STUDI HADITS : “SURAT HUD DAN SURAT-SURAT SEJENIS-NYA TELAH MEMBUAT-KU CEPAT BER-UBAN”.
****
Oleh
Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN
NIDA AL-ISLAM
====
====
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
===****====
BEBERAPA LAFADZ HADITS TERKAIT DENGAN PEMBAHASAN
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ قَالَ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، شِبْتَ. قَالَ: شَيَّبَتْنِي هُودٌ وَأَخَوَاتُهَا، وَعَمَّ
يَتَسَاءَلُونَ، وَالْوَاقِعَةُ، وَالْمُرْسَلَاتُ، وَإِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ.
Bahwa Abu Bakar pernah berkata kepada Rasulullah ﷺ: "Wahai Rasulullah, engkau telah beruban." Rasulullah
ﷺ bersabda: "Surah Hud dan surah-surah sejenisnya, surah
'Amma Yatasa'alun, surah Al-Waqi'ah, surah Al-Mursalat, dan surah Idzasy Syamsu
Kuwwirot telah membuatku beruban."
----
Lafadz riwayat Ibnu Sa’ad : Ibnu Abbas berkata radhiyallahu ‘anhuma berkata :
قَالَ أَبُو
بَكْرٍ: أَرَاكَ قَدْ شِبْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ! قَالَ: شَيَّبَتْنِي هُودٌ
وَالْوَاقِعَةُ وَالْمُرْسَلَاتُ وَ«عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ» وَ«إِذَا الشَّمْسُ
كُوِّرَتْ».
Abu Bakar berkata: "Aku melihat engkau telah beruban, wahai
Rasulullah!" Rasulullah ﷺ menjawab: "Surah Hud,
surah Al-Waqi'ah, surah Al-Mursalat, surah 'Amma Yatasa'alun, dan surah Idzasy
Syamsu Kuwwirot telah membuatku beruban."
Hadits ini diriwayatkan dalam Sunan At-Tirmidzi (3297), Al-Mustadrak (2/343), Dalail An-Nubuwwah (1/358), Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (10/554), Syarh As-Sunnah (14/372), Majma’ Az-Zawaid (7/37), Misykat Al-Mashabih (5354), Ad-Dur Al-Mantsur (3/319), Asy-Syamail (27), Al-Mathalib Al-‘Aliyah (3650), Kanzul ‘Ummal (2588), Al-Ahadits Ash-Shahihah (955), Tafsir Al-Qurthubi (9/1), Tafsir Ibnu Katsir (4/236), (7/487), dan Al-Bidayah wan Nihayah (6/69)].
Dan disbutkan pula oleh Abu Bakar al-Bazaz al-Baghdadi dalam Hadits Syu’bah hal. 2. Disebutkan pula oleh ad-Daruquthni dalam al-‘Ilal 1/194 no. 17, 1/201 dan 1/203.
---
Dalam lafadz riwayat Abu Thohir al-Mukhollish bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menceritakan:
أَنَّ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَقَدْ أَسْرَعَ إِلَيْكَ الشَّيْبُ؟
قَالَ: «أَجَلْ، لَقَدْ شَيَّبَتْنِي هُودٌ وَأَخَواتُهَا» قَالَ عَطَاءٌ: أَخَوَاتُهَا:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ عُرْفًا وَإِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ
Para sahabat
Rasulullah ﷺ berkata, "Wahai Rasulullah, ubanmu tumbuh dengan
cepat?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Ya,
sesungguhnya surat Hud dan saudari-saudarinya yang membuatku beruban."
'Atho berkata :
"Saudari-saudarinya itu adalah: 'Iqtaribatissaa'ah (Dekatnya kiamat) dan
'Idzasysyamsu kuwwirat' (Dan apabila matahari dilipat)." [Sab’ah
al-Majaalis min Amaali Abi Thahir hal. 55 no. 16].
---
Dan dalam lafadz riwayat Qotadah, dia berkata :
قَالُوا: لَقَدْ أَسْرَعَ إِلَيْكَ الشَّيْبُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «شَيَّبَتْنِي هُودٌ وَأَخَوَاتُهَا»
Mereka (para
sahabat ) berkata, "Sesungguhnya uban telah cepat tumbuh di rambutmu,
wahai Rasulullah!" .
