salam. : Wahai 'Isa berimanlah kepada Muhammad, dan arahkanlah kepada umatmu semua supaya beriman dengannya (Muhammad). Kalau bukanlah kerena Muhammad tidak aku ciptakan Adam, dan kalaulah bukan karena Muhammad aku tidak ciptakan Syurga dan Neraka, dan telah aku ciptakan 'Arasy itu di atas air, dia bergetar maka Aku tuliskan di atasnya : Laa ilaha illallah Muhammadur rasulullah. maka ia menjadi tenang, diam dan tidak bergetar lagi. 

Berkata al-Hakim : Sohih Isnadnya !! namun dikritik oleh adz-Dzahabi dengan mengatakan : “ Aku percaya hadist ini Palsu karena adanya perawi yang bernama Sa'id “.

Yang di maksud Said di sini adalah : Sa'id bin 'Aroobah ( beliau bersendirian meriwayatkan hadith ini), dan telah diriwayatkannya dari 'Amru bin Aus al-Ansori dan dia didapati telah memalsukan hadith ini. Az-Zahabi telah menyebut tentangnya di dlm "al-Mizan", katanya : Dia mendatangkan khabar yg mungkar, dan katanya : Aku percaya khabar itu palsu dan disetujui oleh al-Hafidz Ibn Hajar di dalam "al-Lisan" 

Syeikh al-Albani (tentang hadith di atas) berkata di dalam "as-Silsilah ad-Dho'iifah" no. (280) : “ Tidak ada asalnya “. 

Dan ditanyakan kepada Syeikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyyah rahimaullah :  

Apakah hadith yg di sebutkan oleh sebahagian manusia : Kalaulah bukan kerana engkau (Muhammad), tidak Allah ciptakan 'Arasy, Kursi, bumi, langit, matahari, bulan dan selainnya, apakah hadits ini soheh atau tidak ?

Maka jawab beliau (Ibnu Taimiyyah) :

“ Nabi Muhammad , beliau adalah Sayyid (tuan) anak cucu Adam, dan ciptaan Allah yang paling utama dan yg paling mulia, dan dikarenakan ini lalu sebagian orang berkata :

Sesungguhnya Allah menciptakan alam karenanya, atau (mereka berkata) Kalau bukan karenanya (Muhammad), maka Allah tidak menciptakan 'Arasy, Kursi, langit, bumi, matahari dan bulan. 

Akan tetapi ungkapan ini bukan hadith dari Nabi , bukan hadist yang shohih , bukan juga yang dho’if. dan tidak seorang pun di kalangan ahli Ilmu yg menyebutnya sebagai hadith dari Nabi , bahkan tidak juga diketahui dari sahabat bahkan itu adalah perkataan yg tidak diketahui siapakah yang mengatakannya ?. (Baca : Majmu' al-Fatawa 11/86-96)

Konsep Nur Muhammad ini sebetulnya dampak dari aqidah al-hulul wal-ittihad yang mereka yakini. Makna Al-hulul wal-ittihad, yakni keyakinan bahwa Allah SWT menyatu dengan makhluknya alias Manunggaling Kawula Ing Gusti alias Lir Kadio Keris Mlebu Ing Werongkone. 

*****

FILSAFAT PLATO TENTANG KETUHANAN DAN PROSES TERBENTUK-NYA ALAM SEMESTA:

Berikut ini ringkasan filsafat Plato Yunani tentang ketuhanan dan proses terbentuknya alam semesta:

KE 1: Konsep ketuhanan tentang Allah .

Menurut pandangan Plato : Allah adalah sesuatu yang keberadaanya sangat absolut , luas , tidak bisa di sifati atau dia tidak bisa di batasi dengan sifat , karena Dia adalah di atas kemampuan daya nalar .

KE 2 : Al-Faidl [الْفَيْضُ = pelimpahan] dan Al-'Aalam [العَالَم] ( proses terbentuk-nya Alam semesta ) .

Plato telah di hadapkan pada sebuah problem tentang awal permulaan terbentuk-nya Alam Semesta .

Dia berpandangan bahwa pendapat yang mengatakan bahwa alam itu qodim (tidak ada permulaannya dan tidak ada yang menciptakannya) - seperti yang dikatakan oleh Aristoteles – akan mengantarkan pada kekafiran . Sementara orang yang mengatakan bahwa alam itu makhluk (yang di ciptakan) - seperti yang terdapat dalam  riwayat-riwayat agama-agama – , yang demikian itu berlawanan dengan teori filsafat .

Maka Plato berkehendak menciptakan sebuah madzhab baru yang memadukan dua pendapat tadi agar tidak menimbulkan gejolak pada tokoh-tokoh agamawan dan nampak tidak bertabrakan dengan teori filsafat .

Maka Plato membangun sebuah konsep tentang proses adanya alam semesta ( الْفَيْضُ ) setelah keluar dari lingkaran teori filsafat masuk ke dalam ruang lingkup konsep agama , lantas dia berkata : Sesungguhnya wujud yang pertama kali ada adalah Allah, lalu Allah mengamati Dzat-Nya, maka Dia menjadi berakal, sadar dan mengetahui akan keberadaan diri-Nya , pada saat itulah muncul satu ujud lain yaitu Akal, dan akal ini adalah bentuk gambaran Allah, akan tetapi dia bukan Allah .

Dan Akal ini kembali mengamati dirinya, maka muncullah ujud lain yaitu Jiwa Universal yang memenuhi Alam semesta .

Dan Jiwa Universal ini kembali mengamati dalam Akal Pertamanya, maka bermunculan darinya wujud-wujud lain yaitu Jiwa-Jiwa gugusan planet dan bintang  …. kemunculan-kemunculan wujud-wujud itu terus berlanjut , maka muncul pula wujud-wujud lain yang lebih sedikit mirip dengan Akal Pertama yang absolut (yang lepas dari unsur benda) dan lebih banyak berhubungan dengan sesuatu yang bisa di rasakan, sehingga setelah itu muncullah benda yang pertama kali ada ( الْهَيُولَى ), dan ia adalah tingkatan-tingkatan kemunculan yang paling terendah (أَدْنَى دَرَكَاتِ الْفَيْضُ), karena ia adalah benda mutlaq (tanpa batas) yang kaca balau dan sama sekali tidak berbentuk .

