Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

HUKUM JUALAN ATAU BUKA TOKO PADA HARI RAYA ORANG KAFIR

HUKUM JUALAN ATAU BUKA TOKO PADA HARI RAYA ORANG KAFIR

Di Susun oleh Abu Haitsam Fakhry

KAJIAN NIDA AL-ISLAM

===


===

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

===****===

JUALAN ATAU BUKA TOKO PADA HARI RAYA NON MUSLIM

Jualan dan membuka toko di hari raya orang non Islam seperti hari Natal dan semisalnya dari hari raya orang Yahudi, Budha atau Hindu, hal itu tidak mengapa juga. Dengan syarat tidak menjual kepada mereka sesuatu yang membantu kemaksiatannya, seperti menjual simbul, bendera, gambar, kartu ucapan, lampu hias, bunga, telur berwarna dan semua yang digunakan dalam perayaan.

Begitu juga seorang muslim tidak dibolehkan menjual sesuatu yang digunakan untuk menyerupai orang kafir dalam perayan umat Islam .

Hukum Asal dari semua itu adalah : “ bahwa seorang muslim dilarang melakukan kemaksiatan dan membantunya atau kerja sama dalam kemaksiatan “.

Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :

" وَلَا يَبِيعُ الْمُسْلِمُ مَا يَسْتَعِينُ بِهِ الْمُسْلِمُونَ عَلَى مُشَابَهَتِهِمْ فِي الْعِيدِ، مِنَ الطَّعَامِ وَاللِّبَاسِ وَنَحْوِ ذَٰلِكَ؛ لِأَنَّ فِي ذَٰلِكَ إِعَانَةً عَلَى الْمُنْكَرِ" انتهى

“Seorang muslim tidak boleh menjual sesuatu yang digunakan umat Islam menyerupai dalam perayaan mereka. Baik berupa makanan, pakaian dan semisal itu. Karena hal itu termasuk membantu dalam kemunkaran.” [اِقْتِضَاءُ الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ (2/520)].

Lalu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah melanjutkan perkataannya :

"فَأَمَّا بَيْعُ الْمُسْلِمِينَ لَهُمْ [أي لِلْكُفَّارِ] فِي أَعْيَادِهِمْ مَا يَسْتَعِينُونَ بِهِ عَلَى عِيدِهِمْ مِنَ الطَّعَامِ وَاللِّبَاسِ وَالرَّيْحَانِ وَنَحْوِ ذَٰلِكَ، أَوْ إِهْدَاءُ ذَٰلِكَ لَهُمْ، فَهَذَا فِيهِ نَوْعُ إِعَانَةٍ عَلَى إِقَامَةِ عِيدِهِمُ الْمُحَرَّمِ"

“Sementara orang Islam yang menjual kepada mereka (maksudnya orang kafir) dalam perayaan sesuatu yang membantu mereka dalam perayaannya baik makanan, pakaian, wewangian dan semisal itu. Atau memberikan hadiah kepada mereka, maka ini termasuk bentuk bantuan dalam melaksanakan perayaannya yang dilarang.

Kemudian Beliau mengutip pernyataan Ibnu Habib Al-Maliki :

" أَلَا تَرَى أَنَّهُ لَا يَحِلُّ لِلْمُسْلِمِينَ أَنْ يَبِيعُوا مِنَ النَّصَارَى شَيْئًا مِنْ مَصْلَحَةِ عِيدِهِمْ، لَا لَحْمًا، وَلَا إِدَامًا، وَلَا ثَوْبًا، وَلَا يُعَارُونَ دَابَّةً، وَلَا يُعَاوِنُونَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ عِيدِهِمْ؛ لِأَنَّ ذَٰلِكَ مِنْ تَعْظِيمِ شِرْكِهِمْ، وَمِنْ عَوْنِهِمْ عَلَى كُفْرِهِمْ، وَيَنْبَغِي لِلسَّلَاطِينِ أَنْ يَنْهَوْا الْمُسْلِمِينَ عَنْ ذَٰلِكَ. وَهُوَ قَوْلُ مَالِكٍ وَغَيْرِهِ، لَمْ أَعْلَمْهُ اخْتُلِفَ فِيهِ" .