Rasulullah ﷺ menjawab, "Hud dan saudari-saudarinya (surat-surat yang
sejenisnya) yang membuatku beruban."
[HR. Ibnu Sa’ad dalam ath-Tabaqat al-Kubra 1/436].
====****===
PENELUSURAN STATUS HADITS :
*****
PERTAMA : HADITS UBAN INI YANG RAJIH ADALAH LEMAH alias DHO’IF:
Hadits ini diriwayatkan melalui banyak sanad dengan berbagai bentuk (وَجْه). Semua bentuk (وَجْه)
tersebut berpusat pada
Abu Ishaq As-Sabi’i, seorang perawi terpercaya yang terkenal. Namun, bentuk
yang dianggap paling kuat oleh para ulama ahli hadits dari kalangan kritikus
adalah sebagai berikut:
Dari Abu Ishaq As-Sabi’i, dari Ikrimah, dari Abu Bakar radhiyallahu
‘anhu, dari Nabi ﷺ.
Sanad ini terputus antara Ikrimah dan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu,
sehingga hadits ini dianggap lemah.
Bukti bahwa bentuk (وَجْه)
ini adalah sanad yang
benar dalam periwayatan hadits ini, dan bahwa bentuk-bentuk lainnya hanyalah
kesalahan dari para perawi, adalah karena bentuk ini diriwayatkan dari Abu
Ishaq As-Sabi’i oleh tiga perawi terpercaya yang hafizh, yaitu:
[1] Abu Al-Ahwash Salam bin Sulaim, sebagaimana disebutkan dalam Sunan
Sa’id bin Manshur (5/370) dan Mushannaf Abdur Razzaq (6/151).
[2] Zuhair bin Mu’awiyah, sebagaimana dalam Al-‘Ilal karya
Ad-Daraquthni (1/204).
[3] Isra’il bin Yunus, meskipun terdapat perbedaan riwayat darinya.
Namun, sebagian besar muridnya meriwayatkan hadits Abu Ishaq dengan bentuk (وَجْه) ini, termasuk muridnya, Abdullah bin Rajaa’, yang merupakan perawi utama
Isra’il. Oleh karena itu, Imam Ad-Daraquthni menguatkan bentuk (وَجْه) ini darinya, sebagaimana dalam Al-‘Ilal (1/203), dengan mengatakan:
"لَمْ
يُذْكَرْ فِيهِ ابْنُ عَبَّاسٍ، وَهُوَ الصَّوَابُ عَنْ إِسْرَائِيلَ"
انْتَهَى.
“Tidak disebutkan Ibnu Abbas dalam sanad ini, dan ini adalah riwayat
yang benar dari Isra’il.”
Sedangkan bentuk -bentuk (وَجْه) lainnya yang diriwayatkan dari Abu Ishaq As-Sabi’i adalah sebagai berikut:
1- Ada yang diriwayatkan oleh sebagian perawi lemah atau matruk (ditinggalkan), sehingga tidak dapat diterima.
2- Ada yang diriwayatkan oleh sebagian perawi terpercaya, namun riwayat mereka dianggap lemah (marjuh) karena bertentangan dengan riwayat dari perawi yang lebih terpercaya dan jumlahnya lebih banyak.
Khususnya,
Isra’il bin Yunus pernah mengatakan tentang dirinya sendiri:
كُنْتُ أَحْفَظُ حَدِيثَ أَبِي
إِسْحَاقَ كَمَا أَحْفَظُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ.
"Aku menghafal hadits-hadits Abu Ishaq seperti
aku menghafal surah dari Al-Qur’an.
Ibnu
Mahdi berkata tentangnya:
إِسْرَائِيلُ فِي أَبِي إِسْحَاقَ
أَثْبَتُ مِنْ شُعْبَةَ وَالثَّوْرِيِّ.
"Isra’il dalam periwayatan dari Abu Ishaq
lebih kuat dibandingkan Syu’bah dan Ats-Tsauri."
Lihat: Tahdzib At-Tahdzib (1/263).