Demikian lah konsep Plato tentang kemunculan (الْفَيْضُ), dan sesungguhnya konsep tsb tiada lain kecuali penyama rataan dan pensejajaran antara konsep riwayat agama-agama tentang penciptaan Alam dan konsep filsafat , dan khususnya konsep Aristoteles.

( Baca : Al-Harokaatul Bathiniyah fil 'Alamil Islami karya DR. Muhammad Ahmad Al-Khothiib hal. 38 ).

KE 3 : JIWA :

Jiwa Universal ( yaitu jiwa yang muncul dari Akal Pertama , dan akal pertama ini adalah akal yang keluar langsung dari Allah ) memenuhi seluruh alam semesta dan di tugaskan untuk melaksanakan semua aktifitas-Nya , dan JIWA UNIVERSAL ini nampak pada setiap wujud yang hidup. Adapun kaitan JIWA UNIVERSAL terhadap JIWA-JIWA BAGIAN atau CABANG (jiwa-jiwa manusia, tumbuh-tumbuhan dan binatang) maka Plato telah memberikan perumpamaan padanya dengan mengatakan : Umpamanya JIWA UNIVERSAL itu di ibaratkan cahaya Matahari yang menyinari beberapa kamar , maka dalam setiap kamar terdapat bagian dari cahaya Matahari itu sendiri , akan tetapi dia bukanlah Cahaya Matahari secara keseluruhan .

KE 4 : HUBUNGAN JIWA-JIWA CABANG DENGAN JASAD-JASADNYA .

Menurut Plato hubungan jiwa-jiwa bagian atau cabang dengan jasad-jasadnya merujuk kepada turunnya jiwa dari alam yang tinggi ke jasad-jasad yang ada di bumi . Ketika jiwa itu menyatu dengan jasad manusia , maka jiwa itu berbaur dengan keburukan-keburukan dan aib-aib yang banyak macamnya yang datang dari sisi pertemuannya dengan benda tadi . Dan jiwa itu akan selalu berusaha agar kembali ke tempat sumber asalnya , maka jika jiwa itu mampu mengendalikan diri dengan berprilaku baik dan berakhlak sempurna , dia bisa kembali ke tempatnya semula di alam arwah yang tinggi.

Namun jika sebaliknya , dia akan mulai lagi dengan lembaran baru pada jasad manusia lainnya atau jasad binatang atau jasad makhluk langit , hingga betul-betul suci bersih dan sempurna , serta layak untuk kembali ke alam asalnya .

KE 5 : PENCAHAYAAN DAN KEMAKRIFATAN :

Yaitu mengalirnya kemakrifatan terhadap jiwa dari alam atas yang tinggi dengan sendirinya , tanpa jiwa itu sendiri yang mencari dan menuntutnya . Makrifat ini adalah bentuk makrifat yang sahih dan benar. (Baca : Tarikhul Fikril 'Aroby karya DR. Umar Faroukh hal. 132 – 134).

Murid-murid Plato dan para pendukung madzhabnya seperti Climent dan Ariganus , mereka semua memiliki pengaruh yang betul-betul nyata di dalam menyebarkan dan mengembangkan pemikiran-pemikiran Platonisme Moderen kepada aqidah-aqidah umat-umat lainnya seperti : Shabi'ah , Tsanawisme , Manawisme dan lainnya .

Mereka-mereka ini di kenal dengan sebutan :

AHLI MAKRIFAT ( أَهْلُ الْعِرْفَانِ )

Atau

ORANG-ORANG MAKRIFAT DAN GHONAUSHISME (الْعِرْفَانِيُّونَ وَالْغُنُوصِيُّونَ)

Nama ini juga telah menjadi sebutan populer bagi sebuah madzhab yang telah menyebar pada abad kedua dan abad ketiga Masehi , yaitu sebuah madzhab yang mengajarkan : ilmu pengetahuan tentang rahasia-rahasia agama . Mereka mengajarkan bahwa seorang yang makrifat tidak akan pernah puas dan menerima syariat agama yang dhahir dan nampak , melainkan harus menyelami ke dalam bathinnya agar bisa makrifat ( mengetahui ) rahasia – rahasia nya . ( Baca : Al-Mu'jamul Falsafi , karya DR. Jamil Shaliiba 2/72 ).

Madzhab Filsafat ini telah menyertai pertumbuhan agama Kristen , dan telah sampai pada puncak kejayaannya pada abad ke tiga Masehi . ( Baca : Tarikhul Fikril 'Aroby hal. 132 – 134).

Dan Madzhab Filsafat ini juga memiliki pengaruh yang kongkrit pada aliran-aliran kepercayaan yang begitu banyak, termasuk pada sekte-sekte dalam Kristen dan para agamawannya, terutama pada orang-orang yang sengaja berkedok dengan agama Kristen seperti sekte Marquisme para pengikut Marqus. ( Baca : Al-Fihrist karya Ibnun Nadiim hal. 474 ).

Meskipun Gereja Kristiani telah berusaha memerangi dan melakukan konfrontasi terhadap madzhab ini serta membeberkan akan kesesatan pemikiran-pemikirannya, namun justru agama Kristen ini malah kembali mengambil dan mengadopsi banyak sekali unsur-unsur ajaran Ghonaushisme (Makrifat) , bahkan para peneliti yang memiliki keinginan kuat untuk memisahkan hubungan antara Kristen dan Ghonaushisme mereka sendiri tidak mampu mengingkari akan adanya beberapa sabda-sabda Yesus sendiri , begitu pula dalam riwayat-riwayat yang terdapat di dalam Injil yang berada di tangan mereka , yang mungkin di terapkan padanya takwil-takwil Simbolik dan rumusan (Romzi) yang bisa mendekatkan hubungan antara Kristen dan Ghonaushisme (Makrifat). Dan hal yang tidak di ragukan lagi adalah unsur-unsur Ghonaushisme ini nampak banyak sekali di ketemukan pada perkataan-perkataan Paulus dan lainnya dari kalangan para pendahulu agamawan Kristen . ( Baca : Tarikhul Fikril 'Aroby karya DR. Umar Faroukh hal. 143 ).