“Apakah anda tidak tahu bahwa tidak dihalalkan bagi umat Islam menjual sesuatu kepada orang Kresten untuk kebaikan perayaannya, baik itu daging, kuah maupun pakaian. Tidak dibolehkan menyewa kendaraan, dan tidak dibolehkan membantu apapun dalam perayaannya. Karena hal itu termasuk mengagungkan kesyirikannya. Dan membantu terhadap kekafirannya.

Selayaknya penguasa melarang umat Islam melakukan hal itu. Dan ini termasuk pendapat imam Malik dan selainnya. Saya tidak mengetahui adanya perbedan di dalamnya.

[ Baca : “اِقْتِضَاءُ الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ” 2/526, “الفَتَاوَىٰ الكُبْرَى” 2/489, “أَحْكَامُ أَهْلِ الذِّمَّةِ” 3/1250)].

Syaikhul Islam juga menambahkan perkataannya :

"فَإِن كَانَ مَا يَبْتَاعُونَهُ [يَشْتَرُونَهُ] يَفْعَلُونَ بِهِ نَفْسَ الْمُحَرَّمِ، مِثْلَ صَلِيبٍ أَوْ شَعَانِينٍ أَوْ مَعْمُودِيَّةٍ أَوْ تَبْخِيرٍ أَوْ ذَبْحٍ لِغَيْرِ اللَّهِ أَوْ صُورَةٍ وَنَحْوَ ذَٰلِكَ، فَهَذَا لَا رَيْبَ فِي تَحْرِيمِهِ، كَبَيْعِهِمُ الْعَصِيرَ لِيَتَّخِذُوهُ خَمْرًا، وَبِنَاءِ الْكُنِيسَةِ لَهُمْ. وَأَمَّا مَا يَنْتَفِعُونَ بِهِ فِي أَعْيَادِهِمْ لِلْأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَاللِّبَاسِ، فَأُصُولُ أَحْمَدَ وَغَيْرِهِ تَقْتَضِي كَرَاهَتَهُ، لَكِن: كَرَاهَةُ تَحْرِيمٍ كَمَذْهَبِ مَالِكٍ أَوْ كَرَاهَةُ تَنْزِيهٍ؟ وَالأَشْبَهُ أَنَّهُ كَرَاهَةُ تَحْرِيمٍ، كَسَائِرِ النَّظَائِرِ عِنْدَهُ، فَإِنَّهُ لَا يُجَوِّزُ بَيْعَ الْخُبْزِ وَاللَّحْمِ وَالرِّيَاحِينِ لِلْفُسَّاقِ الَّذِينَ يَشْرَبُونَ عَلَيْهَا الْخَمْرَ، وَلَأَنَّ هَذِهِ الإِعَانَةَ تَفْضِي إِلَى إِظْهَارِ الدِّينِ [الْبَاطِلِ] وَكَثْرَةِ اجْتِمَاعِ النَّاسِ لِعِيدِهِمْ وَظُهُورِهِ، وَهَذَا أَعْظَمُ مِنْ إِعَانَةِ شَخْصٍ مُعَيَّنٍ"

“Kalau apa yang mereka beli digunakan untuk sesuatu yang haram. Seperti salib, perayaan orang Kristen, air untuk membaptis, dupa atau menyembelih selain Allah, gambar atau semisal itu, maka hal itu tidak diragukan  keharamannya. Seperti menjual juice yang digunakan untuk minuman keras (khamar). Begitu juga untuk membangun gereja.

Sementara sesuatu yang mereka manfaatkan waktu perayaan seperti makanan, minuman dan pakaian. Maka dasar pendapat Ahmad dan lainnya menyiratkan makruh. Akan tetapi apakah makruh mengarah haram seperti pendapat Malik atau makruh tanzih (boleh)? Yang nampak adalah makruh mengarah ke haram, sebagaimana pendapat yang semisal ini dalam pandangan mereka. Maka tidak dibolehkan menjual roti, daging, wewangian untuk orang fasiq yang meminum khamar. Karena bantuan ini dapat  menonjolkan agama (yang batil) Hal ini lebih besar dibandingkan sekedar membantu orang tertentu.”