Dalam
Al-‘Ilal (2/110) karya Ibnu Abi Hatim rahimahullah disebutkan:
سُئِلَ أَبِي عَنْ حَدِيثٍ: أَبِي
إِسْحَاقَ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ لِلنَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا شَيَّبَكَ؟ قَالَ: شَيَّبَتْنِي هُودٌ.
الْحَدِيثُ.
مُتَّصِلًا أَصَحُّ - كَمَا رَوَاهُ
شَيْبَانُ - أَوْ مُرْسَلًا - كَمَا رَوَاهُ أَبُو الْأَحْوَصِ - مُرْسَلًا.
قَالَ: مُرْسَلٌ أَصَحُّ. انْتَهَى.
"Ayahku ditanya tentang hadits Abu Ishaq dari Ikrimah dari Ibnu Abbas: Abu Bakar berkata kepada Nabi ﷺ, 'Apa yang membuatmu beruban?' Beliau bersabda, 'Surah Hud.'
Mana yang lebih shahih, riwayat yang bersambung seperti yang diriwayatkan oleh
Syaiban, atau riwayat mursal seperti yang diriwayatkan oleh Abu
Al-Ahwash?"
Ia
menjawab: "Riwayat mursal lebih shahih." Selesai.
Ia
juga berkata:
:رَوَاهُ
شَيْبَانُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عِكْرِمَةَ، أَنَّ أَبَا بَكْرٍ، قَالَ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهَذَا أَشْبَهُهُمَا بِالصَّوَابِ،
وَاللَّهُ أَعْلَمُ. انْتَهَى.
"Hadits ini diriwayatkan oleh Syaiban dari Abu
Ishaq dari Ikrimah, bahwa Abu Bakar berkata kepada Nabi ﷺ, dan ini
lebih mendekati kebenaran. Allah lebih mengetahui." Selesai dari Al-‘Ilal (2/134).
Imam
At-Tirmidzi rahimahullah berkata:
سَأَلْتُ مُحَمَّدًا – يَعْنِي
الْبُخَارِيَّ - أَيُّهُمَا أَصَحُّ؟ فَقَالَ: دَعْنِي أَنْظُرْ فِيهِ. وَلَمْ
يَقْضِ فِيهِ بِشَيْءٍ. انْتَهَى.
"Aku bertanya kepada Muhammad (yaitu Imam Al-Bukhari):
'Mana yang lebih shahih?' Maka ia berkata, 'Biarkan aku memeriksanya.' Namun ia
tidak memberikan keputusan apapun." Selesai dari Al-‘Ilal Al-Kabir (2/371).
As-Sakhawi
rahimahullah berkata:
قَالَ الدَّارَقُطْنِيُّ - فِي
ذِكْرِ عَلَلِهِ وَاخْتِلَافِ طُرُقِهِ فِي أَوَائِلِ كِتَابِ الْعِلَلِ
وَنَقَلَهُ حَمْزَةُ السَّهْمِيُّ عَنْهُ - أَنَّهُ قَالَ: طُرُقُهُ كُلُّهَا
مُعْتَلَّةٌ. انْتَهَى.
"Ad-Daraquthni, dalam pembahasannya tentang
cacat dan perbedaan jalur hadits di awal kitab Al-‘Ilal, sebagaimana dinukil
oleh Hamzah As-Sahmi darinya, mengatakan:
'Semua jalur periwayatannya mengandung cacat.'" Selesai dari Al-Maqasid Al-Hasanah (hal.
360).
Al-Hafizh
Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
هَذَا مُرْسَلٌ صَحِيحٌ، إِلَّا
أَنَّهُ مَوْصُوفٌ بِالِاضْطِرَابِ. انْتَهَى.
"Hadits ini adalah mursal yang shahih, namun
mengandung sifat idhthirab (kegoncangan riwayat)." Selesai dari Al-Mathalib Al-‘Aliyah
(3/342).
Ia
juga berkata:
مُضْطَرِبٌ، اخْتُلِفَ فِيهِ عَلَى
أَبِي إِسْحَاقَ السَّبِيعِيِّ. انْتَهَى.
"Hadits ini mengandung kegoncangan
(idhthirab), dan terdapat perbedaan riwayat dari Abu Ishaq As-Sabi’i." Selesai dari An-Nukat ‘Ala Ibnu Ash-Shalah
(2/774).