Salah satu bukti yang menunjukkan pengaruh Ghonaushisme yang sangat kuat terhadap Kristen yaitu adanya suatu system atau konsep Ghonaushisme yang telah menjadi ketetapan , yang mana konsep ini belum pernah ada dalam tabiat ajaran Kristen ketika pertama hadir dan tumbuh di benua Asia , sehingga ajaran Kristen ini menjadi berubah setelah adanya sebagian orang-orang Ghonaushisme (Aliran Makrifat) berkata kepada orang-orang Kristen :

" Pembebasan itu tidak akan bisa sempurna kecuali dengan methode ilmu Al-Hikmah , dan methode ini terdapat tiga martabat :

Pertama : Martabat para Ahli Makrifat dan pembebasannya dengan ilmu Al-Hikmah .

Yang kedua : Martabat orang-orang beriman dan pembebasannya dengan keimanan .

Yang ketiga : martabat orang-orang bodoh , mereka itu adalah orang-orang yang binasa yang bisa dipastikan” . (Baca : Al-Mu'jamul Falsafi karya DR. Jamil Shaliiba 2/76).

====****====

BANTAHAN TERHADAP FILSAFAT MUTAWALLY ASY-SYA’RAWI TENTANG “NUR MUHAMMAD”

Syeikh Muhammad Mutawally Asy-Sya'rawi, salah satu ulama shufi kontemporer Mesir, pembela Ideologi dan keyakinan Nur muhammad .

Hingga sekarang masih ada banyak orang yang membenarkan hadits : "Semua benda diciptakan dari cahaya Muhammad !". Lalu mereka menjadikannya sebagai bagian dari akidah dan keyakinan.

Keyakinan bahwa Allah menciptakan cahaya Nabi terlebih dahulu, dan dari cahayanya segala sesuatu diciptakan, adalah keyakinan yang batil dan tidak memiliki dasar dalil yang shahih.

Yang mengherankan adalah bahwa pernyataan seperti ini diutarakan oleh seorang tokoh terkenal dari Mesir, yaitu Syeikh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi dalam kitabnya:

«أَنْتَ تَسْأَلُ وَالإِسْلَامُ يُجِيبُ؟»

*"Anda Bertanya, Islam Menjawab?"*

Di bawah judul:

«النُّورُ الْمُحَمَّدِيُّ وَبِدَايَةُ الْخَلِيقَةِ‏».

*"Cahaya Muhammad dan Permulaan Penciptaan"*

Disebutkan di dalamnya:

«س: وَرَدَ فِي الحَدِيثِ أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ سَأَلَ رَسُولَ اللهِ ﷺ: مَا أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ؟ فَقَالَ: نُورُ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ، فَكَيْفَ يَتَّفِقُ هَذَا الحَدِيثُ مَعَ أَنَّ أَوَّلَ المَخْلُوقِينَ آدَمُ وَهُوَ مِنْ طِينٍ؟ 

ج: مِنَ الكَمَالِ المُطْلَقِ وَمِنَ الطَّبِيعِيِّ أَنْ يَكُونَ البَدْءُ بِخَلْقِ العَلَى ثُمَّ مِنْهُ الأَدْنَى، وَلَيْسَ مِنَ المَعْقُولِ أَنْ تُخْلَقَ المَادَّةُ الطِّينِيَّةُ أَوَّلًا، ثُمَّ يُخْلَقَ مِنْهَا مُحَمَّدٌ؛ لِأَنَّ أَعْلَى شَيْءٍ فِي الإِنسَانِ: الرُّسُلُ: مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، إِذَنْ لَا يَصِحُّ أَنْ تُخْلَقَ المَادَّةُ ثُمَّ يُخْلَقَ مِنْهَا مُحَمَّدٌ، لَابُدَّ أَنْ يَكُونَ النُّورُ المُحَمَّدِيُّ هُوَ الَّذِي وُجِدَ أَوَّلًا، وَمِنَ النُّورِ المُحَمَّدِيِّ نَشَأَتِ الأَشْيَاءُ، وَيَكُونُ حَدِيثُ جَابِرٍ صَادِقًا، وَهَذَا هُوَ، العِلْمُ يُؤَكِّدُ تِلْكَ المَعَانِي، فَالنُّورُ هُوَ البِدَايَةُ ثُمَّ عُمِلَتْ مِنْهُ المَادِّيَّاتُ» انْتَهَى ص(38).

**Pertanyaan:** "Disebutkan dalam hadits bahwa Jabir bin Abdullah bertanya kepada Rasulullah : 'Apa yang pertama kali diciptakan oleh Allah?' Beliau menjawab: 'Cahaya Nabimu, wahai Jabir.' Bagaimana hadits ini sesuai dengan fakta bahwa makhluk pertama yang diciptakan adalah Adam, yang terbuat dari tanah?"

**Jawaban:** "Dari kesempurnaan mutlak dan secara alami, penciptaan dimulai dari yang tertinggi, lalu darinya diciptakan yang lebih rendah. Tidak masuk akal jika materi tanah diciptakan terlebih dahulu, kemudian dari sana diciptakan Muhammad; karena yang paling tinggi dalam diri manusia adalah para rasul, yaitu Muhammad bin Abdullah. Maka, tidak mungkin materi diciptakan dulu, lalu darinya diciptakan Muhammad. Cahaya Muhammad haruslah yang pertama kali ada, dan dari cahaya Muhammadlah segala sesuatu muncul. Dengan demikian, hadits Jabir adalah shahih dan benar, dan ilmu pengetahuan mendukung makna-makna tersebut, karena cahaya adalah permulaan, kemudian dari cahaya muncullah hal-hal materi." [selesai di halaman 38].

****

KRITIKAN DAN BANTAHAN TERHADAP ASY- SYA’RAWI :

**BANTAHAN PERTAMA:**

Pernyataan Asy-Sya’rawi bertentangan dengan nash Al-Qur'an, yaitu firman Allah Ta'ala tentang penciptaan Adam, manusia pertama:

‏﴿ إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِّن طِينٍ ﴾ [ص:71]، وقوله تعالى:‏ ‏﴿ هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ﴾

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.'" (Surah Shaad: 71), dan firman-Nya: "Dialah yang menciptakan kalian dari tanah, kemudian dari setetes air mani." (Surah Ghafir: 67).

Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah ta'ala berkata:

«خَلَقَ أَبَاكُمْ آدَمَ مِنْ تُرَابٍ، ثُمَّ خَلَقَكُمْ مِنْ نُطْفَةٍ».