[“اِقْتِضَاءُ الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ” 2/2/552].

Ibnu Hajar Al-Makki rahimahullah pernah ditanya :

“Tentang menjual minyak wangi kepada orang kafir yang dia ketahui kalau orang itu membelinya untuk memberi wewangian kepada berhalanya, atau menjual hewan untuk orang kafir yang dia ketahui akan dibunuh tanpa disembelih untuk dikonsumsi?”

Beliau menjawab dengan menyatakan :

"يُحَرَّمُ الْبَيْعُ فِي الصُّورَتَيْنِ، كَمَا شَمَلَهُ قَوْلُهُمْ (يَعْنِي الْعُلَمَاءَ): كُلُّ مَا يَعْلَمُ الْبَائِعُ أَنَّ الْمُشْتَرِي يَعْصِي بِهِ يُحَرَّمُ عَلَيْهِ بَيْعُهُ لَهُ. وَتَطْيِيبُ الصَّنَمِ وَقَتْلُ الْحَيَوَانِ الْمَأْكُولِ بِغَيْرِ ذَبْحٍ مَعْصِيَتَانِ عَظِيمَتَانِ وَلَوْ بِالنِّسْبَةِ إِلَيْهِمْ، لِأَنَّ الأَصَحَّ أَنَّ الْكُفَّارَ مُخَاطَبُونَ بِفُرُوعِ الشَّرِيعَةِ كَالْمُسْلِمِينَ، فَلَا تَجُوزُ الإِعَانَةُ عَلَيْهِمَا بِبَيْعِ مَا يَكُونُ سَبَبًا لِفِعْلِهِمَا. وَكَالْعِلْمِ هُنَا غَلَبَةُ الظَّنِّ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ."

“Tidak dibolehkan menjual dalam dua model tadi, karena hal ini mencakup apa yang diungkapkan mereka (maksudnya para ulama).

“Semua yang diketahui penjual bahwa pembeli akan berbuat dosa, maka diharamkan baginya menjual kepadanya.

Memberi wewangian kepada patung dan membunuh hewan untuk makanan tanpa disembelih adalah dua kemaksiatan besar meskipun dilakukan oleh mereka (non Islam).

Karena menurut pendapat yang kuat bahwa orang-orang kafir termasuk terkena kewajiban cabang syariat seperti halnya umat Islam. Maka tidak dibolehkan membantunya dengan menjual kepadanya yang menjadi sebab melakukan (dosa).

Kondisi mengetahui disini sama halnya dengan dugaan kuat. Wallahu’alam.”

[Baca : الفَتَاوَى الفِقْهِيَّةُ الكُبْرَى (2/270)]

KESIMPULAN :

Kesimpulannya bahwa orang islam dibolehkan membuka tokonya pada hari raya orang kafir dengan dua syarat:

Pertama :

Tidak menjual sesuatu yang digunakan untuk bermaksiat atau untuk membantu melakukan perayaannya.

Kedua :

Tidak dibolehkan menjual kepada umat Islam sesuatu yang digunakan untuk menyerupai orang kafir dalam perayaannya.

Tidak diragukan lagi, bahwa ada barang yang dikenal digunakan untuk perayaan ini. Seperti kartu, gambar, patung, salib, sebagian pohon. Ini semua tidak dibolehkan menjualnya dan asalnya tidak boleh dimasukkan di dalam tokonya.

Selain dari itu, yang terkadang dipakai dalam perayaan dan lainnya, maka pemilik toko bisa berijtihad.

Jangan menjualnya kepada orang yang diketahui kondisinya atau persangkaan kuat digunakan untuk yang haram. Atau digunakan untuk pelaksanaan perayaan seperti pakaian, wewangian dan makanan !!!!.

Wallahu a’lam .

Posting Komentar

0 Komentar