As-Sakhawi
menyepakatinya dalam Al-Maqasid Al-Hasanah (hal. 305).
Kesimpulan Status Derajat Sanad Hadits Ubun :
Hadits
ini mengandung keterputusan sanad antara Ikrimah dan Abu Bakar Ash-Shiddiq
radhiyallahu ‘anhu, sehingga tidak dapat dipastikan keshahihannya karena cacat
ini tetap ada.
Kemudian
dalam riwayatkan al-Imam al-Qurthubi menunjukkan bahwa hadits ubun ini adalah mimpi seseorang :
«وَرُوِيَ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ
قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عَلِيٍّ السَّرِيَّ يَقُولُ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَنَامِ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! رُوِيَ عَنْكَ أَنَّكَ
قُلْتَ:" شَيَّبَتْنِي هُودٌ". فَقَالَ:" نَعَمْ" فَقُلْتُ لَهُ:
مَا الَّذِي شَيَّبَكَ مِنْهَا؟ قَصَصُ الْأَنْبِيَاءِ وَهَلَاكُ الْأُمَمِ! فَقَالَ:"
لَا وَلَكِنْ قَوْلُهُ: فَاسْتَقِمْ كَما أُمِرْتَ" »
"Dan diriwayatkan dari Abu Abdurrahman as-Sulami, ia berkata: 'Aku
mendengar Abu Ali as-Syri berkata: "Aku melihat Nabi ﷺ dalam mimpi, lalu aku berkata: Wahai Rasulullah, telah
diriwayatkan darimu bahwa engkau berkata: 'Hud telah membuatku beruban.'
Nabi ﷺ menjawab: 'Benar.'
Aku lalu bertanya: Apa yang menyebabkan engkau menua karenanya? Apakah
kisah para nabi dan kehancuran umat-umat?
Nabi ﷺ menjawab: 'Tidak, tetapi
perkataannya: 'Maka tetaplah teguh sebagaimana yang diperintahkan
kepadamu.'"
[Lihat
: Tafsir al-Qurthubi 9/107. Lihat pula Subulul Hudaa wa ar-Rasyad karya
Muhammada ash-Sholih asy-Syami 7/57].
PARA ULAMA YANG MENSAHIHKAN HADITS:
Hadits Uban ini dinilai hasan oleh
at-Tirmidzi dan dinilai shahih oleh al-Hakim (2/343) serta disetujui oleh
az-Zahabi. Dan di nilai shahih pula oleh Al-Haitsami dalam al-Majma' 7/37. Dan juga oleh al-Albaani dalam Mukhtashar
asy-Syamail hal. 39 no. 35].
*****
PEMBAHASAN
KE DUA :
NABI ﷺ TIDAK
BERUBAN, KECUALI BEBERAPA HELAI SAJA MENJELANG AJAL-NYA TIBA.
Telah diriwayatkan bahwa jumlah rambut uban beliau ﷺ tidak melebihi empat belas helai. Al-'Allaamah Muhammad Mulla Ali al-Qari berkata:
أَيْ ظَهَرَ عَلَيْكَ آثَارُ الضَّعْفِ
قَبْلَ أَوَانِ الْكِبَرِ وَلَيْسَ الْمُرَادُ مِنْهُ ظُهُورَ كَثْرَةِ الشَّعْرِ
الْأَبْيَضِ عَلَيْهِ لِمَا رَوَى التِّرْمِذِيُّ عَنْ أَنَسٍ قَالَ مَا عَدَدْتُ فِي
رَأْسِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِحْيَتِهِ إِلَّا أَرْبَعَ
عَشْرَةَ شَعْرَةً بَيْضَاءَ
"Yakni, tampak pada engkau tanda-tanda kelemahan sebelum waktunya penuaan. Dan yang dimaksudkan bukanlah munculnya banyak rambut putih pada beliau ﷺ; karena seperti yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Anas, ia berkata, 'Tidaklah aku menghitung di kepala Rasulullah ﷺ dan janggutnya kecuali hanya ditemukan empat belas helai rambut putih.'" [Di Kutip Dari Tuhfatul Ahwadzi 9/131].