"Allah menciptakan bapak kalian, Adam, dari tanah, kemudian menciptakan kalian dari nuthfah (setetes air mani)."

Pernyataan Asy-Sya’rawi juga bertentangan dengan hadits Rasulullah :

«كُلُّكُمْ بَنُو آدَمَ، وَآدَمُ خُلِقَ مِنْ تُرَابٍ»

"Kalian semua adalah anak cucu Adam, dan Adam diciptakan dari tanah."

Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam *Shahih al-Jami'* no. 4444.

**BANTAHAN KEDUA:**

Asy-Sya’rawi berfilsafat dengan mengatakan:

«وَمِنَ الطَّبِيعِيِّ أَنْ يَكُونَ البَدْءُ بِخَلْقِ الأَعْلَى، ثُمَّ نَأْخُذَ مِنْهُ الأَدْنَى»

"Secara alami, penciptaan dimulai dengan yang tertinggi, lalu diambil yang lebih rendah darinya."

Namun, Al-Qur'an membantah filsafat ini ketika Iblis menolak sujud:

‏﴿قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ ۖ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ﴾

"Iblis berkata, 'Aku lebih baik darinya (Adam); Engkau menciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.'" (Surah Shaad: 76).

Ibnu Katsir rahimahullah ta'ala (4/43) berkata:

«ادَّعَى أَنَّهُ خَيْرٌ مِنْ آدَمَ، فَإِنَّهُ مَخْلُوقٌ مِنْ نَارٍ، وَآدَمُ خُلِقَ مِنْ طِينٍ، وَالنَّارُ خَيْرٌ مِنَ الطِّينِ».

"Iblis mengklaim bahwa dirinya lebih baik dari Adam, karena dia diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Api lebih baik dari tanah."

Dan ath-Thabari rahimahullah ta'ala berkata:

«قَالَ إِبْلِيسُ لِرَبِّهِ: لِمَ أَسْجُدْ لِآدَمَ؛ لِأَنِّي أَشْرَفُ مِنْهُ! لِأَنَّكَ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ، وَخَلَقْتَ آدَمَ مِنْ طِينٍ، وَالنَّارُ تَأْكُلُ الطِّينَ وَتُحْرِقُهُ، فَالنَّارُ خَيْرٌ مِنْهُ، وَأَنَا خَيْرٌ مِنْهُ». انتهى.

"Iblis berkata kepada Tuhannya: 'Aku tidak sujud kepada Adam, karena aku lebih mulia darinya! Engkau menciptakanku dari api, sedangkan Engkau menciptakan Adam dari tanah. Api memakan dan membakar tanah, jadi api lebih baik darinya, dan aku lebih baik darinya.'"

**Secara logika:**

Bahwa materi tanah diciptakan terlebih dahulu, kemudian dari tanah itu Muhammad diciptakan setelahnya. Materi diciptakan terlebih dahulu, yaitu tanah yang darinya Adam diciptakan. Muhammad adalah keturunan dan anak cucu Adam, sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah sendiri ketika beliau bersabda:

«أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ»

"Aku adalah pemimpin anak cucu Adam." Diriwayatkan oleh Muslim.

**BANTAHAN KETIGA:**

Asy-Sya’rawi berkata:

«لَابُدَّ أَنْ يَكُونَ النُّورُ الْمُحَمَّدِيُّ هُوَ الَّذِي وُجِدَ أَوَّلًا»

"Pasti dan tidak boleh tidak bahwa cahaya Muhammad adalah yang pertama kali ada."

Pernyataan asy-Sya’rawi ini tidak memiliki bukti, bahkan terbukti dalam Al-Qur'an bahwa manusia pertama adalah Adam, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dan dari makhluk setelah 'Arsy adalah pena. Rasulullah bersabda:

«إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمَ»

"Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah pena." [Diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dan dinyatakan hasan oleh al-Albani].

Cahaya Muhammad tidak memiliki eksistensi baik dalam nash maupun akal:

Al-Qur'an memerintahkan Rasul-Nya untuk berkata kepada manusia:

﴿ قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ ﴾

"Katakanlah: 'Sesungguhnya aku ini adalah seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku.'" (Surah al-Kahf: 110).

Dan Rasulullah berkata:

«إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ»

"Sesungguhnya aku adalah seorang manusia seperti kalian."

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam *Shahih al-Jami'* no. 2337.

Hal yang sudah maklum bahwa Muhammad dilahirkan dari dua orang tua, yaitu Abdullah dan Aminah binti Wahb, dan dilahirkan seperti kelahiran manusia biasa, dibesarkan oleh kakeknya, kemudian oleh pamannya Abu Talib.

Telah terbukti bahwa makhluk pertama dari kalangan manusia adalah Adam, dan dari makhluk lainnya adalah pena. Dengan demikian, ini menjadi bantahan yang jelas bagi mereka yang mengatakan bahwa Muhammad adalah makhluk pertama Allah; karena itu bertentangan dengan Al-Qur'an dan hadits sahih yang telah disebutkan sebelumnya.

Namun, terdapat sebuah hadits yang menunjukkan bahwa Rasul tercatat di sisi Allah sebagai penutup para nabi sebelum penciptaan Adam, yaitu sabda beliau:

«إِنِّي عِندَ اللهِ مَكْتُوبٌ خَاتَمُ النَّبِيِّينَ، وَإِنَّ آدَمَ لَمُنْجَدِلٌ فِي طِينَتِهِ»

"Sesungguhnya di sisi Allah, aku tercatat sebagai penutup para nabi, dan Adam berada dalam keadaan terbenam dalam tanah."

Diperkuat oleh al-Hakim, disepakati oleh al-Dzahabi, dan dinyatakan shahih oleh al-Albani.

(Makna :

(لَمُنْجَدِل: لَمُلْقًى عَلَى الْأَرْضِ)، فَالْحَدِيثُ يَقُولُ «مَكْتُوبٌ» وَلَمْ يَقُلْ «مَخْلُوقٌ»

"dalam keadaan terbenam": dalam posisi tergeletak di tanah). Hadits ini menyatakan "tertulis" dan bukan "diciptakan."

Begitu pula sabda beliau:

«كُنتُ نَبِيًّا وَآدَمُ بَيْنَ الرُّوحِ وَالْجَسَدِ»

"Aku adalah nabi ketika Adam antara ruh dan tubuh." [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam *al-Sunnah* dan dinyatakan shahih oleh al-Albani].

Sedangkan hadits:

«كُنتُ أَوَّلَ النَّبِيِّينَ فِي الْخَلْقِ وَآخِرَهُمْ فِي الْبَعْثِ»

"Aku adalah yang pertama dari para nabi dalam penciptaan dan yang terakhir dalam kebangkitan".

Ini adalah hadits yang lemah menurut al-Hafidh Ibn Katsir, al-'Allamah al-Manawi, dan al-Imam al-Albani.

Hadits ini bertentangan dengan Al-Qur'an, hadits-hadits sahih sebelumnya, serta bertentangan dengan logika dan kenyataan; karena tidak ada seorang pun dari manusia yang lahir sebelum Adam.

**BANTAHAN KE EMPAT:**

Asy-Sya’rawi berkata:

«وَمِنَ النُّورِ الْمُحَمَّدِيِّ خُلِقَتِ الْأَشْيَاءُ»

"Dan dari cahaya Muhammad terciptalah segala sesuatu."

Makna “segala sesuatu” ini mencakup Adam, Iblis, manusia, jin, hewan, serangga, kuman, dan lainnya.

Pernyataan ini bertentangan dengan apa yang disebutkan dalam Al-Qur'an, bahwa Adam diciptakan dari tanah liat, Iblis dari api, dan manusia diciptakan dari nuthfah (setetes air mani).

Pernyataan Asy-Sya’rawi ini juga bertentangan dengan sabda Rasulullah :

«خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ»

"Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian." [HR. Muslim 8/226]

Pernyataan ini juga bertentangan dengan logika, realitas, dan kenyataan; karena manusia dan hewan diciptakan melalui proses reproduksi dan perkembangbiakan. Jika kuman yang merugikan dan serangga yang berbahaya diciptakan dari cahaya Muhammad , mengapa kita harus membunuhnya? Padahal kita diperintahkan untuk membunuhnya, seperti ular, ular berbisa, lalat, nyamuk, dan tokek, karena bahaya yang ditimbulkan oleh mereka.

**BANTAHAN KE LIMA:**

Asy-Sya’rawi berkata:

«وَيَكُونُ حَدِيثُ جَابِرٍ صَادِقًا وَهُوَ: أَوَّلُ مَا خَلَقَ نُورُ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ»

"Dan hadits Jabir adalah benar, yaitu: 'Yang pertama kali diciptakan adalah cahaya nabimu, wahai Jabir.'"

Hadits ini adalah dusta yang disandarkan kepada Rasulullah , dan apa yang dikatakan Asy-Sya’rawi adalah tidak benar ; karena hal ini bertentangan dengan Al-Qur'an yang menyatakan bahwa manusia pertama adalah Adam, sementara dari makhluk lain, yang pertama kali diciptakan adalah pena.

Muhammad adalah keturunan Adam, bukan diciptakan dari cahaya, melainkan seorang manusia seperti kita sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an. Allah mengkhususkannya dengan wahyu dan kenabian, dan manusia tidak melihatnya sebagai cahaya, melainkan sebagai manusia biasa. Hadits yang dianggap benar dan shahih oleh Asy-Sya’rawi adalah hadits dianggap palsu dan batil oleh para ahli.

Di antara keyakinan yang batil adalah pernyataan bahwa Allah menciptakan sesuatu dari cahaya-Nya. Pernyataan ini dikemukakan oleh sebagian kaum sufi, dan ditegaskan oleh Asy-Sya’rawi dalam bukunya *Anta Tas'al wal Islam Yujib* di mana ia berkata:

«فَإِذَا عَرَفْنَا بِأَنَّ اللهَ خَلَقَ الْأَشْيَاءَ مِنْ نُورِهِ فَهَذَا صَحِيحٌ... فَعِنْدَمَا يَكُونُ الْحَقُّ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى خَلَقَ الْأَشْيَاءَ مِنْ نُورِهِ فَمَعْنَى هَذَا أَنَّ شُعَاعَ نُورِهِ خُلِقَتْ مِنْهُ الْمَادِّيَّاتُ»

"Jika kita mengetahui bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dari cahaya-Nya, maka hal ini benar... Ketika Sang Hak menciptakan segala sesuatu dari cahaya-Nya, maka maknanya adalah bahwa dari pancaran cahaya-Nya, diciptakanlah benda-benda fisik." (hlm. 40).

Saya katakan: Pernyataan ini tidak memiliki dasar dari Al-Qur'an, sunnah, ataupun logika, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya... Hal ini membantah dan membatalkan pernyataan Asy-Sya’rawi.

Selain itu, pernyataan Asy-Sya’rawi juga kontradiktif, karena sebelumnya ia berkata bahwa segala sesuatu diciptakan dari cahaya Muhammad, sementara di sini ia mengatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dari cahaya-Nya! Terdapat perbedaan antara cahaya Muhammad dan cahaya Allah...

Berhati-hatilah wahai saudaraku Muslim, semoga Allah memberi petunjuk kepadaku dan kepadamu, terhadap keyakinan-keyakinan batil seperti ini yang disebutkan oleh kaum sufi.

(Dikutip dari kitab "Arkan al-Islam wa al-Iman min al-Kitab wa al-Sunnah al-Sahihah" karya Syeikh Muhammad bin Jamil Zainu – pengajar di Dar al-Hadits al-Khairiyah, Makkah al-Mukarramah, hlm. 97–103, dengan sedikit ringkasan).

Sebagai tambahan penjelasan, saya mengatakan: Kaum sufi seringkali berdendang tentang apa yang mereka sebut sebagai hakikat Muhammad, yang mereka definisikan sebagai berikut :

«هِيَ الذَّاتُ مَعَ التَّعَيُّنِ الْأَوَّلِ، وَلَهَا الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى، وَهِيَ اسْمُ اللهِ الْأَعْظَمُ»

"Ia adalah dzat dengan manifestasi pertama, yang memiliki Asmaul Husna, dan merupakan nama Allah yang paling agung." (Rujukan: "Jami' al-Ushul fi al-Awliya" oleh al-Kamashkhanli dan "al-Ta'rifat" oleh al-Jurjani serta "Hadzihi Hiya al-Sufiyah", hlm. 74).