Imam Bukhrori meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwa dia berkata :
وَقُبِضَ وَلَيْسَ فِي رَأْسِهِ وَلِحْيَتِهِ عِشْرُونَ شَعَرَةً بَيْضَاءَ قَالَ رَبِيعَةُ فَرَأَيْتُ شَعَرًا مِنْ شَعَرِهِ فَإِذَا هُوَ أَحْمَرُ فَسَأَلْتُ فَقِيلَ احْمَرَّ مِنْ الطِّيبِ
“Dan ketika beliau ﷺ meninggal dunia, rambut uban di kepala dan jenggot beliau ﷺ, tidak lebih dari dua puluh helai".
Rabi'ah berkata; "Aku pernah melihat sehelai rambut dari rambut kepala beliau berwarna merah lalu kutanyakan. Maka dijawab; "Warna merah itu berasal dari minyak rambut'. [HR. Bukhori no. 3547]
Dalam riwayat lain dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu:
سُئِلَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ: أَخَضَبَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: «إِنَّهُ لَمْ يَرَ مِنَ
الشَّيْبِ إِلَّا نَحْوَ سَبْعَةَ عَشَرَ، أَوْ عِشْرِينَ شَعَرَةً فِي مُقَدَّمِ
لِحْيَتِهِ»
Bahwa Anas bin Malik ditanya: "Apakah Rasulullah ﷺ mewarnai ubannya?" Ia menjawab:
"Sesungguhnya uban beliau tidak terlihat kecuali sekitar tujuh
belas atau dua puluh helai di bagian depan jenggotnya."
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad no. 11965, Ibnu Majah no.
3629, Abu zur’ah ad-Dimasyqi dalam Tarikhnya no. 23 dan Abau ‘Awanah dalam
al-Manaqib (Ittihaful Maharah 1/167).
Al-Bushiri menilai sanadnya shahih dalam Mishbah Az-Zujajah (4/93).
Dinilai Shahih pula oleh al-Albani dalam Sahih Ibnu Majah dan Fuad Abdul Baaqi
dalam Takhrij Ibnu Majah 2/1198.
Dan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
"كان شَيبُه نحوَ عِشرينَ شعرةً".
"Jumlah uban Rasulullah ﷺ sekitar dua puluh helai."
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Al-Shamā'il (hal. 39 - ringkasannya), Ibnu Majah (3630) dan Ahmad (5633) dengan sedikit perbedaan, serta dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' nomor 4818.
Dalam ash-Shahihah 5/130 no. 2096, Syeikh al-Albaani berkata :
وَهَذَا إِسْنَادٌ جَيِّدٌ فِي الشَّوَاهِدِ، رِجَالُهُ ثِقَاتٌ رِجَالُ الشَّيْخَيْنِ غَيْرَ شَرِيكٍ.
Ini adalah sanad yang baik untuk syawahid (hadis pendukung), para perawinya adalah orang-orang terpercaya dari kedua syekh (Bukhari dan Muslim) kecuali Syariik.
FIQIH HADITS :
Dalam hadis-hadits tersebut diatas ini terdapat penjelasan mengenai
salah satu sifat Rasulullah ﷺ dan beberapa ciri fisiknya.
Ketika Anas bin Malik ditanya, "Apakah Rasulullah ﷺ mewarnai ubannya?" (yakni, apakah beliau mengubah warna
ubannya dengan sesuatu seperti pacar atau lainnya), Anas menjawab berdasarkan
apa yang ia lihat: "Sesungguhnya uban beliau hanya sedikit, tidak lebih
dari tujuh belas atau dua puluh helai."
Artinya, uban Rasulullah ﷺ tidak seberapa sehingga
tidak menghilangkan keindahan warna hitam rambutnya. Beliau wafat dengan rambut
kepala dan jenggot yang sebagian kecil berwarna putih, sekitar tujuh belas atau
dua puluh helai putih, yang terletak di bagian depan jenggotnya.
Hadis ini juga menunjukkan perhatian para sahabat radhiyallahu 'anhum
terhadap sifat dan ciri-ciri fisik Rasulullah ﷺ. Mereka mengamati segala hal
tentang beliau dengan sangat teliti dan menyampaikannya kepada umat setelahnya,
bahkan hingga jumlah uban yang ada pada beliau.