Al-Kamashkhanli berkata:

«صُوَرُ الْحَقِّ هُوَ مُحَمَّدٌ، لِتَحَقُّقِهِ بِالْحَقِيقَةِ الْأَحَدِيَّةِ وَالْوَاحِدِيَّةِ»

"Gambaran kebenaran adalah Muhammad, karena realitasnya menyatu dengan hakikat al-Ahadiyah dan al-Wahidiyah" ("Jami' al-Ushul", hlm. 107).

Ad-Damirdasyi mengatakan:

«حَقِيقَةُ الْحَقَائِقِ هِيَ الْمَرْتَبَةُ الْإِنْسَانِيَّةُ الْكَمَالِيَّةُ الْإِلٰهِـيَّةُ الْجَامِعَةُ لِسَائِرِ الْمَرَاتِبِ كُلِّهَا، وَهِيَ الْمُسَمَّاةُ بِحَضْرَةِ الْجَمْعِ، وَبِأَحَدِيَّةِ الْجَمْعِ، وَبِهَا تَتِمُّ الدَّائِرَةُ، وَهِيَ أَوَّلُ مَرْتَبَةٍ تَعَيَّنَتْ فِي غَيْبِ الذَّاتِ، وَهِيَ الْحَقِيقَةُ الْمُحَمَّدِيَّةُ»

"Hakikat dari segala hakikat adalah tingkatan manusia yang sempurna secara ilahiyah, yang mencakup seluruh tingkatan, dan dinamakan dengan hadirat al-jam' (himpunan), dengan Ahadiyat al-jam', dan dengannya lingkaran terselesaikan. Itu adalah tingkatan pertama yang termanifestasi dalam kegaiban zat, dan itu adalah hakikat Muhammad" . (Rujukan: "Ma'rifat al-Haqaiq" oleh Muhammad ad-Damirdasyi dan kutipan dari "Hadzihi Hiya al-Sufiyah", hlm. 74).

Kaum sufi juga mengklaim bahwa kedudukan Nabi kita Muhammad sama dengan kedudukan Allah! Dengarlah seorang sufi yang mengatakan:

‏«شَأْنُ مُحَمَّدٍ فِي جَمِيعِ تَصَرُّفَاتِهِ شَأْنُ اللهِ، فَمَا فِي الْوُجُودِ إِلَّا مُحَمَّدٌ».

"Kedudukan Muhammad dalam semua tindakannya adalah kedudukan Allah, tidak ada di alam semesta ini selain Muhammad."

Dia juga berkata:

«وَلَمَّا كَانَتْ بَشَرِيَّتُهُ ﷺ نُورًا مَحْضًا… وَهَذَا النُّورُ الْمُحَمَّدِيُّ، هُوَ الْمَعْنِيُّ بِرُوحِ اللهِ الْمَنْفُوخِ فِي آدَمَ فَرُوحُ اللهِ نُورُ مُحَمَّدٍ»

"Dan karena kemanusiaan Muhammad adalah cahaya murni... cahaya ini, yaitu cahaya Muhammad, adalah yang dimaksud dengan Ruh Allah yang ditiupkan ke dalam Adam, maka Ruh Allah adalah cahaya Muhammad." (Rujukan: "An-Nafahat al-Qudsiyah" karya al-Baytar, hlm. 9,13, dan kutipan dari "Hadhihi Hiya al-Sufiyah", hlm. 77).

Ad-Dabbagh berkata:

«اِعْلَمْ أَنَّ أَنْوَارَ الْكَائِنَاتِ كُلَّهَا مِنْ عَرْشٍ وَفَرْشٍ وَسَمَاوَاتٍ وَأَرَضِينَ، وَجَنَّاتٍ وَحُجُبٍ، وَمَا فَوْقَهَا، وَمَا تَحْتَهَا إِذَا جُمِعَتْ كُلُّهَا، وُجِدَتْ بَعْضًا مِنْ نُورِ النَّبِيِّ، وَأَنَّ مَجْمُوعَ نُورِهِ لَوْ وُضِعَ عَلَى الْعَرْشِ، لَذَابَ»

"Ketahuilah bahwa seluruh cahaya dari makhluk, mulai dari arasy, karpet, langit, bumi, surga, hijab, dan apa yang di atasnya serta di bawahnya, jika dikumpulkan semuanya, hanya merupakan sebagian dari cahaya Nabi. Dan jika seluruh cahayanya diletakkan di atas arasy, maka arasy itu akan meleleh." (Rujukan: "Al-Ibriz", 2/84). Dan masih banyak yang serupa, lihat "Hadhihi Hiya al-Sufiyah", hlm. 87.

Tijāni mengatakan:

«لَمّا خُلِقَ النُّورُ المُحَمَّدِيُّ، جَمَعَ فِي هَذَا النُّورِ المُحَمَّدِيِّ جَمِيعَ أَرْوَاحِ الأَنْبِيَاءِ وَالأَوْلِيَاءِ جَمِيعًا، جَمْعًا أَحَدِيًّا»

"Ketika cahaya Muhammad diciptakan, di dalam cahaya Muhammad ini, semua ruh para nabi dan wali dikumpulkan dengan satu pengumpulan yang tunggal." (Ar-Rimāh karya ‘Umar bin Sa‘īd, hlm. 14, dan "Hadzihi Hiyā aṣh-Ṣhūfiyyah" hlm. 87).

Dan al-Halwānī dalam qasidahnya "Al-Mustajīrah," seakan-akan berbicara kepada Rasulullah :

أَنْشَأَكَ نُورًا سَاطِعًا قَبْلَ الوَرَى *** فَرْدًا لِفَرْدٍ وَالبَرِيَّةُ فِي العَدَمِ

ثُمَّ اسْتَمَدَّ جَمِيعَ مَخْلُوقَاتِهِ *** مِنْ نُورِكَ السَّامِي فَيَا عِظْمَ الكَرَمِ

فَلِذَا إِلَيْكَ الخَلْقُ تَفْزَعُ كُلُّهُمْ *** فِي هَذِهِ الدُّنْيَا وَفِي اليَوْمِ الأَهَمِّ

وَإِذَا دَهَتْهُمْ كُرْبَةٌ فَرَّجْتَهَا .... ".

Engkau diciptakan sebagai cahaya yang bersinar sebelum makhluk  *** Tunggal bagi tunggal, sementara seluruh makhluk masih dalam ketiadaan

Kemudian semua makhluk-Nya meminjam *** dari cahayamu yang tinggi, wahai betapa besar kemurahan

Oleh karena itu kepada engkaulah semua makhluk berlindung *** Di dunia ini dan pada hari yang paling penting (hari kiamat)

Dan jika mereka tertimpa kesulitan, engkau menghilangkannya  .... “.

Dan Allah Ta'ala berfirman:

‏‏﴿ وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍ ﴾

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari pati tanah."

Dan Muhammad adalah seorang manusia; jika tidak, silakan mereka datang dengan sifat lain untuknya!

Rasulullah sendiri berkata:

«خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِن نُورٍ…» الْحَدِيثُ

"Para malaikat diciptakan dari cahaya..."

Dalam hadits tersebut, Rasul berbicara tentang cahaya dan dari apa ia diciptakan, tetapi tidak menyebutkan bahwa ia diciptakan dari cahaya seperti yang disebutkan tentang malaikat.

Ia berbicara tentang Adam, bapak pertama umat manusia, tentang penciptaannya, dan bahwa ia diciptakan dari apa yang telah disebutkan kepada kalian dalam Al-Qur'an - maksudnya: dari tanah liat yang lengket - dan Muhammad adalah anak dari Adam, lalu kepada siapa hakikat Muhammadiyah sufi itu terikat?!!

Dalam kitab Allah al-Qur’an terdapat satu ayat yang dapat meruntuhkan semua yang dipuja oleh para sufi dari doktrin yang mereka bangun untuk mitos dan khurafat ini, yaitu firman-Nya kepada Nabi :

‏﴿ لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ …‏ ﴾

"Tidak ada hak bagimu atas perkara ini..." [QS. Ali Imran : 128]

Dan renungkan firman-Nya:

‏﴿ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلا بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُّبِينٌ ﴾

"Aku bukan hal baru di antara para rasul dan aku tidak tahu apa yang akan dilakukan padaku dan tidak juga pada kalian. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang jelas." [QS. Al-Ahqaf : 9]

Apakah para sufi mengakui semua rasul seperti mereka mengakui Muhammad , karena ia bukan "hal baru di antara para rasul"?

Dan renungkan firman-Nya kepada Nabi :

﴿ قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا 21 قُلْ إِنِّي لَن يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِن دُونِهِ مُلْتَحَدًا ﴾

"Katakanlah, 'Sesungguhnya aku tidak memiliki kekuasaan untuk mendatangkan kemudharatan atau petunjuk untuk kalian. Katakanlah, 'Sesungguhnya tidak ada yang dapat menyelamatkan aku dari Allah dan aku tidak akan menemukan tempat berlindung selain Dia.'"

Inilah petunjuk Al-Qur'an, maka bandingkanlah dengan apa yang direkayasa oleh para sufi dari kebohongan seputar cahaya Muhammad yang diciptakan dari segala sesuatu!! (Baca : Hadzihi Hiyāṣ-Ṣūfiyyah karya Sheikh Abdul Rahman Al-Wakil, hlm. 87-88).

*****

KRITIKAN AL-ALBANI TERHADAP ASY-SYA’RAWI

Di Kutip dari Mawsu’ah al-Albaani Fil ‘Aqidah 3/816-817:

الشَّيْخ: فِي سُورْيَا مَوْجُود، وَفِي الْأُرْدُنِّ مَوْجُود يَقُول: "أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُورُ نَبِيِّكَ يَا جَابِر"، مَا سَمِعْتَ هَذَا الْحَدِيثَ عِنْدَكَ؟ 

مُدَاخَلَة: هَذَا سَمِعْتُهُ مِنَ الشَّعْرَاوِي. 

الشَّيْخ: هه، أَتَتْ … يَقُولُونَ: - عَلَى رِجْلَيْهَا -، رَأَيْتَ؟! وَهَذَا مِنْ أَبْطَلِ الْبَاطِلِ، كَيْفَ خَلَقَ اللهُ مُحَمَّدًا مِنْ نُورِهِ، وَأَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمَ وَالْحَدِيثُ صَحِيحٌ كَمَا ذَكَرْتُهُ آنِفًا: «أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ، قَالَ: مَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: مَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ» بَعْدَ ذَلِكَ نَحْنُ نَعْرِفُ … الرَّسُولَ أَنَّهُ مُحَمَّدٌ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، وَهَكَذَا، وَبَعْدَ ذَلِكَ يَنْقَطِعُ السَّنَدُ أَوِ النَّسَبُ، لَكِنْ هُوَ عَلَى كُلِّ حَالٍ جَدُّهُ الْأَوَّلُ مَنْ هُوَ؟ آدَمُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ؛ لِأَنَّهُ كُلُّكُمْ كَمَا قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ: «كُلُّكُمْ مِنْ آدَمَ وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ» كَيْفَ إِذًا مُحَمَّدٌ وَبَيْنَهُ وَبَيْنَ آدَمَ، اللهُ أَعْلَمُ كَمْ جَدًّا، ثُمَّ هُوَ قَبْلَ هَؤُلَاءِ خُلِقَ مِنْ نُورٍ، هَذِهِ تُرِيدُ إِيمَانًا .. تُرِيدُ مِخًّا كَبِيرًا لَا وُجُودَ لَهُ فِي هَذَا الْكَوْنِ، أَنَّهُ يُؤْمِنُ بِمِثْلِ هَذِهِ الْخُرَافَاتِ. أَمَّا عَامَّةُ الْمُسْلِمِينَ وَبَعْضُ الْخَاصَّةِ مِنْهُمْ وَأَنْ تُشَاهِدَ وَمِنْهُمْ الشَّيْخُ الشَّعْرَاوِي يُؤْمِنُ بِهَذِهِ الْخُرَافَةِ. 