*****
PEMBAHASAN KE TIGA : JIKA HADITS UBAN DIANGGAP SHAHIH
Jika seandainya hadis uban ini dianggap shahih dan diterima, terutama
karena berkaitan dengan masalah hati, yang mana dalam bab-bab ini para ulama
masih memberikan kelonggaran dalam meriwayatkan hadis, menyampaikan dan
mengamalkan isinya.
Adapun surat-surat al-Quran yang disebutkan dalam hadis yang menyebabkan uban
Rasulullah ﷺ adalah: surat Al-Wāqi'ah, Al-Mursalat, 'Amma
Yatasaa'alun, dan At-Takwir.
Begitulah nama-nama surat ini disebutkan dalam beberapa riwayat hadis
yang disahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Shahihah (no.
955), meskipun pendapat yang lebih tepat adalah menganggap hadis ini lemah alias dho'if.
Ada beberapa kata tambahan dalam beberapa riwayat hadits :
Ibnu Hajar Al-Haitami (bukan al-Haitsami) rahimahullah pernah
ditanya tentang maksud dari sabda Nabi ﷺ "Saudari-saudari surah Hud" dalam
hadis: " شَيْبَتْنِي
هُودٌ وَأَخَوَاتُهَا"
(Surah Hud dan saudari-saudarinya yang menyebabkan Rasulullah ﷺ beruban ), beliau menjawab:
المَرَادُ بِهِنَّ:
(الواقِعَةُ، والمُرسَلاتُ، وعَمَّ،
والتَّكويرُ) رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ وَالحَاكِمُ.
وَزادَ الطَّبَرَانِيُّ:
(والحَاقَّةُ)
وَزادَ ابن مَرْدَوَيْهِ: (وهَلْ
أَتَاكَ حَدِيثُ الغَاشِيَةِ)
وَزادَ ابن سَعِيدٍ: (وَالْقَارِعَةُ،
وَسَأَلَ سَائِلٌ، وَاقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ) "انتهى."
Yang dimaksud dengan saudari-saudari surah Hud adalah:
Al-Wāqi'ah, Al-Mursalat, 'Amma Yatasaa'alun, dan At-Takwir,
sebagaimana diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Hakim.
Dan, tambahan dari riwayat Ath-Thabarani: “Al-Haaqqah”,
Tambahan dari Ibnu Mardawaih: "Hal atāka hadīthul-ghāsyah"
Dan, tambahan dari Ibnu Sa'd: “Al-Qari'ah, Was'ala Sā'il, Wa-Iqtara'atis-Sā'ah."
[Selesai. Baca : Fatawa Hadīthīyah (hal. 116)].
KESIMPULAN MAKNA HADITS :
Kecemasan dan ketakutan dapat menyebabkan rambut beruban sebelum waktunya. Surah ini mencakup ancaman yang besar dan dahsyat, yang bisa merobek hati dan melelehkan air mata. Seperti firman Allah tentang keadaan manusia di hari kiamat kelak:
﴿فَكَيْفَ
تَتَّقُونَ إِن كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا﴾
“Maka bagaimanakah
kalian akan dapat melindungi diri kalian jika kalian tetap kafir, pada hari
yang menjadikan anak-anak beruban. [Muzammil: 17]. Yang mana mereka beruban
karena ketakutan.
Al-Munaawi rahimahullah berkata:
" (شَيْبَتْنِي هُودٌ) أَي سُورَةُ هُودٍ (وَأَخَوَاتُهَا) أَي وَأَشْبَاهُهَا مِنَ السُّورِ الَّتِي فِيهَا ذِكْرُ أَهْوَالِ القِيَامَةِ، وَالعَذَابِ.
وَالْهُمُومُ وَالأَحْزَانُ إِذَا تَقَاحَمَتْ عَلَى الإِنسَانِ أَسْرَعَ إِلَيْهِ الشَّيْبُ فِي غَيْرِ أَوَانِهِ." انتهى.