هَذَا حَدِيثٌ لَا هُوَ فِي الْبُخَارِيِّ وَلَا فِي مُسْلِمٍ وَلَا فِي السُّنَنِ الْأَرْبَعَةِ وَلَا الْأَرْبَعِينَ وَلَا الْأَرْبَعِمِائَةِ لَا أَصْلَ لِهَذَا الْحَدِيثِ إِطْلَاقًا إِلَّا إِذَا صَحَّ التَّعْبِيرُ فِي أَمْخَاخِ الْمُخَرِّفِينَ، هَذَا لَهُ وُجُودٌ هُنَاكَ فَقَطْ، هَذَا مَا هُوَ الْإِسْلَامُ؟ 

الْإِسْلَامُ قَالَ اللهُ قَالَ رَسُولُهُ … قَالَ الصَّحَابَةُ لَيْسَ بِالتَّمْوِيهِ  إِلَى آخِرِ مَا قَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ رَحِمَهُ اللهُ. 

"رِحْلَةُ النُّورِ" (40أ/00:00:00)

Syekh al-Albani berkata : Di Suriah ada, di Yordania juga ada yang berkata: "Awal ciptaan Allah adalah cahaya Nabimu, wahai Jabir." Apakah kamu pernah mendengar hadits ini di tempatmu?

Penyela berkata : Saya pernah mendengar ini dari Asy-Sya’rawi.

Syekh al-Albani menjawab :

Hah, lihatlah... mereka berkata, "ini sudah jelas terlihat," dan ini adalah kebatilan yang paling batil. Bagaimana mungkin Allah menciptakan Muhammad dari cahayanya, padahal ciptaan pertama Allah adalah pena, dan hadits yang sahih telah menyebutkan seperti yang saya sebutkan sebelumnya: "Awal ciptaan Allah adalah pena. Kemudian Allah berkata kepadanya: 'Tulislah!' Pena bertanya: 'Apa yang harus saya tulis?' Allah berkata: 'Tulislah apa yang akan terjadi hingga hari kiamat.'"

Setelah itu, kita tahu bahwa Rasulullah adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib, dan begitu seterusnya. Setelah itu, silsilah atau nasabnya berhenti, tapi bagaimanapun, kakek pertamanya siapa? Adam 'alaihis salam. Karena semuanya, seperti yang beliau katakan dalam hadits yang sahih: "Kalian semua berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah."

Jadi, bagaimana mungkin Muhammad, di antara keturunannya yang banyak dari Adam, tiba-tiba diciptakan dari cahaya? Ini memerlukan keyakinan besar... perlu otak besar yang tidak ada di dunia ini untuk mempercayai hal-hal seperti ini. Namun, sayangnya, banyak umat Islam, bahkan beberapa di antara orang-orang tertentu, seperti yang kamu lihat, termasuk Asy-Sya’rawi, mempercayai dongeng ini.

Hadits ini tidak ada dalam kitab Sahih Bukhari, tidak dalam Sahih Muslim, tidak dalam Sunan empat, tidak dalam empat puluh, tidak dalam empat ratus, hadits ini tidak memiliki asal sama sekali kecuali jika diizinkan untuk dikatakan bahwa ini hanya ada dalam pikiran para pendongeng. Hadits ini hanya ada di sana saja, bukan bagian dari Islam.

Islam adalah berpegang kepada : "Allah berfirman, Rasulullah bersabda, para sahabat berkata... bukan dengan tipu muslihat," sebagaimana yang diungkapkan Ibnul Qayyim rahimahullah dalam salah satu ungkapannya.

[Sumber : "Rihlatun-Nur" (40A/00:00:00)].

Selanjutnya disebutkan pula dalam Mawsu’ah al-Albaani 3/817:

 [282] هَلِ الرَّسُولُ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ - نُورٌ؟!

[قَالَ الإِمَامُ]: "[رَدَدْنَا] قَوْلَ مَنْ قَالَ: بِأَنَّ الرَّسُولَ عَلَيْهِ السَّلَامُ نُورٌ، وَأَبْطَلْنَا هَذَا القَوْلَ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: {قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ} (الكهف: 110) فَهُوَ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَالْبَشَرِ تَمَامًا، خُلِقَ كَمَا خُلِقَ البَشَرُ، يَعْنِي: حَمَلَتْ فِيهِ أُمُّهُ كَمَا تَحْمِلُ كُلُّ الأُمَّهَاتِ تِسْعَةَ أَشْهُرٍ، وَوَضَعَتْهُ كَمَا تَضَعُ كُلُّ أُمٍّ وَلَدَهَا، سِوَى أَنَّهَا رَأَتْ فِي المَنَامِ أَنَّهَا خَرَجَ مِنْهَا نُورٌ أَضَاءَتْ لَهَا الشَّامَ، أَوْ بُصْرَى الشَّامِ، هَذَا صَحِيحٌ كَرُؤْيَا كَمَنَامٍ، فَعَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ كَانَ كَمَا تَعْلَمُونَ يَأْكُلُ وَيَشْرَبُ وَيَمْرَضُ، وَيُجْرَحُ وَ .. وَ .. إِلَى آخِرِهِ، فَهُوَ بَشَرٌ لَا يَخْتَلِفُ عَنْهُمْ إِطْلَاقًا إِلَّا بِمَا اصْطَفَاهُ اللهُ مِنَ الوَحْيِ وَالنُّبُوَّةِ وَالرِّسَالَةِ".

"الهُدَى وَالنُّور" (322/ 29: 01: 00).

[282] Apakah Rasulullah adalah cahaya?

[Imam al-Albaani berkata]:

Kami telah membantah pendapat yang mengatakan bahwa Rasulullah adalah cahaya, dan kami telah membatalkan pendapat ini dengan firman Allah:

*"Katakanlah, sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa"* (QS. Al-Kahf: 110).

Jadi, beliau adalah manusia sepenuhnya, diciptakan sebagaimana manusia lainnya diciptakan. Artinya, ibunya mengandungnya seperti setiap ibu lainnya selama sembilan bulan, dan melahirkannya seperti setiap ibu melahirkan anaknya, kecuali bahwa dia melihat dalam mimpi bahwa dari dirinya keluar cahaya yang menerangi Syam atau Busra Syam. Ini adalah shahih dan benar sebagai mimpi, sebagai penglihatan dalam tidur.

Maka Rasulullah , sebagaimana kalian ketahui, makan dan minum, sakit, terluka, dan seterusnya. Jadi, beliau adalah manusia yang tidak berbeda sama sekali kecuali dengan apa yang Allah pilihkan baginya berupa wahyu, kenabian, dan risalah.

"Al-Huda wa An-Nur" (322/29:01:00).

 

Posting Komentar

0 Komentar