"(Syayabatnī Hud)" yaitu surah Hud, "wa akhawatuha" maksudnya adalah surah-surah yang serupa dengannya, yang mengandung gambaran kedahsyatan hari kiamat dan azab. Dan kecemasan serta kesedihan yang datang bertubi-tubi pada seseorang menyebabkan uban tumbuh lebih cepat sebelum waktunya”. [Baca : Faydhul-Qadir (4/221)].
Al-Mubaarakfuuri berkata :
وَذَلِكَ لِمَا فِي هَذِهِ السُّوَرِ مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ . وَالْمَثُلَاتُ النَّوَازِلُ بِالْأُمَمِ الْمَاضِيَةِ أَخَذَ مِنِّي مَأْخَذَهُ حَتَّى شِبْتُ قَبْلَ أَوَانِهِ قَالَهُ الطِّيبِيُّ
Hal ini terjadi karena dalam surah-surah tersebut terdapat gambaran tentang kedahsyatan hari kiamat dan azab-azab yang menimpa umat-umat terdahulu. Semua itu sangat mempengaruhi beliau ﷺ, sehingga menyebabkan beliau ﷺ beruban sebelum waktunya, sebagaimana yang dikatakan ath-Thiiby [Baca : Tuhfatul Ahwadzi 9/131].
لَعَلَّ ذَٰلِكَ لِمَا
فِيهِنَّ مِنَ التَّخْوِيفِ الْفَظِيعِ وَالْوَعِيدِ الشَّدِيدِ لِاشْتِمَالِهِنَّ
مَعَ قُصُرِهِنَّ عَلَى حِكَايةِ أَهْوَالِ الْآخِرَةِ وَعَجَائِبِهَا
وَفَظَائِعِهَا وَأَحْوَالِ الْهَالِكِينَ وَالْمُعَذَّبِينَ مَعَ مَا فِي
بَعْضِهِنَّ مِنَ الْأَمْرِ بِالِاسْتِقَامَةِ كَمَا مَرَّ وَهُوَ مِنْ أَصْعَبِ
الْمَقَامَاتِ، وَهُوَ كَمَقَامِ الشُّكْرِ إِذْ هُوَ صَرْفُ الْعَبْدِ فِي كُلِّ
ذَرَّةٍ وَنَفْسٍ جَمِيعِ مَا أَنْعَمَ اللَّهُ بِهِ عَلَيْهِ مِنْ حَوَاسِّهِ
الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ إِلَى مَا خَلَقَ لِأَجْلِهِ مِنْ عِبَادَةِ رَبِّهِ
بِمَا يَلِيقُ بِكُلِّ جَارِحَةٍ مِنْ جَوَارِحِهِ عَلَى الْوَجْهِ الْأَكْمَلِ،
وَلِهَذَا لَمَّا قِيلَ لِلْمُصْطَفَى ﷺ وَقَدْ أَجْهَدَ نَفْسَهُ بِكَثْرَةِ
الْبُكَاءِ وَالْخَوْفِ وَالضِّرَاعَةِ: "أَتَفْعَلُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ
اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ؟" قَالَ:
"أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا".
“Mungkin hal ini terjadi karena dalam surah-surah tersebut terkandung
ancaman yang menakutkan dan amaran yang keras, yang di dalamnya menceritakan
kedahsyatan akhirat, keajaiban-keajaibannya, kekejaman-kekejamannya, serta
nasib orang-orang yang binasa dan yang disiksa. Di samping itu, ada juga dalam
beberapa surah tersebut perintah untuk tetap teguh (istiqamah), yang merupakan
salah satu ujian yang paling sulit, seperti halnya rasa syukur. Syukur itu
adalah menjadikan setiap perbuatan dan nafas kita, dengan segala panca indera
yang Allah beri, dipergunakan untuk tujuan yang diciptakan-Nya, yaitu untuk
beribadah kepada Allah dengan cara yang terbaik.
Oleh karena itu, ketika Rasulullah ﷺ ditanya mengapa beliau
menangis dengan sangat keras, berdoa dan merasa takut meskipun Allah telah
mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang, beliau ﷺ menjawab: "Tidakkah aku ingin menjadi hamba yang
bersyukur?"
Wallahu A'lam.
0 Komentar